Anda di halaman 1dari 5

Opini

PENDIDIKAN NONFORMAL (PNF) BAGI PENGEMBANGAN SOSIAL

Sodiq A. Kuntoro*

Abstract
Nonformal education activities are often implemented as practical education or training for the
purpose to cope with economic problems of the individual learners. This economic orientation
causes the other aspect of nonformal education aims such as social and cultural aspects are
neglected. If nonformal education is considered in more wider as a mean for achieving the realiza-
tion of lifelong education in society, the current emphasis of its purposes needed to enlarge.
Nonformal education should not aimed to cope with economic problems only, but also to develop
the social and cultural aspect of people life.

Keywords: nonformal education, long-life education, social aspect, PNF goals

PENDAHULUAN
Kebutuhan masyarakat akan pendidikan terpenjara dalam sekolah, dan merasa bosan dengan
nonformal (PNF) sekarang ini semakin bertambah formalisme dan rutinitas kehidupan sekolah. Fenomena
meningkat. Banyak faktor yang mendorong terjadinya siswa putus sekolah dapat terjadi di sekolah pedesaan
peningkatan kebutuhan PNF dalam kehidupan maupun di perkotaan. Apabila kita mengharapkan
masyarakat. Perubahan masyarakat yang terjadi mereka yang putus sekolah tidak kehilangan
sangat cepat sekarang ini menyebabkan hasil kesempatan untuk memperoleh layanan pendidikan,
pendidikan yang diperoleh di sekolah (pendidikan formal) maka pendidikan nonformal sering menjadi alternatif
menjadi tidak sesuai atau tertinggal dari tuntutan baru layanan pendidikan yang lebih sesuai dengan kebutuhan
dalam dunia kerja. Ilmu pengetahuan, dan keterampilan mereka.
yang diperoleh dari sekolah seolah-olah semakin cepat Fenomena angka putus sekolah yang masih
menjadi usang dan kurang dapat digunakan untuk cukup besar diperparah dengan masih adanya warga
memecahkan tantangan baru yang dihadapi dalam masyarakat yang menderita buta aksara (membaca dan
kehidupan sehari-hari. Kondisi semacam ini menuntut menulis) secara fungsional karena belum tuntasnya
adanya layanan pendidikan yang dilakukan oleh pencapaian pendidikan dasar bagi semua warga negara
masyarakat maupun pemerintah yang berfungsi sebagai usia pendidikan dasar. Di sini tidak dapat ditampilkan
penambah atau pelengkap pendidikan formal. data kuantitatif siswa yang putus sekolah dan mereka
Pendidikan formal sering kurang dapat merespon yang buta aksara fungsional, karena keterbatasan
bermacam-macam kebutuhan baru yang berkembang terhadap jangkauan perolehan data tersebut. Namun
di masyarakat sebagaimana dijelaskan di atas, demikian, secara kualitatif adanya fenomena ini
sehingga tuntutan layanan pendidikan nonformal sangat menunjukkan keprihatinan kita atas belum tuntasnya
dibutuhkan. layanan program wajib belajar pendidikan dasar 9 tahun
Di samping itu terdapat fenomena banyaknya yang dilakukan oleh sekolah.
angka putus sekolah atau tidak dapat menyelesaikan Pendidikan nonformal sekarang ini, dalam rangka
satu jenjang pendidikan sekolah disebabkan karena membantu menuntaskan program wajib belajar
beberapa alasan seperti keadaan ekonomi orang tua, pendidikan dasar 9 tahun, dilibatkan dalam layanan
ketidakcocokan siswa dengan kehidupan sekolah yang pendidikan program wajib belajar tersebut. Kemunculan
bersifat elitis, formalisme yang kaku dalam pola program pendidikan kesetaraan dalam pendidikan
hubungan antara guru dan murid, kurikulum yang nonformal yaitu program Paket A setara SD, Paket B
terasing dari kehidupan masyarakat. Siswa yang setara SMP, paket C setara SMA lebih dipicu oleh
mengalami putus sekolah sering bukan sekedar mereka kebutuhan penuntasan program wajib belajar pendidikan
yang berlatar belakang ekonomi rendah, tetapi juga dasar 9 tahun (Paket A dan Paket B) di samping
terdapat mereka yang berasal dari keluarga ekonomi memberi akses pendidikan yang lebih tinggi yaitu Paket
mapan, tetapi mereka merasa tidak cocok atau merasa C. Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional Pasal 26 ayat 1
* Dosen Universitas Negeri Yogyakarta
menyebutkan sebagai berikut:
14 Jurnal Ilmiah VISI PTK-PNF - Vol. 1, No.2, 2006
Pendidikan Non Formal (PNF)...

Pendidikan nonformal diselenggarakan bagi Ki Hajar Dewantara (Bapak Pendidikan Nasional


warga masyarakat yang memerlukan layanan Indonesia) membedakan pendidikan menjadi tiga pusat
pendidikan yang berfungsi sebagai pengganti, pendidikan yaitu: pendidikan keluarga, pendidikan
penambah, dan/atau pelengkap pendidik formal sekolah, dan pendidikan masyarakat. Tiga pusat
dalam rangka mendukung pendidikan sepanjang pendidikan rumusan Ki Hajar Dewantara tersebut
hayat. tampaknya diganti dengan istilah lain yaitu jalur
Dalam pengertian undang-undang ini program pendidikan. Pasal 13 Undang-Undang Sisdiknas No.20
kesetaraan yang dilakukan oleh bidang pendidikan Tahun 2003 menyebutkan:
nonformal, dapat dimasukkan dalam fungsinya sebagai Ayat 1, jalur pendidikan terdiri atas pendidikan
pengganti pendidikan formal, seolah-olah mereka yang formal, nonformal, dan informal yang dapat saling
tidak dapat mengikuti atau tidak menyelesaikan satu melengkapi dan memperkaya. Ayat 2, pendidikan
jenjang pendidikan formal dapat digantikan melalui sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 diselenggara-
program kesetaraan. kan dengan sistem terbuka melalui tatap muka dan/
Program pendidikan nonformal adalah atau melalui jarak jauh.
bermacam-macam. Pasal 26 ayat 3 menyebutkan Pendidikan nonformal tampaknya dipandang
beragam program pendidikan nonformal sebagai berikut: identik dengan pendidikan masyarakat (konsep Ki Hajar
Pendidikan nonformal meliputi pendidikan Dewantara), tetapi sesungguhnya menurut pendapat
kecakapan hidup, pendidikan anak usia dini, saya terdapat nuansa, fungsi, dan orientasi yang
pendidikan kepemudaan, pendidikan pemberdayaan berbeda. Pendidikan masyarakat memiliki bentuk
perempuan, pendidikan keaksaraan, pendidikan orientasi dan fungsi lebih luas.
keterampilan, pelatihan kerja,
Bentuk pendidikan yang
pendidikan kesetaraan, serta
Apabila pendidikan diselenggarakan di masyarakat
pendidikan lain yang ditujukan
untuk mengembangkan ke- nonformal dipandang sebagai adalah bermacam-macam
mampuan peserta didik.” pendidikan masyarakat maka bukan hanya pendidikan
bentuk, tujuan, dan kegiatan nonformal yang diselenggarakan
Bunyi ayat 3 ini tampak-
pendidikan nonformal secara sistematis, dengan
nya ingin menyebutkan satu
seharusnya menyentuh seluruh tujuan dan kurikulum yang
persatu program layanan
dimensi dari kehidupan terstruktur. Di masyarakat
pendidikan yang termasuk
masyarakat, sebagaimana masih banyak bentuk pen-
bagian pendidikan nonformal.
konsep pendidikan sepanjang didikan lain yang sering tidak
Tetapi tampaknya tidak dapat
hayat yang menekankan bahwa dirancang secara sistematis,
menyebut satu persatu secara
seluruh aktivitas kehidupan yang terjadi secara alami
tuntas, hal ini ditunjukkan bunyi
dapat diartikan sebagai aktivitas menyatu dalam semua kegiatan
bagian kalimat terakhir, serta
belajar atau pendidikan. kehidupan seperti kegiatan
pendidikan lain yang ditujukan
dalam pekerjaan, peristiwa seni
untuk mengembangkan ke-
budaya, olahraga, keagamaan,
mampuan peserta didik. Dengan
semuanya mengandung arti pendidikan. Orientasi dan
demikian, terdapat peluang untuk memasukkan
fungsi pendidikan masyarakat lebih luas daripada
program layanan pendidikan nonformal lain yang masih
pendidikan nonformal yang selama ini menonjol yaitu
belum disebut.
fungsi kepelatihan teknikal untuk meningkatkan
Pemahaman tentang cakupan kegiatan (layanan)
pendapatan. Fungsi pendidikan nonformal yang
pendidikan nonformal membutuhkan interpretasi yang
disebutkan dalam pasal 26 adalah sekedar sebagai
luas, mungkin bukan sekedar apa yang sudah
pengganti, penambah, dan/atau pelengkap pendidikan
disebutkan pada ayat 3 tersebut di atas, sehingga dapat
formal. Pasal ini mengesankan kurang memperhatikan
menyebutkan program layanan pendidikan nonformal
fungsi integratif bagi pengembangan sosial budaya
lain. Lebih-lebih apabila fungsi pendidikan nonformal
masyarakat, yang seharusnya menjadi peran penting
diletakkan sebagai bagian yang mendukung pendidikan
juga bagi peran pendidikan nonformal.
sepanjang hayat maka banyak kegiatan pendidikan
Pertanyaannya adalah bagaimana para
masyarakat yang dapat dimasukkan seperti pendidikan
pengambil kebijakan seperti Direktorat Pendidikan
olahraga masyarakat, pendidikan rekreasi untuk
Nonformal dan direktorat lain dalam Dirjen PNF
mengisi waktu luang, bahkan pendidikan seni budaya
melakukan interpretasi dalam mengembangkan
masyarakat.

Jurnal Ilmiah VISI PTK-PNF - Vol. 1, No.2, 2006 15


Pendidikan Non Formal (PNF)...

programnya, atas dasar bunyi pasal yantg terkait dimensi dari kehidupan masyarakat, sebagaimana
dengan PNF sebagaimana tersebut di atas. Apabila konsep pendidikan sepanjang hayat yang menekankan
pendidikan nonformal dipandang sebagai pendidikan bahwa seluruh aktivitas kehidupan dapat diartikan
masyarakat maka bentuk, tujuan, dan kegiatan sebagai aktivitas belajar atau pendidikan.
pendidikan nonformal seharusnya menyentuh seluruh

PEMBAHASAN
Fungsi Pengembangan Personal dan Sosial pengembangan diri individu dan sekaligus peningkatan
Terdapat kecenderungan di negara kita peran kehidupan sosial yang lebih baik.
pendidikan nonformal lebih ditekankan pada pendidikan Hellenbeck seorang ahli pendidikan orang
keterampilan teknikal dengan tujuan peningkatan dewasa mengatakan bahwa peserta belajar sebagai
ekonomi atau pendapatan warga masyarakat. Seolah- individu dan masyarakat tidak dapat dipisahkan.
olah orientasi pendidikan nonformal ditujukan Walaupun perhatian utama pendidikan orang dewasa
peningkatan kualitas sumberdaya manusia bagi adalah membantu individu tumbuh dan berkembang
peningkatan pendapatan peserta belajar. Pendidikan tetapi apa yang mereka inginkan untuk dipelajari selalu
keterampilan dan pelatihan kerja, atau program kursus merupakan hasil dari lingkungan di mana mereka hidup.
keterampilan lebih banyak berkembang dalam upaya Minat mereka, kebutuhannya, permasalahannya, dan
meningkatkan pengetahuan dan keterampilan yang keinginannya adalah hasil dari lingkungannya.
dibutuhkan oleh dunia kerja. (Darkenwald dan Merriam,
Bahkan program keaksaraan 1982, 50). Apabila tujuan
fungsional, program Paket A, Kemampuan teknikal yang pendidikan nonformal adalah
Paket B, dan Paket C mem- dikuasai individu sebenarnya pengembangan peserta belajar
berikan keterampilan fung-sional tidak mungkin dapat digunakan sebagai individu dan kelompok
yang terkait dengan tujuan untuk dengan baik tanpa didukung sosial di mana peserta belajar
peningkatan pendapatan warga oleh faktor nilai sosial budaya itu hidup maka kurikulum
belajarnya. Program keaksaraan dan sikap psikologis. Individu pendidikan non-formal, peran
fungsional memberikan kemam- selalu hidup dalam konteks nilai tutor dan peserta belajar, dan
puan membaca dan menulis sosial budaya yang diperlukan proses pembelajar-annya harus
yang dikaitkan dengan keteram- bagi pengaturan ketertiban berfungsi untuk mencapai
pilan ekonomis untuk peningkat- kehidupan dan aktivitas kerja kemajuan individu dan
an pendapatan. yang dapat menyenangkan dan kelompok sosialnya.
Orientasi pendidikan membahagiakan. Terdapat kecenderungan
nonformal pada peningkatan pendidikan keterampilan dan
kemampuan kerja, dan keteram- pelatihan kerja atau program
pilan bagi peningkatan pendapatan menggambarkan kursus keterampilan, program keterampilan fungsional
pemenuhan kebutuhan warga masyarakat yang bersifat yang terkait dengan Paket A, Paket B, dan Paket C,
jangka pendek dan mendesak. Banyaknya kebutuhan atau program keaksaraan fungsional lebih diarahkan
untuk memperoleh pekerjaan dan peningkatan pada peningkatan perolehan pendapatan dan diarahkan
pendapatan warga masyarakat mendorong program bagi warga belajar sebagai individu. Dapat dikatakan
pendidikan nonformal lebih diarahkan pada pendidikan peran pendidikan nonformal sebagai agen perubahan
ketenagakerjaan dan tujuan ekonomi. Karena itu sosial masih kurang diperhatikan. Apabila kita
program pendidikan nonformal yang berorientasi pada memperhatikan kurikulum dan proses pembelajaran
tujuan pengembangan integritas personal dan sosial program kursus keterampilan misalnya: kursus stir
budaya kurang memperoleh perhatian. mobil maka yang berkembang adalah sekedar diberikan
Sebenarnya pendidikan nonformal memiliki peran pengetahuan dan keterampilan teknis yang terkait
besar sebagai agen bagi pengembangan personal dan dengan kemampuan individu mengoperasikan dan
sosial (transformasi sosial). Setiap orang (individu) menjalankan mobil di jalan. Sikap dan nilai-nilai sosial
selalu hidup dalam konteks dengan kelompok budaya yang dibutuhkan untuk turut membantu tertib
masyarakat, di mana mereka hidup. Pendidikan yang lalu lintas, penghargaan pada peraturan, dan
dipengaruhi pandangan progresivisme melihat tujuan menghormati pengguna layanan angkutan atau
pendidikan bersifat ganda yaitu peningkatan pengguna jalan kurang diperhatikan. Akibat yang terjadi

16 Jurnal Ilmiah VISI PTK-PNF - Vol. 1, No.2, 2006


Pendidikan Non Formal (PNF)...

adalah problem kemacetan jalan dan kecelakaan lalu Bermacam-macam aktivitas budaya dan olahraga lebih
lintas sering terjadi. dihargai dan dinikmati masyarakat dengan pandangan
Peran pendidikan nonformal yang menonjolkan untuk meningkatkan kualitas hidup sehari-hari, mengisi
pemenuhan kebutuhan tenaga kerja dan perolehan waktu luang, memenuhi rasa ingin tahu intelektual, dan
ekonomi jangka pendek kurang dapat membantu memperoleh kegembiraan. Bahkan bagi masyarakat
pemecahan problem sosial seperti digambarkan di Jepang memiliki rasa malu untuk mengaitkan
atas. Terdapat kelemahan orientasi pendidikan pendidikan nonformal dengan tujuan peningkatan
nonformal semacam ini, di samping adanya kelebihan. tenaga kerja bagi perolehan ekonomi.
Kelemahan mendasar yang muncul adalah kurangnya Sebagaimana di depan telah dijelaskan bahwa
penghargaan faktor sosial budaya sebagai kapital bagi tujuan pendidikan orang dewasa adalah selalu memiliki
pengembangan masyarakat. Faktor sosial budaya dimensi ganda yaitu bagi peningkatan kemampuan
sebagai perekat kehidupan kurang memperoleh personal dan perbaikan kehidupan sosial. Program
perhatian dalam program pendidikan nonformal. Padahal pendidikan nonformal seharusnya memperhatikan
faktor sosial budaya adalah merupakan faktor kurikulumnya, peran tutor dan peserta belajarnya, serta
fundamental bagi berkembangnya nilai-nilai luhur yang proses pembelajarannya agar dapat berfungsi untuk
dibutuhkan untuk mendukung aktivitas kerja yang mencapai kemajuan personal warga belajar dan
produktif. Kemampuan teknikal yang dikuasai individu keamjuan sosial di mana mereka hidup. Dalam
sebenarnya tidak mungkin dapat digunakan dengan kurikulum pendidikan program kursus menjahit
baik tanpa didukung oleh faktor nilai sosial budaya dan (misalnya) tidak cukup hanya apabila peserta belajar
sikap psikologis. Individu selalu hidup dalam konteks sekedar belajar tentang teknik menjahit yang baik,
nilai sosial budaya yang diperlukan bagi pengaturan tetapi mereka perlu belajar memahami aspek sosial
ketertiban kehidupan dan aktivitas kerja yang dapat budaya. Pekerjaan menjahit juga memiliki peran sosial
menyenangkan dan membahagiakan. bagi pemenuhan kebutuhan lingkungan masyarakat,
Apabila kita bersedia melihat atau belajar dari dan juga memiliki peran kebudayaan yaitu memelihara
negara lain, menurut pendapat saya model pendidikan dan mengembangkan desain pakaian yang menjadi
nonformal dalam kerangka mendukung pendidikan kebanggaan budaya masyarakatnya. Peran tutor dan
sepanjang hayat di Jepang dapat dijadikan bahan mahasiswa seharusnya bukan sekedar mengembang-
pembanding yang baik sekali. Di masyarakat Jepang kan kemampuan teknik saja, tetapi juga berperan bagi
pendidikan nonformal untuk mendukung pendidikan pengembangan sikap psikologis, nilai-nilai kehidupan
sepanjang hayat tidak terlalu ditonjolkan pada (kejujuran, kerja keras, kesopanan, pengabdian)
pendidikan tenaga kerja untuk tujuan perolehan maupun nilai budaya seperti penghargaan terhadap
ekonomi. Walaupun kita tahu bahwa di masyarakat tradisi budaya. Sedangkan proses pembelajaran
Jepang mempunyai sistem pendidikan sumberdaya pendidikan nonformal bukan sekedar kepelatihan
manusia yang sangat andal sehingga dapat mendukung keterampilan teknik yang sempit, tetapi juga perlu
peningkatan sumberdaya manusia bagi kemajuan proses diskusi atau refleksi tentang keterampilan teknis
industrinya. Bagi masyarakat Jepang pengembangan tersebut keterkaitannya dengan kehidupan sosial yang
pendidikan nonformal diarahkan untuk mendukung lebih luas.
terbentuknya masyarakat belajar (learning society).

PENUTUP
Sesuai dengan bunyi Pasal 26 Undang-Undang membutuhkan pendidikan dengan bentuk dan tujuan
No. 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas, bahwa yang berbeda-beda. Kedua adalah dimensi horizontal
pendidikan nonformal diselenggarakan bagi warga bahwa pendidikan terjadi dalam bentuk bermacam,
masyarakat yang memerlukan layanan pendidikan yang tidak hanya terbatas pada persekolahan, tetapi
berfungsi sebagai pengganti, penambah, dan/atau bermacam kegiatan kehidupan dalam masyarakat
pelengkap pendidikan formal dalam rangka mendukung dapat dikatakan sebagai aktivitas pendidikan, seperti
pendidikan sepanjang hayat. Konsep pendidikan aktivitas dalam pekerjaan, keagamaan, rekreasi,
sepanjang hayat memiliki dua dimensi, yaitu pertama kebudayaan, dan keluarga. Apabila konsep pendidikan
dimensi vertikal bahwa pendidikan berjalan sepanjang sepanjang hidup ini diaplikasikan pada sistem
rentang kehidupan manusia dari lahir sampai pendidikan nasional, maka diperlukan adanya
meninggal. Setiap tahap perkembangan hidup manusia perubahan pada kegiatan pendidikan formal, nonformal,

Jurnal Ilmiah VISI PTK-PNF - Vol. 1, No.2, 2006 17


Pendidikan Non Formal (PNF)...

dan informal yang selama ini berjalan seolah-olah keterampilan, nilai-nilai, atau sikap pada warga
dengan sekat pembatas yang kaku. masyarakat. Pendidikan nonformal dalam rangka
Pendidikan nonformal seharusnya juga pendukung pendidikan sepanjang hayat dan
mengambil prinsip-prinsip pendidikan sepanjang hayat, mendukung terciptanya “learning society” membutuhkan
sehingga tidak terlalu kaku dalam pengembang program perubahan konsep, kegiatan, kurikulum, proses
layanan, bagi pemenuhan kebutuhan warga masyarakat. pembelajaran, peran tutor, dan peserta belajar.
Filosofi pendidikan sepanjang hayat yang sangat Pendidikan nonformal yang menonjolkan pada
menonjol adalah bahwa semua aktivitas kehidupan kegiatan yang berorientasi pada kepelatihan kerja dalam
dalam masyarakat dapat dikatakan sebagai aktivitas rangka pencapaian peningkatan pendapatan kurang
pendidikan. Pendidikan nonformal yang dipahami dapat memberi peluang bagi pelaksanaan pendidikan
secara sempit, tidak akan dapat memasukkan kegiatan nonformal yang mendukung pendidikan sepanjang hayat
pendidikan di masyarakat yang luas, seperti peristiwa dan terbentuknya masyarakat belajar. Orientasi
keagamaan, sosial budaya, seni atau olahraga sebagai pendidikan nonformal perlu diperluas pada aspek
kegiatan pendidikan nonformal. Sementara pendidikan personal dan sosial, sehingga manfaat pendidikan
informal dipahami sebagai kegiatan pendidikan yang nonformal bukan sekedar bersifat ekonomis, tetapi juga
terjadi dalam keluarga, sedang pendidikan dalam mencakup pengembangan diri, intelektual, sosial,
masyarakat yang bermacam-macam bentuk tidak budaya. Makna pendidikan nonformal mencakup
semuanya dapat dimasukkan dalam pendidikan keduanya bagi individu (peserta pendidikan) dan
nonformal. kelompok sosial di mana individu berada di suatu
Oleh karenanya diperlukan interpretasi yang lebih masyarakat. Peran tutor dan peserta pendidikan
fleksibel dalam memahami cakupan pendidikan nonformal seharusnya memasukkan pengembangan
nonformal. Bentuk-bentuk pendidikan yang berkembang sikap psikologis dan nilai-nilai. Proses pembelajar perlu
dimasyarakat melalui kegiatan keagamaan, mengembangkan proses diskusi atau refleksi
kebudayaan, rekreasi, atau olahraga memberikan keterkaitan keterampilan teknik dengan kehidupan
sumbangan terhadap peningkatan pengetahuan, sosial yang lebih luas.

DAFTAR PUSTAKA
Darkenwald, G. G., & Merriam, S. B. (1982). Adult Putri, M. S. (Presiden Republik Indonesia). (2003).
education: Foundation of practice. New York: Undang-Undang Republik Indonesia, No. 20
Harper & Row, Publishers. Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
Jakarta.
Okamoto, K. (1994). Lifelong learning movement in
Japan: Strategy, practices, and challenges. Unesco House. (1972). Interdisciplinary symposium on
Japan Ministry of Education, Science and life-long education (Report). Paris.
Culture.

18 Jurnal Ilmiah VISI PTK-PNF - Vol. 1, No.2, 2006

Anda mungkin juga menyukai