Oleh
M. Syukri
(IP, FKIP, Universitas Tanjungpura, Pontianak)
Gambar 1
Hubungan Fungsional
Antara Komponen-komponen Pendidikan nonformal
MASUKAN
LINGKUNGA
N
MASUKAN MASUKAN LAIN
SARANA
PROSES KELUARAN
MASUKAN PENGARUH
MENTAH
MASUKAN
LINGKUNGAN
Berdasarkan gambar di atas, maka Pendidikan literasi media
untuk tiap komponen pendidikan tersebut dapat diarahkan pada
literasi media dapat dijelaskan sebagai kelompok-kelompok masyarakat
berikut: dengan memberi prioritas kepada
a. Masukan lingkungan, merupakan kelompok-kelompok masyarakat yang
unsur-unsur yang mendorong terja- dianggap rentan terhadap pengaruh
dinya atau berjalannya program negatif media massa. Pada umumnya,
pendidikan nonformal. Dalam hal kelompok-kelompok masyarakat yang
ini dapat berupa kelompok-kelom- rentan terhadap pengaruh negatif
pok kegiatan ekstrakurikuler jurna- tersebut adalah kelompok remaja yang
listik dan pengelola majalah berusia antara 14-18 tahun. Kelompok
dinding/majalah sekolah di SMP masyarakat ini sudah meninggalkan
atau SMU/SMK, kelompok masa kanak-kanaknya namun belum
pengajian ibu-ibu atau kelompok mencapai taraf kedewasaan.
taruna karya. Kelompok usia remaja
b. Masukan sarana, merupakan sumber dipandang sebagai kelompok
dan fasilitas yang memungkinkan masyarakat yang tinggi daya
terjadinya pembelajaran yakni imitatifnya terhadap apa yang dilihat
fasilitator literasi media, bahan ajar, dan didengar dari media massa.
dan tempat berlangsungnya Padahal apa yang disiarkan media
pembelajaran. massa, seperti televisi, belum tentu
c. Masukan mentah, merupakan merupakan contoh yang baik atau tepat
peserta didik pendidikan literasi untuk diterapkan dalam kehidupan
media yang dapat berupa anggota sehari-hari. Tayangan kekerasan,
kelompok pengelola majalah pornografis atau gaya hidup konsumtif
sekolah/majalah dinding, anggota tentu bukan hal yang cocok untuk
kelompok kegiatan ekstrakurikuler ditiru. Gaya hidup konsumtif bagi
jurnalistik di sekolah atau anggota remaja yang belum termasuk
taruna karya dan anggota kelompok masyarakat yang produktif
kelompok-kelompok pengajian. secara ekonomis. Untuk memenuhi
d. Masukan lain merupakan sarana kebutuhan konsumsinya bergantung
yang mendukung peserta didik kepada orang tua atau walinya.
untuk menggunakan kemampuan- Kompetensi literasi media ini,
nya saat menjadi khalayak media sekarang memang belum mendapatkan
massa. banyak perhatian di Indonesia,
e. Proses merupakan interaksi edukasi mengingat Indonesia sendiri
khususnya antara fasilitator dan menghadapi masalah literasi dalam
peserta didik/warga belajar artian keaksaraan karena jumlah orang
pendidikan literasi media. yang tuna-aksara masih cukup besar
Pembelajaran dapat menggunakan jumlahnya. Wajar bila prioritas lebih
pendekatan partisipatif atau banyak diberikan terhadap upaya
kolaboratif. mengatasi tuna aksara. Persentase
f. Keluaran merupakan terjadinya orang yang tuna-aksara di Indonesia
perubahan sikap, pengetahuan, nilai diperkirakan masih di atas 10% dari
dan perilaku terhadap isi media keseluruhan penduduk, sehingga masih
massa diperlukan kerja keras untuk bisa
g. Pengaruh merupakan dampak yang membebaskan bangsa ini untuk
terasakan oleh masyarakat setelah menjadi bangsa yang bebas tuna-
peserta didik menjadi orang yang aksara.
memiliki kemampuan literasi media
Akan tetapi, dalam masyarakat wujud persiapan dalam transisi dari
komunikasi massa seperti sekarang ini, masyarakat industrial atau agraris
orang yang tuna aksara pun pada menuju masyarakat informasi. Bila
dasarnya menjadi khalayak media pun terjadi kesenjangan antara struktur
massa. Karena untuk mendengarkan dan kultur, maka kesenjangan tersebut
siaran radio atau menonton televisi tak diharapkan tak begitu besar sehingga
banyak diperlukan kemampuan baca- tidak membutuhkan waktu lama untuk
tulis. Namun media massa dalam menyeleraskannya.
memberikan pengaruh baik negatif Sejumlah negara sudah
maupun positif, tidak ditentukan oleh mempersiapkan dan bahkan sudah
kemampuan baca-tulis tersebut. menjalankan program literasi media
Bahkan mungkin saja, tersebut. Bahkan pada tahun 1982,
ketidakmampuan baca-tulis justru akan wakil-wakil dari 19 negara mengikuti
mendorong semakin besarnya Simposium Internasional Pendidikan
pengaruh negatif media massa. Media yang diselenggarakan UNESCO
Mengingat mereka yang tuna-aksara di Grundwald, Jerman yang
akan lebih banyak menyerap dan tidak menghasilkan Dokumen Grunwald.
melakukann dialog dengan apa yang Dokumen tersebut menyatakan, media
diperolehnya dari media massa dan massa tak bisa dihindarkan lagi dalam
juga tak memperoleh bandingan peri kehidupan modern. Namun tidak
informasi dari media lain khususnya perlu untuk mengutuk atau
media cetak. menyalahkan media melainkan yang
Bangsa Indonesia sudah lebih diperlukan adalah menerima
mengalami kesenjangan antara struktur media massa dan mengapresiasinya
dan kultur tatkala bangsa ini melalui sebagai unsur kebudayaan yang
program pembangunan jangka penting di dunia saat ini. Bahkan
panjangnya berubah dari struktur dokumen tersebut menyatakan,
masyarakat agraris menjadi masyarakat “Sistem pendidikan dan politik perlu
industrial. Namun secara kultural, mengakui kewajibannya untuk
banyak hal yang menunjukkan bahwa mendorong warga negaranya memiliki
meski secara struktural sebagian kemampuan memahami secara kritis
anggota masyarakat sudah memasuki fenomena komunikasi.” (UNESCO,
masyarakat industrial namun secara 2003)
kultural masih hidup di alam Tapi pada sisi yang lain,
agrikultural. Akibatnya muncul dokumen tersebut mengakui,
berbagai permasalahan sosial akibat “Disayangkan, sistem pendidikan
adanya kesenjangan struktural dan nonformal dan informal masih kecil
kultural seperti itu, yang antara lain perannya dalam mendorong
tercermin dalam perilaku berlalu- pendidikan media.” (UNESCO, 2003).
lintas, perilaku belajar di lembaga Karena itu, dokumen tersebut
pendidikan formal atau contoh lebih menyerukan:
kongkret lagi keengganan untuk antre 1. Memprakarsai dan mendorong
dan membuang sampah di sembarang program-program pendidikan emdia
tempat. yang komprehensif FPXODL GDUL
Pengalaman bangsa ini tatkala jenjang pra-sekolah hingga
melakukan transisi dari masyarakat universitas dan pendidikan orang
agraris menjadi masyarakat industrial dewasaF \DQJ EHrtujuan untuk
dengan segala permasalahannya tentu mengembangkan keterampilan dan
tidak perlu diulangi lagi. Pendidikan sikap yang akan mendorong
literasi media merupakan salah satu perkembangan kesaaran kritis dan
kompetensi yang lebih besar di pendidikan media tersebut. Apalagi
antara pemakai media elektronik dasar hukum untuk melakukan
dan cetak. Idealnya, pendidikan pendidikan media tersebut,
seperti ini mencakup analisa sesungguhnya sudah cukup kuat yakni
produk-produk media, penggunaan UU Penyiaran tahun 2002.
media sebagai sarana untuk Bila langkah pendidikan
berkespresi dan memanfaatkan serta media tersebut tidak dilakukan dan
berpartisipasi secara efektif pada kebanyakan orang Indonesia tidak
saluran-saluran media yang tersedia. dikategorikan sebagai media literate
2. Mengembangkan kursus-kursus maka dikhawatirkan, media akan lebih
pelatihan untuk pera guru dan para memberikan dampak negatif bagi
tokoh pendidikan untuk perkembangan dan masa depan bangsa
meningkatkan pemahaman terhadap ini. Hal tersebutlah yang sebetulnya
media dan melatih mereka dengan disadari Jepang yang membentuk
metode pelatihan yang tepat, sebuah Kelompok Studi tentang
selanjutnya akan disebarluaskan Remaja dan Literasi Media, yang
kepada para siswa sebagai bentuk bgeranggotakan guru besar dari
keterampilan yang perlu dimiliki berbagai disiplin ilmu seperti pendi-
para siswa. dikan, komunikasi, sosial dan politik
3. Mendorong penelitian dan serta desain dari berbagai universitas
pengembangan kegiatan-kegiatan untuk merumuskan pendidikan literasi
yang bermanfaat bagi pendidikan media bagi warga Jepang.
media seperti dalam bidang Sudah sewajarnyalah bila
psikologi, sosiologi dan ilmu langkah serupa pun mulai dilakukan di
komunikasi. Indonesia. Bagaimana pun Indonesia
4. Mendukung dan memperkuat memerlukan pendidikan literasi media,
tindakan yang dilakukan atau mengingat pertumbuhan dan
ditunjang UNESCO yang bertujuan perkembangan media massa di
untuk mengembangkan kerjasama Indonesia, secara struktural, tak
internasional dalam pendidikan berbeda dengan pertumbuhan dan
media. (UNESCO,2003). perkembangan yang terjadi di negara
Hal tersebut menunjukkan lain. Pendidikan literasi media ini,
bahwa pendidikan media yang pada pada umumnya, berada pada ranah
akhirnya membawa pada literasi media pendidikan nonformal.
memang sudah sejak lama disadara arti
pentingnya oleh berbagai kalangan, Penutup
termasuk UNESCO. Bahkan secara Media massa merupakan
khusus UNESCO melalui Dokumen bagian dari kehidupan manusia modern
Grunwald itu menyebutkan pentingnya yang memberikan dampak positif dan
PNF melalui kegiatan pendidikan negatifnya. Terhadap dampak negatif
informal dan nonformal untuk media massa tersebut, tidak cukup
menyelenggarakan pendidikan media, hanya dengan menyalahkan dan
demi kebaikan dan peran warga negara mengutuk media massa melainkan
dalam masyarakat yang semakin tak diperlukan langkah-langkah
bisa melepaskan diri dari media massa. pendidikan literasi media, sehingga
Bila pada tataran internasional manusia bisa mengambil manfaaat
sudah seperti itu adanya, maka sudah sebesar-besarnya dari kehadiran media
barang tentu Indonesia sebagai negara massa.
yang menjadi anggota UNESCO pun Dalam tulisan ini memang
diharapkan bisa mengembangkan belum mengambil istilah yang tegas
untuk literasi media. Di beberapa
negara ada yang menyamakan namun Center for Media Literacy.2003. What
ada pula yang membedakan antara Media Literacy is Not.
studi media, pendidikan media, literasi [www.document] Dapat diakses:
media, dan kesadaran media. Istilah www.medialit.org/reading_room/
tersebut memang mengandung nuansa article380.html. Tanggal akses: 30
yang berbeda namun pada dasarnya September 2003
memiliki kesamaan makna sehingga
penggunaannya dapat saling Fedorov, Alexander. 2002. Media
dipertukarkan. Ewducation and Media Literacy:
Pendidikan literasi media Expert’s Opinion. Makalah.
merupakan keharusan untuk Moskow: Russian Foundation for
dilaksanakan di Indonesia. Secara Humanities (RGNF)
yuridis, keharusan tersebut dinyatakan
antara lain dalam UU No.40/2002 Fukuyama, Francis & Wagner,
tentang Penyiaran. Selain itu, berbagai Caroline S. 2000. Information and
konferensi internasional yang Biological Revolutions: Global
diselenggarakan UNESCO mendorong Governance Challenges,
agar di negara-negara anggota Washington, D.C.: RAND’s
UNESCO dikembangkan pendidikan Science and Technology Policy
literasi media. Dengan demikian Intitute
Indonesian sebagai salah satu negara
anggota UNESCO memiliki kewajiban Iriantara, Yosal (1986). Model
untuk mengembangkan pendidikan Pelatihan Literasi Media untuk
literasi media ini. Pemberdayaan Khalayak Media
Dokumen Grunwald yang Massa: Studi Pengembangan
dihasilkan dalam sebuah simposium Model Pelatihan Literasi Media
yang difasilitasi UNESCO untuk Keberdayaan Ibu Rumah
menyebutkan perlunya pendidikan Tangga Khalayak Media di Kota
nonformal memainkan peran yang Bandung (Disertasi), PPs UPI
besar dalam menyelenggarakan (tidak diterbitkan).
pendidikan literasi media ini.
Pungente, John. 2002. Nine Factors
Daftar Pustaka that Makes Media Literacy
Flourish. [www.document] Dapat
ACCU News.2001. “Tokyo Statement diakses: www.media-
on Nonformal Education” awareness/ca/resources/
Adopted as Asian Determination- educational/teaching_backgrounde
F2001 ACCU-APPEAL Joint rs/media_literacy/9factors.cfm.
Planning Meeting on Regional Tanggal akses: 25 September
NFE Programmes in Asia and 20003.
the Pacific dalam ABD 2001
Vol. 32 No.2 Murray, Janet. 2003. “Contemporary
Literacy: Essential Skilss for the
Bertelsmann Stiftung & AOL Time- 21st Century” dalam Online
Warner Foundation.2002. White Educator [On-line] Vol. 10 No.2-
Paper: 21st Centry Literacy In a Maret/April 2003. Tersedia: www.
Convergent Media World, Infotoday.com/MMSchool/mar03/
Gütersloh: Bertelsmann Stiftung & murray/shtml 7 halaman.
AOL Time-Warner Foundation
Oberg, Dianne. 1993. “Another
Literacy for the 21st Century:
Media and Information Literacy”
dalam ira Connection (8)1, 9-11
[on-line]. Tersedia:
www.slis.ualberta.ca/oberg_literac
y.htm [12 September 2003]