Anda di halaman 1dari 13

PERAN PENDIDIKAN NONFORMAL

UNTUK PEMASYARAKATAN LITERASI MEDIA

Oleh
M. Syukri
(IP, FKIP, Universitas Tanjungpura, Pontianak)

Abstrak: Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi


melahirkan tantangan agar manusia memiliki kemampuan literasi
lain, di luar melek-huruf. Mengingat, melek-aksara terkait dengan
perkembangan media cetak yang mendorong orang untuk mampu
membaca dan menulis. Dilihat dari perkembangan/perubahan
masyarakat dari masyarakat agraris menjadi masyarakat industri lalu
masyarakat informasi. Banyak pakar yang memperkirakan bahwa
kehidupan umat manusia pada masa depan akan banyak bergantung
pada teknologi komunikasi dan informasi.

Kata kunci: Pendidikan nonformal, literasi media

Pendahuluan Rogers (1986:25) menguraikan


Umat manusia belum mampu kronologi komunikasi manusia. Huruf
menyelesaikan permasalahan buta pertama kali diperkenalkan Bangsa
huruf yang masih diderita jutaan orang Sumeria pada tahun 4.000 SM dengan
di dunia. Berdasarkan data UNESCO medium lempengan tanah liat.
Institute of Statistic, seperti dikutip Sedangkan pencetakan buku dimulai
Education Today, pada tahun 2000 ada pertam kali tahun 1041 di Cina setelah
877 juta orang buta aksara. Bahkan Pi Sheng menemukan mesin cetak
diperkirakan pada tahun 2003, menurut sederhana. Namun perkembangan
laporan Education Today, ada 990 juta pesat terjadi setelah Johann Guttenber
manusia yang buta aksara yang terdiri menggunakan mesin cetak metal yang
atas 877 juta orang dewasa dan 113 mendorong lahirnya barang cetakan
anak-anak. pada tahun 1456. Lahirnya mesin cetak
Belum lagi tantangan untuk melahirkan kebutuhan kemampuan
memampukan manusia menjadi melek- membaca dan menulis, karena dengan
aksara bisa diselesaikan, umat manusia adanya mesin cetak memungkinkan
dihadapkan pada tantangan untuk produksi massal bahan bacaan. Bahkan
mengembangkan pembelajaran yang berbagai kepentingan administrasi
mendorong manusia untuk memiliki publik dan swasta pun menggunkan
literasi (literacy) yang lain. formulir yang tercetak yang harus diisi
Perkembangan ilmu pengetetahuan dan oleh masyarakat yang berhubungan
teknologi melahirkan tantangan agar dengan institusi publik dan swasta itu.
manusia memiliki kemampuan literasi Bila kita perhatikan perkem-
lain, di luar melek-huruf. Wajar bila bangan/perubahan sosial seperti yang
dinyatakan bahwa definisi literasi kini diuraikan Rogers (1986) bisa dilihat
sudah berubah dan akan terus berubah perkembangan/perubahan masyarakat
(Oberg, 1993:9). Mengingat, melek- dari masyarakat agraris menjadi
aksara terkait dengan perkembangan masyarakat industri lalu masyarakat
media cetak yang mendorong orang informasi. Pada masing-masing
untuk mampu membaca dan menulis. masyarakat tersebut, memiliki
karakteristiknya masing-masing. dilaksnakan di Indonesia terutama
Memang, bila mengacu pada pendidikan literasi media bagi
karakteristik yang dibuat Rogers masyarakat dalam era iptek yang
tersebut, saat ini ketiga bentuk berkembang sangat cepat?
masyarakat itu masih hadir di muka
bumi artinya berkembangnya Metode Kajian
masyarakat informasi tidak serta merta Secara metodologi telaah
menggantikan masyarakat industrial permasalahan di atas melalui kajian
dan pertanian. Di Indonesia misalnya literatur dan hasil-hasil penelitian
bisa dilihat bahwa ada warga tentang pendidikan literasi media yang
masyarakat yang hidup dalam dilakukan oleh para para peneliti.
peradaban masyarakat agraris, namun Alasan menggunakan metode ini
ada juga yang hidup dalam masyarakat merupakan landasan seabagai pijakan
informasi. memahami konsep dan strategi untuk
lebih memahami secara konprehensif
Permasalahan dan mendalam tentang peran
Kesiapan masyarakat mengha- pendidikan nonformal dan pendidikan
dapi ledakan arus informasi dan literasi media bagi pendidikan
hiburan melalui media massa tidaklah masyarakat untuk masa depan. Dengan
datang dengan sendirinya sejalan memperhatikan semakin derasnya
dengan makin banyaknya ragam media informasi melalui berbagai sumber
massa. Ada warga masyarakat yang media massa baik dari media cetak
hidup dalam peradaban masyarakat maupun elektronik, termasuk internet.
agraris, namun ada juga yang hidup
dalam masyarakat informasi. Dalam Pendidikan nonformal dan
konteks pendidikan melek media Masyarakat Masa Depan
(literasi media) bagi masyarakat, Perubahan merupakan sesuatu
melalui pendidikan nonformal, ada yang wajar terjadi dalam kehidupan
beberapa pertanyaan yang mesti individu dan sosial. Akan halnya
dijawab.adalah (a) masalah atau isyu perubahan sosial, dapat berlangsung
pendidikan nonformal apakah yang karena direncanakan seperti melalui
dapat diprediksikan timbul di masa berbagai program pembangunan
depan?, (b) apakah pendidikan namun dapat juga terjadi tanpa
nonformal di masa depan itu akan direncanakan sebagai akibat faktor-
lebih baik atau lebih buruk dari faktor yang ada pada diri masyarakat
keadaan pendidikan nonformal pada itu sendiri. Dalam mengkaji arah
masa sekarang?, (c) perkembangan perubahan tersebut, manusia
menarik apakah yang mungkin terjadi mengembangkan kajian masa depan.
dalam pendidikan nonformal pada Hasil kajian atas masa depan
beberapa kurun waktu yang akan itu merupakan langkah umat manusia
datang?, dan (d) apakah signifikansi untuk mengantisipasi perubahan
pendidikan nonformal pada masa sekaligus memberi arah perubahan.
depan itu bagi kehidupan? Dalam Salah satu kajian masa depan itu,
paparan ini hanya akan dibahas tentang seperti tercermin dalam Buku Putih
bagaimana peran pendidikan hasil 21st Century Literacy Summit di
nonformal bagi masyarakat untuk Berlin adalah berkembangnya literasi
masa depan ? dan apa yang telah baru yang diperlukan masyarakat
dilakukan oleh beberapa negara di untuk hidup pada era perkembangan
dunia dan apa dan bagaimana teknologi komunikasi dan informasi.
persiapan dan upaya yang telah Manusia perlu menyesuaikan diri dan
pemerintah di berbagai negara pun Perkembangan teknologi
perlu mengembangkan kebijakan yang komunikasi dan informasi tersebut
akan menumbuhkembangkan literasi mengubah pula lanskap komunikasi
baru yang diperlukan masyarakat. manusia. Batasan mengenai radio
Berkenaan dengan keterkaitan siaran swasta yang hanya bisa
kajian masa depan dan pendidikan bersiaran secara lokal, kini tak
nonformal, Sudjana (2000:308) mungkin lagi dibatasi karena ada
menunjukkan beberapa pertanyaan fasilitas satelit, radio yang dipancarkan
yang mesti dijawab. Pertanyaan- di Jakarta dapat ditangkap di berbagai
pertanyaan tersebut adalah (a) Masalah daerah yang berada dalam jangkauan
atau isyu pendidikan nonformal apakah footprint satelit. Bahkan untuk
yang dapat diprediksikan timbul di mendengarkan siaran radio pun tak
masa depan?, (b) apakah pendidikan perlu menggunakan pesawat radio
nonformal di masa depan itu akan melainkan cukup menggunakan
lebih baik atau lebih buruk dari komputer yang tersambung ke internet.
keadaan pendidikan nonformal pada Media cetak pun tak hanya tampil
masa sekarang?, (c) perkembangan dalam bentuk barang cetakan
menarik apakah yang mungkin terjadi melainkan juga tampil secara digital
dalam pendidikan nonformal pada seperti Kompas.com, Pikiran-Rakyat
beberapa kurun waktu yang akan Online atau Tempo Interaktif.
datang?, dan (d) apakah signifikansi Dalam pada itu, setelah
pendidikan nonformal pada masa Indonesia mengalami reformasi politik,
depan itu bagi kehidupan? media massa bertumbuh dengan sangat
Banyak pakar yang memper- pesat. Indonesia menjadi salah satu
kirakan bahwa kehidupan umat negara yang paling banyak memiliki
manusia pada masa depan akan banyak stasiun televisi yang mengudara secara
bergantung pada teknologi komunikasi nasional yakni 11 stasiun, selain ada
dan informasi. Berbagai kegiatan yang sejumlah stasiun televisi yang
pada awalnya dilakukan secara manual mengudara sexara regional yang
dan bertatap muka kini digantikan dimiliki TVRI dan sejumlah stasiun
dengan mesin yang berbasis teknologi televisi lokal seperti Sangatta TV, JTV
komunikasi dan informasi tersebut. atau Papua TV. Ada pun jumlah media
Mengambil uang di bank tidak harus cetak, tak bisa diketahui dengan pasti
dilakukan pada saat jam kerja pada mengingat saat ini tak lagi diperlukan
teller di bank melainkan melalui ATM surat ijin untuk menerbitkan media
dan membeli barang bisa dilakukan cetak.
dengan melalui internet dan Namun pesatnya perkem-
pembayarannya menggunakan kartu bangan media massa tersebut tak
kredit. Bahkan di beberapa tempat di diikuti dengan kesiapan masyarakat.
Indonesia, seperti di Kabupaten Kutai Kontrol publik terhadap media massa
Timur mulai menerapkan e- sangatlah rendah. Masyarakat seolah
government sehingga warga menempatkan diri pada posisi sebagai
masyarakat tak perlu pergi ke kantor konsumen yang akan menerima apa
kelurahan untuk membuat KTP saja yang disampaikan media massa.
melainkan cukup mengakses situs yang Masyarakat belum menjadi pengontrol
disediakan untuk keperluan tersebut media massa yang membuat media
melalui internet atau melalui telepon. massa tidak melulu beroperasi dengan
pertimbangan bisnis, melainkan juga
Pentingnya Penddikan Literasi melaksanakan fungsi ideal media
Media
massa yakni mendidik, mempengaruhi, garakan pendidikan dan pelatihan
menghibur dan menginformasikan. untuk guru. Artinya, di sini mesti
Di sejumlah negara, dibedakan antara pendidikan media
masyarakatnya sudah mulai dipersiap- dan literasi media yang dijalankan
kan untuk menghadapi era komunikasi sebagai program pendidikan oleh
dan informasi itu dengan mengem- lembaga-lembaga swadaya masyarakat
bangkan literasi-literasi baru. Gerakan dengan pendidikan tentang literasi
literasi media (media literacy) media yang dijalankan sebagai satu
merupakan salah satu langkah untuk program studi di perguruan tinggi
mengembangkan daya-daya publik seperti yang dijalankan di Rusia.
menghadapi media massa. Publik Dengan demikian, kegiatan pendidikan
diajak untuk menerima begitu saja apa literasi media tersebut dijalankan di
yang disampaikan media massa, luar lembaga pendidikan
melainkan menerimanya dengan penuh formal/persekolah meski ada kalanya
daya kritis. Dalam dunia yang semakin dilakukan oleh lembaga pendidikan
menyatu ini, literasi media merupakan seperti lembaga pendidikan tinggi
salah satu hal yang direkomendasikan semisal yang dilakukan di Amerika
untuk dikembangkan di berbagai Serikat dan Australia.
negara pada 21st Century Literacy Bila diacukan pada
Summit di Berlin, 7-8 Maret 2002. karakteristik pendidikan nonformal
Gerakan literasi media ini seperti yang diungkapkan Sudjana
sudah dikembangkan di berbagai (2000:30-33), maka kegiatan
negara. Di Amerika Serikat, gerakan pendidikan literasi media yang
ini banyak dipelopori perguruan tinggi dijalankan di berbagai negara itu pada
yang menjalankan proyek-proyek dasarnya merupakan salah satu
literasi media seperti New Mexico program pendidikan nonformal.
Literacy Project yang dijalankan Sudjana menyebutkan karakteristik
University of New Mexico dan di State pendidikan nonformal itu dapat dilihat,
Universitu of Appalachian membuka baik dari sisi tujuan, waktu, isi
program S-2 literasi media, di Kanada program, proses pembelajaran dan
dijalankan Departemen Pendidikan pengendalian:
yang memasukkan literasi media ke A. Tujuan
dalam kegiatan ekstra kurikuler di 1. Jangka pendek dan khusus
sekolah, di Australia banyak dipelopori 2. Kurang menekankan pentingnya
perguruan tinggi khususnya ijazah
Universitas Edith Cowan, Universitas B. Waktu
Sidney dan Universitas Mcquire. Di 1. Relatif singkat
Rusia, sejak tahun 2002, literasi media 2. Menekankan masa sekarang
menjadi salah satu program studi di 3. Menggunakan waktu yang tidak
peguruan tinggi (lihat Center for Media terus-menerus
Literacy, 2003 & Fedorov, 2002). C. Isi Program
Literasi media ini 1. Kurikulum berpusat pada
dikembangkan melalui kegiatan yang kepentingan-kepentingan peserta
dinamakan pendidikan media dan didik
media studies (lihat, Fedorov, 2002). 2. Mengutamakan aplikasi
Kegiatan pendidikan media dan media 3. Persyaratan masuk ditetapkan
studies itu pada umumnya dilakukan bersama peserta didik
lembaga swadaya masyarakat, lembaga D. Proses Pembelajaran
yang bernaung di bawah perguruan 1. Dipusatkan di lingkungan
tinggi dan lembaga yang menyeleng- masyarakat dan lembaga
2. Berkaitan dengan kehidupan informasi. Permasalahannya, apakah
peserta didik dan masyarakat masyarakat Indonesia memiliki
3. Struktur program yang luwes kesiapan menghadapi ledakan arus
4. Berpusat pada peserta didik informasi dan hiburan yang
5. Penghematan sumber-sumber disampaikan media massa? Kesiapan
yang tersedia masyarakat tersebut antara lain
E. Pengendalian ditunjukkan dengan kemampuan
1. Dilakukan oleh pelaksana program masyarakat untuk mengolah informasi
dan peserta didik yang disampaikan media massa dan
2. Pendekatan demokratis, hubungan tidak mudah terpengaruh oleh apa yang
antara pendidik dan peserta didik ditawarkan media massa. Pendidikan
bercorak hubungan sejajar atas media dan literasi media di berbagai
dasar kefungsian. negara selalu terkait dengan upaya
Dilihat dari aspek proses untuk mencegah dampak negatif media
pembelajaran yang menjadi karakteris- massa melalui kegiatan pemberdayaan
tik pendidikan literasi media sebagai publik (lihat, Davis, 1992)
kelanjutan dari kemampuan baca-tulis Kesiapan masyarakat
seperti yang diungkapkan dalam Buku menghadapi ledakan arus informasi
Putih KTT Literasi Abad ke-21 di dan hiburan melalui media massa
Berlin, menunjukkan pendidikan ini tidaklah datang dengan sendirinya
memang dipusatkan di lingkungan sejalan dengan makin banyaknya
masyarakat dan lembaga. Selain itu, ragam media massa. Pendidikan media
karena masyarakat mutakhir ini merupakan alternatif yang dilakukan di
dijuluki juga masyarakat komunikasi banyak negara untuk menangkal
massa, maka persentuhan dengan pengaruh negatif media massa
media massa menjadi tak terhindarkan sekaligus untuk memberdayakan
lagi sehingga pendidikan literasi media publik sehingga berkemampuan untuk
pada dasarnya berkaitan dengan menghadapi ledakan informasi dan
kehidupan peserta didik dan hiburan melalui media massa.
masyarakat. Tentu saja struktur
program pendidikannya pun luwes, Pendidikan Melek Media
berpusat pada peserta didik dan Pendidikan literasi media yang
menghemat sumber-sumber yang diamanatkan pada Pasal 52 (2) UU No.
tersedia. 32/2002 tentang Penyiaran dinyatakan
Praktik pendidikan literasi dilakukan “organisasi nirlaba, lembaga
media di berbagai negara menunjuk- swadaya masyarakat, perguruan tinggi
kan, pendidikan ini dapat dilangsung- dan kalangan pendidikan”. Tentu saja,
kan di mana pun. Sejauh ada peserta pendidikan tersebut tak dapat
didik dan sumber belajar, kegiatan dilakukan dalam kerangka pendidikan
pembelajaran dilangsungkan. Beberapa sekolah. Dari banyak negara yang
organisasi yang menggerakkan mengembangkan literasi media, hanya
pendidikan literasi media Kanada yang memasukan literasi
menggunakan media belajar mulai dari media ke dalam kuruikulum
poster hingga membuka situs di pendidikan sekolah. Di negara lain
internet. Namun dengan struktur seperti di negara-negara Eropa,
program yang longgar. Amerika Serikat dan Australia
Masyarakat masa depan dilakukan oleh lembaga pendidikan
Indonesia, tentu juga tak akan lepas tinggi dan lembaga swadaya
dari pengaruh perkembangan dan masyarakat. Beberapa perguruan tinggi
aplikasi teknologi komunikasi dan membentuk lembaga yang
mengembangkan literasi media bagi 4. Ada pelatihan pada distrik sekolah
para guru sekolah seperti yang yang merupakan bagian dari
dilakukan di Babson College Amerika implementasi program
Serikat dan di Universitas North 5. Distrik sekolah membutuhkan
Caroline di Chapel Hill. konsultan yang memiliki kepakaran
Dengan demikian, pada dalam literasi media, dan mampu
dasarnya pendidikan literasi media membangun jaringan komunikasi
lebih merupakan kegiatan pendidikan 6. Menyediakan materi audio-visual
nonformal (PNF). Menurut Sudjana dan buku-buku ajar yang cocok dan
(2000:23) PNF adalah “pendidikan relevan dengan daerah tersebut
yang program-programnya bersifat 7. Mesti dibuat organisasi penunjang
nonformal, memiliki tujuan dan yang dibentuk dengan maksud
kegiatan yang terorganisasi, menyelenggarakan lokakarya,
diselenggarakan di lingkungan konferensi, diseminasi kalawarta,
masyarakat dan di lembaga-lembaga, dan mengembangkan unit-unit
untuk melayani kebutuhan khusus para kurikulum. Sebagaimana layaknya
peserta didik”. organisasi profesional, organisasi
Besarnya peran PNF dalam ini mesti melintasi dewan sekolah
pengembangan pendidikan literasi dan distrik untuk melibatkan
media tersebut dapat dilihat dari uraian berbagai pihak yang berminat dalam
Pungente (2002) mengenai faktor- literasi media.
faktor yang mendorong berkembang- 8. Mesti ada instrumen evaluasi yang
nya literasi media, yakni: memadai yang cocok untuk sifat
1. Seperti halnya program-program khas studi media
inovatif lainnya, literasi media 9. Karena literasi media mencakup
mesti merupakan gerakan grass- berbagai keahlian dan kepakaran,
roots. Para guru perlu berinisiatif maka mesti ada kolaborasi di antara
dalam melakukan lobi untuk guru, orang tua siswa, peneliti dan
memasukan literasi media ke dalam profesional media.
kurikulum sekolah. Dengan memperhatikan ke-9
2. Otoritas pendidikan mesti faktor yang mendorong pertumbuhan
memberikan dukungan yang jelas pendidikan literasi media tersebut,
terhadap program-program seperti jelas PNF memainkan peran yang
itu dengan memberi mandat pada besar. Penyelenggaraan program
pengajaran media studies di dalam pendidikan literasi media tersebut, di
kurikulum; membuat pedoman dan negara maju sekalipun, seperti yang
buku sumber; memastikan diuraikan di atas, bukan atau belum
kurikulumnya dikembangkan; dan menjadi bagian dari kurikulum
menyediakan bahan-bahan yang pendidikan sekolah. Padahal, makin
diperlukan. hari makin disadari pentingnya
3. Fakultas-fakultas pendidikan mesti pendidikan literasi media ini mengigat
mempekerjakan staf yang mampu dunia sekarang ini menjadi tempat
melatih guru masa depan dalam tumbuh subur media massa dengan
bidang ini. Jadi mesti ada dukungan pengaruh positif dan negatifnya.
akademik dari pendidikan tinggi Satu hal yang menarik
dalam menulis kurikulum dan diperhatikan, salah satu faktor
menyediakan konsultasi yang pendorong perkembangan pendidikan
berkelanjutan. literasi media adalah menjadikannya
sebagai gerakan akar-rumput. Artinya,
pendidikan literasi media sebagai satu
gerakan tentu bukan gerakan yang masyarakat yang menjadi khalayak
dicanangkan secara resmi oleh media massa adalah mereka yang
pemerintah atau lembaga-lembaga duduk di bangku sekolah dasar dan
resmi laiannya melainkan lebih menengah. Pada saat ini, hampir semua
merupakan gerakan yang orang sudah menjadi khalayak media
dikembangkan di tengah masyarakat massa. Apalagi bila mengingat, dunia
oleh masyarakat sendiri. Hal ini bisa sedang bergerak menjadi dunia yang
dimengerti bila mengingat, pendidikan dihuni masyarakat informasi, yang
literasi media pada dasarnya lebih tingkat kebergantungannya pada media
merupakan kebutuhan warga massa semakin tinggi.
masyarakat yang merasakan Di Indonesia, pendidikan
kekhawatiran dampak negatif media literasi media belum banyak berjalan.
massa. Namun pada saat yang sama Setelah reformasi politik tahun 1998,
merasa tak memiliki akses terhadap isi yang kemudian memunculkan
media massa dan juga tidak memiliki perubahan kebijakan dalam bidang
cukup kekuatan untuk mempengaruhi media massa dan diundangkannya 2
proses pengambilan keputusan yang UU yang berkaitan dengan media
berimplikasi terhadap siaran/publikasi massa yakni UU No.40/1999 tentang
hiburan dan informasi yang Pers dan UU No.32/2002 tentang
disampaikan media massa. Penyiaran, upaya untuk
Meski kemudian, Sejak tahun mengembangkan kehidupan media
2000-an, perhatian pemerintah di massa lebih terfokus pada lembaga
negara-negara maju terhadap media massa. Karena itu banyak
pendidikan literasi media ini mulai berdiri lembaga swadaya masyarakat
berkembang. Di Amerika Serikat yang bergerak dalam bidang
misalnya pada 1 Juni 2001 pengawasan media/pers (media/press-
diselenggarakn Media Literacy watch). Padahal UU Penyiaran
Summit yang bertempat di Gedung misalnya menyebutkan, pentingnya
Putih, Washington DC (lihat, National melakukan pendidikan media agar
Youth Anti-Drugs Media Campaign, masyarakat bisa mencapai taraf literasi
2001). Begitu juga halnya di Irlandia, media.
pemerintahnya memutuskan untuk Pendidikan literasi media pada
memasukkan pendidikan literasi media dasarnya merupakan upaya penguatan
ini ke dalam kurikulum sekolah dasar dan pemberdayaan khalayak media
dan sekolah menengah (lihat, O’Neill, massa. Pilihan penguatan khalayak
2000). media massa dilakukan mengingat isi
Adanya perhatian terhadap media massa pada dasarnya tidak lagi
pendidikan literasi media yang diikuti dapat dikontrol publik. Setiap media
dengan adanya kebijakan untuk massa memiliki mekanismenya sendiri
melakukan pendidikan media ini telah untuk menentukan apa yang akan
mengubah watak pendidikan literasi disampaikan kepada publik. Dengan
media dari sebuah gerakan sosial demikian pilihan melakukan
menjadi satu bidang studi di sekolah- pendidikan literasi media merupakan
sekolah atau setidaknya menjadi pilihan yang tepat untuk kondisi
bagian dari kegiatan ekstra-kurikuler. kehidupan media massa sekarang ini
Namun pada dasarnya, pendidikan dan perkembangan masyarakat saat ini.
literasi media ini merupakan kegiatan Indonesia sebagai negara yang sedang
pendidikan yang dijalankan oleh mengalami transisi menuju negeri
masyarakat untuk masyarakat. demokrasi yang dewasa membutuhkan
Mengingat, tidak semua anggota media massa yang berperan
mengarahkan masyarakat menuju kalangan masyarakat. Program-
kedewasaan dalam kehidupan program literasi media tersebut tentu
demokrasi. Namun pada sisi lain, masa saja tak bisa diseragamkan, sehingga
transisi ini juga diwarnai dengan mesti dikembangkan program
pertumbuhan media massa sebagai pendidikan literasi media untuk
bentuk kegiatan komersial yang berbagai kelompok masyarakat seperti
merupakan wujud industri media. untuk siswa SD, siswa SMP, siswa
Sesuai dengan hukum yang berlaku SMU/SMK, mahasiswa, ibu rumah
dalam dunia industri, maka isi yang tangga dan berbagai kelompok
dipublikasikan media massa pun tentu masyarakat lainnya.
tak akan bisa melepaskan diri dari
mekanisme pasar produk industri yang Program Pendidikan Nonformal
mesti menyesuaikan diri dengan selera dalam Pendidikan Literasi Media
masyarakatnya. Program PNF, apa pun jenis
Itu merupakan beberapa fakta dan ragam pendidikan yang dijalankan
tentang dunia media massa Indonesia dapat dijelaskan dengan menggunakan
yang mendorong munculnya pendekatan komponen-komponen
kebutuhan terhadap pendidikan literasi pendidikan nonformal. Sudjana
media. PNF tentu saja ditantang untuk (2000:34), menggambarkan hubungan
memberikan kontribusi terhadap upaya fungsional antara komponen, proses
mengembangkan literasi media di dan tujuan PNF (PNF) sebagai berikut:

Gambar 1
Hubungan Fungsional
Antara Komponen-komponen Pendidikan nonformal
MASUKAN
LINGKUNGA
N
MASUKAN MASUKAN LAIN
SARANA

PROSES KELUARAN

MASUKAN PENGARUH
MENTAH

MASUKAN
LINGKUNGAN
Berdasarkan gambar di atas, maka Pendidikan literasi media
untuk tiap komponen pendidikan tersebut dapat diarahkan pada
literasi media dapat dijelaskan sebagai kelompok-kelompok masyarakat
berikut: dengan memberi prioritas kepada
a. Masukan lingkungan, merupakan kelompok-kelompok masyarakat yang
unsur-unsur yang mendorong terja- dianggap rentan terhadap pengaruh
dinya atau berjalannya program negatif media massa. Pada umumnya,
pendidikan nonformal. Dalam hal kelompok-kelompok masyarakat yang
ini dapat berupa kelompok-kelom- rentan terhadap pengaruh negatif
pok kegiatan ekstrakurikuler jurna- tersebut adalah kelompok remaja yang
listik dan pengelola majalah berusia antara 14-18 tahun. Kelompok
dinding/majalah sekolah di SMP masyarakat ini sudah meninggalkan
atau SMU/SMK, kelompok masa kanak-kanaknya namun belum
pengajian ibu-ibu atau kelompok mencapai taraf kedewasaan.
taruna karya. Kelompok usia remaja
b. Masukan sarana, merupakan sumber dipandang sebagai kelompok
dan fasilitas yang memungkinkan masyarakat yang tinggi daya
terjadinya pembelajaran yakni imitatifnya terhadap apa yang dilihat
fasilitator literasi media, bahan ajar, dan didengar dari media massa.
dan tempat berlangsungnya Padahal apa yang disiarkan media
pembelajaran. massa, seperti televisi, belum tentu
c. Masukan mentah, merupakan merupakan contoh yang baik atau tepat
peserta didik pendidikan literasi untuk diterapkan dalam kehidupan
media yang dapat berupa anggota sehari-hari. Tayangan kekerasan,
kelompok pengelola majalah pornografis atau gaya hidup konsumtif
sekolah/majalah dinding, anggota tentu bukan hal yang cocok untuk
kelompok kegiatan ekstrakurikuler ditiru. Gaya hidup konsumtif bagi
jurnalistik di sekolah atau anggota remaja yang belum termasuk
taruna karya dan anggota kelompok masyarakat yang produktif
kelompok-kelompok pengajian. secara ekonomis. Untuk memenuhi
d. Masukan lain merupakan sarana kebutuhan konsumsinya bergantung
yang mendukung peserta didik kepada orang tua atau walinya.
untuk menggunakan kemampuan- Kompetensi literasi media ini,
nya saat menjadi khalayak media sekarang memang belum mendapatkan
massa. banyak perhatian di Indonesia,
e. Proses merupakan interaksi edukasi mengingat Indonesia sendiri
khususnya antara fasilitator dan menghadapi masalah literasi dalam
peserta didik/warga belajar artian keaksaraan karena jumlah orang
pendidikan literasi media. yang tuna-aksara masih cukup besar
Pembelajaran dapat menggunakan jumlahnya. Wajar bila prioritas lebih
pendekatan partisipatif atau banyak diberikan terhadap upaya
kolaboratif. mengatasi tuna aksara. Persentase
f. Keluaran merupakan terjadinya orang yang tuna-aksara di Indonesia
perubahan sikap, pengetahuan, nilai diperkirakan masih di atas 10% dari
dan perilaku terhadap isi media keseluruhan penduduk, sehingga masih
massa diperlukan kerja keras untuk bisa
g. Pengaruh merupakan dampak yang membebaskan bangsa ini untuk
terasakan oleh masyarakat setelah menjadi bangsa yang bebas tuna-
peserta didik menjadi orang yang aksara.
memiliki kemampuan literasi media
Akan tetapi, dalam masyarakat wujud persiapan dalam transisi dari
komunikasi massa seperti sekarang ini, masyarakat industrial atau agraris
orang yang tuna aksara pun pada menuju masyarakat informasi. Bila
dasarnya menjadi khalayak media pun terjadi kesenjangan antara struktur
massa. Karena untuk mendengarkan dan kultur, maka kesenjangan tersebut
siaran radio atau menonton televisi tak diharapkan tak begitu besar sehingga
banyak diperlukan kemampuan baca- tidak membutuhkan waktu lama untuk
tulis. Namun media massa dalam menyeleraskannya.
memberikan pengaruh baik negatif Sejumlah negara sudah
maupun positif, tidak ditentukan oleh mempersiapkan dan bahkan sudah
kemampuan baca-tulis tersebut. menjalankan program literasi media
Bahkan mungkin saja, tersebut. Bahkan pada tahun 1982,
ketidakmampuan baca-tulis justru akan wakil-wakil dari 19 negara mengikuti
mendorong semakin besarnya Simposium Internasional Pendidikan
pengaruh negatif media massa. Media yang diselenggarakan UNESCO
Mengingat mereka yang tuna-aksara di Grundwald, Jerman yang
akan lebih banyak menyerap dan tidak menghasilkan Dokumen Grunwald.
melakukann dialog dengan apa yang Dokumen tersebut menyatakan, media
diperolehnya dari media massa dan massa tak bisa dihindarkan lagi dalam
juga tak memperoleh bandingan peri kehidupan modern. Namun tidak
informasi dari media lain khususnya perlu untuk mengutuk atau
media cetak. menyalahkan media melainkan yang
Bangsa Indonesia sudah lebih diperlukan adalah menerima
mengalami kesenjangan antara struktur media massa dan mengapresiasinya
dan kultur tatkala bangsa ini melalui sebagai unsur kebudayaan yang
program pembangunan jangka penting di dunia saat ini. Bahkan
panjangnya berubah dari struktur dokumen tersebut menyatakan,
masyarakat agraris menjadi masyarakat “Sistem pendidikan dan politik perlu
industrial. Namun secara kultural, mengakui kewajibannya untuk
banyak hal yang menunjukkan bahwa mendorong warga negaranya memiliki
meski secara struktural sebagian kemampuan memahami secara kritis
anggota masyarakat sudah memasuki fenomena komunikasi.” (UNESCO,
masyarakat industrial namun secara 2003)
kultural masih hidup di alam Tapi pada sisi yang lain,
agrikultural. Akibatnya muncul dokumen tersebut mengakui,
berbagai permasalahan sosial akibat “Disayangkan, sistem pendidikan
adanya kesenjangan struktural dan nonformal dan informal masih kecil
kultural seperti itu, yang antara lain perannya dalam mendorong
tercermin dalam perilaku berlalu- pendidikan media.” (UNESCO, 2003).
lintas, perilaku belajar di lembaga Karena itu, dokumen tersebut
pendidikan formal atau contoh lebih menyerukan:
kongkret lagi keengganan untuk antre 1. Memprakarsai dan mendorong
dan membuang sampah di sembarang program-program pendidikan emdia
tempat. yang komprehensif FPXODL GDUL
Pengalaman bangsa ini tatkala jenjang pra-sekolah hingga
melakukan transisi dari masyarakat universitas dan pendidikan orang
agraris menjadi masyarakat industrial dewasaF \DQJ EHrtujuan untuk
dengan segala permasalahannya tentu mengembangkan keterampilan dan
tidak perlu diulangi lagi. Pendidikan sikap yang akan mendorong
literasi media merupakan salah satu perkembangan kesaaran kritis dan
kompetensi yang lebih besar di pendidikan media tersebut. Apalagi
antara pemakai media elektronik dasar hukum untuk melakukan
dan cetak. Idealnya, pendidikan pendidikan media tersebut,
seperti ini mencakup analisa sesungguhnya sudah cukup kuat yakni
produk-produk media, penggunaan UU Penyiaran tahun 2002.
media sebagai sarana untuk Bila langkah pendidikan
berkespresi dan memanfaatkan serta media tersebut tidak dilakukan dan
berpartisipasi secara efektif pada kebanyakan orang Indonesia tidak
saluran-saluran media yang tersedia. dikategorikan sebagai media literate
2. Mengembangkan kursus-kursus maka dikhawatirkan, media akan lebih
pelatihan untuk pera guru dan para memberikan dampak negatif bagi
tokoh pendidikan untuk perkembangan dan masa depan bangsa
meningkatkan pemahaman terhadap ini. Hal tersebutlah yang sebetulnya
media dan melatih mereka dengan disadari Jepang yang membentuk
metode pelatihan yang tepat, sebuah Kelompok Studi tentang
selanjutnya akan disebarluaskan Remaja dan Literasi Media, yang
kepada para siswa sebagai bentuk bgeranggotakan guru besar dari
keterampilan yang perlu dimiliki berbagai disiplin ilmu seperti pendi-
para siswa. dikan, komunikasi, sosial dan politik
3. Mendorong penelitian dan serta desain dari berbagai universitas
pengembangan kegiatan-kegiatan untuk merumuskan pendidikan literasi
yang bermanfaat bagi pendidikan media bagi warga Jepang.
media seperti dalam bidang Sudah sewajarnyalah bila
psikologi, sosiologi dan ilmu langkah serupa pun mulai dilakukan di
komunikasi. Indonesia. Bagaimana pun Indonesia
4. Mendukung dan memperkuat memerlukan pendidikan literasi media,
tindakan yang dilakukan atau mengingat pertumbuhan dan
ditunjang UNESCO yang bertujuan perkembangan media massa di
untuk mengembangkan kerjasama Indonesia, secara struktural, tak
internasional dalam pendidikan berbeda dengan pertumbuhan dan
media. (UNESCO,2003). perkembangan yang terjadi di negara
Hal tersebut menunjukkan lain. Pendidikan literasi media ini,
bahwa pendidikan media yang pada pada umumnya, berada pada ranah
akhirnya membawa pada literasi media pendidikan nonformal.
memang sudah sejak lama disadara arti
pentingnya oleh berbagai kalangan, Penutup
termasuk UNESCO. Bahkan secara Media massa merupakan
khusus UNESCO melalui Dokumen bagian dari kehidupan manusia modern
Grunwald itu menyebutkan pentingnya yang memberikan dampak positif dan
PNF melalui kegiatan pendidikan negatifnya. Terhadap dampak negatif
informal dan nonformal untuk media massa tersebut, tidak cukup
menyelenggarakan pendidikan media, hanya dengan menyalahkan dan
demi kebaikan dan peran warga negara mengutuk media massa melainkan
dalam masyarakat yang semakin tak diperlukan langkah-langkah
bisa melepaskan diri dari media massa. pendidikan literasi media, sehingga
Bila pada tataran internasional manusia bisa mengambil manfaaat
sudah seperti itu adanya, maka sudah sebesar-besarnya dari kehadiran media
barang tentu Indonesia sebagai negara massa.
yang menjadi anggota UNESCO pun Dalam tulisan ini memang
diharapkan bisa mengembangkan belum mengambil istilah yang tegas
untuk literasi media. Di beberapa
negara ada yang menyamakan namun Center for Media Literacy.2003. What
ada pula yang membedakan antara Media Literacy is Not.
studi media, pendidikan media, literasi [www.document] Dapat diakses:
media, dan kesadaran media. Istilah www.medialit.org/reading_room/
tersebut memang mengandung nuansa article380.html. Tanggal akses: 30
yang berbeda namun pada dasarnya September 2003
memiliki kesamaan makna sehingga
penggunaannya dapat saling Fedorov, Alexander. 2002. Media
dipertukarkan. Ewducation and Media Literacy:
Pendidikan literasi media Expert’s Opinion. Makalah.
merupakan keharusan untuk Moskow: Russian Foundation for
dilaksanakan di Indonesia. Secara Humanities (RGNF)
yuridis, keharusan tersebut dinyatakan
antara lain dalam UU No.40/2002 Fukuyama, Francis & Wagner,
tentang Penyiaran. Selain itu, berbagai Caroline S. 2000. Information and
konferensi internasional yang Biological Revolutions: Global
diselenggarakan UNESCO mendorong Governance Challenges,
agar di negara-negara anggota Washington, D.C.: RAND’s
UNESCO dikembangkan pendidikan Science and Technology Policy
literasi media. Dengan demikian Intitute
Indonesian sebagai salah satu negara
anggota UNESCO memiliki kewajiban Iriantara, Yosal (1986). Model
untuk mengembangkan pendidikan Pelatihan Literasi Media untuk
literasi media ini. Pemberdayaan Khalayak Media
Dokumen Grunwald yang Massa: Studi Pengembangan
dihasilkan dalam sebuah simposium Model Pelatihan Literasi Media
yang difasilitasi UNESCO untuk Keberdayaan Ibu Rumah
menyebutkan perlunya pendidikan Tangga Khalayak Media di Kota
nonformal memainkan peran yang Bandung (Disertasi), PPs UPI
besar dalam menyelenggarakan (tidak diterbitkan).
pendidikan literasi media ini.
Pungente, John. 2002. Nine Factors
Daftar Pustaka that Makes Media Literacy
Flourish. [www.document] Dapat
ACCU News.2001. “Tokyo Statement diakses: www.media-
on Nonformal Education” awareness/ca/resources/
Adopted as Asian Determination- educational/teaching_backgrounde
F2001 ACCU-APPEAL Joint rs/media_literacy/9factors.cfm.
Planning Meeting on Regional Tanggal akses: 25 September
NFE Programmes in Asia and 20003.
the Pacific dalam ABD 2001
Vol. 32 No.2 Murray, Janet. 2003. “Contemporary
Literacy: Essential Skilss for the
Bertelsmann Stiftung & AOL Time- 21st Century” dalam Online
Warner Foundation.2002. White Educator [On-line] Vol. 10 No.2-
Paper: 21st Centry Literacy In a Maret/April 2003. Tersedia: www.
Convergent Media World, Infotoday.com/MMSchool/mar03/
Gütersloh: Bertelsmann Stiftung & murray/shtml 7 halaman.
AOL Time-Warner Foundation
Oberg, Dianne. 1993. “Another
Literacy for the 21st Century:
Media and Information Literacy”
dalam ira Connection (8)1, 9-11
[on-line]. Tersedia:
www.slis.ualberta.ca/oberg_literac
y.htm [12 September 2003]

O’Neill, Brian,.2000. “Media


Education in Ireland: An
Overview” dalam Irish
Communication Review
Vol.8/2000 hlm. 57-64

Rogers, Everette M., 1986.


Communication Technology The
New Media in Society, New York:
The Free Press

Sudjana, D. 2000. Pendidikan


nonformal Wawasan, Sejarah
Perkembangan, Falsafah, Teori
Pendukung, Asas. Bandung: Falah
Production

UNESCO.2003. The Grunwald


Document: The Challenge of
Media Education.
[www.document] Dapat
diakses:medialit.org/reading_room
/article133.htm. Tanggal akses: 11
Oktober 2003.

UNESCO, 2002. “Literacy-The 877


Milion Left Behind” dalam
Education Today No. 2/2002.

Anda mungkin juga menyukai