Anda di halaman 1dari 18

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Penyakit Anemia Aplastik

1. Pengertian Anemia Aplastik


Anemia aplastik adalah suatu gangguan sel-sel induk di sum-sum
tulang belakang yang dapat menimbulkan kematian. Pada keadaan ini
berkurangnya sel darah dalam darah tepi sebagai akibat berhentinya
pembentukan sel hemopoetik dalam sum-sum tulang (Wijaya & Putri,
2013).

Anemia aplastik adalah anemia yang disertai oleh pansitopenia atau


bisitopenia pada darah tepi yang disebabkan oleh kelainan primer pada
sum-sum tulang dalam bentuk aplasia atau hipoplasia tanpa adanya
infiltrasi, supresi atau pendesakan sum-sum tulang (Bakta, 2017).

2. Etiologi Anemia Aplastik


Penyebab anemia aplastik sebagian besar (50-70) tidak diketahui atau
bersifat idiopatik. Sebagian besar penelusuran etiologi dilakukan
melaluipenelitian epidemiologik. Berikut ini adalah berbagai faktor
penyebab anemia aplastik :
a. Primer
1) Kelainan kongenital yaitu Fanconi, Non Fanconi,
Dyskeratosis congenita.
2) Ideopatik : penyebabnya tidak dapat ditentukan
b. Sekunder
1) Akibat radiasi
Hal ini terjadi pada pengobatan penyakit keganasan dengan sinar
X. Peningkatan dosis penyinaran sekali waktu akan menyebabkan
terjadinya pansitopenia. Bila penyinaran dilakukan, sel-sel akan

6
7

berproliferasi kembali. Radiasi dapat menyebabkan anemia


aplastik.
2) Bahan kimia
Bahan kimia yang terkenal dapat menyebabkan anemia aplastik
adalah senyawa benzen.
3) Akibat obat-obatan
Anemia aplastik dapat terjadi atas dasar hipersensitivitas atau
dosis obat berlebihan. Obat yang sering menyebabkan anemia
aplastik adalah kloramfenikol.

Penyebab lain yaitu Infeksi virus dapat menyebabkan anemia


aplastik semakin atau permanen, penyebab sementara dan
permanen sebagai berikut :
a) Sementara
Mononukleosis infeksiosa, Tuberkolosis, Influenza, dengue.
b) Permanen
Penyebab yang terkenal ialah virus hepatitis tipe non-A dan
non-B. Virus ini dapat menyebabkan anemia. Umumnya
anemia aplastik pasca hepatitis ini mempunyai prognosis
yang buruk.

3. Patofisiologi Anemia Aplastik


Menurut (Bakta, 2017) mekanisme terjadinya anemia aplastik
diperkirakan melalui :
a. Kerusakan sel induk (seed theory)
b. Kerusakan lingkungan mikro (soil theory)
c. Mekanisme imunologik

Anemia aplastik disebabkan oleh penurunan sel precursor dalam


tulang dan penggantian sum-sum tulang dengan lemak. Hal ini dapat
terjadi secara congental.
8

Gambar 2.1
Pathway Anemia

Perdarahan Eritrosit prematur Defisiensi besi, Depresi sumsum


masif B12, asam folat tulang kongenital
atau akibat obat-

Kehilangan Umur eritrosit pendek Kekurangan bahan


banyak akibat penghancuran sel baku pembuat sel Pembentukan sel
darah darah merah darah merah hemopoetik terhenti
atau berkurang
Transfusi
Hb menurun (< 10 g/dl), trombositosis
darah Resti infeksi
/trombositopenia, pansitopenia

Ansietas

Kardiovaskule
Perubahan nutrisi
Gastrointestinal
kurang dari
Kontraksi arteriole kebutuhan tubuh
Gangguan absorbsi
nutrient yang diperlukan Pengurangan aliran darah dan
untuk pembentukan sel komponennya ke organ tubuh yang
darah merah kurang vital (anggota gerak),
penambahan aliran darah ke otak
dan jantung
Pengiriman oksigen
dan nutrient ke sel
berkurang

Penurunan BB,
Kelemahan
Intoleransi Pengiriman oksigen dan nutrien
aktivitas sel berkurang

Takikardi, TD menurun, pengisian Perubahan perfusi


kapiler lambat, ekstremitas dingin, jaringan
palpitasi, kulit pucat
9

4. Manifestasi klinis anemia aplastik

Menurut rukman kiswari (2014) Anemia aplastik terutama di


derita oleh orangmuda, denagn puncak insidensi pada kisaran 15-
25 tahun. Beberapa di antaranya memuncak setelah sekitar 60
tahun. Keluhan yang paling umum adalah kelelahan, kelemahan
atau dispnea pada aktivitas fisik berat, konjung tiva mata pucat,
ekstremitas teraba hangat atau dingin. Gejala-gejala lain yang
berkaitan adalah defisiensi trombosit dan sel darah putih.
Defisiensi trombosit dapat mengakibatkan :
a. Ekimosis dan petekie (perdarahan kulit)
b. Epistaksis (perdarahan hidung)
c. Perdarahan saluran cerna
d. Perdarahan saluran kemih

5. Pemeriksaan penunjang anemia aplastik

Menurut Sugeng Jitowijoyo (2018), pada pemeriksaan


laboratorium pada anemia aplastik ditemui :
a. Jumlah Hb lebih rendah dari normal (12-14 g/dl)
b. Kadar Ht menurun (normal 37%-41%)
c. Peningkatan bilirubin total (pada anemia hemolitik)
d. Terlihat retikulosis dan sferositosis pada apusan darah tepi
terdapat pansitopenia, sum-sum tulang kosong diganti lemak.
e. Darah lengkap : jumlah masing-masing sel darah (eritrosit,
leukimia, trombosit)
f. Sum-Sum Tulang : hipoplasia sampai aplasia. Aplasia tidak
menyebar secara merata pada seluruh sum-sum tulang.
Sehingga sum-sum tulang yang normal dalam satu kalu
pemeriksaan tidak dapat menyingkirkan diagnosis anemia
aplasia, harus diulangi pada tempat-tempat yang lain.
10

6. Komplikasi anemia aplastik

Menurut (Wijaya & Putri, 2013)anemia aplastik apabila tidak


ditangani maka akan menyebabkan banyak komplikasi yaitu :
a. Perkembangan otot buruk
b. Daya konsentrasi menurun
c. Hasil uji perkembangan menurun
d. Kemampuan mengolah informasi yang didengar menurun
e. Sepsis
f. Leukimia mielogen akut berhubungan denagn anemia fanconi
g. Gagal jantung akibat anemia berat
h. Kematian akibat infeksi dan perdarahan apabila sel-sel lain
ikut terkena.

B. Konsep Kebutuhan Dasar Manusia

Menurut Mubarak & Chayatin (2008), kebutuhan dasar manusia


merupakan sesuatu yang harus dipenuhi untuk meningkatkan derajat
kesehatan Menurut Abraham Maslow manusia mempunyai lima dasar
kebutuhan yang dikenal dengan “Hirarki Maslow”. Kebutuhan dasar
maslow disusun berdasarkan kebutuhan yang paling penting hingga yang
tidak terlalu penting, adapun kebutuhan yang dimaksud meliputi :
1. Kebutuhan fisiologi
2. Kebutuhan keamanan dan keselamatan, kebutuhan cairan
3. Memiliki dan dimiliki
4. Kebutuhan aktualisasi diri

Pada kasus Anemia Aplastik kebutuhan dasar manusia yang terganggu


adalah kebutuhan fisiologis tepatnya oksigen. Kebutuhan fisiologis
merupakan hal yang mutlak dipenuhi manusia untuk bertahan hidup
(Mubarak& chayatin, 2008).

Oksigenisasi merupakan kebutuhan dasar paling vital dalam kehidupan


manusia. Dalam tubuh oksigen berperan penting di dalam metabolisme
1
1

sel. Kekurangan oksigen akan menimbulkan dampak yang bermakna


bagi tubuh manusia, salah satunya kematian, pada orang sehat, sistem
pernafasan dapat menyediakan kadar oksigen yang cukup untuk
memenuhi kebutuhan tubuh. Akan tetapi pada saat kondisi sakit tertentu,
proses oksigenisasi tersebut dapat terhambat sehingga menunggu
pemenuhan kebutuhan oksigen tubuh (Mubarak, 2007 ).

Kebutuhan oksigenasi merupakan kebutuhan dasar manusia yang


digunakan untuk kelangsungan metabolisme sel tubuh, untuk
mempertahankan hidupnya dan untuk aktifitas berbagai organ atau sel
serta untuk mengalirkan darah keseluruh tubuh. Dalam proses
pemenuhan kebutuhan oksigenisasi tersebut diatur oleh sistem atau organ
tubuh, diantaranya saluran pernafasan atas, bawah serta oksigen
mengedarkan darah keseluruh tubuh (Hidayat & Uliya, 2004).

Darah memerlukan oksigen untuk dapat berfungsi dengan baik.


Kekurangan oksigen dalam darah bisa membuat tubuh mengalami
masalah yakni anemia. Kadar oksigen dalam darah bisa berkurang karena
berbagai hal seperti asama, gangguan paru-paru juga karena kekurangan
zat besi (anemia) dimana kondisi tersebut disebut dengan hipoksiemia.
Anemia juga dapat terjadi jika sel-sel darah merah tidak mengandung
cukupan hemoglobin. Hemoglobin adalah protein yang banyak
memberikan warna merah pada darah. Hemoglobin mengalami
penurunan yang akan mengakibatkan sistem oksigenasi pada darah
terganggu, pada dasarnya hemoglobin berfungsi untuk mengikat oksigen
yang akan mengedarkan darah keseluruh tubuh sehingga sel darah merah
dapat mengalir kedalam tubuh dengan optimal.

Perdarahan masif, kekurangan sel darah merah, pembentukan sel


hemopoetik terhenti sehingga menyebabkan kadar hemoglobin menurun.
Selain itu hemoglobin menurun mengakibatkan pengiriman oksigen
keseluruh tubuh tidak maksimal atau efektif sehingga pasien dengan
anemia akan mengalami kelemahan pada tubuhnya karena suplai oksigen
1
2

yang mengalir keseluruh tubuh tidak sampai pada otak (Wijaya & Putri,
2013).

C. Proses Keperawatan

Pengkajian menurut (Wijaya & Putri, 2013)sebagai berikut :


1. Pengkajian
a. Identitasklienyaitunama,umur,jeniskelamin,agama,sukuatau
bangsa, status perkawinan, pendidikan,pekerjaan, alamat, tanggal
masuk rumah sakit, tanggal pengkajian
b. Keluhan Utama
Biasanya klien datang ke rumah sakit dengan keluhan pucat,
kelelahan, kelemahan dan pusing.
c. Riwayat Kehamilan dan Persalinan
Prenatal : ibu selama hamil pernah menderita penyakit berat,
pemeriksaan kehamilan beberapa kali, kebiasaan pemakaian obat-
obatan dalam jangka waktu lama.
Intranasal : usia kehamilan cukup, proses persalinan dan beberapa
panjang dan berat badan waktu lahir.
Postnatal : keadaan bayi setelah masa, neomatorum, ada trauma
post partum akibat tindakan misalnya forcep, vakum dan
pemberian asi.
d. Riwayat Kesehatan Dahulu
1) Adanya menderita penyakit anemia sebelumnya, riwayat
imunisasi
2) Adanya riwayat trauma, perdarahan
3) Adanya riwayat demam tinggi
4) Adanya riwayat ispa
e. Keadaaan Saat Ini
Klien pucat, kelemahan, sesak nafas, sampai adanya gejala
gelisah, tachikandia, dan penurunan kesadaran.
f. Riwayat kesehatan keluarga
1) Riwayat anemia dalam keluarga
13

2) Riwayat penyakit-penyakit, seperti kanker, jantung, hepatitis,


DM, asma, penyakit-penyakit infeksi saluran pernafasan.

g. Keluhan utama pasien saat ini


1) Pola nutrisi
Makanan terinfeksi pengelolaan yang kurang hygiene
berpengaruh terjadinya diare, sehingga status gizi dapat
berubah ringan sampai jelek dan dapat terjadi
hipoglikemia.Kehilangan berat badan dapat dimanifestasikan
tahap-tahap dehidrasi.
2) Pola eliminasi
BAB (frekuensi,banyak,warna dan bau) atau lender, darah
dapat mendukung secara makroskopis terhadap kuman
penyebab dan cara penangan lebih lanjut BAK perlu dikaji
untuk output terhadap kehilangan cairan lewat urin
3) Pola istirhatat
Kebutuhan istirahat dapat terganggu karena frekuensi diare
yang berlebihan
4) Pola akitivitas
Klien nampak lemah, gelisah sehingga perlu bantuan
sekunder untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.

2. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum : apakah klien tampak lemah sampai sakit berat.
b. Kesadara : apakah klien mengalami compos mentis kooperatif
sampai terjadi penurunan tingkat kesadaran apatis, samnolen,
sopor, coma.
c. Tanda-tanda vital
TD: Tekanan darah menurun (N= 90-110/60-70 mmHg)
Nadi: Frekuensi nadi meningkat, kuat sampai lemah
(Nadi=60-100x/menit)
Suhu : Bisa meningkat atau menurun (N= 36,5-37,2 0C)
Pernafasan : Meningkat
14

d. TB dan BB
Mengalami peningkatan dan mengalami penurunan berat badan.
e. Kulit
Kulit teraba dingin, keringat yang berlebihan, pucat, terdapat
perdarahan dibawah kulit.
f. Kepala
Biasanya bentuk dalam batas normal
g. Mata
Kelainan bentuk tidak ada, konjungtiva anemis, sklera tidak
ikterik terdapat perdarahan sub conjungtiva, keadaan pupil,
palpebra, reflak cahaya tidak ada kelainan.
h. Hidung
Keadaan/bentuk, mukosa hidung, cairan yang keluar dari hidung,
fungsi penciuman biasanya tidak ada kelainan.
i. Telinga
Bentuk, fungsi pendengaran tidak ada kelainan
j. Mulut
Bentuk, mukosa kering, perdarahan gusi, lidah kering, bibir
pecah-pecah atau perdarahan.
k. Leher
Terdapat pembesaran kelenjar getah bening, thyroid lidah
membesar, tidak ada distensi vena jugularis.
l. Thoraks
Pergerakan dada, biasanya pernafasan cepat irama tidak teratur.
Fremitus yang meninggi, percusi sonor, suara nafas bisa vesikular
atau ronchi, wheezing.
m. Abdomen
Cekung, pembesaran hati, nyeri, bising usus normal dan bisa juga
dibawah normal dan bisa juga meningkat.
n. Ekstremitas
Terjadi kelemahan umum, nyeri ekstremitas, tonus otot kurang,
akral dingin.
15

o. Neurologis
Refleksi fasiologis (+) seperti reflek patela, refleks patologi (-)
seperti Babinski, tanda kerniq (-) dan Bruzinki I-II = (-).
p. Kebutuhan dasar
Meliputi kebutuhan nutrisi klien sehubungan dengan anoreksia, diet
yang harus dijalani, pasang NGT, cairan IVFD yang digunakan jika
ada. Pola tidur bisa terganggu. Mandi dan aktivitas dapat terganggu
berhubungan dengan kelemahan fisik. Eliminasi biasanya terjadi
perubhan frekuensi, konsistensi bisa, diare tau konstipasi.
q. Riwayat sosial
Siapa yang mengasuh klien dirumah. Kebersihan di daerah tempat
tinggal, orang terdekat dengan klien. Keadaan lingkungan,
pembuangan sampah.

3. Diagnosa Keperawatan
Menurut (Wijaya & Putri, 2013)menyatakan bahwa diagnosa
keperawatan pada anemia aplastik yaitu :
a. Perubahan nutri kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan ketidak mampuan mencerna/absorbsi nutrient yang
diperlukan untuk pembentukan SDM normal
b. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan penurunan pengiriman
oksigen ke jaringan
c. Perbahan perfusi jaringan berhubungan denagan penurunan
komponen selular yang diperlukan untuk pengiriman oksigen /
nutrisi ke sel
d. Ansietas berhubungan dengan prosedur diagnostik / tranfusi
e. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan pertahanan skunder
tidak adekuat misalnya, penurunan hemoglobin, penurunan
granulosit.
16

berhubungan dengan kelemahan fisik. Eliminasi biasanya terjadi perubahan frekuensi,


konsistensi biasa, diare atau konstipasi
L. INTERVENSI KEPERAWATAN

No Diagnosa Keperawatan Nursing Outcomes Nursing Interventions


Classification (NOC) Classification ( NIC)
1 2 3 4
1 Perfusi perifer tidak efektif Status sirkulasi (0401) Manajemen Cairan (4120)
berhubungan dengan 1. Tekanan darah sistol dan 1. Monitor status
penurunan konsentrasi diastol dalam batas hidrasi
hemoglobin normal ( sistol 110-140 (misalnya,membra
Penyebab: dan diastole 70-90) (5) n mukosa
1. Hiperglikemia 2. Tekanan nadi dalam batas lembab,denyut
2. Penurunan normal (70-75x/menit) nadi
konsentrasi (5) adekuat,tekanan
hemoglobin 3. Capillary refill time darah ortostatik)
3. Peningkatan tekanan <2detik (5) 2. Monitor tanda-tanda
darah 4. Tidak ada kelelahan (5) vital pasien
4. Kekurangan volume 3. Berikan terapi oral,
cairan Perfusi jaringan: perifer seperti yang di
5. Penurunan aliran (407) tentukan
arteri dan/atau vena 1. Wajah tidak pucat (5) 4. Atur ketersedian
6. Kurang aktivitas 2. Tidak ada kelemahan produk darah
visik otot (5) untuk transfusi,
3. Tidak terdapat odema jika perlu
perifer (5) 5. Persiapkan
pemberian produk-
Gejala dan tanda mayor produk darah
1. Pengisian kapiler >3 (misalnya, cek
detik darah dan
2. Nadi perifer menurun mempersiapkan
atau tidak teraba pemasangan infus)
3. Akral teraba dingin
4. Warna kulit pucat
5. Turgor kulit menurun
17

1 2 3 4
Gejala dan tanda minor Tanda-tanda vital (0802) Pengaturan Suhu (3900)
1. Parastesia 1. Suhu tubuh (5) 1. Monitor suhu
2. Edema 2. Tekanan darah sistolik paling tidak
3. Penyembuhan luka dan diastolic (5) setiap 2
lambat 3. Tekanan nadi (5) jam,sesuai
4. Bruit femoralis 4.Tingkat pernafasan (5) kebutuhan
2. Monitor suhu
dan warna kulit
3. Monitor dan
laporkan adanya
tanda dan gejala
dari hipotermia
dan hipertermia
4. Tingkatkan
intake cairan dan
nutrisi

2 Intoleransi aktivitas Toleransi Terhadap Manajemen Energi (180)


berhubungan dengan Aktivitas (005) 1. Kaji status
kelemahan Penyebab: 1. Kemudahan dalam fisiologis pasien
1. Ketidakseimbangan melakukan aktivitas yang
antara suplai dan hidup harian(5) menyebabkan
kebutuhan oksigen 2. Kecepatan dalam kelelahan
2. Tirah baring berjalan(5) 2. Perbaiki deficit
3. Kelemahan 3. Warna kulit (5) fisiologis (anemia)
4. Imobilitas 4. Tekanan darah sistolik : transfusi
5. Gaya hidup menonton dan diastolic ketika 3. Pilih intervensi
beraktivitas normal (5) untuk mengurangi
kelelahan baik
Gejala dan tanda mayor: secara farmakologi
1. Mengeluh lelah maupun
2. Frekuensi jantung nonfarmakologi.
meningkat >20% dari
kondisi istirahat
18

1 2 3 4
Gejala dan tanda mayor : 4. Anjurkan keluarga
1. Dispnea saat/setelah membantu pasien
aktivitas dalam aktivitas
2. Merasa tidak nyaman sehari-hari yang
setelah beraktivitas teratur sesuai
3. Merasa lelah kebutuhan
4. Tekanan darah 5. Ajarkan pasien
berubah> 20% dari mengenali
kondisi istirahat pengelolaan
5. Gambar EKG kegiatan dan
menunjukan aritmia manajemen waktu
saat/setelah aktivitas untuk mencegah
6. Gambar EKG kelelahan
menunjukan iskemia 6. Batasi jumlah
sianosis pengunjung
7. Batasi stimuli
lingkungan yang
menganggu
(misalnya cahaya
atau bising) untuk
memfasilitasi
relaksasi.
8. Evaluasi secara
bertahap kenaikan
level aktivitas
pasien

3 Defisit nutrisi berhubungan Status Nutrisi (1004) Manajemen nutrisi (1100)


kurangnya asupan makanan 1. Asupan gizi (5) 1. Tentukan status gizi
Penyebab: 2. Asupan makanan (5) pasien dan
1. Kurangnya asupan 3. Asupan cairan (5) kemampuan
makanan 4. Energi (5) pasien untuk
2. Ketidakmampuan 5. Hidrasi (5) memenuhi
menelan makan kebutuhan gizi
3. Ketidakmampuan
mencerna makanan
19

1 2 3 4
4. Ketidakmampuan 2. Identifikasi adanya
mengabsorbsi nutrient alergi atau
5. Peningkatan kebutuhan intoleransi
metabolisme. makanan yang
6. Faktor ekonomi (mis: dimiliki pasien.
finalisis tidak cukup) 3. Ciptakan
7. Faktor fisiologis(mis: lingkungan yang
stress, keengganan optimal pada saat
untuk makan) mengkonsumsi
makan (misalnya
Gejala dan tanda mayor bersih,
1. BB menurun berventilasi,
minimal 10% santai, dan bebas
dibawah rentang dari bau yang
ideal menyengat)
Gejala dan tanda minor 4. Lakukan atau bantu
1. Cepat kenyang setelah pasien terkait
makan dengan perawatan
2. Kram/nyeri abdomen mulut sebelum
3. Nafsu makan menurun makan
4. Sariawan 5. Anjurkan pasien
5. Membrane mukosa untuk duduk pada
pucat posisi tegak
6. Diare dikursi, jika
7. Serum albumin turun memungkinkan

4 Ansietas berdasarkan dengan Tingat kecemasan (1211) Pengurangan Kecemasan


prosedur diagnostik/transfusi 1.Tidak dapat beristirahat 95820)
Penyebab: (5) 1. Kaji untuk tanda
1. Krisis situasional 2. Perasaan gelisah (5) verbal dan non
2. Kebutuhan tidak 3.Kesulitan berkosentrasi verbal
terpenuhi (5)
3. Krisis maturasional 4. Pusing (5)
4. Ancaman terhadap 5. Gangguan tidur (5)
konsep diri
6. Ancaman terhadap
kematian
20

1 2 3 4

7. Penyalahgunaan zat 2. Jelaskan semua


8. Faktor keturunan prosedur termasuk
9. Kurang terpapar sensasi yang akan
informasi dirasakan yang
mungkin akan
Gejala dan tanda mayor dialami klien
1. Merasa bingung selama prosedur
2. Merasa khawatir dilakukan
dengan akibat dari 3. Anjurkan keluarga
kondisi yang di hadapi untuk
3. Sulit berkonsentrasi mendampingi
4. Tampak gelisah klien
5. Tampak tegang 4. Ciptakan atmosfer
6. Sulit tidur rasa aman untuk
meningkatkan
kepercayaan
5. Anjurkan
verbalisasi
perasaan, persepsi
dan ketakuatan

Terapi Relaksasi (6040)


1. Gunakan suara yang
lembut dengan
irama yang lambat
untuk setiap kata
2. Tunjukkan dan
praktikkan teknik
relaksasi pada
klien
21

1 2 3 4
5 Resiko infeksi berhubungan Keparahan infeksi (703) Kontrol Infeksi (6540)
dengan pertahanan sekunder 1. Kemerahan (5) 1.Cuci tangan setiap
tidak adekuat. Mis, 2. Nyeri (5) sebelum dan
penurunan hemoglobin, 3. Ketidakstabilan sesudah tindakan
penurunan granulosit suhu (5) keperawatan
faktor risiko : 4. Hilang nafsu makan 2. Pertahankan
1. Penyakit kronis (5) lingkungan aseptic
2. Efek prosedur invasive selama
3. Malnutrisi pemasangan alat
4. Peningkatan paparan 3. Tingkatkan intake
organisme pathogen nutrisi
lingkungan 4.Berikan terapi
5. Ketidakadekuatan antibiotik
pertahanan tubuh
primer :
1) Gangguan
peristaltic
2) Kerusakan
integritas kulit
3) Merokok
4) Statis cairan tubuh
6. Ketidakadekuatan
pertahan tubuh
sekunder :
1) Penurunan
hemoglobin
2) Leucopenia
3) Supresi respon

A. Implementasi

Implementasi adalah realisasi rencana tindakan yang dilakukan untuk


mencapai tujuan kegiatan asuhan keperawatan dengan menggambarkan
kriteria hasil yang diharapkan meliputi pengumpulan data kelanjutan,
mengobservasi respon klien selama proses pelaksanaan tindakan
keperawatan (Suarni & Apriyani, 2017).
22

B. Evaluasi

Menurut (Suarni & Apriyani, 2017) tahap evaluasi merupakan


perbandingan yang sistematik dan terencana tentang kesehatan klien
dengan tujuan yang telah ditetapkan, dilakukan berkesinambungan
dengan melibatkan klien dan tenaga kesehatan. Evaluasi keperawatan
merupakan kegiatan dalam menilai tindakan keperawatan yang telah
ditentukan untuk mengetahui pemenuhan kebutuhan klien secara optimal
dan mengukur hasil dari proses keperawatan. Komponen yang digunakan
dalam tahap evaluasi yaitu :
S : Data subjektif, data yang didapatkan dari keluhan klien secara langsung
O : Data objektif, data yang didapatkan dari hasil observasi perawat.
A : Analisis, merupakan interpretasi dari subjektif dan objektif.
Analisis merupakan diagnosis keperawatan yang masih terjadi atau
dapat dituliskan masalah baru yang terjadi atau juga dapat dituliskan
masalah baru yang terjadi akibat perubahan status kesehatan klien.
P : Planing, perencanaan keperawatan yang akan dilakukan, dilanjutkan,
dimodifikasi dari rencana tindakan yang ditentukan sebelumnya.

Anda mungkin juga menyukai