NIM : 200910202070
Kelas : Politik C2
Dosen Pengampu : Fuat Albayumi, S.IP., MA
5) Keterlibatan pemerintah yang semakin meluas dalam urusan sosial, ekonomi, dan
kebudayaan
Perluasan kegiatan pemerintah dalam bidang-bidang kebijaksanaan baru, berarti bahwa
konsekuensi tindakan-tindakan pemerintah menjadi semakin menyusup pada kehidupan
sehari-hari rakyat. Tanpa hak-hak sah atas partisipasi politik, individu-individu betul-betul
tidak berdaya menghadapi dan dengan mudah dapat dipengaruhi oleh tindakan-tindakan
pemerintah yang mungkin dapat merugikan kepentingannya. Maka dari itu, meluasnya
ruang lingkup aktivitas pemerintah sering merangsang timbulnya tuntutan-tuntutan yang
terorganisir untuk ikut serta dalam pembuatan keputusan politik. Mengambil bagian dalam
sebuah aktivitas dapat mengandung pengertian ikut serta tanpa ikut menentukan
bagaimana pelaksanaan aktivitas tersebut tetapi dapat juga berarti ikut serta dalam
menentukan jalannya aktivitas tersebut, dalam artian ikut menentukan perencanaan dan
pelaksanaan aktivitas tersebut.
3. Jelaskan bagaimana budaya politik Indonesia berdasar konsepsi Almond tentang budaya
politik!
Tipe budaya politik masyarakat menurut Almond ada tiga, yaitu:
1. Budaya politik Parokial (picik, sempit) yaitu individu mempunyai pengharapan dan
kepedulian yang rendah dan umumnya merasa tidak terlibat dalam sistem politik (misalnya
tingkat pendidikan relatif rendah).
2. Budaya politik Subyek (kaula) yaitu individu peduli dengan output yang dihasilkan sistem
politik tetapi tidak berpartisipasi dalam proses konversi input menjadi output kebijakan
atau masyarakat bersangkutan sudah relatif maju tetapi masih bersifat pasif.
3. Budaya politik Partisipan yaitu individu bersikap aktif dan terlibat secara utuh dalam
sistem politik, dalam proses input maupun outputnya.
Budaya politik Indonesia menganut kombinasi antara tipologi budaya Almond. Bergerak
antara subject-participant culture dan parochial-participant culture (Winarno, 2008 : 69).
Subject-participant culture ditandai dengan menguatnya partisipasi politik masyarakat dalam
kehidupan politik terhadap input-input politik sementara pada saat yang sama berkembang rasa
ketidakmampuan masyarakat untuk mengubah kebijakan.
4. Jelaskan dengan contoh, bagaimana sebuah opini publik terbentuk!
Opini publik tidak bisa terjadi begitu saja, menurut Ferdinand Tonnies dalam Nuruddin ada
beberapa tahapan pembentukan opini, yaitu :
1. Die Luftartigen Position, opini masih dalam keadaan yang tidak teratur atau masih
semrawut seperti angin ribut, semua pihak mengemukakan pendapat berdasarkan
pengetahuan, pengalaman,dan factor-faktor lain yang melekat pada dirinya.
2. Die Flessigen Position, opini sudah mengerucut pada arah tertentu yang jelas, menuju ke
arah pembicaraan yang lebih jelas pendapat mulai berkumpul kearah tertentu serta jelas.
3. Die Festigen Position, opini sudah berada pada tahapan pembicaraan yang telah mantap
terhadap suatu pendapat yang siap dinyatakan dan diyakini kebenarannya.
Terbentuknya sebuah opini publik ada empat tahapan menurut Cutlip dan Center, antara lain :
Adanya masalah yang harus dipecahkan sehingga orang-orang mencari beberapa alternatif
pemecahan.
Munculnya beberapa alternatif memungkinkan terjadinya diskusi untuk memilih alternatif
Dalam diskusi diambil sebuah keputusan yang akhirnya melahirkan kesadaran kelompok.
Untuk melaksanakan keputusan, disusunlah program yang memerlukan dukungan yang
lebih luas.
Opini publik terbentuk melalui adanya media massa, seiring berkembangnya zaman segalanya
serba modern. Efek media massa memiliki kekuatan besar dalam pembentukan opini publik.
Terutama di zaman sekarang ini, dimana teknologi internet dan media sosial seperti facebook,
instagram, twitter yang berkembang sangat pesat sehingga membuat masyarakat bisa beropini
melalui berbagai media sosial mengenai hal-hal atau masalah yang sedang terjadi.
Contohnya :
Salah satu contoh terbentuknya opini publik melalui media sosial twitter, mengenai kasus
“Cicak versus Buaya”. Media sosial Twitter merupakan situs yang sedang populer di seluruh
dunia yang dapat memberikan update/pembaruan berbagai informasi melalui status yang
disebut sebagai tweets. Kasus yang terjadi pada tahun 2012 tentang perseteruan KPK versus
Polisi ini yang menuai banyak pro dan kontra. KPK yang menjalankan tugas untuk
membongkar suatu kasus yang ditandai memiliki kerterlibatan dengan Kabareskin dianggap
sebagai cicak. Dalam hal ini, opini publik yang disebarkan lewat media lebih banyak
menyerang Polri dan Kabareskim yang dianggap sebagai buaya.
Proses yang terjadi kemudian dengan cepat membentuk opini publik yang kebanyakan
memang mendukung KPK daripada Polisi. Polisi dianggap sebagai pihak yang bersalah
sementara KPK sebagai pihak yang benar. Namun kemudian yang menjadi permasalahan
karena opini yang terbentuk melalui ruang virtual ini sangat menyudutkan pihak-pihak tertentu
dengan menggunakan kata-kata makian, hujatan, mencemarkan nama baik serta sejenisnya.
Opini publik yang terbentuk melalui media sosial seperti Twitter tersebut, akan saling
memengaruhi satu sama lain sehingga dapat membentuk satu kesamaan opini yang menggiring
opini pribadi menjadi opini publik. Apalagi melalui media sosial yang memiliki sifat yang
cepat sehingga dengan cepat juga dapat membentuk opini publik.