RESTI ROHIMAH
32722001D18083
Puji syukur saya panjatkan ke hadirat Allah SWT, atas karunia-Nya saya
dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah yang berjudul “Asuhan Keperawatan Pada
Klien Dengan Diagnosa Post Sectio Caesaria Dengan Indikasi Letak Sungsang Di
RSUD KAB.SUKABUMI”. Walaupun beberapa hambatan yang saya alami
selama proses pengerjaannya, tapi saya berhasil menyelesaikan karya tulis ilmiah
ini.
Tidak luput saya sampaikan terimakasih kepada semua pihak yang telah
ikut serta membantu dan membimbing saya dalam mengerjakan Karya Tulis
Ilmiah. Saya ucapkan terimakasih terhadap teman-teman mahasiswa yang sudah
ikut memberi kontribusi baik secara langsung ataupun tidak langsung dalam
proses pembuatan karya tulis ilmiah ini.
Suatu hal yang ingin saya berikan kepada masyarakat atas hasil dari karya
tulis ilmiah ini. Karena itu saya berharap semoga karya tulis ilmiah ini
memberikan dampak baik dan berguna bagi kita semua.
Saya pun menyadari didalam penulisan karya tulis ilmiah ini masih sangat
jauh dari kata sempurna, maka saya sangat mengharapkan kritik dan saran yang
bersifat positif untuk mencapai sempurnanya karya tulis ilmiah ini. Semoga karya
tulis ilmiah ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi para pembaca.
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ..........................................................................................
B. Batasan Masalah .......................................................................................
C. Rumusan Masalah .....................................................................................
D. Tujuan Penelitian.......................................................................................
1. Tujuan Umum .....................................................................................
2. Tujuan Khusus ....................................................................................
E. Manfaat .....................................................................................................
1. Manfaat Akademis ..............................................................................
2. Manfaat Praktis ...................................................................................
A. Latar Belakang
Persalinan (partus) adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi (janin +
uri) yang dapat hidup ke dunia luar, dari rahim melalui jalan lahir atau dengan
jalan lain. Adapun pengeluaran hasil konsepsi yang lahir melalui jalan lahir
yaitu partus biasa (normal), disebut juga partus spontan, adalah proses
lahirnya bayi dengan LBK dengan tenaga ibu sendiri, tanpa bantuan alat-alat,
serta tidak melukai ibu dan bayi, yang umumnya berlangsung kurang dari 24
jam. dan pengeluaran hasil konsepsi yang lahir melalui jalan lahir yaitu partus
luar biasa (abnormal) ialah persalinan pervaginam dengan bantuan alat-alat
atau melalui dinding perut dengan operasi sesarea. Operasi sesarea terjadi
karena adanya masalah dalam proses persalinan letak sungsang. Dalam
menghadapi persalinan letak sungsang yang terpenting adalah menentukan
apakah anak akan lahir per vaginam atau harus dilahirkan dengan seksio
sesarea. dilihat dari sudut anak, maka S.C adalah cara yang terbaik, oleh
karena persalinan per vaginam bagi anak membawa angka kematian yang
tinggi (Mochtar, 2012) Persalinan pada bayi dengan presentasi bokong
(sungsang) dimana bayi letaknya sesuai dengan badan ibu, kepala berada pada
fundus uteri, sedangkan bokong merupakan bagian bawah (di daerah pintu
atas panggul ). (Sarwono, 2010).
Letak sungsang adalah letak memanjang dengan bokong sebagai bagian
yang terendah (presentase bokong). Persalinan letak sungsang selalu menarik
untuk dibicarakan. Sedangkan Proknosa untuk ibu tidak berbeda jika
dibandingkan dengan persalinan presentase kepala. Pada zaman dahulu orang
beranggapan bahwa bayi sungsang itu bisa diatasi dengan memijat kepala ibu
supaya kepala janin jatuh kebawah. Jika tidak ke dukun bayi biasanya ibu
melakukan aktivitas seperti menyapu, mengepel, dan lain-lain. Tetapi pada
zaman sekarang tidak dianjurkan untuk ibu melakukan pemijatan untuk
mengubah posisi bayi karena dapat menyebabkan lilitan tali pusat. Jika ada
bayi sungsang maka dokter akan menganjurkan untuk melakukan operasi SC
untuk keselamatan ibu dan bayi. (Rukiyah, 2011).
Menurut WHO (World Health Organization) tahun 2010, dilaporkan
kejadian sectio caesaria 5 kali dibandingkan tahun sebelumnya. Mengacu pada
WHO, Indonesia mempunyai kriteria angka sectio caesaria standart antara 15-
20% untuk RS rujukan. Angka itu dipakai juga untuk pertimbangan akreditasi
Rumah Sakit (Gondo, 2015). Di Indonesia, meskipun survey Demografi dan
Kesehatan tahun 1997 dan tahun 2002-2003 mencatat angka persalinan bedah
sectio caesaria secara nasional hanya berjumlah kurang lebih 4% dari jumlah
persalinan, berbagai survey dan penelitian lain menemukan bahwa presentase
persalinan sectio caesaria di Rumah Sakit pemerintah adalah sekitar 20-
26%dari total persalinan, sedangkan di Rumah Sakit swasta jumlahnya sangat
tinggiyaitu sekitar 30-80% total persalinan (Mulyawati dkk,2015).
Tingkat persalinan Sectio Caesaria di indonesia 15,3% sampel dari 20.591
ibu yang melahirkan dalam kurun wakti5 tahun terakhir yang diwawancarai di
33 provinsi (RISKESDAS,2015). Angka kejaidian dari kehamilan letak
sungsang berkurang mulai dari 20% pada usia kehamilan 28 minggu, hingga
mencapai 3-4% saat usia kehamilan sudah aterm sehubungan dengan bayi
yang secara spontan berputar untuk mencapai presentasi kepala ketika usia
kehamilan semakin tua (Alston,2014). Berdasarkan penelitian di Rumah Sakit
RSUD Bangil pada 2017, kejadian Sectio Caesaria indikasi letak sungsang
dari bulan januari 2017 sampai dengan bulan Desember di dapat total 25
kasus.
Etiologi tentang Post Op Sectio Caesaria dengan indikasi letak sungsang
yaitu bayi kembar, terjadi CPD (Chepalo Pelvik Dispropotion), Preeklamsi
berat, faktor hambatan jalan lahir, kepala bayi tidak turun ke atas panggul,
adapun faktor-faktor yang menyebabkan persalinan Sectio Caesaria menurut
Caterini (2012) diantaranya usia ibu, letak sungsang, letak lintang, plasenta
previa, gawat janin dan lain-lain. Selain faktor di atas (faktor medis) terdapat
pula faktor lain yaitu akses terhadap layanan kesehatan, dan faktor-faktor yang
tidak diketahui atau tidak diperkirakan, sehingga dapat meningkatkan
persalinan dengan Sectio Caesaria. Pertolongan letak sungsang melalui jalan
vagina memerlukan perhatian karena dapat menimbulkan komplikasi
kesakitan, cacat permanen sampai dengan kematian bayi. Pada ibu hamil
dengan letak janin sungsang ditambah lagi dengan indikasi belum pernah
Sectio Caesaria kehamilan sudah cukup bulan dan taksiran berat janin besar
maka untuk ibu dianjurkan agar melakukan operasi Sectio Caesaria.
Ibu hamil yang mengalami bedah caesar akibat letak sungsang harus
diberikan perawatan dan pengawasan yang itensif. Dari sinilah peran perawat
sangat diperlukan. Perawat harus mampu memberikan perawatan yang
komprehensif, Berkesinambungan, teliti dan penuh kesabaran. Dengan solusi
penanganan klien dengan memberikan pendidikan kesehatan kepada pasien
tentang mobilisasi post Sectio Caesaria, merawat luka post Sectio Caesaria
agar tidak terjadi infeksi.
B. Rumusan Masalah
Untuk mengetahui lebih lanjut dari perawatan penyakit ini maka penulis akan
melakukan kajian lebih lanjut dengan melakukan Asuhan Keperawatan pada
klien dengan Post Sectio Caesaria dengan indikasi letak sungsang membuat
rumusan masalah sebagai berikut “Bagaimanakah Asuhan Keperawatan pada
klien dengan diagnosa Post Sectio Caesaria dengan indikasi letak sungsang di
RSUD SEKARWANGI KAB.SUKABUMI“
C. Batasan Masalah
Masalah pada studi kasus ini dibatasi pada asuhan keperawatan pada klien
dengan diagnosa Post Sectio Caesaria dengan indikasi letak sungsang di
RSUD SEKARWANGI KAB.SUKABUMI
D. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Mengidentifikasi Asuhan Keperawatan pada klien dengan diagnosa Post
Sectio Caesaria dengan indikasi Letak sungsang di RSUD SEKARWANGI
KAB.SUKABUMI“
2. Tujuan Khusus
a. Mengkaji klien dengan Post Sectio Caesaria dengan indikasi letak
sungsang di RSUD SEKARWANGI KAB.SUKABUMI
b. Merumuskan diagnosa keperawatan pada klien dengan diagnosa Post
Sectio Caesaria dengan indikasi letak sungsang diRSUD
SEKARWANGI KAB.SUKABUMI
c. Merencanakan asuhan Keperawatan pada klien dengan diagnosa Post
Sectio Caesaria dengan indikasi Letak Sungsang di RSUD
KAB.SUKABUMI
d. Melakukan Asuhan Keperawatan pada klien dengan diagnosa Post
Sectio Caesaria dengan indikasi Letak Sungsang di RSUD
SEKARWANGI KAB. SUKABAUMI
e. Mengevaluasi klien dengan diagnosa Post Sectio Caesaria dengan
indikasi Letak sungsang di RSUD SEKARWANGI KAB.
SUKABUMI
f. Mendokumentasikan Asuhan Keperawatan klien dengan diagnosa Post
Sectio Caesaria dengan indikasi Letak Sungsang di RSUD
SEKARWANGI KAB.SUKABUMI
E. Manfaat
1. Manfaat Akademis
Terkait dengan tujuan maka tugas akhir ini diharapkan dapat memberi
manfaat Akademis yaitu hasil studi kasus ini merupakan sumbangan bagi
ilmu pengetahuan khususnya dalam hal asuhan keperawatan pada klien
dengan Post Sectio Caesaria dengan indikasi letak sungsang.
2. Secara Praktis
a. Bagi pelayanan keperawatan di rumah sakit
Hasil studi kasus ini, dapat menjadi masukan bagi pelayanan di Rumah
Sakit agar dapat melakukan Asuhan Keperawatan klien dengan Post
Sectio Caesaria dengan indikasi Letak Sungsang dengan baik.
b. Bagi Peneliti
Hasil penelitian ini dapat menjadi salah satu rujukan bagi peneliti
berikutnya, yang akan melakukan studi kasus pada asuhan
keperawatan pada klien dengan Post Sectio Caesaria dengan indikasi
Letak Sungsang.
c. Bagi profesi kesehatan
Sebagai tambahan bagi profesi keperawatan dan memberikan
pemahaman yang lebih baik tentang Asuhan Keperawatan pada Klien
dengan Post Sectio Caesaria dengan indikasi Letak Sungsang.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
8. Pemeriksaan Penunjang
a. Hemoglobin atau hematokrit, untuk mengkaji perubahan dari kadar pra
operasi dan mengevaluasi efek kehilangan darah pada pembedahan.
b. Leukosit (WBC) mengidentifikasi adanya infeksi.
c. Tes golongan darah, lama pendarahan, waktu pembekuan darah.
d. Urinalisis/kultur urine.
e. Pemeriksaan elektrolit (Manuaba,2010)
9. Penatalaksanaan
a. Pemberian Cairan
Karena 24 jam pertama penderita puasa pasca operasi, maka
pemberian cairan perintravena harus cukup banyak dan mengandung
elektrolit agar tidak terjadi hipotermi, dehidrasi atau komplikasi pada
organ tubuh lainnya. Cairan yang biasa digunakan biasanya DS 10%,
garam fisiologi dan RL secara bergantian dan jumlah tetesan
tergantung kebutuhan. Bila kadar Hb rendah diberikan transfusi darah
sesuai kebutuhan.
b. Diet
Pemberian cairan perinfus biasanya dihentikan setelah penderita
flaktus lalu dimulailah pemberian minuman dan makanan proral.
Pemberian minuman dengan jumlah yang sedikit sudah boleh
dilakukan pada 6-10 jam pasca operasi, berupa air putih dan air teh.
c. Mobilisasi
Mobilisasi dilakukan secara bertahap sebagai berikut:
1) Miring kanan dan kiri dapat dimulai sejak 6-10 jam setelah operasi.
2) Latihan pernafasan dapat dilakukan penderita sambil tidur
terlentang sedini mungkin setelah sadar.
3) Hari ke dua post operasi, penderita dapat di dudukkan selama 5
menit dan diminta untuk bernafas dalam lalu menghembuskannya.
4) Kemudian posisi tidur terlentang dapat diubah menjadi posisi
setengah duduk (semifowler).
5) Selanjutnya selama berturut-turut, hari demi hari, pasien
dianjurkan belajar duduk selama sehari, belajar berjalan dan
kemudian berjalan sendiri pada hari ke 3 sampai hari ke 5 pasca
operasi.
10. Katerisai
Kandung kemih yang penuh menimbulkan rasa nyeri dan tidak enak pada
penderita, menghalangi involusi uterus dan menyebabkan perdarahan.
Kateter biasanya terpasang 24-48 jam / lebih lama lagi tergantung jenis
operasi dan keadaan penderita.
a. Pemberian obat-obatan
1) Antibiotik dan pemberian antibiotik sangat berbeda-beda setiap
rumah sakit.
2) Analgetik dan obat untuk memperlancar kerja saluran pencernaan.
3) Obat-obatan lain Untuk meningkatkan vitalitas dan keadaan umum
penderita dapat diberikan carbonasia seperti neurobian vit.C
b. Perawatan luka
Kondisi balutan luka dilihat pada 1 hari post operasi, bila basah dan
berdarah harus dibuka dan diganti.
c. Perawatan rutin
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pemeriksaan adalah suhu,
tekanan darah, nadi dan pernafasan. (Manuba, 2010)
d. Melahirkan Kepala
1) Cara Mauriceau
Masukkan jari-jari dalam mulut (muka mengarah kekiri = jari kiri,
mengarah ke kanan = jari kanan). Letak anak menunggang pada
lengan sementara tangan lain memegang pada tengkuk, lalu tarik
kebawah sampai rambut dan kepala dilahirkan. Kegunaan jari
dalam mulut, hanya untuk menambah fleksi kepala.
2) Cara De Snoo
Tangan kiri menandah perut dan dada serta 2 jari diletakkan di
leher (menunggang kuda) tangan kanan menolong menekan diatas
symphisis. Perbedaannya dengan mauriceau ialah disini tangan
tidak masuk dalam vagina.
3) Cara Wigand Martin-Winckel
Satu tangan (Kiri) dalam jalan lahir dengan telunjuk dalam mulai
janin sedang jari tengah dan ibu jari pada rahang bawah. Tangan
lain menekan diatas simfisis atau fundus.
4) Cara Naujoks
Satu tangan memegang leher janin dari depan, tanagn lain
memegang leher pada bahu, tarik janin kebawah dengan bantuan
dorongan dari atas simfisis.
5) Cara Praque Terbalik
Dilakukan pada ubun-ubun kecil terletak sebelah belakang. Satu
tangan memegang bahu janin dari belakang. Tangan lain
memegang kaki lalu menarik janin kearah perut ibu dengan kuat.
(Rustam Mochtar, 2013)
11. Dampak Masalah
Dampak masalah yang terjadi pada letak sunsang adalah cedera lahir,
infeksi akibat tingginya intervensi, hipoksia janin, hal ini dapat terjadi
akibat propalps tali pusat atau kompresi, plasenta lepas sebelum waktunya.
(Faser, 2012)
D. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal dari proses keperawatan suatu proses
kolaborasi melibatkan perawat, ibu, dan tim kesehatan lainnya. Pengkajian
dilakukan melaui wawancara dan pemeriksaan fisik. Dalam pengkajian
dibutuhkan kecermatan dan ketelitian agar data yang terkumpul lebih
akurat, sehingga dapat kelompok dan dianalisis untuk menegetahui
masalah dan kebutuhan ibu terhadap keperawatan menurut (Dongoes,
2012).
2. Pengumpulan Data
a. Indentitas
Di dalam identitas yang beresiko tinggi meliputi umur yaitu ibu yang
mengalami kehamilan pertama dengan indikasi letak (primigravida),
kehamilan dengan indikasi letak yaitu umur diatas 30 tahun
(primiparatua), nama, no RM, sttus perkawinan, agama, pekerjaan,
alamat, pendidikan.
b. Keluhan Utama
Pada kasus kehamilan letak sungsang keluhan yang dirasakan ibu
adalah gerakan janin terasa lebih banyak bagian perut bagian bawah
(Winknjosastro, 2012).
c. Riwayat Menstruasi
Untuk mengetahui menarche, siklus menstruasi, lama menstruasi,
banyaknya, menstruasi teratur atau tidak, sifat darah, disminorhoe atau
tidak (Prawirohardjo, 2011).
d. Riwayat Hamil
HPHT: Dikaji untuk menghitung usia kehamilan dsn tsnggsl tafsiran
persalinan (Winknjosastro, 2011).
e. Riwayat Keluarga Berencana
Dikaji untuk mengetahui apakah ibu pernah menjadi akseptor KB atau
belum, dan pada multigravida dianjurkan untuk menjarangkan
kehamilan, dengan jumlah 2 orang dan jarak antara kelahiran adalah 2-
3 tahun (Sujiatini dkk, 2011).
f. Riwayat Kesehatan
Kesehatan yang pernah dialami klien, seperti mual, pusing, atau
kencing-kencing dan lain-lain atau juga hipertensi, DM.
g. Riwayat Kehamilan Dahulu
Riwayat kehamilan premature, multi para, riwayat kelainan letak
sungsang, hydramnion, placenta previa, panggul sempit beresiko untuk
terjadi kelainan letak sungsang.
h. Pengkajian Nifas
Pada persalinan lalu apakah pernah mengalami demam, keadaan
lochia, kondisi perdarahan selama nifas, tingkat aktifitas setelah
melahirkan, keadaanperineal, abdominal, nyeri pada payudara,
kesulitan eliminasi, keberhasilan pemberian ASI, respond an support
keluarga.kontraksi kuat dan terletak di umbilicus
3. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum
Biasanya pada pasien post op keadaan umumnya lemah.
b. Tanda-Tanda vital meliputi pemeriksan fisik, tekanan darah, sushu,
pernafasan, nadi.
1) B1 (Breathing)
a) Inspeksi: Bentuk dada simetris, pola nafas teratur, tidak ada
retraksi otot bantu nafas.
b) Palpasi: Vocal premitus terdapat getaran suara.
c) Perkusi: suara perkusi resonan.
d) Auskultasi: tidak ada suara tambahan.
2) B2 (Blood)
a) Inspeksi: CRT (Capillary Refill Time) <2 detik.
b) Palpasi: pulsasi kuat, nadi akan melambat sekitar 60 x/menit
pada waktu selesai persalinan.
c) Auskultasi: irama jantung kuat, bunyi jantung S1 (lub), S2
(dub).
3) B3 (Brain)
Inspeksi: Kesadaran composmentis, orientasi baik.
4) B4 (Bladder)
Inspeksi: Menggunakan Kateter, warna urine kuning kemerahan,
berbau amis, terdapat lochea rubra sekitar 90 cc.
5) B5 (Bowel)
a) Inspeksi -
b) Palpasi: Kontraksi uterus bisa baik/tidak
c) Auskultasi: Bising usus melemah 5x/ menit
6) B6 (Bone)
a) Inspeksi: tugor kulit elastis,, Terdapat luka post op masih
dibalut, terdapat strie, abdomen mengecil, payudara menonjol,
aerola hitam, putting menjol,warna kulit sawo matang atau
kuning langsat, tidak ada oedema, kekuatan otot
B. Batasan Istilah
Batasan istilah dalam laporan kasus Asuhan Keperawatan pada klien
dengan Post Sectio Caesaria dengan indikasi letak sungsang di RSUD
SEKARWANGI KAB. SUKABUMI Maka Asuhan keperawatan merupakan
suatu pendekatan ilmiah dalam menyelesaikan masalah. Dengan pendekatan
ini, perawat harus mampu melakukan identifikasi data dari klien, kemudian
memilah dan memilih data yang senjang/fokus. Proses keperawatan adalah
serangkaian tindakan sistematis berkesinambungan untuk melaksanakan
tindakan keperawatan serta mengevaluasi keberhasilan dari tindakan yang
dikerjakan.
Selanjutnya karya tulis ilmiah ini menjabarkan tentang Post Sectio
Caesaria dengan indikasi letak sungsang dan bagaimana asuhan
keperawatannya dengan menggunakan proses keperawatan yang terdiri dari
pengkajian, diagnose, intervensi, implementasi dan evaluasi.
E. Pengumpulan Data
1. Wawancara, penulis melakukan wawancara secara langsung kepada klien,
keluarga klien, maupun tim kesehatan lain.
2. Observasi, penulis melakukan pengamatan secara langsung terhadap
prilaku klien.
3. Pemeriksaan, meliputi pemeriksaan fisik dan laboratorium yang dapat
menunjang menegakkan diagnosa dan penanganan selanjutnya
F. Uji Keabsahan Data
Metode uji keabsahan data adalah derajat ketepatan antara data yang
terjadi dengan data yang dilaporkan oleh pengambil kasus (Sugiyono, 2014).
Uji keabsahan data dimaksudkan untuk menguji kualitas data / informasi yang
diperoleh sehingga menghasilkan data dengan validitas tinggi.
Uji keabsahan data dapat dilakukan dengan menggunakan sumber
informasi tambahan dari tiga sumber data utama yaitu klien, keluarga dan
perawat yang berkaitan dengan masalah yang diteliti, dan referensi buku dan
jurnal yang berkaitan dengan masalah.
G. Analisis Data
Analisa data dilakukan sejak penelitian di tempat penelitian, sewaktu
pengumpulan data sampai dengan semua data terkumpul. Analisa data
dilakukan dengan cara mengemukakan fakta, selanjutnya membandingkan
dengan teori yang ada dan dituangkan dalam opini pembahasan. Teknik
analisis yang digunakan dengan cara menarasikan jawaban-jawaban yang
dilakukan untuk menjawab rumusan masalah. Teknik analisis digunakan
dengan cara observasi oleh peneliti dan studi dokumentasi yang menghasilkan
data untuk selanjutnya diinterprestasikan dan dibandingkan teori yang ada
sebagai bahan untuk memberikan rekomendasi dalam intervensi tersebut.
1. Pengumpulan data
Data dikumpulkan dari hasil wawancara, observasi, dan dokumentasi.
Hasil ditulis dalam bentuk transkip (catatan terstruktur) atau Asuhan
Keperawatan.
2. Mereduksi data
Data hasil wawan cara yang terkumpul dalam bentuk catatan lapangan
dijadikan satu dalam bentuk trankip dan dikelompokkan menjadi data
subjektif dan objektif, dianalisis berdasarkan hasil pemeriksaan diagnostik
kemudian dibandingkan nilai normal.
3. Penyajian data
Penyajian data dapat dilakukan dengan tabel, gambar dan teks naratif.
Kerahasiaan dari klien dijamin dengan jalan mengaburkan identitasmdari
klien.
4. Kesimpulan
Dari data yang disajikan, kemudian data dibahas dan dibandingkan dengan
perilaku kesehatan. Penarikan kesimpulan dilakukan dengan metode
induksi sesuai dengan tujuan khusus. Data yang dikumpulkan terkait
dengan data pengkajian, diagnosis, perencanaan, tindakan, evaluasi.
H. Etika Penelitian
Etika penulisan bertujuan untuk menjaga kerahasiaan identitas responden
akan kemungkinan terjadinya ancaman terhadap responden. Masalah etika
terutama ditekankan pada beberapa hal yaitu sebagai berikut:
1. Anonimity (tanpa nama)
Dalam studi kasus ini penulis menggunakan nama inisial klien untuk
menjaga keamanan dan keselamatan klien.
2. Informed consent (persetujuan manjadi klien)
Bentuk persetujuan untuk menjadi klien dilakukan secara tertulis sehingga
tidak ada dorongan atau paksaan dari orang lain.
3. Confidentiality (kerahasiaan)
Data klien hanya digunakan sebagai studi kasus. Kerahasiaan informal
respon dan dijamin oleh peneliti dan hanya data–data tertentu yang akan
dilaporkan sebagai hasil studi kasus.
4. Bebas dari penderitaan (studi kasus ini dilaksanakan tanpa mengakibatkan
penderitaan pada subjek)
Studi kasus harus dilaksanakan tanpa mengakibatkan penderitaan kepada
subjek khususnya jika menggunakan tindakan khusus.
5. Bebas dari eksploitasi (partisipasi responden dalam studi kasus tidak akan
digunakan untuk hal-hal yang dapat merugikan dalam bentuk apapun)
Partisipasi subjek dalam studi kasus, harus dihindarkan dari keadaan yang
tidak menguntungkan. Subjek harus diyakinkan bahwa partisipasinya
dalam studi kasus atau informasi yang telah diberikan, tidak akan
dipergunakan dalam hal – hal yang dapat merugikan subjek dalam bentuk
apapun.
6. Resiko (peneliti telah mempertimbangkan resiko dan keuntungan
setiap tindakan yang dilakukan kepada responden)
Peneliti harus hati-hati mempertimbangkan resiko dan keuntungan yang
berakibat kepada subjek pada setiap tindakan.
7. Right to selt determination (subjek studi kasus tidak boleh dipaksa untuk
menjadi responden tanpa ada sanksi apapun)
Subjek harus dilakukan secara manusiawi
8. Right to full disclosure (subjek memiliki hak untuk mendapatkan jaminan
dari perlakuan yang diberikan)
Seorang peneliti harus memberikan penjelasan secara rinci dan
bertanggung jawab jika ada sesuatu yang terjadi kepada subjek.
9. Right to privacy (hak untuk dijaga kerahasiaan)
Subjek mempunyai hak untuk meminta bahwa data yang diberikan harus
dirahasiakan, untuk itu perlu adanya tanpa nama dan rahasia (Nursalam,
2008).
DAFTAR PUSTAKA
Gibbons, L.Et all (2010). The Global Number and casts of Addionally needed and
Unnended and Unne Cessary Caesarean Sections Performed per Year.
Overase as A Barter to Universal Coverage. World Health Report
Jekti.(2011).Ilmukebidanan.http://midwiferymella.blogspot.co.id/2011/10/antenat
al-care.html?m=1. Diakses pada tanggal 18 November 2020 pukul 13.00
WIB Jitowiyono, Sugeng dan Weni Kristiyanasari.(2010).Asuhan
Keperawatan Post Operasi.Yogyakarta: Nuha Medika. Manuba, IBG, dkk.
2010.
Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan Dan KB. Jakarta : ECG Nanda Nic-Noc,
2015, Panduan Penyusunan Asuhan Keperawatan Profesional.
Ariani. T. A. (2012). Neuro behavior. Jakarta: Salemba Medika.
Doengoes, Marilyn. (2000). Rencana Asuhan Keperawatan:
Pedoman untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawat Pasien.
Jakarta: EGC.
Nurarif, A. H. dan Hardhi Kusuma. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan
Berdasarkan Diagnosa Medis dan NANDA NIC-NOC. Yogyakarta:
Mediaction.
Carpenito, Lynda Jual. (2007). Rencana Asuhan dan Pendokumentasian
Keperawatan. Alih Bahasa Monica Ester. Edisi 2. Jakarta: EGC.
Oxorn, Harry dan Forte W.R. (2010). Ilmu Kebidanan.Jakarta. Yayasan Essentia
Medica
Depkes RI, (2011), Pedoman Pemantauan Wilayah Setempat Kesehatan Ibu dan
Anak (PWS-KIA), Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat,
Direktorat Kesehatan Keluarga, Jakarta.
Nugroho, Taufan. 2011.Buku Ajar Obstretri.yogjakarta:Nuha Medika
Saleha, Sitti. 2009. Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas. Jakarta : Salemba
Medika