Anda di halaman 1dari 3

annisa maulida azkia

181107010805
Reguler 3b

Policy Brief
Stunting’s problem: Menurunkan angka stunting Balita di provinsi Lampung

Ringkasan Eksekutif
Meningkatnya angka stunting di atas rata-rata nasional pada provinsi Lampung, khususnya pada
kabupaten Lampung Tengah menyebabkan perlunya perhatian khusus yang mesti diberikan oleh
berbagai pihak khususnya pemerintah. Terlebih lagi mengingat kasus stunting bukan hanya
mempengaruhi aspek pertumbuhan fisik saja tetapi juga berdampak pada perkembangan otak
anak yang tak maksimal. Hal ini jika terus dibiarkan, selanjutnya akan berdampak pada masa
depan negara mengingat dimana generasi dini merupakan aset dan juga investasi SDM yang
dimiliki oleh suatu negara.

Untuk mengatasi permasalahan ini, Bappeda Provinsi Lampung memaparkan bahwa pemerintah
telah mengupayakan berbagai cara seperti persoalan intervensi gizi yakni peningkatan program
ekonomi keluarga, Program Keluarga Harapan (PKH), program pangan lestari, bedah rumah,
akses air bersih dan sanitasi, meningkatkan kualitas SDM melalui edukasi gizi, dan juga
pembangunan infrastruktur. Namun, sayangnya hal tersebut belum berjalan efektif mengingat
angka stunting di Provinsi Lampung yang kian melonajak setiap tahunnya, maka terlihat bahwa
upaya tersebut belum menjadi solusi yang mengenai sasaranutama.

Karena itu, pemerintah seyogyanya lebih memfokuskan pada penanganan yang menjadi
persoalan utama penyebab kasus stunting terjadi seperti  pencegahan terhadap perempuan yang
menikah terlalu dini karena diasumsikan belum memiliki pengetahuan yang cukup untuk
mengasuh anak, terutama terkait asupan gizi dan hal ini lah yang menjadi persoalan utama kasus
stunting terjadi. Upaya pencegahan tersebut dapat dilakukan dengan cara mewajibkan adanya
pendidikan kesehatan reproduksi di sekolah- sekolah secara berkala yang dipelopori oleh dinas
kesehatan maupun puskesmas. Upaya tersebut juga dapat direalisasikan dengan baik apabila
diperkuat dengan melakukan rekruitmen atau menambah tenaga gizi yang mana dapat
memanfaatkan dana BOK, selanjutnya juga pentingnya Pemerintah Daerah membuat regulasi
dan memperkuat koordinasi dengan BKD dalam penempatan fungsi kerja yang di fokuskan pada
upaya diatas.

Permasalahan saat ini


Adanya angka stunting pada Lampung yang melampaui batas rata-rata nasional yaitu pada
persentasi 37,2%. Sementara Lampung di atas angka nasional mencapai hingga 44% lebih.
Adapun dilevel Kabupaten Kota untuk prevalensi Balita Sangat Pendek dan Pendek adalah
sebagai berikut Kabupaten Lampung Barat 34,60%, Tanggamus 39,66%, Lampung Selatan
43,01 %, Lampung Timur 43,17%. Lampung Tengah 52,68%, Lampung Utara 32,44%, Way
Kanan 29,80 %, Tulang Bawang 40,99%, Pesawaran 50,81%, Pringsewu 36,99%, Mesuji
43,43%, Tulang Bawang Barat 40,08%, Bandar Lampung, 44,59%, dan Metro 47,34%
Selain itu persoalan terpenting adalah adanya angka stunting itu sendiri pada wilayah Lampung
yang kian melonjak sejak tahun 2007 hingga sekarang. Yang mana pada tahun 2007 anga
stunting hanya mencapai jumlah persentasi yakni 36,8%. (sumber: dinkes.lampungprov.go.id)

Kebijakan yang sudah ada dan dampaknya


Upaya pemerintah Provinsi Lampung dalam penurunan prevalensi stunting adalah dengan
menetapkan pada masalah. Intervensi sensitif gizi ini seperti program peningkatan ekonomi
keluarga, Program Keluarga Harapan (PKH), program pangan lestari, bedah rumah, akses air
bersih dan sanitasi, meningkatkan kualitas SDM melalui edukasi gizi, dan juga pembangunan
infrastruktur. Namun solusi tersebut belum sepenuhnya efektif menginat angka stunting yang
semakin tahun kian melonjak pesat. Hal ini diasumsikan bahwa upaya diatas sebenarnya belum
terfokus pada apa yang menjadi akar permasalahan. Selain itu, upaya pemerintah diatas seolah
hanya menitik fokuskan pada upaya penanggulangan. Artinya upaya tersebut ada akibat dari
munculnya permasalahan stunting lebih dahulu.

Rekomendasi
untuk mengatasi permasalahan permasalahan stunting yang seolah terlihat sepele namun lambat
laun dianggap menjadi persoalan yang serius ini diperlukan adanya tindakan pemerintah dalam
mengatasi apa yang menjadi persoalan utama yang menjadikan kasus stunting dapat terjadi, dan
bukan lagi melihat pada apa yang seharusnya dilakukan agar kasus stunting dapat terminimalisir
(masalah sebagai stimulus kebijakan). Upaya tersebut dapat dilakukan dengan adanya
pencegahan terhadap perempuan yang menikah terlalu dini. Hal ini menjadi faktor yang sangat
utama karena dengan menikah terlalu dini, maka akan memiliki pengetahuan yang minim untuk
mengasuh anak, terutama terkait asupan gizi. Saat kehamilan, gizi janin tidak diperhatikan
sehingga bayi mengalami kekurangan asupan dan menyebabkan pertumbuhannya terganggu
hingga pada kasus stunting terjadi. Adapun pencegahan tersebut dapat di lakukan dengan cara
cara mewajibkan adanya pendidikan kesehatan reproduksi di sekolah- sekolah secara berkala
yang dipelopori oleh dinas kesehatan maupun puskesmas. Upaya tersebut juga dapat
direalisasikan dengan baik apabila diperkuat dengan melakukan rekruitmen atau menambah
tenaga gizi kontrak yang mana dapat memanfaatkan dana BOK guna menyiapkan tenaga yg
diperlukan tsb, selanjutnya juga pentingnya Pemerintah Daerah membuat regulasi dan
memperkuat koordinasi dengan BKD dlam penempatan fungsi kerja yang di fokuskan pada
upaya diatas.

Kemudian hal yang menjadi solusi untuk menurunkan angka pernikahan dini adalah dengan
pemerintah Membentuk atau merevitalisasi Pusat Kegiatan Belajar dan kreativitas di masyarakat
khususnya pada sasaran remaja di daerah. Dengan begitu akan banyak remaja yang memiliki
wawasan luas hingga mempunyai motivasi tinggi sehingga angka pernikahan dini lambat laun
akan terminimalisir.
REFERENSI
Dinas Kesehatan Prov Lampung
Diakses Pada Laman dinkes.lampungprov.go.id. pada Tanggal 1 Nov 2018/20.00 wib

Kasus Stunting di Lampung Lampaui Nasional


Diakses pada laman http://www.lampost.co/berita-kasus-stunting-di-lampung-lampaui-
nasional. Pada Tanggal 3 Nov 2018/ 20.00 Wib

Implementasi Penurunan Prevalensi Stunting di Prov. Lampung


Diakses Pada Laman bappeda.lampungprov.go.id/berita-implementasi-penurunan-
prevalensi-stunting-di-provinsi-lampung. Pada Tanggal 3 Nov2018/22.00 Wib

Kementrian Kesehatan RI
Diakses pada laman http://www.depkes.go.id. Pada tgl 3 Nov/ 12.00 Wib

Anda mungkin juga menyukai