Anda di halaman 1dari 6

Identifikasi Masalah

Identifikasi masalah merupakan tahap awal dalam menentukan sebuah program kerja,
identifikasi masalah dilakukan dengan berdasarkan data laporan bulanan Puskesmas sampai
bulan Oktober 2021 sehingga diperoleh permasalahan yang berada di wilayah kerja
Puskesmas Bogor Utara diantaranya:

1. Persentase RT Ber-PHBS (Tidak Merokok di dalam Rumah) dengan presentase


(51.7%).
2. Presentase institusi yang memiliki satgas KTR internal dngan presentase (22,2%).
3. Pemberdayaan individu atau keluarga melalui kunjungan rumah dengan presentase
(45,5%).

Tabel 1. Daftar Masalah di Wilayah Kerja Puskesmas Bogor Utara


Capaian s/d
Target s/d
No Masalah September
September 2021
2021
1. Persentase RT Ber-PHBS (Tidak
70% 51.7%
Merokok di dalam Rumah)
2. Presentase institusi yang memiliki
39% 22,2%
satgas KTR internal
3. Pemberdayaan individu atau
100% 45,5%
keluarga melalui kunjungan rumah

Prioritas Masalah
Metode yang digunakan untuk menetukan prioritas masalah adalah dengan menggunakan
metode USG (Urgency, Seriousness, Growth). Penentuan dengan metode USG dilakukan
karena hasil yang diperoleh lebih objektif, memudahkan untuk menentukan prioritas masalah
dan penilaian dapat dilakukan dengan memahami terlebih dahulu masalah kesehatan yang
ada dalam forum curah pendapat (brain storming).
Metode USG dilakukan dengan cara menentukan tingkat urgensi, keseriusan, dan
perkembangan masalah kesehatan dengan menentukan skala nilai 1-5 atau 1-10, dimana
angka 1 untuk skor terendah dan angka 5 atau 10 untuk skor tertinggi. Setelah diberi skor
pada masing-masing kriteria, lalu dihitung nilai skor akhirnya denban menjumlahkan skor
masing-masing kriteria tersebut. Masalah kesehatan yang memiliki skor tertinggi merupakan
masalah kesehatan prioritas.
Berdasarkan hasil identifikasi masalah yang ditemukan di wilayah kerja Puskesmas
Bogor Utara maka penetapan prioritas masalah menggunakan metode USG adalah sebagai
berikut:

Tabel 2. Analisis Penetapan Prioritas Masalah dengan Metode USG


Total
No Daftar Masalah U S G Urutan
Skor
Persentase RT Ber-PHBS
1. (Tidak Merokok di dalam 5 5 5 15 I
Rumah)
Presentase institusi yang
2. 4 4 4 12 II
memiliki satgas KTR internal
Pemberdayaan individu atau
3. keluarga melalui kunjungan 3 3 3 11 III
rumah

Kriteria yang digunakan :


5 : Sangat Tinggi
4 : Tinggi
3 : Sedang
2 : Rendah
1 : Sangat Rendah

Penentuan Program Penentuan program persentase RT ber-PHBS (tidak merokok di dalam


rumah) merupakan masalah yang perlu di tangani dengan serius itu karena untuk mencegah
meningkat nya jumlah perokok pasif. Perokok pasif itu menjadi berbahaya karena Perokok
Pasif adalah orang yang bukan perokok tapi menghirup asap rokok orang lain atau orang
yang berada dalam satu ruangan tertutup dengan orang yang sedang merokok. Rumah adalah
tempat berlindung, termasuk dari asap rokok. Resiko yang ditanggung perokok pasif lebih
berbahaya dibanding dengan perokok aktif karena daya tahan tubuh terhadap zat-zat yang
berbahaya dari rokok lebih rendah.Bagi ibu hamil, rokok dapat menyebabkan meningkatnya
angka kejadian kelahiran bayi prematur, berat bayi lahir rendah (BBLR), mortalitas prenatal,
kemungkinan lahir dalam keadaan cacat dan mengalami gangguan dalam perkembangan.
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), sekitar 1,2 juta manusia meninggal setiap
tahunnya akibat asap rokok, walaupun tidak merokok secara langsung alias menjadi perokok
pasif.
Kebiasaan merokok merupakan masalah kesehatan di dunia yang sampai sekarang
belum dapat ditangani. Menurut data WHO Global Tobacco Epidemic tahun 2008 di seluruh
dunia diperkirakan terdapat 1,3 milyar perokok. Indonesia merupakan salah satu negara
penghasil tembakau terbesar di dunia yang menempati peringkat ketujuh yaitu sebesar
144.700 ton pertahunnya. WHO memprediksi bahwa pada tahun 2020 penyakit yang
berkaitan dengan tembakau akan menjadi masalah kesehatan di dunia yang menyebabkan 8,4
juta kematian setiap tahun dimana separuhnya terjadi di Asia. Kematian di Asia akibat
masalah tembakau diprediksi meningkat hampir 4 kali lipat dari 1,1 juta menjadi 4,2 juta di
tahun 2020. Sekitar 1,3 milyar perokok di seluruh dunia, 84% diantaranya adalah negara
berkembang.Sedangkan di negara maju yang terjadi justru sebaliknya, persentase perokok
cenderung menurun. Hal ini disebabkan karena tingkat pengetahuan dan kesadaran
masyarakat di negara majutentang bahaya rokok sudah tinggi.
Data Kementrian Kesehatan menunjukkan peningkatan prevalensi perokok dari 27%
pada tahun 1995, meningkat menjadi 36,3% pada tahun 2013. Artinya, jika 20 tahun yang
lalu dari setiap 3 orang Indonesia 1 orang diantaranya adalah perokok,maka saat ini setiap 3
orang Indonesia 2 diantaranya adalah perokok. Prevalensi perokok Indonesia umur ≥10 tahun
pada tahun 2013 adalah sebesar 29,3% dan 18% dari perokok tersebut sudah mulai merokok
pada umur 10-14 tahun (usia sekolah). Jumlah perokok usia sekolah di Indonesia merupakan
yang tertinggi di dunia yaitu mencapai 1,2 juta orang, sedangkan jumlah perokok anak
dibawah umur 10 tahun di Indonesia mencapai angka 239.000 orang.
Berdasarkan paparan diatas maka kejadian persentase RT ber-PHBS (tidak merokok di
dalam rumah) perlu dicegah melalui berbagai program intervensi. Dalam menentukan
program, kami melakukan musyawarah terlebih dahulu dan telah disepakati bersama oleh
kelompok dan hasil penetapan prioritas masalah di atas maka program kegiatan yang akan
kami lakukan sebagai berikut :

Tabel 3. Penentuan Program


No Masalah Penyebab Masalah Rencana tindakan lanjut

1. Persentase RT Ber- Informasi yang diterima Melakukan edukasi


PHBS (Tidak Merokok kurang tentang dampak berupa kegiatan
di dalam Rumah) buruk merokok bagi penyuluhan tentang
kesehatan bahaya Asap Rerokok
Bagi kesehatan
2. Persentase RT Ber- tidak mempunyai fasilitas pemberian poster leaflet
PHBS (Tidak untuk mendapatkan dan stiker tentang
Merokok di dalam informasi tentang bahaya bahaya Asap Rerokok
Rumah) asap rokok dari media Bagi kesehatan

3. Persentase RT Ber- Belum ada sanksi tegas Mengadakan


PHBS (Tidak pelanggaran KTR dari pertemuan dengan
Merokok di dalam pihak terkait linsek, untuk saling
Rumah) berkoordinasi dalam
mensosialisasikan
bahaya asap rokok
untuk kesehatan serta
membuat kesepakatan
bagi pelanggaran KTR
4. Persentase RT Ber- Kesadaran dan Mengadakan
PHBS (Tidak pemahaman yang kurang penyuluhan dengan
Merokok di dalam tentang bahaya merokok metode yang lebih
Rumah) di rumah menarik dan mudah di
pahami
Diagram Fishbone

Money Man
Kurangnya pengetahuan dan
pemahaman mengenai
Rendahnya keadaan
dampak buruk merokok di
sosial ekonimi
dalam rumah bagi kesehatan

Informasi yang diterima


tidak mempunyai fasilitas kurang tentang dampak
untuk mendapatkan informasi buruk merokok bagi
tentang bahaya asap rokok kesehatan
dari media masa Penyuluhan kurang
Persentase RT Ber-PHBS
(Tidak Merokok di dalam
Rumah)

Kurangnya dukungan
anggota keluarga untuk
Peraturan masih belum tidak merokok di dalam
sepenuhnya berjalan rumah

Kesadaran dan pemahaman yang


Belum ada sanksi kurang tentang bahaya merokok
tegas pelanggaran di rumah
KTR dari pihak
terkait Method
Menganggap hal tersebut hal
yang wajar karnah sudah di
lakukan setiap hari Environment

Anda mungkin juga menyukai