Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN ASUHAN KEBIDANAN

DENGAN PEMBERDAYAAN KELUARGA


PADA KELUARGA TN.H DENGAN MASALAH
IBU HAMIL RESIKO TINGGI DI PUSKESMAS SALIMBATU

Tanggal 0 Januari – 13 Januari 2023

DISUSUN OLEH:
FELISITAS SRIWANI
NIM. P07224322221

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLTEKKES KEMENTERIAN KESEHATAN KALTIM
PRODI SARJANA TERAPAN KEBIDANAN
TAHUN 2021
LEMBAR PENGESAHAN

ASUHAN KEBIDANAN KELUARGA DENGAN PEMBERDAYAAN


KELUARGA PADA KELUARGA TN.H DENGAN MASALAH
IBU HAMIL RISIKO TINGGI DI PUSKESMAS SALIMBATU

Asuhan kebidanan keluarga dengan Pemberdayaan Keluarga pada keluarga Tn.J dengan
masalah Ibu Hamil Risiko Tinggi di Puskesmas Melak

Samarinda, 25 Desember 2021


Mahasiswa,

FELISITAS SRIWANI
NIM. P07224322221

Mengetahui

Pembimbing Institusi Pembimbing Lahan

Nursyahid Siregar, M.Keb Marina_Ramba, A.Md.Keb


NIP. NIP. 19860717 201101 2 004
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam memulai kehidupan, keluarga merupakan tempat pertama dan utama dan
tempat berinteraksi antar anggotanya. Keluarga adalah unit terkecil dari suatu masyarakat
terdiri dari suami, istri serta anak-anaknya, dimana didalam keluarga anggotanya memiliki
tugas dan fungsinya masing-masing, dan setiap anggota tersebut harus melaksanakan tugas
dan fungsinya tersebut dan mencapai tujuan bersama. Selain itu jika anggota keluarga ada
yang tidak dapat menjalankan tugas ataupun fungsinya dengan baik sehingga sistem di
dalam keluarganya akan terganggu dan dapat menganggu tugas dan fungsi anggota lainnya,
sehingga dapat menimbulkan konflik di keluarga karena adanya sistem yang terganggu.

Salah satu fungsi keluarga adalah fungsi perawatan kesehatan yaitu fungsi keluarga
untuk mencegah terjadinya masalah kesehatan dan merawat anggota keluarga yang
mengalami masalah kesehatan. Namun  Saat ini banyak keluarga yang belum mampu
menjalankan fungsi keluarga dengan baik dalam hal kesehatan, salah satu adalah kebiasaan
merokok didalam lingkungan keluarga. Merokok membahayakan hampir semua organ
tubuh, menimbulkan banyak penyakit, serta mempengaruhi kesehatan bagi perokok secara
umum. Perokok aktif adalah seseorang yang benar-benar memiliki kebiasaan merokok, dan
perokok pasif adalah seseorang yang tidak memiliki kebiasaan merokok, namun terpaksa
harus mengisap asap rokok yang dihembuskan oleh orang lain yang kebetulan ada
didekatnya. Meskipun perokok pasif tidak merokok, tetapi perokok pasif memiliki resiko
yang sama dengan perokok aktif salah satunya yaitu wanita hamil berkemungkinan
melahirkan bayi premature atau bayi lahir cukup bulan, tetapi berat badan kurang dari
normal (Aulia, 2010). Bayi yang lahir dari lingkungan perokok, rata-rata 200 gram lebih
ringan dari bayi non perokok. Selain ibu perokok, ayah yang merokok juga berhubungan
dengan pertumbuhan janin yang terlambat. Ayah yang merokok berhubungan dengan
penurunan berat bayi lahir (Yulifah, 2009).
Kementerian Kesehatan merilis hasil survei global penggunaan tembakau pada usia
dewasa (Global Adult Tobacco Survey – GATS) yang dilaksanakan tahun 2011 dan diulang
pada tahun 2021 dengan melibatkan sebanyak 9.156 responden. Dalam temuannya, selama
kurun waktu 10 tahun terakhir terjadi peningkatan signifikan jumlah perokok dewasa
sebanyak 8,8 juta orang, yaitu dari 60,3 juta pada tahun 2011 menjadi 69,1 juta perokok
pada tahun 2021. kata Wakil Menteri Kesehatan Dante Saksono Harbuwono dalam
Peluncuran Data Survei Global Penggunaan Tembakau Pada Masyarakat Indonesia Tahun
2021 (GATS 2021) yang bertepatan dengan peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia atau
World No Tobacco Day, Selasa (31/5) di Jakarta.Hasil survei GATS juga menunjukkan
adanya kenaikan prevalensi perokok elektronik hingga 10 kali lipat, dari 0.3% (2011)
menjadi 3% (2021). Sementara itu, prevalensi perokok pasif juga tercatat naik menjadi 120
juta orang (bikom kemenkes,2022). Sedangkan Hasil Survei Badan Pusat Statistik (BPS)
Indonesia , Persentase Merokok Pada Penduduk Umur ≥ 15 Tahun Provinsi Kalimantan
Utara tahun 2022 adalah 24,23% (badan pusat statistik Indonesia,2022).

Hasil survei diatas merupakan tantangan bagi kita semua untuk melakukan upaya-
upaya penghentian merokok, terutama bagi petugas kesehatan. Upaya yang dilakukan
petugas untuk masalah tersebut salah satunya adalah dengan melaksanakan Asuhan
pemberdayaan keluarga. Pemberdayaan Keluarga adalah mekanisme yang memungkinkan
terjadinya perubahan kemampuan keluarga sebagai dampak positif dari intervensi
keperawatan yang berpusat pada keluarga dan tindakan promosi kesehatan serta kesesuaian
budaya yang mempengaruhi tindakan pengobatan dan perkembangan keluarga.
Pemberdayaan keluarga dengan anggota keluarga mengalami kesehatan/penyakit diberikan
dengan memberikan informasi yang akurat dan lengkap tentang kondisi masalah kesehatan/
penyakit yang dihadapi anggota keluarga, meningkatkan memampuan manajemen
perawatan keluarga, mengedepankan empati dan menunjukan perhatian yang tulus,
mengakui dan meningkatkan kompetensi keluarga dalam merawat anggota keluarga serta
membangun hubungan langsung dengan anggota keluarga yang sakit. (Anis Malik Thoha, at
all, 2014)

Keluarga dengan masalah anggota keluarga yang mengalami sakit atau penyakit sering
menjadikan keluarga tidak mampu memenuhi kebutuhan perawatan kesehatan atau dengan
istilah lain mengalami ketidakberdayaan yang berakibat pada semakin memburuknya
kondisi kesehatan anggota keluarga yang mengalami masalah kesehatan. Dengan adanya
Asuhan pemberdayaan keluarga diharapkan adanya peningkatan kemampuan keluarga
dalam bidang kesehatan antaralain; kemampuan keluarga mengenal masalah kesehatan yang
dihadapi, mengambil keputusanyang tepat untuk mengatasi masalah kesehatan dan
kemampuan merawat anggota keluarga yang sakit.

Dengan perilaku merokok yang semakin jarang, hal ini orang tua dapat
menghindarkan anak balitanya dari bahaya rokok yang dapat mengganggu kesehatan yaitu
penyakit-penyakit saluran pernafasan, disamping itu untuk mencegah bahaya rokok peran
serta masyarakat dan keaktifan petugas kesehatan dalam memberikan yang
berkesinambungan baik melalui media massa ( koran, majalah, bulletin, televisi, radio)
maupun penyuluhan saat kegiatan posyandu bagi ibu bayi dan balita dalam memberikan
gambaran kepada suami dan anggota keluarga lainnya agar tidak merokok didalam rumah.
Hubungan yang relatif kurang kuat pada perilaku merokok keluarga di dalam rumah dengan
kategori dari ringan sampai berat sangat semuanya dapat mengakibatkan penyakit
bronchopneumonia pada semua anggota keluarga.

Berdasarkan hasil pengumpulan data dan pengkajian terhadap satu keluarga yang
memiliki masalah kesehatan yaitu keluarga Tn. H, diperoleh salah satu permasalahan
keluarga Tn. H yaitu kebiasaan merokok dari kepala keluarga yaitu Tn H, padahal isteri dari
Tn. H sedang dalam keadaan hamil dan memiliki anak Balita. Tn. Tn. H tidak menyadari
bahwa kebiasaan tersebut dapat membahayakan anggota keluarganya.Hal ini disebabkan
kurangnya pengetahuan tentang masalah kesehatan dan bahaya merokok. Dengan adanya
permasalahan tersebut, maka perlu adanya asuhan pemberdayaan keluarga, terhadap
keluarga Tn H tentang bahaya merokok bagi kesehatan.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu melaksanakan asuhan kebidanan di komunitas dengan
pemberdayaan keluarga pada anggota keluarga yang merokok.
2. Tujuan Khusus
Setelah melaksanakan praktik asuhan kebidanan di komunitas dengan
pemberdayaan keluarga mahasiswa dapat:
a. Melakukan pengkajian kepada keluarga Tn. H
b. Menginterpretasikan masalah apa saja yang terjadi pada keluarga Tn. H
c. Menentukan diagnosis potensial apa yang terjadi pada keluarga binaan,
keluarga Tn. H
d. Menentukan antisipasi masalah pada keluarga Tn. H
e. Melakukan perencanaan terhadap masalah yang terjadi pada keluraga Tn. H
f. Melaksanakan perencanaan yang telah dibuat pada keluraga Tn. H
g. Melakukan evaluasi terhadap tindakan yang telah dilaksanakan pada kelurga
Tn. H
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teori
1. Pemberdayaan Keluarga (Anis Malik Thoha et all, 2014)
a. Pengertian Pemberdayaan Keluarga
Beberapa pengertian yang menerangkan tentang Pemberdayaan Keluarga,
antaralainsebagai berikut ;

Gibson mendefinisikan Pemberdayaan sebagai proses sosial, mengenali,


mempromosikan dan meningkatkan kemampuan orang untuk menemukan
kebutuhanmerekasendiri, memecahkan masalah mereka sendiri dan memobilisasi
sumber daya yang diperlukanuntuk mengendalikan hidup mereka. Pemberdayaan
Keluarga adalah intervensi keperawatan yang dirancangdengantujuan untuk
mengoptimalkan kemampuan keluarga, sehingga anggota keluarga memiliki
kemampuan secara efektif merawat anggota keluarga dan mempertahankan kehidupan
mereka. Pemberdayaan Keluarga adalah mekanisme yang memungkinkan
terjadinyaperubahan kemampuan keluarga sebagai dampak positif dari intervensi
keperawatanyangberpusat pada keluarga dan tindakan promosi kesehatan serta
kesesuaian budayayangmempengaruhi tindakan pengobatan dan perkembangan
keluarga.

Konsep Pemberdayaan Keluarga memiliki tiga komponen utama. Pertama,


bahwa semua keluarga telah memiliki kekuatan dan mampu membangun kekuatan itu.
Kedua, kesulitan keluarga dalam memenuhi kebutuhan mereka bukan karena
ketidakmampuanuntukmelakukannya, melainkan sistem pendukung sosial keluarga
tidak memberikan peluangkeluarga untuk mencapainya. Ketiga, dalam upaya
pemberdayaan keluarga, anggota keluargaberupaya menerapkan keterampilan dan
kompetensi dalam rangka terjadinya perubahandalam keluarga.

b. Tujuan Pemberdayaan Keluarga


Tujuan Pemberdayaan Keluarga dijelaskan berdasarkan pengertian
pemberdayaankeluarga, memiliki dimensi yang luas. Tujuan pemberdayaan keluarga
sebagai berikut :

1) Membantu keluarga untuk menerima, melewati dan mempermudah proses


perubahanyang akan ditemui dan dijalani oleh keluarga.

2) Membangun daya tahan daya adaptasi yang tinggi terhadap perubahan agar
mampumenjalani hidup dengan sukses tanpa kesulitan dan hambatan yang
berarti.

3) Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan hidup seluruh anggota keluarga


sepanjangtahap perkembangan keluarga dan siklus hidupnya.

4) Menggali kapasitas atau potensi tersembunyi anggota keluarga yang berupa


kepribadian, keterampilan manajerial dan keterampilan kepemimpinan.

5) Membina dan mendampingi proses perubahan sampai pada tahap


kemandiriandantahapan tujuan yang dapat diterima.

c. Pemberdayaan Sebagai Intervensi Keperawatan

Dunst,Trivette (1988), mengusulkan pemberdayaan keluarga sebagai intervensi


keperawatan dengan menyajikan model intervensi berdasarkan tiga
komponenutamapemberdayaan yang berasal dari pengamatan ilmiah dan sintesa
lieratur. Komponenpertamaadalah ideologi pemberdayaan, yang menjelaskan bahwa
semua individu dan keluargamenyakini memiliki kekuatan dan kemampuan serta
kapasitas untuk menjadi kompeten. Komponen kedua, partisipasi pengalaman,
merupakan proses membangun kekuatandari kelemahan yang ada secara benar,
komponen ini merupakan bagian dari model intervensi keluarga. Komponen ketiga,
hasil pemberdayaan, kompenen ini terdiri dari perilakuyangdiperkuat atau dipelajari,
penilaian terhadap peningkatan pengawasan misal ; konsepdiri danmotivasi instrinsik.

d. Ruang Lingkup Pemberdayaan Keluarga

Pemberdayaan Keluarga mencakup dimensi yang luas dari kebutuhan keluarga yang
bersifat biopsikososiokultural dan spiritual. Munurut Sunarti (2008) menjelaskan
bahwa ruang lingkup pemberdayaan keluarga meliputi aspek-aspek :

1) Ketahanan Keluarga Peningkatan ketahanan keluarga meliputi ketahanan


fisik,sosial, dan ketahananpsikologis keluarga. Ketahanan keluarga merupakan
konsep luas kehidupan keluargayangmeliputi konsep berfungsinya keluarga,
pengeloaan stress keluarga, kelentingan keluargadantahap perkembangan
keluarga.

2) Fungsi, Peran dan Tugas Keluarga Peningkatan kapasitas dan potensi keluarga
dalam memenuhi fungsi kesehatandanperawatan kesehatan keluarga,
melaksakana peran keluarga baik peran formal maupun informal, serta mampu
melaksanakan tugas kesehatan keluarga sesuai tahap perkembangankeluarga.

3) Sumber Daya Keluarga Rice dan Tucker 1987 dalam Sunarti 2007,
mengelompokan sumber daya keluarga dalamtiga kelompok yaitu : sumber daya
manusia, meliputi aspek kognitif, afektif dan psikomotor, serta sumber daya
waktu. Sumber daya ekonomi seperti pendapatan, kesehatan,
keuntunganpekerjaan dan kredit. Sumber daya lingkungan meliputi lingkungan
sosial, serta lembagapolitik.

4) Pengelolaan Masalah dan Stress Keluarga Kemampuan keluarga dalam


menghadapi stressor (penyebab stress) yang berpotensi menyebabkan stress dan
krisis, termasuk dalam hal ini adalah kemampuan keluarga menggunakan
mekanisme koping. Pemberdayaan keluarga diarahkan meningkatkantipologi
efektif, meningkatkan kemampuan memperbanyak alternatif pilihan stragi dan
mekanismekoping dalam keluarga dalam menghadapi krisis keluarga.

5) Interaksi dan Komunikasi Keluarga Beberapa pendekatan dapat digunakan untuk


menjelaskan interaksi dan komunikasi keluarga, seperti pendekatan sistem yang
meliputi interaksi antara suami dan istri, interaksi antara orang tua dan anak,
interaksi antara saudara kandung. Interaksi keluarga jugadapat dipandang sebagai
sebuah proses yang dapat mempengaruhi kualitas hidup keluarga. Proseskeluarga
memerlukan komunikasi yang fungsional dalam keluarga, beberapa
polakomunikasi yang tidak fungsional dalam keluarga dapat terjadi karena :
adanya pesanyangtidak jelas atau pesan ganda, stereotipe, yaitu pemberian nilai
pada anggota keluargayanglain untuk menghindari konflik.

6) Tipologi Keluarga Mc Cubbin dan Thompson (1987), mengidentifikasi keluarga


kedalamempat dimensi, yaitu ; Family Regenerative (kemampuan keluarga
tumbuh kembang), Family Resilient (Kelentingan keluarga), Rhytmic Family
(Kebersamaan keluarga), dan TradisionalisticFamily(tradisi keluarga).
7) Kelentingan Keluarga (Family resillience) Kelentingan Keluarga didefinisikan
sebagai kemampuan keluarga untuk meresponsecarapositif terhadap situasi yang
menyengsasrakan atau merusak kehidupan keluarga, sehinggamemunculkan
perasaan kuat, tahan dan lebih berdaya, lebih percaya diri dibandingsituasi
sebelumnya. Pada kondisi dimana keluarga mengalami krisis dan keluarga
mencoba untukmengatasinya, maka saat anggota keluarga merasa percaya diri,
kerja keras, kerja samamakakeluarga sebenarnya telah menunjukan kelentingan
keluarga yang baik, yangdapat digunakan dalam menghadapi stressor sepanjang
kehidupan keluarga (Simon, Murphy, Smith; 2005 dalam Sunarti,2007).

8) Tahap Perkembangan Keluarga Dalam siklus kehidupan keluarga terdapat tahap-


tahap yang dapat diprediksi. Formulasi tahap-tahap perkembangan keluarga yang
paling banyak digunakan untuk keluargainti dengan dua orang tua adalah delapan
tahap siklus kehidupan keluarga dari Duvall (1977) yaitu ; Keluarga pemula,
keluarga sedang mengasuh anak, keluarga dengan anak prasekolah, keluarga
dengan anak sekolah, keluarga dengan anak remaja, keluarga dengan melepas
anak dewasa muda, keluarga dengan orang tua pertengahan dan keluarga dalam
masa pensiunatau lansia.

e. Tingkat Kemandirian Keluarga

Intervensi Pemberdayaan Keluarga yang dilakukan pada keluarga


dirancangagarkeluarga tidak hanya dibantu menyelesaikan masalah kesehatannya saja,
namun juga mampumenolong dirinya sendiri, berdaya dan mandiri dalam menghadapi
masalah kesehatananggota keluarganya. Tingkat kemandirian keluarga dapat dinilai
dengan memperhatikankriteria tingkat kemandirian seperti yang di tetapkan oleh
Departemen Kesehatan(2006), sebagai berikut :

1) Keluarga Mandiri Tingkat Satu Keluarga hanya menerima petugas perawatan


kesehatan masyarakat dan menerimapelayanan keperawatan yang diberikan sesuai
dengan rencana keperawatan.

2) Keluarga Mandiri Tingkat Dua Keluarga menerima petugas perawatan kesehatan


masyarakat dan menerima pelayanankeperawatan yang diberikan sesuai dengan
rencana keperawatan, keluarga mengetahui dan dapat mengungkapkan masalah
kesehatan secara benar, melakukan tindakankeperawatan sederhana sesuai yang
dianjurkan dan memanfaatkan fasilitas pelayanankesehatan.

3) Keluarga Mandiri Tingkat Tiga Keluarga menerima petugas perawatan kesehatan


masyarakat dan menerima pelayanankeperawatan yang diberikan sesuai dengan
rencana keperawatan, keluarga mengetahui dan dapat mengungkapkan masalah
kesehatan secara benar, melakukan tindakankeperawatan sederhana sesuai yang
dianjurkan dan memanfaatkan fasilitas pelayanankesehatan serta melaksanakan
tindakan pencegahan sesuai anjuran.

4) Keluarga Mandiri Tingkat Empat Keluarga menerima petugas perawatan kesehatan


masyarakat dan menerima pelayanankeperawatan yang diberikan sesuai dengan
rencana keperawatan, keluarga mengetahui dan dapat mengungkapkan masalah
kesehatan secara benar, melakukan tindakankeperawatan sederhana sesuai yang
dianjurkan dan memanfaatkan fasilitas pelayanankesehatan serta melaksanakan
tindakan pencegahan sesuai anjuran dan melakukantindakan promotif secara aktif.

2. Merokok

a. Defenisi

Merokok merupakan aktivitas yang berdampak merugikan bagi


kesehatan individu, keluarga, masyarakat dan lingkungan, baik secara langsung
maupun tidak langsung, sehingga perlu upaya pengendalian dampak rokok
terhadap kesehatan. Sebab dalam rokok tersebut terkandung lebih dari 4000
jenis bahan kimia berbahaya bagi kesehatan, mulai dari nikotin maupun zat
lainnya yang bisa menyebabkan kanker dan zat beracun bagi tubuh lainnya

Merokok mungkin merupakan hal biasa bagi sebagian orang karena bisa
menjadikan hidupnya lebih semangat, ada juga karena ingin terlihat trendi di
hadapan teman dan orang-orang disekitarnya. Sedangkan sebagian beranggapan
bahwa kalau tidak merokok hidupnya terasa ada yang kurang enak dan mulut
terasa seakan kecut dan tidak enak. Tapi mereka tidak tahu apa sebenarnya
bahaya dari merokok untuk kesehatan dirinya sendiri, dan juga orang-orang
disekitarnya. Aktivitas merokok bisa merusak kesehatan dan untuk yang
menghisap asap rokok (perokok pasif) mempunyai risiko terkena peyakit yang
sama.

b. Bahaya Merokok Bagi Kesehatan

Beberapa penyakit berbahaya yang diakibatkan oleh rokok :


1) Penyakit paru-paru

Efek dari perokok yang paling pertama merusak organ tubuh akibat asap

rokok adalah paru-paru. Asap rokok tersebut terhirup dan masuk ke dalam

paru-paru sehingga menyebabkan paru-paru mengalami radang, bronchitis,

pneumonia. Maka sebaiknya sebelum hal itu terjadi lebih baik berhenti

merokok dari sekarang juga. Bukankan lebih baik mencegah daripada

mengobati? Dengan demikian sebelum terjadi penyakit bahaya tersebut

sebaiknya cegah dengan berhenti merokok.

2) Penyakit impotensi dan organ reproduksi

Efek bahaya merokok bagi kesehatan lainnya adalah bisa mengakibatkan

impotensi, kasus seperti ini sudah banyak dialami oleh para perokok.

Sebab kandungan bahan kimia yang sifatnya beracun tersebut bisa

mengurangi produksi sperma pada pria. Bukan hanya itu saja, pada pria

juga bisa terjadi kanker di bagian testis. Oleh sebab itu, sebelum hal itu

terjadi maka kurangi secara perlahan konsumsi rokok Anda. Terutama

untuk usia remaja karena efek bahaya merokok bagi kesehatan remaja

yang bisa menyebabkan resiko tidak memiliki keturunan. Sedangkan pada

wanita yang merokok, efek dari rokok juga bisa mengurangi tingkat

kesuburan wanita.

3) Penyakit lambung

Hal yang terlihat sepele ketika menghisap rokok adalah aktifitas otot di

bawah kerongkongan semakin meningkat. Otot sekitar saluran pernafasan

bagian bawah akan lemah secara perlahan sehingga proses pencernaan

menjadi terhambat. Bahaya merokok bagi kesehatan juga bisa dirasakan

sampai ke lambung, karena asap rokok yang masuk ke sistem pencernaan


akan menyebabkan meningkatnya asam lambung. Jika hal ini dibiarkan

terus menerus maka bukan tidak mungkin akan menjadi penyakit yang

lebih kronis seperti tukak lambung yang lebih sulit diobati. Tentu jika

Anda sudah mengetahui risiko ini kesadaran untuk berhenti merokok bisa

semakin tinggi.

4) Resiko stroke

Pada perokok aktif bisa saja menderita serangan stroke, karena efek

samping rokok bisa menyebabkan melemahnya pembuluh darah. Ketika

pelemahan tersebut terjadi dan kerja pembuluh darah terhambat bisa

menyebabkan serangan radang di otak. Hal itulah yang bisa berisiko terjadi

stroke meskipun orang tersebut tidak ada latar belakang darah tinggi atau

penyakit penyebab stroke lainnya. Penyebab stroke tersebut bersumber

dari kandungan kimia berbahaya seperti nikotin, karbon monoksida dan

gas oksidan yang terkandung dalam rokok. Sehingga bahaya merokok bagi

kesehatan dapat menyebabkan stroke,  hampir 505 terjadi pada seorang

perokok aktif dibanding bukan perokok.


c. Bahaya Asap Rokok pada ibu Hamil dan Janin
Asap rokok memiliki kandungan yang sama dengan segala sesuatu yang ada di dalam
rokoknya sendiri. Di dalam asap rokok terdapat ribuan kandungan bahan kimia yang
jika terhirup oleh ibu hamil bisa berbahaya bagi janin di dalam kandungannya. 
Bagi ayah yang perokok berat, sangat disarankan untuk tidak merokok di dekat ibu
hamil atau di area rumah. Pasalnya, asap rokok bisa bertahan selama 2,5 jam dan bisa
melekat pada benda-benda seperti sofa, karpet, tembok, dan perabotan rumah lainnya.
Residu dari asap tersebut juga dapat bertahan selama berbulan-bulan, bahkan sampai
bertahun-tahun lamanya. Meski tidak terlihat, asap rokok tersebut masih bisa terhirup
oleh ibu hamil dan bisa memberikan efek buruk pada calon bayi yang dikandung. 
Ketika ibu hamil menghirup atau menyentuh benda yang terkena asap rokok, ribuan
racun yang ada pada rokok bisa memasuki aliran darahnya hingga sampai ke janin
yang dikandung.
Beberapa risiko bahaya asap rokok bagi ibu hamil yang menghirupnya serta dampak
buruknya pada janin:
1. Keguguran
Salah satu bahaya asap rokok bagi ibu hamil adalah bisa meningkatkan
risiko keguguran pada trimester pertama apabila sering terpapar asap
rokok. Di beberapa hari awal setelah pembuahan, janin mengalami
perkembangan yang pesat. Saat terpapar asap rokok, kerusakan genetik
(terutama kromosom) dapat terjadi. Pada akhirnya, keguguran dapat
terjadi jika terus dibiarkan.

Keguguran akibat menghirup banyak asap rokok juga dapat terjadi


akibat masalah pada plasenta. Ini akibat fungsi plasenta untuk
mengangkut oksigen dan nutrisi ke janin berkurang drastis. Tidak
tercukupinya segala hal yang dibutuhkannya untuk tumbuh membuat
janin alami kematian.

2. Bayi Lahir dengan Berat Rendah


Paparan asap rokok berisiko sebabkan bayi lahir dengan berat
badan rendah. Pada umumnya berat badan bayi yang normal saat lahir
yaitu mulai dari 2,9 hingga 3,6 kilogram. Berat badan bayi dikatakan
rendah apabila beratnya kurang dari 2,5 kilogram. Kondisi tersebut
mungkin bisa membuat bayi mengalami gangguan pernapasan, mudah
mengalami infeksi, dan kadar gulanya rendah.

3. Bayi Lahir Prematur


Bahaya paparan asap rokok saat kehamilan juga bisa memunculkan
risiko bayi lahir sebelum waktunya. Hal ini tentu bisa memicu beberapa
masalah kesehatan yang serius bagi bayi, seperti gangguan pernapasan.
Gangguan akibat asap rokok ini bisa memberikan efek negatif bagi
perkembangan paru-paru janin. 

Bayi prematur juga lebih rentan mengalami infeksi, penyakit


kuning, kesulitan untuk menyusu, gangguan saluran pencernaan,
gangguan sistem saraf, dan mengalami pendarahan otak. Maka dari itu,
ibu hamil benar-benar harus menghindari paparan asap rokok.

4. Sindrom Kematian Bayi Mendadak (SIDS)


Ini merupakan sindrom yang bisa menyebabkan bayi kehilangan
nyawa secara tiba-tiba saat ia sedang tidur. Padahal sebelumnya Si Kecil
terlihat baik-baik saja. SIDS terjadi pada bayi yang berusia kurang dari
satu tahun. SIDS bisa terjadi diduga karena adanya kelainan di bagian
otak yang mengatur pernapasan bayi, kondisi tidur bayi yang
menghambat pernapasannya, dan hal lainnya.

Bahan kimia dalam asap rokok tampaknya dapat memengaruhi


otak bayi yang telah lahir dengan cara mengganggu pengaturan
pernapasannya. Disebutkan juga jika bayi yang meninggal akibat SIDS
memiliki konsentrasi nikotin yang lebih tinggi disertai kadar nikotin di
paru-parunya akibat paparan asap rokok saat hamil atau setelah lahir.
d. Cara untuk berhenti merokok, diantaranya:

1) Berhenti seketika.

    Hari ini anda merokok besok anda berhenti sama sekali. Untuk

kebanyakan       orang, cara  ini paling berhasil

2)  Kurangi Secara Bertahap

3) Jumlah rokok yang dihisap setiap hari dikurangi secara berangsur-angsur

dengan jumlah yang sama sampai 0 batang pada hari yang ditetapkan.
Misalnya hari pertama berhenti merokok, menghabiskan 10 batang, hari ke-

2 atau ke-3 turun jadi 8 batang, dan seterusnya.


e. Tips Berhenti Merokok
1) Motivasi, yakni bulatkan tekad untuk berhenti merokok.
2) Berhenti merokok seketika atau total, atau melakukan pengurangan jumlah
rokok yang dihisap secara bertahap.
3) Kenali waktu dan situasi dimana anda paling sering merokok.
4) Tahan keinginan merokok dengan menundanya.
5) Berolahraga secara teratur.
6) Minta dukungan dari keluarga dan sahabat.
7) Konsultasi dengan dokter atau tenaga kesehatan.

KESIMPULAN
Perilaku merokok akan memberikan dampak bagi kesehatan secara jangka pendek
maupun jangka panjang yang nantinya akan ditanggung tidak saja oleh diri kamu
sendiri tetapi juga akan dapat membebani orang lain (misal: istri dan anak).

Anda mungkin juga menyukai