Anda di halaman 1dari 7

PROPOSAL PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PEMBUATAN BEKAL

UNTUK IBU YANG MEMPUNYAI ANAK PAUD

DISUSUN OLEH :

Mahasiswa Semester VI Kelas A

Christina Natalia Simorangkir

NIM : P01031218008

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MEDAN


JURUSAN SARJANA TERAPAN GIZI DAN DIETETIKA
2020/2021
A. Latar Belakang

Pembangunan SDM di Indonesia masih mendapat tantangan besar. Data


Riskesda 2010 menunjukkan masalah gizi masih merupakan masalah nasional.
Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2010 menemukan dari total
balita 21.760.200 terdapat: 35,6% anak balita pendek (stunting), 17,9 % gizi
kurang, 13,3% balita kurus, dan 14% kelebihan gizi (overweight & obesitas)
sebesar 14%. Masalah gizi lain adalah kurang vitamin A dimana berdasarkan
studi gizi mikro di 10 kota pada 10 propinsi pada tahun 2006 menunjukkan
bahwa prevalensi Xeropthalmia pada balita 0,13% dan serum retinol kurang dari
20µg/dl adalah 14,6% dari 21.760.200 balita. Anemia besi juga masih
merupakan masalah gizi di Indonesia. Hasil analisis terhadap Survei Kesehatan
Rumah Tangga (2001) menunjukkan prevalensi anemia besi relatif tinggi.
Terdapat 61.3% pada bayi 6- 11 bulan dan 58% pada anak usia 12-23 bulan,
selanjutnya prevalensi menurun untuk anak usia 2 sampai 5 tahun. Data
Riskesdas (2007) menemukan 40% anak umur 1-4 tahun menderita anemia.
Berbagai hasil penelitian menunjukkan kekurangan gizi pada usia dini
berdampak pada terganggunya tumbuh kembang, rendahnya kemampuan
kognitif yang tercermin dari IQ, rendahnya kematangan sosial pada saat usia
sekolah yang ditunjukan dengan rendahnya perhatian. Kemampuan belajar dan
pencapaian prestasi di sekolah (Martorell, 1995). Disisi lain imunitas tubuh anak
juga rendah sehingga lebih rentan terhadap serangan penyakit iinfeksi. Gambar
berkut ini menjelaskan dampak jangka pendek dan jangka panjang dari keadaan
gizi pada masa janin dan usia dini.
Jelaslah bahwa masalah gizi tidak saja berdampak jangka pendek tapi
berbekas sampai masa depan. Gizi kurang dan buruk tidak hanya meningkatkan
resiko morbiditas dan mortalitas prenatal dan bayi tapi juga mempengaruhi
pertumbuhan fisik jangka panjang, perkembangan kognitif, kapasitas belajar,
prestasi sekolah dan prestasi kerja dimasa depan (Mora dan Nestel, 2000). Usia
0-6 tahun usia emas tumbuh kembang sehingga anak harus dijaga untuk tidak
mengalami gangguan tumbuh kembang. Kenyataan menunjukan prevalensi gizi
kurang justru tinggi pada usia kritis ini. Terdapat beberapa alasan mengapa anak
usia dini justru rentan terhadap masalah gizi kurang dibanding paska umur enam
tahun.
Pertama, kebutuhan gizi per kilogram berat badan pada anak usia dini
lebih besar dibandingkan dengan kebutuhan gizi setelah masa tersebut. Hal ini
disebabkan karena dalam siklus hidup manusia kecepatan pertumbuhan paling
tinggi terjadi pada masa ini.
Kedua, anak usia 0-6 tahun selalu aktif, bergerak dan bermain sehingga
kebutuhan untuk aktifitas ini juga tinggi. Bayi bertambah aktif ketika mulai
belajar berjalan sehingga kebutuhan makanan perlu ditambah, namun banyak ibu
tidak memberikan tambahan. Hal ini mengakibatkan output tidak sesuai dengan
input.
Ketiga, aktifitas, keinginan bereksplorasi dan keingintahuannya yang
tinggi menyebabkan anak usia ini cepat berespon dengan benda-benda

2
sekitarnya melaui melalui sentuhan, ciuman dan kadangkala memasukan benda
kemulutnya. Keadaan ini menyebabkan anak usia dini menjadi mudah tekena
infeksi dan serangan penyakit. Penyakit dan infeksi mempengaruhi penyerapan
zat gizi yang dikonsumsi. Selain itu, sakit juga menyebabkan nafsu makan
berkurang sehingga zat makanan yang masuk dalam tubuh menjadi terbatas
sedikit
Keempat, masalah sulit makan banyak terjadi pada rentang usia ini.
Kelima. Anak-anak memerlukan kata-kata lembut dan sentuhan-sentuhan
penuh kasih sayang yang dapat merangsang peningkatan hormon pertumbuhan
dan daya tahan tubuh. Keadaan yang sering terjadi justru sebaliknya pemberian
makan tidak diikuti dengan suasana yang nyaman.
Keenam, anak usia ini sangat senang mengkonsumsi makanan jajanan.
Makanan jajanan cenderung dengan bahan dasar karbohidrat dan tinggi gula.
Tingginya konsumsi makanan jajanan seperti ini dapat menyebakan anak tidak
berselera pada saat disajikan makanan utama.
Ketujuh, anak usia dini beresiko tinggi terkena paparan kontaminan.
Sebagai contoh adalah paparan timbal; anak dapat menyerap hingga 50% Timbal
yang masuk ke dalam tubuh, sedangkan orang dewasa hanya 10-15%.
Jaminan dan perlindungan Gizi dan Kesehatan bagi setiap anak
Indonesia terdapat beberapa pasal pada Undang-Undang No 23 Tahun 2002
tentang Perlindungan Anak yang mengamanatkan masalah gizi dan kesehatan
sebagai Hak Anak. Gizi dan kesehatan merupakan prasyarat penting dalam
keberhasilan Pendidikan Anak Usia dini mengingat:
1. Zat Gizi merupakan Bahan Pembentuk otak dan organ lain yang
berhubungan dengan perkembangan anak.
2. Zat Gizi diperlukan sebagai neurotransmitter
3. Zat gizi berperan dalam pembentukan imunitas anak
4. Kesehatan merupakan garansi bagi kelansungan proses Pendidikan anak

Usia Dini Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan


Nasional Pasal 1 angka 14 menyatakan bahwa Pendidikan Anak Usia Dini
(PAUD) adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir
sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan
pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan
rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.
Berdasarkan Pasal 1 ini, dengan jelas tersurat bahwa ransangan pendidikan di
lembaga PAUD untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan. Dimensi
pertumbuhan juga perkembangan sangat erat kaitannya dengan gizi dan
kesehatan. Pada tahun 2009, Pasal 1 Undang-undang no 20 tahun 2003 tersebut
lebih diperkuat lagi dengan keluarnya Permendiknas no 58 tentang standar
PAUD. Permendiknas ini menyebutkan bahwa Standar Pencapaian
perkembangan anak usia dini khususnya pada kesehatan fisik antara lain:
1. Memiliki kesesuaian antara usia dengan berat badan.

3
2. Memiliki kesesuaian antara usia dengan tinggi badan,
3. Memiliki kesesuaian antara tinggi dengan berat badan.

Berarti lembaga PAUD seharusnya membuat program Perawatan, Gizi dan


Kesehatan yang mewujudkan standar tersebut. Berbagai program dapat dibuat
dilaksanakan disekolah agar standar fisik ini dapat tercapai, antara lain dengan
cara:
1. Mengupayakan anak mengkonsumsi zat gizi sesuai kebutuhannya
2. Mencegah anak terkena infeksi,
3. Memantau perumbuhan dan perkembangan anak,
4. Mencegah anak mengkonsumsi pangan yang memhayakan kesehatannya,
5. Menanamkan dan membangun sadar gizi dan kesehatan pada diri anak
6. Membuat program parenting yang berkenaan dengan peningkatan
pengetahuan, sikap dan ketrampilan keluarga untuk melakukan perawatan,
kebersihan, pemberian makan dan pembiasaan makan yang baik

Asupan gizi yang baik diharapkan anak menjadi sehat dan


perkembangannya dapat menjadi optimal salah satu yang utama yaitu
perkembangan kognitifnya. Perkembangan kognitif adalah perkembangan
kemampuan anak untuk mengeksplorasi lingkungan karena bertambah besarnya
koordinasi dan pengendalian motorik, maka dunia kognitif anak berkembangan
pesat, makan kreatif, dan imajinatif.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pembuatan bekal untuk anak paud

C. Tujuan ,Mamfaat, dan Sasaran Pelatihan

1. Tujuan Umum
Untuk meningkatkan pengetahuan ibu tentang bekal anak paud
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui cara membuat bekal anak paud

D. Jadwal Pelatihan

Hari, Waktu Kegiatan Ket


Tanggal
09.00-09.15 Registrasi peserta
09.15-10.00 Pembukaan
Selasa , 10.00-10.30 Penyajian materi
23 Maret 2021 - Pembuatan bekal anak paud
10.30-11.00 Istirahat
11.00-11.30 Praktek pembuatan Bekal anakl
11.30-12.00 Penutup

4
E. Materi

Anak usia dini merupakan sosok individu yang sedang mengalami


perkembangan dan pertumbuhan yang pesat. Setiap rangsangan yang diberikan
pada anak usia dini akan mendapatkan respons yang cepat pula. Berbagai hal
yang didapatkannya pada usia dini akan menjadi dasar dan pondasi utama bagi
kehidupannya kelak. Menurut Rusilanti, dkk (Rusilanti & Dkk, 2015), usia
prasekolah adalah usia 3—5 tahun dan merupakan kurun yang disebut masa
golden age. Di usia ini, anak banyak mengalami perubahan baik fisik maupun
mental, dengan karakteristik: berkembangnya konsep diri, rasa ingin tahu,
imajinasi, belajar menimbang rasa, munculnya kontrol internal, belajar dari
lingkungannya, berkembangnya cara berpikir, berkembangnya kemampuan
bahasa, dan munculnya perilaku.
Anak tumbuh dan berkembang sesuai asupan gizi yang diterimanya.
Anak selalu tumbuh dan berkembang sejak konsepsi sampai akhirnya masa
remaja. Hal ini yang membedakan anak dengan orang dewasa. Anak bukan
miniatur orang dewasa dan bukan pula orang dewasa. Anak menunjukkan ciri-
ciri pertumbuhan dan perkembangan yang sesuai usianya. Pada umumnya
pertumbuhan dan perkembangan anak mempunyai ciri-ciri yang saling berkaitan
dan pertumbuhan dan perkembangan anak merupakan hasil interaksi banyak
faktor yang mempengaruhi kedua hal tersebut. Maka dari pada itu berbagai hal
yang berkaitan dengan pengetahuan dan keterampilan dasar kehidupan
salahsatunya pengenalan makanan sehat dan bergizi sebaiknya dikenalkan ketika
anak berusia dini sehingga ketika dia menginjak dewasa anak sudah terbiasa
dengan pola hidup sehat dan makanan sehat
Beberapa hal yang perlu diperhatikan agar anak usia dini mendapatkan
gizi seimbang untuk tumbuh kembangnya. Pertama, makanan selalui bervariasi
meliputi makanan pokok, lauk pauk, sayuran dan buah. Kedua, variasikan cara
mengolah bahan makanan sehingga semua bahan makanan dapat masuk dalam
makanan anak. Ketiga, berikan air putih setiap habis makan. Keempat, hindari
memberikan makanan selingan mendekati jam makan utama. Kelima, ketika
usia 2 tahun jelaskan manfaat makanan yang harus dimakan sehingga dapat
mengurangi rasa tidak sukanya. Orang tua merupakan contoh dan teladan bagi
anak. Setiap perkataan dan perbuatan yang dilakukan oleh orang tua akan ditiru
oleh anak, oleh karena itu pola makan sehat dan tidak yang dilakukan oleh orang
tua di rumah akan berpengaruh terhadap pola makan anak. Sering pula orang tua
dikarenakan kesibukannya hanya dapat memberikan bekal ke sekolah seadanya
tidak memperhatikan gizi yang harus dipenuhi bagi pertumbuhan anak.

5
F. Contoh Bekal Anak Paud ( Bento Sederhana)

 Bahan-bahan
Nasi putih
Telur dadar ( 3 butir telur, 1 buah wortel potong dadu, 1 sdm jagung
pipil, garam)
Tumis sayuran (100g kembang kol, jagung pipil,1 wortel potong
dadu,bunis dipotong kecil, garam ,kaldu)
Ayam suir ( 1 buah bawang putih iris, 1buah bawang merah iris)
Buah (Pepaya potong kecil)

 Langkah-Langkah pembuatan
1. Cara membuat telor dadar gulung; kocok telur, masukkan
garam,kaldu, wortel dan jagung pipil aduk. Siapkan teplon panaskan
margarine lalu masukkan kocokan telur sebanyak satu sendok sayur
dadar lalu gulung (jangan lngsung diangkat ya moms) lalu masukkan
lagi satu sendok sayur kocokan telur lalu gulung dengan sambungan
telor gulingan pertama tadi..lakukan sampai habis...angkat..potong
potong.
2. Cara membuat tumisan sayuran; panaskan teplon, masukkan
margarine, lalu masukkan bawang merah dan bawang putih, aduk
sampai harum, baru masukkan kembang kol, wortel, buncis dan
jagung aduk rata, tambahkan air supaya sayuran cepat matang, baru
masukkan ayam suir, garam dan kaldu bubuk. Aduk, tes rasa, angkat.
3. Penyajian: cetak nasi putih pakai cetakan bento (saya pake bentuk
kepala beruaang kecil). Tata di dalam wadah makan. Hias matanya
dengan jagung pipil dan wortel jadi mulutnya. Susun tumisan
sayuran. Buah dan telor dadar gulung.
4. Siap jadi bekal buat ke sekolah

G. Evaluasi
Yang akan dievalusai dalam kegiatan ini adalah pengetahuan dan pemahaman
peserta mengenai materi yang telah diberikan

H. Alat bantu
Adapun alat bantu yang digunakan dalam proses latihan penyegaran kader
posyandu ini adalah :
 PPT mengenai materi
 Soft copy materi
 Laptop
 LCD

6
I. Penutup
Dengan dilaksanakannya pelatihan ini diharapkan para orang tua terutama ibu
dapat memaahami tentang cara memberi makanan yangs ehat untuk bekal anak
kesekolah dan mampu mempraktekkan nya dirumah, dan meningkatkan
keterampilan ibu dirumag dalam membuat bekal yang sehat dan menarik untuk
anak.

Anda mungkin juga menyukai