BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Osteoarhtritis
1. Definisi Osteoarthritis
Merupakan penyakit sendi degenerative yang progresif dimana rawan
kartilago yang melindungi ujung tulang mulai rusak di sertai perubahan reaktif
pada tepi sendi dan tulang subkhondral yang menimbulkan rasa sakit dan
hilang kemampuan gerak. Insiden dan prevalensi OA berbeda – beda antar
Negara, penyakit ini merupakan jenis arthritis yang paling sering terjadi yang
mengenai mereka di lanjut usia (2). Osteoartritis (OA) merupakan penyakit
yang berkembang dengan lambat , biasa mempengaruhi terutama sendi
diartrodial perifer dan rangka aksial . penyakit ini ditandai dengan kerusakan
dan hilang nya kartilago artikular yang berakibat pada pembentukan osteofit ,
rasa sakit, pergerakan yang terbatas, deformitas, dan ketidakmampuan.
Inflamasi dapat terjadi atau tidak pada sendi yang dipengaruhi (10).
Osteoartritis (OA) ditandai dengan degenerasi tulang rawan artikular , dimana
kerusakan menyebabkan fibrilasi matriks , munculnya fisura ulserasi kasar dan
hilangnya ketebalan tubuh permukaan sendi. Hal ini disertai dengan perubahan
tulang hipertrofik dengan pembentukan osteofit dan penebalan lempeng tulang
subkondral. Pada tahap klinis penyakit, perubahan membrane synovial juga
ditemukan bersamaan reaksi inflamasi , (12).
Osteoartritis merupakan suatu kelainan sendi kronis dimana menjadi
proses pelemahan dan disintegrasi dari tulang rawan sendi yang di sertai
dengan pertumbuhan tulang dan tulang rawan baru pada sendi , kelainan ini
merupakan suatu proses degenerative pada sendi satu atau lebih sendi, Di
Indonesia prevalensi osteoarthritis mencapai 5% pada usia <40 tahun, 30%
pada usia 40-60 tahun , dan 65% pada usia >61 tahun, untuk osteoarthritis lutut
prevalensinya cukup tinggi yaitu 15,5% pada pria dan 12,7% pada wanita (1).
8
2. Klasifikasi Osteoartritis
3. Etiologi Osteoartritis
Berdasarkan etipatogenesis nya OA dibagi menjadi dua yaitu OA
primer dan OA sekunder . OA primer disebut juga OA idiopatik yang mana
penyebabnya tidak diketahui dan tidak ada hubungannya dengan penyakit
sistemik , inflamasi maupun perubahan local pada sendi, sedangkan OA
sekundr merupakan OA yang di tenggarai oleh factor-faktor seperti
penggunaan sendi yang berlebihan pada aktifitas kerja, olahraga berat,
adanya cedera sebelumnya, penyakit sistemik, inflamasi. OA primer lebih
banyak ditemukan daripada OA sekunder.
4. Epidemologi Osteoartritis
Insidensi dan prevalensi Osteoarthritis (OA) bervariasi pada masing-
masing negara, tetapi data pada berbagai negara menunjukkan, bahwa
arthritis jenis ini adalah yang paling banyak ditemui, terutama pada
kelompok usia dewasa dan usia lanjut. Prevalensinya meningkat sesuai
pertambahan usia. Data radiografi menunjukkan bahwa OA terjadi pada
sebagian besar usia lebih dari 65 tahun, dan pada hampir setiap orang pada
9
usia 75 tahun. OA ditandai dengan nyeri dan kaku pada sendi, serta adanya
keterbatasan gerakan. Penelitian epidemiologi dari Joern et al menemukan
bahwa orang dewasa dengan kelompok umur 60-64 tahun sebanyak 22% . Pada
pria dengan kelompok umur yang sama, dijumpai 23% menderita OA. pada
lutut kanan, sementara 16,3% sisanya didapati menderita OA pada lutut kiri.
Berbeda halnya pada wanita yang terdistribusi merata, dengan insiden OA pada
lutut kanan sebanyak 24,2% dan pada lutut kiri sebanyak 24,7% (2).
(mis. kelemahan
sendi/laxity)
Tidak aktif Kongenital
7. Manifestasi Klinik
8. Gejala Klinis
a. Ngilu pada sendi setelah istirahat (bertambah sakit ketika bergerak).
11
9. Penatalaksaan Terapi
a. Terapi NonFarmakologi
1) Edukasi pasien
2) Latihan Fisik
Pasien dapat mengalami kesulitan berjalan akibat rasa sakit. Terapi
ini dilakukan untuk melatih pasien agar persendianya tetap dapat
dipakai dan melatih pasien untuk melindungi sendi yang sakit (2).
3) Penurunan berat badan
Berat badan yang berlebih merupakan faktor yang memperberat
osteoarthritis. Oleh karena itu, berat badan harus dapat dijaga agar
tidak berlebih dan diupayakan untuk melakukan penurunan berat
badan apabila berat badan berlebih (2).
b. Terapi Farmakologi
Terapi obat pada OA di targetkan pada penghilangan rasa sakit .
karena OA sering terjadi pada individu yang lebih tua yang memiliki
kondisi medis lainnya, diperlukan suatu pendekatan konservatif
terhadap pengobatan obat. Pendekatan individual untuk pengobatan
adalah penting, untuk sakit yang ringan atau sedang, analgesic topical
atau asetaminofen dapat digunakan. Jika hal ini gagal atau terjadi
inflamasi , obat NSAID dapat berguna (10).
12
Cukup Respon?
Yes No
Perhatian :
Pasien >65
Terapi NSAID tahun
dilanjutkan Pemilihan berdasarkan: Penyakit lain
Biaya, Riwayat PUD atau GI, Minum
Intoleran terhadap NSAID , glukokortikoid
Alergi, NSAID, aspirin riwayat PUD,
pendarahan GI
Gagal jantung, Disfungsi ginjal
Pemakaian
atau hati,hipertensi, pendarahan antikoagulan
Pilih COX-2
inhibitor
Dicoba 1- 2 minggu untuk Atau NSAID +
nyeri, 2-4minggu untuk PPI Atau
inflamasi. NSAID +
Yes No misoprostol.
Cukup Respon?
Cukup respon?
13
Pertimbangkan analgesik
narkotik,injeksi hialuronat
dan evaluasi bedah
1) Golongan NSAID
Dalam dosis tunggal antiinflamasi nonsteriod , mempunyai
aktivitas analgesik yang setara dengan parasetamol , tetapi parasetamol
lebih banyak dipakai terutamanya pada pasien lanjut usia. Dalam dosis
penuh yang lazim NSAID dapat sekaligus memperlihatkan efek analgesik
yang bertahan lama yang membuatnya sangat berguna pada pengobatan
nyeri berlanjut atau nyeri berulang akibat radang. NSAID lebih tepat
digunakan dari pada parasetamol atau analgesik opioid dalam arthritis
rematoid dan pada kasus osteoarthritis lanjut (10). Dalam hal seperti ini
kita pikirkan untuk pemberian NSAID, oleh karena obat golongan ini
disamping memiliki efek analgetik juga memiliki efek antiinflamasi.
American College of Rheumatology (ACR) merekomendasikan NSAID
untuk pasien yang tidak efektif menggunakan acetaminophen. NSAID
memiliki sifat analgesik pada dosis rendah dan efek antiinflamasi pada
dosis tinggi. NSAID bekerja dengan blokade sintesis prostaglandin dengan
menghambat enzim siklooksigenase (COX -1 dan COX – 2) diperkirakan
berkaitan dengan kemampuan NSAID untuk mengurangi rasa sakit dan
peradangan, karena NSAID nonspesifik dan COX – 2 inhibitor selektif
memiliki khasiat yang sama, pemilihan obat sering tergantung pada
toksisitas dan biaya. Obat NSAID yang biasa digunakan pada pasien
osteoarthritis adalah .natrium diklofenak, ibuprofen, naproxen (20).
2) Chondroprotective Agent
Chondroprotective Agent merupakan obat – obatan yang dapat
menjaga atau merangsang perbaikan tulang rawan sendi pada pasien
osteoarthritis. Sampai saat ini yang termasuk dalam kelompok obat ini
adalah : tetrasiklin, asam hialuronat, kondrotin sulfat, glukosamin dan
sebagainya. obat yang termasuk dalam chondroprotektive agent adalah :
a) Glucosamin dan Chondroitin
Glucosamin diyakini berfungsi sebagai agen chondroprotective,
yang merangsang matriks tulang rawan. Pemberian glucosamin dan
kondroitin memiliki khasiat dalam mengurangi rasa sakit dan
meningkatkan mobilitas. Dosis yang yang dianjurkan setidaknya 1.500
mg/hari untuk glukosamin dan 1.200 mg/hari untuk kondroitin (2).
b) Asam Hialuronat
Asam hialuronat membantu dalam rekontruksi cairan sinovial,
meningkatkan elastisitasnya sementara dan memperbaiki fungsi sendi.
Mekanisme kerja dari hyaluronat tidak sepenuhnya dipahami tulang
rawan sehat mengandung asam hialuronat kental yang merupakan
substansi untuk memfasilitasi pelumasan dan pemyerapan dalam
berbagai kondisi bantalan beban. Pasien dengan osteoarthritis
menunjukkan penurunan asam hialuronat yang mutlak dan fungsional,
15
3) Kortikostreoid
Memiliki aktivitas glukokortikoid dan mineralokortikoid sehingga
memperlihatkan efek yang sangat beragam yang meliputi efek terhadap
metabolisme karbohidrat, protein, dan lipid. Efek terhadap ketesimbangan
air dan elektrolit , dan efek terhadap pemeliharan fungsi berbagai system
dalam tubuh. Kerja obat ini bergantung pada kondisi hormonal seseorang.
Namun secara umum efeknya dibedakan atas efek retensi Na, efek
terhadap metabolisme KH (glukoneogenesis), dan efek antiinflamasi ,
Kortekostreoid bekerja melalui interaksinya dengan protein reseptor yang
spesifik di organ target , untuk mengatur suatu ekspresi genetik yang
selanjutnya akan menghasilkan perubahan dalam sintesis protein lain,
protein yang terakhir ini lah yang akan mengubah fungsi seluler organ
target sehingga di peroleh, misalnya efek glukoneogenesis , meningkatkan
asam lemak , meningkatnya reabsorbsi Na, meningkatnya reaktivitas
pembuluh terhadap zat vasoaktif dan efek antiinflamasi (8).
4) Golongan Analgesik
a) Golongan Analgesik Non Narkotik
i. Asetaminofen (Analgesik oral)
16
5) Tramadol
Tramadol dengan atau tanpa asetaminophen memiliki efek
analgesic sederhana pada pasien dengan osteoarthritis jika dibandingkan
dengan placebo. Tramadol juga cukup efektif sebagai terapi tambahan
pada pasien yang memakai bersamaan NSAID atau COX – 2 selektif
inhibitor. Seperti analgesik opioid, tramadol dapat berguna bagi pasien
yang tidak bisa mengkonsumsi NSAID atau COX – 2 inhibitor selektif.
Tramadol harus dimulai pada dosis rendah (100mg/hari). Efek samping
opioid seperti mual, muntah, pusing, sembelit, sakit kepala, dan
mengantuk umum terjadi pada penggunaan tramadol. Hal ini terjadi pada
60 – 70% dari pasien yang diobati, dan 40% pasien menghentikan
tramadol karena adanya efek merugikan tersebut
c. Terapi Bedah
Operasi atau tindakan bedah merupakan Alternatif bagi penderita
osteoarthritis yang sudah tidak respons dengan terapi farmakologi .
jenis tindakan bedah , antara lain :
B. Interaksi Obat
1. Definisi Interaksi obat
Interaksi obat didefenisikan sebagai modifikasi efek suatu obat akibat dari
obat lain yang diberikan pada awalnya atau diberikan bersamaan, sehingga
keefektifan atau toksisitas satu obat atau lebih berubah . Interaksi obat
dianggap penting secara klinik bila berakibat meningkatkan toksisitas dan atau
mengurangi efektivitas obat yang berinteraksi terutama bila menyangkut obat
dengan batas keamanan yang sempit (indeks terapi yang rendah), misalnya
glikosida jantung, antikoagulan, dan obat-obat sitostatik . interaksi obat terjadi
jika efek suatu obat (Index drug) berubah akibat adanya obat lain (precipitant
drug) (11).
2. Mekanisme interaksi
Mekanisme interaksi obat secara umum terbagi dua yaitu interaksi
farmakokinetik dan interaksi farmakodinamik (14).
a. Interaksi farmakokinetik
Interaksi dalam proses farmakokinetik yaitu absorbsi, distribusi,
metabolisme, eksresi (ADME) dapat meningkatkan maupun menurunkan
kadar plasma obat. Interaksi farmakokinetik terdiri dari beberapa tipe:
sebagai agen penyerap di dalam usus untuk pengobatan overdosis obat atau
untuk menghilangkan bahan beracun lainnya, tetapi dapat mempengaruhi
penyerapan obat yang diberikan dalam dosis terapetik. Antasida juga dapat
menyerap sejumlah besar obat-obatan. Sebagai contoh, antibakteri
tetrasiklin dengan kalsium, bismut aluminium, dan besi, membentuk
kompleks yang kurang diserap sehingga mengurangi efek antibakteri .
b) Induksi enzim
Ketika barbiturat digunakan secara luas digunakan sebagai hipnotik,
perlu terus dilakukan peningkatan dosis seiring waktu untuk mencapai
efek hipnotik yang sama, alasannya karena barbiturat dapat meningkatkan
aktivitas enzim mikrosomal sehingga metabolisme dan ekskresinya
meningkat.
21
c) Inhibisi enzim
Disebut penghambatan enzim menyebabkan berkurangnya
metabolisme obat, sehingga obat terakumulasi di dalam tubuh. Jalur
metabolisme yang paling sering dihambat adalah fase oksidasi oleh
isoenzim sitokrom P450. Signifikansi klinis dari banyak interaksi inhibisi
enzim tergantung pada sejauh mana tingkat kenaikan serum obat. Jika
serum tetap berada dalam kisaran terapeutik interaksi tidak penting secara
klinis.
lainnya.
b. Interaksi Farmakodinamik
Interaksi farmakodinamik adalah interaksi antara obat yang bekerja
pada sistem reseptor, tempat kerja atau sistem fisiologik yang sama sehingga
terjadi efek yang aditif, sinergis atau antagonis, tanpa terjadi perubahan kadar
obat dalam plasma.
1) Interaksi aditif atau sinergis
Jika dua obat yang memiliki efek farmakologis yang sama diberikan
bersama - sama efeknya bisa bersifat aditif. Misalnya, alkohol menekan
sistem saraf pusat, jika dikonsumsi bersamaan dengan ansiolitik, dan
hipnotik dapat menyebabkan kantuk berlebihan. Kadang-kadang efek aditif
menyebabkan toksik (misalnya aditif ototoksisitas, nefrotoksisitas, depresi
sumsum tulang).
a. Keparahan ringan
Sebuah interaksi termasuk ke dalam keparahan ringan memiliki
konsekuensi mungkin mengganggu atau tidak terlalu mencolok tapi tidak
23
d. Rumah Sakit
1. Pengertian Rumah Sakit
Rumah Sakit menurut Permenkes No.72 tahun 2016 Tentang Standar
Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit adalah Institusi pelayanan kesehatan
yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna
yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan dan gawat darurat (3).
D. Rekam Medis
Definisi rekam medis adalah berkas yang berisikan catatan dan dokumen
mengenai identitas pasien, pemeriksaan, pengobatan, tindakan, dan pelayanan
lain yang telah diberikan kepada pasien. Rekam medis dibuat secara tertulis,
lengkap dan jelas atau secara elektronik (13).
Isi rekam medis pada rawat jalan di sarana kesehatan sekurang-kurangnya
memuat (13) :
a. Identitas pasien
b. Tanggal dan waktu
c. Hasil anamsis, mencangkup sekurang-kurangnya keluhan dan riwayat
penyakit
d. Hasil pemeriksaan fisik dan penunjang medic
e. Diagnosis
f. Rencana penatalaksanaan
g. Pengobatan dan/tindakan
h. Pelayanan lain yang telah diberikan kepada pasien
i. Untuk kasus gigi dilengkapi dengan odontogram klinik, dan
j. Persetujuan tindakan bila diperlukan .
E. Penggolongan Umur
Berdasarkan kategori umur menurut Depkes RI (2009) :
1) Masa Balita : 0 – 5 tahun
2) Masa Kanak – Kanak : 5 – 11 tahun
3) Masa Remaja awal : 12 – 16 tahun
4) Masa Remaja Akhir : 17 – 25 tahun
5) Masa dewasa awal : 26 – 35 tahun
6) Masa dewasa Akhir : 36 – 45 tahun
7) Masa Lansia Awal : 46 – 55 tahun
8) Masa lansia Akhir : 56 – 65 tahun
9) Masa Manula (> 65 tahun)
F. Rancangan Pcnclitian
26
1. Prinsip pcnclitian
Penelitian ini dilakukan dengan survei deskriptif. Pengambilan data pasien
secara retrospektif. Data dikumpulkan dari rekam medik pada pasien
osteoarthritis di instalasi rawat jalan RSUD Dr. H. Abdul Moeloek periode
Januari – desember 2020.
2. Kerangka Konsep
3. Kcrangka Teori
Karakteristi
k Pasien :
- Usia
Karakteristik Obat :
- Jumlah Obat
3. Kerangka Teori
Faktor resiko yang tidak dapat di Faktor resiko yang dapat di ubah :
ubah : Usia , Genetik ,Jenis obesitas , penggunaan sendi
Kelamin , congenital. berlebihan, kelemahan otot.
27
Osteoartritis
- OA Primer
- OA Sekunder
4. Definisi Operasional
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh data rekam medik pasien
osteoarthritis di instalasi rawat jalan Rumah Sakit Umum Daerah Dr. H.
Abdul Moeloek periode Januari – Desember 2020.
b. Sampel Penelitian
Sampel dalam penelitian ini adalah pasien osteoarthritis yang
melakukan pengobatan di instalasi rawat jalan RSUD Dr. H. Abdul
Moeloek periode Januari – Desember 2020. Pengambilan sampel
menggunakan rumus slovin (14) :
29
N
n=
1+ N ( d)2
Keterangan :
n = besar sampel
N = besar populasi
6. Kriteria Sampel
a. Kriteria inklusi adalah:
1. Pasien osteoarthritis dengan atau tanpa penyakit penyerta yang
menjalani pengobatan di instalasi rawat jalan Rumah Sakit Umum
Daerah Abdul Moeloek.
2. Pasien yang terdiagnosa osteoarthritis dengan rentang usia masa
dewasa awal sampai masa manula .
3. Mendapat terapi ≥ 2 obat.
a. Editing
Sebelum pengolahan data perlu dilakukan proses editing. Data yang
telah dikumpulkan dari rekam medik perlu dibaca sekali lagi dan
dicermati, apabila terdapat hal-hal yang masih diragukan seperti resep
yang sulit dibaca, maka perlu dikonfirmasi kembali pada profesional
kesehatan yang bersangkutan. Hal ini guna memperbaiki kualitas data
serta menghilangkan keraguan data.
b. Coding
Coding yaitu kegiatan pemberian kode tertentu pada tiap-tiap data
yang termasuk kategori sama. Kode adalah isyarat yang dibuat dalam
bentuk angka-angka atau huruf untuk membedakan antara data atau
identitas data yang akan dianalisis.
c. Tabulating
Kegiatan ini dilakukan dengan cara memasukkan data yang diperoleh
kedalam tabel atau lembar pengumpulan data (LDP) sesuai obyek yang
ditelitikan (14).
8. Analisa Data