Anda di halaman 1dari 15

REFERAT

DEMENSIA VASKULAR

Disusun Oleh:

Cantika Putri Zatnika 1102017055

Dhea Putri Ardita 1102016052

Muhammad Fikri Fakhruddin 1102017150

Salsabila Ainul Ghalbi 1102016196

Sultan Bahrain Nur Jusuf 1102017224

Pembimbing:

dr. Edi Prasetyo, Sp.S, M.H

dr. Ida Ratna Nurhidayati, Sp.S

KEPANITERAAN KLINIK BAGIAN NEUROLOGI

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER UNIVERSITAS YARSI

PERIODE 17 MEI – 30 MEI 2021

1
DAFTAR ISI

BAB I ………………………………………………………………………. 3

Pendahuluan ………………………………………………………………... 3

Tujuan……………………………………………………………………….. 4

Manfaat……………………………………………………………………… 4

BAB II………………………………………………………………………. 5

Definisi………………………………………………………………………. 5

Epidemiologi………………………………………………………………… 5

Etiologi………………………………………………………………………. 5

Patogenesis………………………………………………………………….. 6

Manifestasi klinis……………………………………………………………. 7

Diagnosis……………………………………………………………………. 8

Diagnosis banding…………………………………………………………... 9

Tatalaksana………………………………………………………………….. 10

Pencegahan………………………………………………………………….. 12

Prognosis……………………………………………………………………. 12

BAB III……………………………………………………………………… 13

Kesimpulan………………………………………………………………….. 13

Daftar Pustaka………………………………………………………………. 14

2
BAB 1

PENDAHULUAN

Penyakit vaskular merupakan penyebab kedua demensia,setelah penyakit


Alzheimer. Penyakit vaskular dapat dicegah dan ditangani, dengan peningkatan
kewaspadaan dan pengendalian faktor-faktor vaskuler , sehingga insidensi demensia
dapat diturunkan1. Baru sedikit diketahui tentang penyebab yang mendasari penyakit
vaskuler ini. Beberapa peneliti an di Amerika melaporkan adanya gambaran insidensi
spesifik untuk penyakit vaskular, dan telah dapat mengidentifikasikan faktor-faktor resiko
yang berhubungan.

Pada akhir abad ke-19, Otto Biswanger dan Alois Alzheimer meneliti tentang
hubungan antara patologi vaskuler dan pengurangan kemampuan kognisi. Tujuh puluh
tahun kemudian, Tomlisson dan Blessed melengkapi dengan penelitian yang lebih
sistematik yang menunjukkan hubungan antara patologi vaskuler dengan demensia. Pada
tahun 1974, Hachinski mengenalkan istilah multi-infark dementia ( MID ) untuk
menekankan bahawa demensia adalah berhubungan dengan infark pembuluh darah otak
baik pembuluh besar maupun kecil. Kemudian peneliti-peneliti menggunakan istilah
vascular dementia (VaD) yang membantu para dokter untuk mempertimbangkan berbagai
patologi vaskuler termasuk perdarahan, yang dapat menyebabkan demensia. Baru-baru
ini para peneliti mengenalkan isitlah vascular cognitive impairment (VCI) dengan tujuan
untuk meluaskan konsep lebih lanjut. Dimaksudkan bahwa penyakit vaskuler dapat
menyebabkan suatu defisit kognisi dari skala ringan sampai berat, dan pengenalan dini
dari defisit tersebut membantu klinisi untuk mengintervensi sebelum demensia terjadi.

Insidensi dan prevalensi VaD yang dilaporkan berbeda-beda menurut populasi


studi, metode pendeteksian, kriteria diagnosa yang dipakai dan periode waktu
pengamatan. Diperkirakan demensia vaskuler memberi kontribusi 10 % - 20 % dari
semua kasus demensia3. Data dari negara-negara Eropa dilaporkan prevalensi 1,6% pada
kelompok usia lebih dari 65 tahun dengan insidensi 3,4 tiap 1000 orang per tahun.
Penelitian di Lundby di Swedia memperlihatkan angka resiko terkena VaD sepanjang
hidup 34,5% pada pria dan 19.4% pada wanita bila semua tingkatan gangguan kognisi
dimasukkan dalam perhitungan4.Sudah lama diketahui bahwa defisit kognisi dapat terjadi
setelah serangan stroke. Penelitian terakhir memperlihatkan bahwa demensia terjadi pada
rata-rata seperempat hingga sepertiga dari kasus-kasus stroke.

3
TUJUAN

Adapun tujuan membuat referat ini adalah untuk mengetahui hal-hal yang ada
hubungannya dengan demensia vaskular dan juga sebagai salah satu pemenuhan tugas
kepaniteraan ilmu penyakit syaraf Fakultas Kedokteran Universitas YARSI.
MANFAAT

1. Menambah pengetahuan tentang Demensia Vaskular


2. Sebagai lini utama dalam kesehatan untuk dapat mengenali Demensia Vaskular

4
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1. DEFINISI

Demensia Vaskular (VaD) merupakan suatu kelompok kondisi heterogen yang


meliputi semua sindroma demensia akibat iskemik, perdarahan, anoksik atau hipoksik
otak dengan penurunan kognisi mulai dari yang ringan sampai paling berat dan meliputi
semua domain, tidak harus dengan gangguan memori yang menonjol.

2. EPIDEMIOLOGI

Demensia vaskular merupakan penyebab demensia yang kedua tertinggi di Amerika


Serikat dan Eropa, tetapi merupakan penyebab utama di beberapa bagian di Asia. Kadar
prevalensi demensia vaskular 1,5% di negara Barat dan kurang lebih 2,2% di Jepang. Di
Jepang, 50% dari semua jenis demensia pada individu berumur lebih dari 65 tahun adalah
demensia vaskular. Di Eropa, demensia vaskular dan demensia kombinasi masing-masing
20% dan 40% dari kasus. Di Amerika Latin, 15% dari semua demensia adalah demensia
vascular. Kadar prevalensi demensia adalah 9 kali lebih besar pada pasien yang telah
mengalami stroke berbanding yang terkontrol. Setahun pasca stroke, 25% pasien
mengalami demensia awitan baru. Dalam waktu 4 tahun berikutnya, resiko relatif
kejadian demensia adalah 5,5%.

3. ETIOLOGI

5
Penyebab utama dari demensia vaskular adalah penyakit serebrovaskular yang
multipel, yang menyebabkan suatu pola gejala demensia. Gangguan terutama mengenai
pembuluh darah serebral berukuran kecil dan sedang, yang mengalami infark
menghasilkan lesi parenkim multipel yang menyebar pada daerah otak yang luas.
Penyebab infark termasuklah oklusi pembuluh darah oleh plak arteriosklerotik atau
tromboemboli dari tempat asal yang jauh seperti katup jantung. Pada pemeriksaan,
ditemukan bruit karotis, kelainan funduskopi, atau pembesaran kamar jantung.
Faktor risiko demensia vaskular yaitu usia lanjut, hipertensi, merokok, aterosklerosis,
hiperkolesterolemia, diabetes mellitus, penyakit kardiovaskular, penyakit infeksi SSP
kronis, dan riwayat keluarga mengalami demensia

4. PATOGENESIS

6
Secara umum patofisiologi terjadinya DVa melibatkan kelainan pembuluh darah
dengan menifestasi perdarahan (termasuk perdarahan mikro) ataupun iskemia
(hipoksemia). Hipoksemia yang terjadi dapat bersifat akut dan kronik. Hipoksemia akut
dengan lesi lokal, biasanya berupa infark, sedangkan hipoksemia global berbentuk
nekrosis korteks laminar, sclerosis hipokampus, dan infark watershed. Pada hipoksemia
kronik, manifestasinya berupa lesi pada substansia alba. Manifestasi klinis tampak lebih
jelas. Pada keterlibatan pembuluh darah besar, sedangkan pada pembuluh darah otak
yang lebih kecil (perdarahan mikro dan leukoaraiosis), manifestasi minimal atau bahkan
asimtomatik.

7
5. MANIFESTASI KLINIS
Tanda dan gejala kognitif pada demensia vaskular selalunya subkortikal,
bervariasi dan biasanya menggambarkan peningkatan kesukaran dalam menjalankan
aktivitas harian seperti makan, berpakaian, berbelanja dan sebagainya. Hampir semua
kasus demensia vaskular menunjukkan tanda dan simptom motorik.

Tanda dan gejala fisik:


 Kehilangan memori, pelupa
 Lambat berfikir (bradifrenia)
 Pusing
 Kelemahan fokal atau diskoordinasi satu atau lebih ekstremitas
 Langkah abnormal
 Konsentrasi berkurang
 Perubahan visuospasial
 Penurunan tilikan
 Defisit pada fungsi eksekutif seperti kebolehan untuk inisiasi, merencana dan
mengorganisasi
 Sering atau Inkontinensia urin dan alvi. Inkontinensia urin terjadi akibat kandung
kencing yang hiperrefleksi.

Tanda dan gejala perilaku:

o Perbicaraan tidak jelas

o Gangguan bahasa

o Depresi

o Berhalusinasi

o Tidak familiar dengan persekitaran

o Berjalan tanpa arah yang jelas

o Menangis dan ketawa yang tidak sesuai. Disfungsi serebral bilateral


menyebabkan inkontinensi emosional (juga dikenal sebagai afek
pseudobulbar)

o Sukar menurut perintah

o Bermasalah dalam menguruskan uang

8
6. DIAGNOSIS

Kriteria diagnosis yang digunakan saat ini adalah NINDS-AIREN( National Institute of
Neurological Disorders and Stroke, and L’Association Internationale pour la Recherche
et L’Enseignmement en Neurosciences ).

1.Diagnosis klinis probable VaD meliputi semua hal dibawah ini

 Demensia

 Penyakit serebrovaskuler (CVD) yang ditandai dengan adanya defisit neurologik


fokal pada pemeriksaan fisik seperti hemiparese, kelumpuhan otot wajah bawah,
refleks Babinski, defisit sensorik, hemianopsia, disartria, dll. Yang konsisten
dengan stroke ( dengan atau tanpa riwayat stroke ), dan bukti yang relevan adanya
CVD dengan pemeriksaan pencitraan otak (CT-scan atau MRI) meliputi stroke
multipel pembuluh darah besar atau infark tunggal tempat strategis ( girus
angularis, talamus, basal forebrain, teritori arteri serebri posterio dan anterior ),
atau infark lakuner multipel di basal ganglia dan substantia alba atau lesi
substantia alba periventrikuler luas atau kombinasi dari kelainan- kelainan di atas.

 Terdapat hubungan antara kedua gangguan diatas dengan satu atau lebih keadaan
dibawah ini

 Awitan demensia berada dalam kurun waktu 3 bulan pasca stroke

 Deteriorasi fungsi kognisi yang mendadak atau berfluktuasi, defisit kognisi yang
progresif dan bersifat stepwise.

7. DIAGNOSIS BANDING

1. Penyakit Alzheimer

9
Biasanya demensia vaskular telah dibedakan dari demensia tipe Alzheimer
denganpemburukan yang mungkin menyertai penyakit serebrovaskular selama satu
periode waktu. Walaupun pemburukan yang jelas dan bertahap mungkin tidak ditemukan
pada semua kasus, gejala neurologis fokal adalah lebih sering pada demensia vaskular
dibandingkan pada demensia tipe Alzheimer, demikian juga faktor risiko standar untuk
penyakit serebrovaskular.

2. Penurunan Kognitif akibat usia


Apabila usia meningkat, terjadi kemunduran memori yang ringan. Volume otak akan
berkurang dan beberapa sel saraf atau neurons akan hilang.
3. Depresi
Biasanya orang yang depresi akan pasif dan tidak berespon. Kadang-kadang keliru dan
pelupa.
4. Delirium
Adanya kekeliruan dan perubahan status mental yang cepat. Individu ini disorientasi,
pusing, inkoheren. Delirium disebabkan keracunan atau infeksi yang dapat diobati.
Biasanya sembuh sempurna setelah penyebab yang mendasari diatasi.
5. Kehilangan memori
Antara penyebab kehilangan memori yang lain adalah:
 Malnutrisi
 Dehidrasi
 Fatigue
 Depresi

10
 Efek samping obat
 Trauma kepala
 Tumor otak jinak
 Parkinson
 Infeksi bakteri atau virus

8. TATALAKSANA
Penatalaksanaan terdiri dari non-medikamentosa dan medikamentosa:
1. Non-Medikamentosa

a. Memperbaiki memori
The Heart and Stroke Foundation of Canada mengusulkan beberapa cara untuk mengatasi
defisit memori dengan lebih baik
 Membawa nota untuk mencatat nama, tanggal, dan tugas yang perlu dilakukan.
Dengan ini stres dapat dikurangkan

 Melatih otak dengan mengingat kembali acara sepanjang hari sebelum tidur. Ini
dapat membina kapasiti memori

 Menjauhi distraksi seperti televisyen atau radio ketika coba memahami mesej atau
instruksi panjang.

 Tidak tergesa-gesa mengerjakan sesuatu hal baru coba merencana sebelum


melakukannya.

 Banyak besabar marah hanya akan menyebabkan pasien lebih sukar untuk
mengingat sesuatu belajar teknik relaksasi juga berkesan.

b. Diet
Penelitian di Rotterdam mendapati terdapat peningkatan resiko demensia vaskular
berhubungan dengan konsumsi lemak total. Tingkat folat, vitamin B6 dan vitamin B12
yang rendah juga berhubungan dengan peningkatan homosisteine yang merupakan faktor
resiko stroke.
2. Medikamentosa

a. Mencegah demensia vaskular memburuk


Progresifitas demensia vaskular dapat diperlambat jika faktor resiko vaskular seperti
hipertensi, hiperkolesterolemia dan diabetes diobati. Agen anti platlet berguna untuk

11
mencegah stroke berulang. Pada demensia vaskular, aspirin mempunyai efek positif pada
defisit kognitif. Agen antiplatelet yang lain adalah tioclodipine dan clopidogrel.
 Aspirin : mencegah platelet-aggregating thromboxane A2 dengan memblokir aksi
prostaglandin sintetase seterusnya mencegah sintesis prostaglandin

 Tioclodipine: digunakan untuk pasien yang tidak toleransi terhadap terapi aspirin
atau gagal dengan terapi aspirin.

 Clopidogrel bisulfate: obat antiplatlet yang menginhibisi ikatan ADP ke reseptor


platlet secara direk.
 Pentoxifylline dan ergoid mesylate (Hydergine) dapat meningkatkan aliran darah
otak. Dalam satu penelitian yang melibatkan 29 pusat di Eropa, perbaikan
intelektual dan fungsi kognitif dalam waktu 9 bulan didapatkan. Di European
Pentoxifylline Multi-Infarct Dementia Study, pengobatan dengan pentoxifylline
didapati berguna untuk pasien demensia multi-infark.

b. Memperbaiki fungsi kognitif dan simptom perilaku


Obat untuk penyakit Alzheimer yang memperbaiki fungsi kognitif dan gejala perilaku
dapat juga digunakan untuk pasien demensia vaskular.

12
9. PENCEGAHAN

Manajemen dari faktor-faktor resiko mempunyai target pada berbagai level,


tergantung dari latar belakang medis pasien dan dimana pasien berada pada saat
berlangsungnya penyakit. Suatu klasifikasi yang terintegrasi dari cedera vaskuler otak
berdasar pada strategi pengobatan. Untuk tiap kasus, klinisi harus fokus secara sistematik
pada strategi pengobatan yang spesifik, yang ditujukan pada pencegahan primer (faktor
resiko), pencegahan sekunder ( mekanisme dasar kerusakan vaskuler otak) dan
pencegahan tersier (pada kasus dimana terjadi gangguan fungsional). Klasifikasi ini juga
menekankan kebutuhan akan deteksi dini pada pasien-pasien dengan gangguan kognisi
yang minimal yang berada pada resiko uintuk berkembangnya demensia. Pasien- pasien
ini akan menerima keuntungan dari pengobatan yang agresif.

10. PROGNOSIS
Prognosis demensia vaskular lebih bervariasi dari penyakit Alzheimer. Beberapa
pasien dapat mengalami beberapa siri stroke dan kemudian bebas stroke selama beberapa
tahun jika diterapi untuk modifikasi faktor resiko dari stroke. Berdasarkan beberapa
penelitian, demensia vaskular dapat memperpendek jangka hayat sebanyak 50% pada
lelaki, individu dengan tingkat edukasi yang rendah dan pada individu dengan hasil uji
neurologi yang memburuk. Penyebab kematian adalah komplikasi dari demensia,
penyakit kardiovaskular dan berbagai lagi faktor seperti keganasan.
BAB III
KESIMPULAN

1. Demensia Vaskular (VaD) merupakan suatu kelompok kondisi heterogen yang


meliputi semua sindroma demensia akibat iskemik, perdarahan, anoksik atau hipoksik
otak dengan penurunan kognisi.
2. Tanda dan gejala umum kehilangan memori, pelupa, lambat berfikir, pusing,
kelemahan fokal atau diskoordinasi satu atau lebih ekstremitas, langkah abnormal,
konsentrasi berkurang, dan penurunan tilikan.
3. Demensia vaskular dapat didiagnosis melalui CT-scan atau MRI.
4. Diagnosis banding untuk demensia vaskular antara lain penyakit Alzheimer,
penurunan kognitif akibat usia, depresi, delirium, dan kehilangan memori.
5. Pencegahan yang dapat dilakukan untuk demensia vaskular yaitu pencegahan primer
(faktor resiko), pencegahan sekunder ( mekanisme dasar kerusakan vaskuler otak)
dan pencegahan tersier (pada kasus dimana terjadi gangguan fungsional).
6. Pada umumnya demensia vaskular dapat memperpendek jangka hayat sebanyak 50%
pada lelaki, individu dengan tingkat edukasi yang rendah dan pada individu dengan
hasil uji neurologi yang memburuk.

13
DAFTAR PUSTAKA

Anindhita, Tiara., Winnugroho Wiratman. 2017. Buku Ajar Neurologi. Jakarta :


Departemen Neurologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Brust, John C. M. 2012. Current Diagnosis & Treatment Second Edition. New York : Mc
Graw Hill Companies.

Dewanto, G. dkk (2009). Panduan Praktis Diagnosis dan Tatalaksana Penyakit Saraf.
Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta. Hal 170-184

Dorsey, J., White, M., Barston, S. (2007 December). Vascular Dementia: Signs, Symptoms,
Treatment, and Support.

Liwang F, dkk. Kapita Selekta Kedokteran. Editor. Edisi V. Jakarta; Media Aesculapius.

14
2020;Jilid 2; 927-929

Kurniawan, M., Isti Suharjanti, Rizaldy T Pinzon. 2016. Panduan Praktik Klinis
Neurologi. Jakarta : Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia.

Mardjono, M., Sidharta, P. (2006). Neurologi Klinis Dasar. PT Dian Rakyat. Jakarta. Hal
211-214

15

Anda mungkin juga menyukai