ADIKSI GULA
Disusun oleh :
Dysa Ayu Shalsabila
1102017077
Pembimbing:
dr. Citra Fitri Agustina, Sp.KJ
Observasi perilaku pada binatang pada pemeberian gula yang serupa dengan perilaku
pada penyalah gunaan zat :
“binge” : peningkatan asupan gula harian dalam jumlah yang besar. Hal ini juga
merupakan salah satu karakteristik dari kecanduan obat-obatan. Hal ini mungkin
disebabkan karena adanya toleransi terhadap suatu zat sehingga dibutuhkan
jumlah zat yang lebih banyak untuk menimbulkan efek euphoria yang sama.
Ditemukan bahwa perilaku yang dihasilkan karena konsumsi gula sama seperti
perilaku pada orang dengan kecanduan obat. Tikus yang diberi gula harian secara
intermitent asupan gulanya menjadi meningkat.
“withdrawal” : anxiety dan perilaku depresi di induksi oleh opioid antagonis atau
kurang makan. Pada binatang yang sebelumnya sering dipaparkan dengan opioate
menunjukan tanda opiate withdrawal setelah zat tersebut tidak diberikan atau di
karenakan reseptor tersebut diblok menggunakan opioid antagonis. Pada tikus
opioate withdrawal menyebabkan gejala somatic yang berat seperti, menjadi
aggresif dan anxiety, menurunnya suhu tubuh, dan juga syndrome motivasi seperti
dysphoria dan depression. Beberapa gejala ini juga ditemukan setelah pemberian
gula secara intermitent dan terjadinya withdrawal dikarenakan diberikanya opioid
antagonis atau saat asupan gula dihentikan. Gejalanya adalah melitiputi gejala
somatic seperti gigi bergemeletuk, kaki dan kepala gemetar disertai Anxiety,
menurunya suhu badan, dan perilaku yang aggressive.
“craving” : keinginan yang sangat untuk mendapatkan suatu zat.
DIAGNOSIS
Adapun kriteria adiksi penyalahgunaan zat secara umum berdasarkan pada
DSM 4 adalah sebagai berikut :
Ketergantungan zat: Tiga atau lebih gejala dalam periode 12 bulan yang sama (atau
satu gejala jika kriteria ketergantungan telah terpenuhi sebelumnya seumur hidup)
Seseorang yang mengkonsumsi zat tertentu dalam jumlah besar atau dalam
periode yang lama yang intens.
Keinginan yang menetap untuk menghentikan penggunaan zat tersebut tetapi
sering gagal.
Memerlukan waktu dan kesempatan yang tepat untuk mendapatkan,
mengkonsumsi zat dan pulih kembali dari efek zat tersebut.
gangguan kehidupan sosial, pekerjaan dan rekreasi pada individu yang
menggunakan zat tersebut
Individu terus menerus mengkonsumsi zat tersebut walaupun zat tersebut
menimbulkan masalah fisik dan mental.
Toleransi
Withdrawal
TATALAKSANA
Menghindari stress dan mengontrol emosi
Pasien harus mengetahui bahwa pasien memiliki adiksi gula, pasien harus
diberitahu dampak jika terus adiksi gula, seperti obesitas dan diabetes melitus.
Mulai mengurangi asupan gula yang berlebihan.
Behavioral therapies
3 Cognitive behavioral therapy
PENCEGAHAN
Pemerintah di negara tertentu telah memasukkan mempraktikkan kebijakan
untuk memajaki minuman manis (misalnya, pajak soda) atau produk dengan
kandungan lemak tinggi (mis., lemak pajak) sebagai bagian dari upaya mereka untuk
memberantasnya efek negative dari makronutrien yang berpotensi membuat
kecanduan. Selain itu perlunya ada penyuluhan kemasyarakat tentang kemungkinan
sifat adiktif dari gula dan "hyperpalatable" lainnya produk makanan.
BAB III
KESIMPULAN
Adiksi gula adalah ketergantungan pada gula yang ditandai dengan trias
Adiksi (cravings, tolerance dan withdrawal). Konsumsi gula mempunyai efek yang
sama seperti pada pengunaan obat yaitu asupan gula yang tinggi dapat mempengaruhi
aktivitas yang ada pada otak dan dapat menyebabkan adiksi gula. Untuk tatalaksana
salah satunya dengan mulai mengurangi asupan gula yang berlebihan dan untuk
pencegahan dapat dilakukan penyuluhan mengenai sifat adiktif dari gula.
DAFTAR PUSTAKA