Anda di halaman 1dari 7

JURNAL READING

“Prevalence of Mental Health Problems Among Medical Students in


China”

Disusun oleh :
Anida Hasna Purnamaningsih
1102017026

Pembimbing:
dr. Citra Fitri Agustina, Sp.KJ

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KEDOKTERAN JIWA


FAKULTAS KEDOKTERAN UMUM
UNIVERSITAS YARSI
PERIODE 26 APRIL – 9 MEI 2021
ABSTRAK
Latar Belakang : Prevalensi gangguan kesehatan jiwa pada mahasiswa kedokteran terus
meningkat dan lebih tinggi dari pada prevalensi gangguan kesehatan jiwa pada mahasiswa
jurusan lain, yang dapat menimbulkan akibat yang tidak diinginkan bagi mahasiswa dan
calon pasiennya.. Tujuan dari meta-analisis ini adalah untuk meringkas prevalensi masalah
kesehatan mental pada mahasiswa kedokteran di Cina.
Metode : Penelitian ini mengambil studi cross-sectional yang menyelidiki prevalensi masalah
kesehatan mental di antara mahasiswa kedokteran Cina diambil dari database berikut:
EMBASE, PubMed, PsycINFO, OVID, Cochrane Database of Systematic Reviews, dan
Cochrane Central Register of Controlled Trials. Penelitian ini menerima setiap percobaan
individu yang termasuk kriteria inklusi dan eksklusi. National Institutes of Health Quality
Assessment Tool for Observational Cohort and Cross-Sectional Studies diadopsi untuk
menilai kualitas metodologi setiap studi. RevMan (versi 5.3) digunakan untuk menganalisis
data.
Hasil : Sepuluh studi cross-sectional, yang melibatkan 30.817 menghasilkan prevalensi
depresi, kecemasan, keinginan bunuh diri, dan gangguan makan masing-masing adalah 29%,
21%, 11%, dan 2%.
Kesimpulan : Mahasiswa kedokteran di Cina memiliki prevalensi depresi, kecemasan, dan
keinginan bunuh diri yang relatif tinggi tetapi prevalensi gangguan makan rendah. Masalah
kesehatan mental pada pelajar Cina harus ditanggapi dengan serius, dan pemeriksaan dan
intervensi yang tepat dalam masalah kesehatan mental ini sangat dianjurkan.
Kata kunci : : Cina, mahasiswa kedokteran, kesehatan mental, meta-analisis, prevalensi.
Latar Belakang

Umumnya, total waktu yang dibutuhkan untuk memperoleh pengetahuan dan


keterampilan profesional yang diperlukan lebih lama untuk mahasiswa kedokteran
dibandingkan dengan jurusan lain, dan studi kedokteran diyakini terkait dengan tekanan
mental dan fisik yang jauh lebih tinggi daripada yang dialami di bidang studi lainnya. Selain
itu, individu yang berusia antara 18 hingga 24 tahun berisiko sangat tinggi untuk mengalami
gangguan mental seperti gangguan depresi mayor, kecemasan, dan penyakit penyerta
kejiwaan.

Akibatnya, masalah kesehatan mental di kalangan mahasiswa kedokteran dilaporkan


terus meningkat dan menjadi lebih umum pada mahasiswa kedokteran dibandingkan
mahasiswa dengan jurusan lain. Untuk mahasiswa jurusan mata pelajaran yang berhubungan
dengan kesehatan, masalah ini dapat mengakibatkan banyak konsekuensi pribadi dan
profesional yang tidak diinginkan (misalnya, mereka dapat merusak kualitas hidup mereka
dan meningkatkan risiko ide bunuh diri dan menurunkan kinerja akademis, profesionalisme,
dan empati terhadap pasien mereka).

Ada beberapa tinjauan sistematis atau meta-analisis yang ada tentang masalah
psikologis pada mahasiswa kedokteran di Cina. Sejauh ini, masalah kesehatan mental dalam
pengaturan pendidikan medis di Cina masih belum jelas.

Metode

1. Kriteria Inklusi dan Eksklusi

Kriteria kelayakannya adalah sebagai berikut: jenis studi - studi yang disertakan adalah
studi cross-sectional yang menganalisis prevalensi masalah kesehatan mental di antara
mahasiswa kedokteran di Cina atau menyediakan suf fi data yang efisien untuk persentase
yang akan dihitung; jenis peserta - studi yang disertakan hanya melibatkan mahasiswa
kedokteran sebagai peserta, yang terdaftar di sekolah kedokteran atau universitas di Cina.

2. Metode Pencarian

Penelitian ini melakukan pencarian dari studi yang diterbitkan maupun yang tidak
dipublikasikan menggunakan EMBASE (1980 – Juni 2018), , PubMed (1966 - Juni 2016),
PsycINFO (1806 - Juni 2016), OVID (1966 - Juni 2018), Cochrane Database of Systematic
Reviews (CDSR, 2018), dan Cochrane Central Register of Controlled Trials (CENTRAL,
2018). Istilah penulusuran pada penelitian ini terdiri dari judul dan kata kunci subjek medis.
3. Seleksi Studi dan Ekstraksi Data

4. Analisis Statistik
Pada penelitian ini dilakukan meta-analisis menggunakan RevMan. Data yang
sudah diektraksi digunakan untuk menghitung standard error (SE). Analisis
subkelompok yang dilakukan berdasarkan jenis kelamin dan usia umuk melihat
prevalensi masalah kesehatan mental di kalangan mahasiswa kedokteran. Kelompok
usia menggunakan batasan 20 tahun.

Hasil

1. Hasil Pencarian

Penelitian ini mengidentifikasi 1469 penelitian literature sebelumnya dan akhirnya


menjadi 10 penelitian.

2. Karakteristik Penelitian

Pada 10 penelitian yang dilakukan pada mahasiswa kedokteran dari daratan Cina, 5
dilakukan di Cina Selatan, 2 dilakukan di Cina Utara, 1 dilakukan di 23 provinsi yang
mencakup China Selatan dan Utara, dan 2 studi lainnya tidak menjelaskan wilayah geografis
dalam artikel mereka. Usia rata-rata siswa di atas 20 tahun dalam 5 studi, di bawah 20 tahun
dalam 2 studi, dan tidak diketahui dalam 3 penelitian lainnya. Semua penelitian
menggunakan kuesioner yang sudah di validasi untuk mengukur hasilnya.

3. Penilaian Kualitas

Semua penelitian yang disertakan menerima skor penilaian kualitas 50% atau lebih
tinggi menurut alat penilaian kualitas NIH-QAT (National Institutes of Health Quality
Assessment Tool for Observational Cohort and Cross-Sectional Studies).

4. Prevalensi Masalah Kesehatan Mental

1) Depresi : 6 studi melaporkan prevalensi depresi yang dikumpulkan di antara


mahasiswa kedokteran di Cina adalah 29%.

•Perbedaan prevalensi depresi pada laki-laki 15% dan perempuan 14% mahasiswa
kedokteran tidak signifikan secara statistic.

•Mahasiswa kedokteran yang lebih tua memiliki prevalensi yang lebih tinggi yaitu
43% dibandingkan mahasiswa kedokteran yang lebih muda yaitu 11%.

2) Kecemasan: kecemasan pada mahasiswa kedokteran di Cina adalah 21% berdasarkan


analisis dari 3 studi.

3) Pemikiran untuk Mengakhiri Hidup yaitu dengan prevalensi 11% pada mahasiswa
kedokteran Cina dalam 3 studi yang disertakan.

• Keinginan mengakhiri hidup pada wanita lebih tingi (34%) dibandingkan laki-
laki (20%)

4) Gangguan Makan : dalam nalaisis 2 studi, mahasiswa kedokteran di Cina memiliki


gangguan makan sebesar 2%.

Diskusi

• DEPRESI – dengan prevalensi 29%

1. Pendidikan kedokteran di Cina menerapkan standar tekanan akademik yang jauh lebih
berat pada mahasiswa kedokteran daripada mahasiswa dengan jurusan lain.

2. Pendidikan kedokteran sangat ketat dan lebih dibanding-bandingkan dengan jurusan


lain.

3. Hubungan dokter-pasien di China menjadi semakin tegang dalam beberapa tahun


terakhir, dengan seringnya serangan kekerasan terhadap petugas kesehatan, kurangnya
rasa hormat dari masyarakat, yang menurunkan antusiasme mahasiswa kedokteran
muda untuk mengejar karir masa depan mereka.
• KECEMASAN – dengan prevalensi 21%

1. Beban akademis yang berat dalam jangka panjang, magang dengan intensitas tinggi,
hubungan multipersonal yang kompleks, dan ketidakpastian mengenai karir masa
depan mereka mungkin menjadi penyebab tingginya insiden kecemasan pada
mahasiswa kedokteran di Cina..

2. Kecemasan juga menimbulkan konsekuensi yang tidak diinginkan, seperti kinerja


akademis yang buruk dan putus sekolah karena gangguan fungsi kognitif atau bahkan
upaya dan keinginan untuk bunuh diri.

• Pemikiran untuk Mengakhiri Hidup – dengan prevalensi 11%

1. Tekanan akademis yang berlebihan adalah penyebab utama keinginan bunuh diri.
Selain itu, ide bunuh diri dilaporkan terkait erat dengan gangguan kesehatan mental
lainnya, seperti depresi dan kecemasan.

2. Untuk mencegah terjadi hal yang buruk, maka harus dilakukan skrining awal pada
mahasiswa kedokteran di Cina, konseling kesehatan mental harus lebih banyak
diberikan kepada mereka.

• Gangguan Makan – dengan prevalensi 2%

1. Mahasiswa kedokteran di Cina memiliki risiko yang relatif lebih rendah untuk
menderita gangguan makan terlepas dari masalah kesehatan mental lainnya, termasuk
depresi dan kecemasan.

2. Untuk menghindari konsekuensi dari gangguan makan, maka perlu juga dilakukan
skrining yang tepat bagi mahasiswa kedokteran di China

Kesimpulan

1. Mahasiswa kedokteran di Cina memiliki prevalensi depresi, kecemasan, dan


keinginan bunuh diri yang relatif lebih tinggi tetapi prevalensi gangguan makan lebih
rendah dibandingkan dengan mahasiswa Tiongkok dengan jurusan berbeda.
2. Penemuan ini menyoroti perlunya untuk menyediakan skrining dan intervensi yang
tepat dalam masalah kesehatan mental pada mahasiswa kedokteran di Cina.
DAFTAR PUSTAKA
Zeng, W., Chen, R., Wang, X., Zhang, Q. and Deng, W., 2019. Prevalence of mental
health problems among medical students in China: A meta-
analysis. Medicine, 98(18).

Anda mungkin juga menyukai