Anda di halaman 1dari 33

ASUHAN KEPERAWATN PADA Ny.

T DENGAN ANSIETAS
TERHADAP PENYAKIT HIPERTENSI

MAKALAH

Dibuat untuk memenuhi sebagian tugas matakuliah


Keperawatan jiwa 1

Disusun oleh:

Diana kartika
181211430
2B

Dosen Pengampu:
Ns. ULFA SURYANI, M.Kep, Sp. Kep. J

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
MERCUBAKTIJAYA PADANG

2019 /2020
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Ansietas merupakan respon emosional terhadap penilaian individu yang
subjektif, dipengaruhi alam bawah sadar dan tidak diketahui secara khusus
penyebabnya. Ansietas merupakan istilah yang sangat akrab dengan kehidupan
sehari- hari yang menggambarkan keadaan khawatir, gelisah, takut, tidak tentram
disertai berbagai keluhan fisik. Keadaan tersebut dapat terjadi atau menyertai
kondisi situasi kehidupan dan berbagai gangguan kesehatan. Ansietas berbeda
dengan takut. Takut merupakan penilaian intelektual terhadap stimulus yang
mengancam dan objeknya jelas (Dalami, 2009).
Rasa khawatir, gelisah, waswas, tidak tentram merupakan merupakan gejala
umum akibat ansietas. Namun sebatas mana situasi jiwa berupa ansietas itu dapat
ditoleransi oleh seseorang individu sebagai kesatuan utuh. Karena sering kali
ansietas menimbulkan keluhan fisik berupa berdebar- debar, berkeringat, sakit
kepala, bahkan gangguan fungsi seksual dan beragam lainnya.Oleh karenanya
perawat sebagai tenaga kesehatan profesional tidak boleh mengabaikan aspek
emosi ini dalam memberikan asuhan keperawatan.

1.2Tujuan
1.Tujuan umum
Agar mahasiswa memperoleh pengalaman nyata dalam memberi asuhan
keperawatan.
2.Tujuan khusus
Setelah dilakukan asuhan keperawatan keperawatan pada klien dengan
masalah kebutuhan aman dan nyaman: ansietas penulis mampu:
 Melakukan pengkajian pada klien dengan prioritas masalah ansietas.
 Menegakkan diagnosa pada klien dengan prioritas masalah ansietas.
 Menyusun rencana keperawatan pada klien dengan prioritas masalah
ansietas.
 Melakukan intervensi keperawatan berdasarkan rencana keperawatan yang
sudah dibuat pada klien dengan prioritas masalah ansietas.
 Melakukan evaluasi hasil akhir terhadap tindakan keperawatan yang telah
dilakukan pada klien dengan prioritas masalah ansietas.

1.3Manfaat
1. Bagi ilmu pengetahuan
Untuk menambah wawancara baru khususnya pada ilmu asuhan
keperawatan dengan pasien ansietas.
2. Bagi akademik
Dapat menjadi referensi institut pendidikan keperawatan dalam
memberikan asuhan keperawatan dengan masalah ansietas.
3. Bagi penulis
Menambah wawasan dan pengetahuan bagi penulis tentang proses asuhan
keperawatan dengan masalah ansietas dan dapat menerapkan ilmu yang
diperoleh selama perkuliahan serta meningkatkan keterampilan dalam
memberikan asuhan keperawatan.
4. Bagi klien
Memberikan informasi tentang asuhan keperawatan dengan prioritas
masalah ansietas.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 KONSEP
A. Pengertian Ansietas/ Cemas

Reaksi umum terhadap stress adalah Ansietas, satu kondisi kegelisahan


mental, keprihatinan, ketakutan, atau perasaan putus asa karena pengancaman
yang akan terjadi atau ancaman antisipasi yang tidak dapat diidentifikasi terhadap
diri sendiri atau terhadap hubungan yang bermakna. Ansietas dapat dialami pada
tingkat sadar, setengah sadar, atau tidak sadar (Barbara, 2010). Perasaan tidak
nyaman atau kekhawatiran yang samar disertai respon autonomy (sumber sering
kali tidak spesifik atau tidak diketahui oleh individu); perasaan takut yang
disebabkan oleh antisipasi terhadap bahaya. Hal ini merupakan isyarat
kewaspadaan yang memperingatkan individu akan adanya bahaya dan
kemampuan individu untuk bertindak menghadapi ancaman (Heather,2014).
Ansietas adalah kekhawatiran yang tidak jelas dan menyebar, yang
berkaitan dengan perasaan tidak pasti dan tidak berdaya. Keadaan emosi ini tidak
memiliki objek yang spesifik. Ansietas di alami secara subjektif dan
dikomunikasikan secara interpersonal (Stuart & Laraia). Ansietas dapat menjadi
suatu kekuatan motivasi untuk pertumbuhan dan perkembangan pada individu
yang bersangkutan (Corey). Dapat pula ansietas menjadi suatu beban berat yang
menyebabkan individu tersebut hidupnya selalu di bawah bayang-bayang ansietas
yang terus berkepanjangan. Ansitas berkaitan dengan strees. Oleh karena ansietas
timbul sebagai respon terhadap stress, baik stress fisiologi maupun psikologis.
Artinya ansietas terjadi ketika seseorang merasa terancam baik secara fisik
maupun psikologis. Stres merupakan bagian yang tidak dapat terelakkan dalam
hidup manusia. Meskkipun demikian, stress bukanlah merupakan sesuatu yang
patologis (Asmadi, 2008).

Ansietas merupakan respon emosional terhadap penilaian individu


yang subjektif, dipengaruhi alam bawah sadar dan tidak diketahui secara khusus
penyebabnya. Ansietas merupakan istilah yang sangat akrab dengan kehidupan
sehari-hari yang menggambarkan keadaan khawatir. Gelisah, takut, tidak tentram
Universitas Sumatera Utara 5 disertai berbagai keluhan fisik. Keadaan tersebut
dapat terjadi atau menyertai kondisi situasi kehidupan dan berbagai gangguan
kesehatan. Ansietas berbeda dengan takut. Takut merupakan penilaian intelektual
terhadap stimulus yang mengancam dan objeknya jelas (Dalami, 2009)

B. ETIOLOGI
Meski penyebab ansietas belum sepenuhnya diketahui, namun gangguan
keseimbangan neurotransmiter dalam otak dapat menimbulkan ansietas pada diri
seseorang. Faktor genetik juga faktor dapat menimbulkan gangguan ini. Ansietas
terjadi jika seseorang mengalami kesulitan menghadapi situasi, masalah dan
tujuan hidup (Videbeck, 2008). Setiap individu menghadapi stress dengan cara
yang berbeda- beda seseorang dapat tumbuh dengan situasi yang dapat
menimbulkan stress berat pada orang lain. Adapun faktor- faktor yang
mempengaruhi ansietas adalah:
1. Faktor predisposisi
Berbagai teori yang dikembbangkan untuk menjelaskan penyebab ansietas
adalah:
a. Teori psikionalitik
Ansietas merupakan konflik emosional antara dua elemen kepribadian
yaitu ide, ego, dan superego. Ide melambangkan dorongan insting atau
impuls primitif. Super ego mencerminkan hati nurani seseorang yang
dikendalikan oleh norma- norma budaya seseorang. Sedangkan ego
digambarkan sebagai mediator antara ide dan super ego. Ansietas
berfungsi untuk memperingatkan ego tentang suatu budayayang perlu
segera diatasi.
b. Teori interpersonal
Ansietas terjadi dari ketakutan antar penolakan interpersonal.
Berhubungan juga dengan trauma masa perkembangan seperti kehilangan,
perpisahan, individu dengan harga diri rendah biasanya sangat mudah
mengalami ansietas berat.
c. Teori perilaku
Ansietas merupakan produk frustasi yaitu segala sesuatu yang
menganggu kemampuan seseorang untuk mencapai tujuan yang
diinginkan.
d. Kajian biologis
Otak mengandung reseptor spesifik untuk benzodiazepines. Reseptor
ini diperkirakan turut berperan dalam mengatur ansietas.

2. Faktor presipitasi
Bersumber dari eksternal dan internal seperti:
a. Ancaman terhadap integritas fisik meliputi ketidakmampuan fisiologi atau
menurunnya kemampuan melaksanakan fungsi kehidupan sehari- hari.
b. Ancaman terhadap sistem diri dapat membahayakan identitas, harga diri
dan integritas fungsi sosial.

3. Perilaku
Ansietas dapat diekspresikan langsung melalui perubahan fisiologis dan
perilaku secara tidak langsung timbulnya gejala atau mekanisme koping
dalam upaya mempertahankan diri dari ansietas. Intensitas perilaku akan
meningkat sejalan dengan peningkatan ansietas (Ermawati dkk, 2009).

C. Tanda dan Gejala Ansietas


Ansietas dapat menampilkan diri dalam berbagai tanda dan gejala fisik dan
psikologik. Tanda fisik ansietas yang sering timbul berupa tegang, gelisah,
gemetar, nyeri punggung dan kepala, sering kaget, mudah lelah, konstipasi, mual,
muntah, insomnia, sulit berkonsentrasi, pucat, berkeringat dingin, prasangka
buruk, dan berkunang- kunang, suara tidak stabil, sulit menelan, kewaspadaan
yang berlebihan serta pikiran malapetaka yang besar, ekspresi ketakutan,
imobilisasi, hipertensi dan penarikan diri dari masyarakat, ketidakpastian atau
ketakutan yang terjadi akibat ancaman yang nyata atau dirasakan (Stockslagr,
2008).

D. Patofisiologi
Hubungan antara stress dengan hipertensi diduga melalui aktifitas saraf
simpatis, yang dapat meningkatkan tekanan darah secara bertahap. Apabila stress
menjadi berkepanjangan dapat berakibat tekanan darah menjadi tetap tinggi. Hal
ini secara pasti belum terbukti, akan tetapi pada binatang percobaan yang
diberikan pemaparan terhadap stress ternyata membuat binatang tersebut menjadi
hipertensi (Ferketich, 2000).
Menurut smet 1994, stress adalah suatu kondisi disebabkan oleh transaksi
antara individu dengan lingkungan yang menimbulkan presepsi jarak antara
tuntutan- tuntutan yang berasal dari situasi dengan sumber daya sistem biologis,
psikologis, dan sosial dari seseorang. Stress adalah yang kita rasakan saat tuntutan
emosi, fisik atau lingkungan tak mudah diatasi atau melebihi daya dari
kemampuan kita untuk mengatasinya dengan efektif. Namun harus dipahami
bahwa stress bukanlah pengaruh- pengaruh yang datang dari luar itu. Stress adalah
respon kita terhadap pengaruh luar- luar itu (Sheps, 2005).
Stress atau ketegangan jiwa (merasa tertekan, murung, bingung, cemas,
berdebar- debar, rasa marah, dendam, rasa takut, rasa bersalah) dapat merangsang
kelenjar anak ginjal melepaskan hormon adrenalin memacu jantung berdenyut
cepat serta lebih kuat, sehingga tekanan darah lebih meningkat. Jika stress
berlangsung cukup lama, tubuh berusaha mengadakan penyesuaian sehingga
timbul kelainan organis atau perubahan patologis. Gejala yang muncul dapat
berupa hipertensi atau magh (Gunawan, 2005).
Suyono 2001 mengatakan stress juga memiliki hubungan dengan hipertensi.
Hal ini diduga melalui saraf simpatis yang dapat meningkatkan tekanan darah
secara intermiten. Apabila stress berlangsung lama dapat mengakibatkan
peninggian tekanan darah yang menetap. Stress dapat meningkatkan tekanan
darah untu sementara waktu dan bila stress sudah hilang tekanan darah bisa
normal kembali. Peristiwa mendadak menyebabkan stress dapat meningkatkan
tekanan darah, namun akibat stress berkelanjutan yang dapat menimbulkan
hipertensi belum dapat di pastikan.
Berdasarkan proses perkembaganya:
1. Bayi atau ank anak
 Berhubungan dengan perpisahan
 Berhubungan dengan lingkungan atau orang yang tidak dikenal
 Berubungan dengan perubahan dalam hubungan teman sebaya
2. Remaja
 Berhubungan dengan ancaman terhadap konsep diri.
 Perkembangan seksual
 Perubahan hubungan dengan teman sebaya
3. Dewasa berhubungan dengan ancaman terhadap konsep diri sekunder akibat:
 Kehamilan
 Menjadi orang tua
 Perubahan karir
 Evek penuaan
4. lanjut usia
Berhubungan denga ancaman terhadap konsep diri sekunder akibat :
 Penurunan sensori
 Penurunan motorik
 Masalah keuangan
 Perubanhan pada masa pensiun

E. Penatalaksanaan
Ansietas pada tahap pencagahan dan terapi memerlukan suatu metode
pendekatan yang bersifat hoistik,yaitu mencakup fisik(somatik), sikologi atau
psikiatrik,sikososial dan sikoreligius(hawari.2008) selengkapnya seperti pada
iraian berikut:
Upaya meningkatkan kekebalan terhadao stres,denga cara:
 Makan yang bergizi dan seimbang
 Instirahat yang cukup
 Cukup olaraga
 Jangan merokok
1) Terapi psiko farmaka
Merupakan pengobatan untuk cemas dan memakai obat obatan yang
berkhasiat memulihkan fungsi gangguan neuro-transmiter(sinyal penghantar
syaraf)disusun syaraf pusat otak(limbik sistem).terapi psiko farmaka yang
sering di pakai adalah obatanti cemas, (ansiolitik), yaitu seperti
diazepam,klobazam,bromazepam,lorazepam, Buspirone hci,meprobamate
alprazolam.
2) Terapi somatik
Gejala atau keluhan fisik(somatik)sering dijumpai sebagai gejala ikutan
atau akibat dari kecemasan yang berkempanjangan. Untuk menghilangkan
somatik (fisik) itu dapat diberikan obat obatan yang diytujuhkan kepada
oragan tubuh yang bersangkutan .
3) Psikoterapi
Diberikan tergantung dari kebutuhan individu. sikoterapi suportif, untuk
memberi motivasi, semangat dan dorongan pasien yang bersangkutan
tidak merasa putus asa dan diberi keyakinan serta prcaya diri.
 Psikoterapi re-educatif, memeberikan pendidikan ulang dan koreksi bila
dinilai bahwa ketidak mampuan mengatasi kecemasan titik
 Sikoterapi re- konstruktif, untuk dimaksudkan memperbaiki kembali
(rekontruksi) kepribadian yang telah mengalami goncangan akibat stresor.
 Sikoterapi kognitif,untuk memulihkan fungsi kognitif pasien,yaitu
kemapuan untuk berfikir secara rasional , konsentrasi dan daya ingat.
 Psikoterapi psiko-dinamik, untuk menganalisa dan menguraikan proses
dinamika kejiwaan yang dapat menjelaskan mengapa seseorang tidak
mampu menghadaoi stresosikososial sehingga mengalami kecemasan.
 Psikoterpi keluarga, untuk memperbaiki hubungan kekeluargaan, agar
faktor keluarga tidak lagi menjadi faktor penyebab dan faktor keluarga
dapat dijadikan sebagai faktor pendukung.
2.2 ASKEP TEORITIS
A. Pengkajian Keperawatan Jiwa
Ansietas dapat diekspresikan secara langsunng melalui perubahan psikologis
dan perilaku dan secara tidak langsung dapat timbul gejala atau mekanisme
koping sebagai upaya untuk melawan ansietas. Peningkatan ansietas perilaku
dan meningkat sejalan dengan meningkatnya ansietas (Sujono dkk, 2013).

1. Informasi umum
Biasanya mencakup inisial klien atau nama klien, usia, jenis kelamin, suku,
bahasa dominan, status perkawinan, alamat, tanggal masuk, ruang rawat, nomor
rekam medik, diagnosa medis, riwayat alergi, dan diet.
2. Keluhan utama
Biasanya pasien informasi terkait persepsi, perasaan, ide pasien tentang status
kesehatannya misalnya tentang nyeri, perasaan lemah, ketakutan, kecemasan .
3. Penampilan umum dan perilaku motor
a. Fisik
Biasanya mencakup berat badan, tinggi badan, tanda- tanda vital seperti
TD,Pernafasan, Nadi, Suhu.
b. Riwayat pengobatan fisik
(Tanyakan kepada pasien adakah dia melakukan pengobatan fisik)
c. Hasil pemeriksaan laboratorium/ visum.
(Tanyakan apakah klien ada melakukan pemeriksaan laboraturium,seperti
hb,ht,leukosit)
d. Tingkat ansietas
1.Ansietas ringan (1+)

a. Respon fisik: ketegangan otot ringan, sadar akan lingkungan, rileks atau
sedikit gelisah, penuh perhatian.
b. Respon kognitif: lapang persepsi luas, terlihat tenang, perasaan gagal
sedikit, waspada dan memperhatikan banyak hal, memperhatikan
informasi, tingkat pembelajaran optimal.
c. Respon emosional: perilaku otomatis, sedikit tidak sadar, aktivitas
sendiri, stimulasi.

2.Ansietas sedang (2+)


a. Respon fisik: ketegangan otot sedang, tanda- tanda vital meningkat,
pupil dilatasi, mulai berkeringat, sering mondar- mandir, suara berubah:
bergetas, nada suara tinnggi, kewaspadaan dan ketegangan meningkat,
sering berkemih, sakit kepala, pola tidur berubah, sering nyeri
punggung.
b. Respon kognitif: lapang persepsi menurun, tidak perhatian secara
selektif, fokus terhadap stimulus meningkat, rentang perhatian
menurun, penyelsaian masalah menurun, pembelajaran terjadi dengan
memfokuskan.
c. Respon emosional: tidak nyaman, mudah tersinggung, kepercayaan diri
goyah, tidak sabar.

3.Ansietas berat (3+)


a. Respon fisik: ketegangan otot berat, hiperventilasi, kontak mata buruk,
pengeluaran keringat meningkat, bicara cepat, nada suara tinggi,
tindakan tampa tujuan dan serampangan, rahang menegang,
mengertakan gigi, kebutuhan ruang gerak meningkat, mondar- mandir,
berteriak, meremas tangan, gemetar.
b. Respon kognitif: lapang persepsi terbatas, proses berfikir terpecah-
pecah, sulit berfikir, penyelsaian masalah buruk, tidak mampu
mempertimbangkan informasi, hanya memperhatikan ancaman.
c. Respon emosional: sangat cemas, agitasi, takut, bingung, merasa tidak
adekuat, menarik diri, penyangkalan, ingin bebas.

4.Panik (4+)
a. Respon fisik: flight, fight, atau freeze ketegangan otot yang sangat
berat, agitasi motorik kasar, pupil dilatasi, TTV meningkat kemudian
menurun tidak dapat tidur hormon stress dan neurotransmiter
berkurang, wajah menyeringai, mulut terngangak.
b. Respon kognitif: persepsi yang sempit, fikiran tidak logis, terganggu,
kepribadian kacau, tidak dapat menyelsaikan masalah fokus pada
pikiran sendiri, tidak rasional, sulit memahami stimulus ekternal,
halusinasi, waham, ilusi terjadi.
c. Respon emosional: merasa terbe bani, merasa tidak mampu atau tidak
berdaya, lepas kendali, mengamuk, putus asa, marah, mengharapkan
hasil yang buruk, kaget, takut, lelah.

4. Keluargga
 Genogram
Biasanya meliputi keturunan pada pasien hipertensi tersebut.
 Tipe keluarga
Biasanya meliputi nuclear family, etended family, diad family, single
parent family.
 Pengambilan keputusan
Biasannya di dalam keluargga pengambilan keputusan bisa diambil
oleh kepala keluargga, orang tua, istri, dan bersama- sama.
 Hubungan klien dengan kepala keluarga
Biasannya meliputi hubungan dengan kepala keluarga, orang tua, istri,
dan anak.
 Kebiasaan yang dilakukan bersama keluarga
Biasannya meliputi kegiatan- kegiatan: makan malam bersama,
liburan bersama 1 minggu sekali, dll.
 Kegiatan yang dilakukan dalam masyarakat
Biasanya meliputi: mengikuti kegiatan gotong royong, ikut pengajian
di masjid, dll.

5. Riwayat psikososial
a. Pola sosial
1.Teman atau orang terdekat
Biasannya klein mau bercerita tentang masalah yang dihadapinya
kepada teman atau orang yang paling dipercayainya.
2 .Peran serta dalam kelompok
Biasannya klien dengan ansietas ringan mampu berperan atau
berpartisipasi dalam kelompok kerja maupun masyarakat sehingga
klien masih mudah untuk berinteraksi terhadap lingkungan sekitar.
Namun pada orang dengan ansietas berat klien tidak mampu atau
respon terhadap lingkungan sudah buruk karena kegagalan dalam
berinteraksi terhadap orang lain.
3 .Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain
Biasannya pada ansietas ringan pasien tidak mengalami hambatan
untuk berhubungan atau berinteraksi dengan orang lain. Tetapi pada
ansietas berat pasien sudah tidak mampu untuk berkomunikasi pada
orang lain akibat kecemasannya tersebut.
b. Obat- obatan yang dikonsumsi
1.Obat- obat yang dikonsumsi diluar resep
Biasanya klien dengan diagnosa medis hipertensi tidak mau
mengkonsumsi obat di luar resep dokter.
2 .Obat- obat yang dikonsumsi klien saat ini
Biasanya klien mengkonsumsi obat- obatan untuk menurunkan
hipertensinya atau kecemasan yang sangat berat terhadap penyakitnya.
6. Status mental dan emosi
a. Cacat fisik
Biiasannya orang dengan ansietas ringan pada hipertensi tidak
mempunyai cacat fisik. Kecuali orang yang mengalami ansietas berat
pada hipertensi akan mudah untuk melukai dirinya sendiri akibat
kecemasan tersebut.
b. Kontak mata
Biasannya orang ansitas ringan masih mampu untuk kontak mata dengan
lawan bicara. Tapi pada penderita ansietas berat tidak mampu untuk
kontak mata dengan lawan bicara karena kegelisahan yang dialaminya
akibat penyakit tersebut.
c. Pakaian
Biasannya pada ansietas ringan dengan penyakit hipertensi masih mampu
untuk berpakaian rapi dan bersih. Sedangkan pada ansietas berat klien
sudah tidak mampu berpakaian rapi dan harus dibantu oleh orang lain.
d. Perawatan diri
Biasannya klien dengan ansietas ringan masih bisa melakukan
perawatan dirinya sendiri. Sedangkan pada ansietas berat klien sudah
tidak mampu melakukan perawatan pada diri sendiri secara rutin.
7. Kognitif
a. Orientasi realita
Biasannya pada pasien dengan gangguan ansietas ringan dengan
penyakit hipertensi pasien masih mampu untuk mengingat waktu,
tempat, orang, dan situasi. Namun sebaliknya pada pasien ansietas
berat.
8. Ide- ide bunuh diri
Biasanya klien dengan ansietas ringan ide- ide untuk merusak diri
sendiri atau orang lain tidak ada. Dan sebaliknya dengan klien yang
ansietas berat.
9. Kultural dan spiritual
a) Agama yang dianut
Biasanya pada pasien yang ansietas ringan masih mampu melakukan
ibadah yang rutin sesuai keyakinannya. Dan sebaliknya dengan orang
yang ansietas berat.
b) Budaya yang diikuti
Biasanya orang dengan ansietas ringan masih mampu mengikuti
budaya di lingkungannya sehari- hari. Dan sebaliknya pada orang
ansietas berat.
B. Diagnosa keperawatan
Menurut Doengoes (2000), pasien yang mengalami hipertensi
diagnosis keperawatan yang sering muncul adalah koping individu tidak
efektif dan ansietas. Pasien yang pertama kali mengetahui dirinya
mengidap penyakit jantung seperti hipertensi, tingkat ansietasnya semakin
tinggi (Harapan 2005).
1. Ansietas b/d ancaman pada status terkini.
2. Ketidakefektifan koping b/d ketidakadekuatan kesempatan
untuk bersiap terhadap stressor.
C. Intervensi Keperawatan
Tindakan keperawatan pada pasien ansietas pertama kali
difokuskan untuk mendiskusikan ansietas bersama pasien. Langkah-
langkah yang dilakukan adalah membina hubungan saling percaya yaitu
dengan mengucapkan salam terapeutik memperkenalkan diri, panggil
pasien dengan nama panggilan yang disukai serta menjelaskan tujuan
interaksi yaitu melatih pengendalian ansietas agar proses penyembuhan
berjalan lebih cepat. Kontrak 2 kali pertemuan latihan pengendalian
ansietas harus selalu dilakukan agar pasien mengetahui berapa kali
interaksi yang dilakukan dengan perawat. Langkah selanjutnya adalah
melakukan pengkajian ansietas seperti membantu pasien mengenal
ansietas: identifikasi dan menguraikan perasaannya mengenal penyebab
ansietas, dan menyadari perilaku akibat ansietas.
Jika pasien sudah mampu untuk mengenali ansietasnya, maka
langkah selanjutnya adalah memberikan kemampuan kepada pasien untuk
mengontrol ansietasnya yaitu dengan berlatih teknik relaksasi: tarik napas
dalam, distraksi, latihan hipnosis lima jari dan kegiatan spiritual.
Smeltser & bare ( 2002 ) Menyatakan bahwa tujuan teknik
relaksasi napas dalam adalah untuk meningkatkan ventilasi alveoli,
memelihara pertukaran gas , mencegah antelektasi paru, meningkatkan
efesiensi batuk mengurangi stress baik stress fisik maupun emosional yaitu
menurunkan intensitas nyeri dan menurunkan kecemasan.

D. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi keperawatan dengan menggunakan teknik SOAP yang bertujuan
untuk mendapatkan hasil akhir hilangnya ansietas pada pasien sehingga
pasien sudah tdiak mengeluh terhadap Penyakitnya dan mampu
mengatasinya dengan koping yang baik.
BAB III
LAPORAN KASUS

Seorang pasien bernama Ny. T mengalami penyakit Hipertensi dimana


penyakitnya ini membuat Ny. T merasa cemas saat penyakit tersebut kambuh. Ny.
T mengeluh sering merasakan cemas, dan tidak bisa mengambil keputusan saat
penyakitnya kambuh. Ny. T mengatakan bahwa dia sudah lama mengalami
penyakit hipertensi ini, sehingga penyakitnya ini membuat dia tidak bisa
melakukan koping apa- apa untuk mengatasi penyakit yang membuat ia cemas.
Dari hasil pemeriksaan TD: 150/90 mmHg, P: 19x/ menit, ND: 75x/menit. T: 37
C, BB: 45 Kg, TB: 153 cm.

A. Pengkajian

INFORMASI UMUM

Inisial Klien : Ny.T.

Usia : 52 tahun

Jenis Kelamin : V Perempuan Laki-Laki

Suku : Jawa

Bahasa Dominan : Indonesia

Status perkawinan : (_) Belum Menikah (v)Menikah

(_ Janda/Duda

Alamat : Lubuk Minturun, Kota Padang

Tanggal Masuk : -

Ruang Rawat : -

Nomor Rekam Medik : -

Diagnosa Medis : -

Riwayat Alergi : -

Diet : -
KELUHAN UTAMA

Saat dilakukan pengkajian klien mengatakan tidak ada riwayat gangguan


jiwa pada keluarganya. Ny.T mengatakan pernah dirawat di rumah sakit beberapa
hari minggu yang lalu akibat penyakit hipertensinya kambuh. Klien mengatakan
akhir akhir ini kurang lebih satu minggu mempunyai banyak fikiran mengenai
penyakitnya dan tidur kurang teratur.

PENAMPILAN UMUM dan PERILAKU MOTOR

Fisik
Berat Badan : 45 Kg
Tinggi Badan : 153 cm
Tanda-tanda Vital : TD 150/90 mmHg ,P =19 x/menit ,
Nd =75x/menit T= 370C
Riwayat Pengobatan Fisik

Ny.T mengatakan ketika kepalanya terasa sakit dan berat sejak 3 bulan yang lalu
ia selalu mengunjungi rumah bidan terdekat .Ny.T juga mengatakan ia diberi obat
oleh bidan, dan saat ini ia mengkonsumsi obat tersebut ketika ia merasa sakit
kepala yang juga di barengi dengan tekanan darah yang tinggi.

Hasil PemeriksaanLaboratorium/visum/dll

Ny.T mengaku belum melakukan pemeriksaan labor

MasalahKeperawatan :

Tidak ada
MasalahKeperawatan :
a. PerubahanNutrisikurangdarikebutuhantubuh
b. Kerusakanintegritaskulit
c. Perubahaneliminasifeses, dll
d. Perubahan volume cairan

Tingkat Ansietas
Tingkat Ansietas (lingkaritingkatansietasdanchek list perilaku yang ditampilkan)
Ringan [√] Sedang Berat Panik
PERILAKU √ PERILAKU √
Tenang √ Menarikdiri
Ramah √ Bingung
Pasif √ Disorientasi
Waspada √ Ketakutan
MerasaMembenarkanlingkungan Hiperventilasi
Kooperatif Halusinasi/delusi
Gangguanperhatian Depersonalisasi
Gelisah Obsesi
Sulitberkonsentrasi √ Kompulsi
Wapadaberlebihan Keluhansomatic
Tremor Hiperaktivitas
Bicaracepat Lainnya :

MasalahKeperawatan :

Ansietas Ringan
Masalah Keperawatan
 Ansietas Ringan
 Ansietas Sedang
 Ansietas Berat

KELUARGA
Genogram

Tn. I

Keterangan;

(perempuan hidup) (laki-laki hidup) (laki-laki meninggal)

(laki-laki meninggal)
Tipe Keluarga
[v] Nuclear Family Diad Family
Extended Family Single parent family

Pengambilan Keputusan

KepalaKeluarga Istri

Orang Tua [v] Bersama-sama

Hubungan klien dengan kepala keluarga

KepalaKeluarga [v] Istri

Orang Tua Anak

Lain-lain, Sebutkan :

Kebiasaan yang dilakukan bersama keluarga


Jelaskan :
Rutin Makan Malam Bersama , Sesekali Liburan Dengan Keluarga
(1xSeminggu )

Kegiatan yang dilakukan keluarga dalam masyarakat


Jelaskan :
Biasanya keluarga sering mengikuti kegiatan di lingkungan rumah,seperti
gotong royong,,pengajian,arisan

Masalah Keperawata :

Tidak ada

Masalah Keperawatan
 Ketidak efektifan koping keluarga :Ketidakmampuan
 Ketidak efektifan koping keluarga : Penurunan
 Koping keluarga :Potensial pertumbuhan

RIWAYAT PSIKOSOSIAL
PolaSosial
Teman/orang terdekat :
Klien Mengatakan Mempunyai Teman dekat yang dipercayainya bernama Desi

Peran serta dalam kelompok:


Klien Mengatakan Karna Penyakitnya , Ia Kurang Berpartisipasi di
Kelompoknya.

Hambatan dalam Berhubungan dengan orang lain


Dengan Penyakitnya Ini, Klien mengatakan aktivitasnya terganggu

Masalah Keperawatan:

Hambatan interaksi social

Masalah Keperawatan :
 Hambatan komunikasi
 Hambatan komunikasi verbal
 Hambatan interaksi social
 Isolasi social

Obat-obatan yang dikonsumsi


Adakah obat-obatan yang dikonsumsi diluar resep ?
Klien mengatakan tidak ada obat yang dikonsumsi diluar resep dokter

Obat-obatan yang dikonsumsi klien saat ini ?


Captopril

Apakah klien menggunakan obat-obatan dan alcohol untuk mengatasi


masalahnya ?
klien mengatakan tidak pernah menggunakan obat obatan dan alcohol untuk
mengatasi masalahnya.

Masalah Keperawatan :
Tidak ada
Masalah keperawatan
 Ketidakefektifan penatalaksaan Program terapeutik
 Ketidakpatuhan

STATUS MENTAL DAN EMOSI

Penampilan

1. Cacat Fisik
Ada, jelaskan :

[v] Tidakada, jelaskan : Tidak adanya gangguan atau cidera fisik pada
klien
Masalah keperawatan :
 Hambatan komunikasi
 Hambatan interakasi social

2. Kontak Mata

[v] Ada, Jelaskan : Klien mampu kontak mata dengan lawan


bicara
Tidak Ada, Jelaskan :

Masalah keperawatan :
 Hambatan komunikasi
 Hambatan interakasi social

3. Pakaian
TidakRapi, Jelaskan
Penggunaan tidak Sesuai

Masalah Keperawatan :
Sindroma Defisit Perawatan diri

4. PerawatanDiri
Jelaskan : Mandi 1 sehari selama mengalami penyakit hipertensi
MasalahKeperawatan : Tidak ada

Masalah Keperawatan :
Sindroma Defisit Perawatan diri

TingkahLaku

TingkahLaku v Jelaskan
Resah V Klien merasa resah saat penyakit
hipertensinya kambuh
Agitasi
Latergi
Sikap
EkspresiWajah v Klien Meringis Ketika Hipertensi Terjadi
Lain-lain

MasalahKeperawatan ; lntoleransi aktivitas

Masalah Keperawatan :
 Resiko tinggi cedera
 lntoleransi aktivitas

PolaKomunikasi

Pola komunikasi V Pola Komunikasi 


Jelas Aphasia
Koheren Perseverasi
BicarKotor Rumination
Inkoheren Tangensial
Neologisme Banyak bicara/dominan
AsosiasiLonggar Bicaralambat
Flight of ideas Sukar Bicara V
Lainnya :
MasalahKeperawatan : tidak ada

Masalah Keperawatan :
 Hambatan komunikasi
 Hambatan komunikasi verbal

Mood dan Afek

PERILAKU V JELASKAN
Senang
Sedih
PatahHati
PutusAsa
Gembira
Euporia
Curiga
Lesu V
Marah/Bermusuhan
Lain-lain :

Masalah Keperawatan : tidak ada

Masalah Keperawatan :
 Resiko tinggi cedera
 Ansietas / ketakutan / keputusasaan / ketidakberdayaan/
Berduka Disfungsional
 Resiko tinggi membahayakan diri / penganiayaan diri /
mutilasi diri
 Hambatan komunikasi
 Hambatan komunikasi verbal

Proses Pikir

PERILAKU V
Jelas V
Logis
MudahDiikuti
Relevan
Bingung
Bloking
Delusi
ArusCepat
AsosiasiLambat
Curiga
MemoriJangkaPendek Hilang V Utuh
MemoriJangkapanjang Hilang Utuh V

MasalahKeperawatan : tidak ada

Masalah keperawatan :
 Gangguan proses pikir

Persepsi

PERILAKU  JELASKAN

Halusinasi
Ilusi
Depersonlisasi
Derealisasi

HALUSINASI  JELASKAN

Pendengaran
Penglihatan
Perabaan
Pengecapan
Penghidu
Lain-Lain

MasalahKeperawatan : tidak ada

Masalah keperawatan :
 Perubahan sensori persepsi: Halusinasi (sesuaikan dengan jenis
halusinasinya)

Kognitif

1. OrientasiRealita
Waktu : Pasien Mampu Mengetahui waktu
Tempat : Pasien Sadar Tempat saat ini
Orang : Pasien Masih Mengetahui orang-orang yang ada disekitar
Situasi : Pasien Tenang Dengan Kondisi
2. Memori

GANGGUAN v JELASKAN
Gangguandayaingatjangkapanjan
g
Gangguan daya ingat jangka v
pendek
Gangguan daya ingat saat ini

Paramnesia, sebutkan

Hipermnesia, sebutkan
Amnesia, sebutkan

3. Tingkat KonsentrasidanBerhitung

Tingkatan v JELASKAN
Mudahberalih
Tidak mampu berkonsentrasi v Pasien mengatakan tidak mampu
berkonsentrasi saat hipertensinya
kambuh
Tidak mampu berhitung sederhana

 Masalah Keperawatan : Gangguan proses pikir


Masalah keperawatan :
 Gangguan proses pikir
 Resiko cedera

IDE-IDE BUNUH DIRI

Ide-ide merusak diri sendiri/orang lain

YA Tidak [v]

Jelaskan : Klien masih mampu mengontrol ansietas pada saat


penyaki hipertensinya kambuh

MasalahKeperawatan : tidak ada

Masalah Keperawatan :
 Gangguan citra tubuh
 Harga diri rendah situasional
 Berduka Disfungsional

KULTURAL DAN SPIRITUAL


Agama yang Dianut
1. Bagaimana kebutuhan klien terhadap spiritual dan pelaksanaannya?
Klien Mengatakan Rutin Melakukan Ibadah ( Sholat , Baca Al-quran

2. Apakah klien mengalami gangguan dalam menjalankan kegiatan


spiritualnya setelah mengalami kekerasan atau penganiayaan ?
Kllien Mengeluh Merasakan Nyeri pada setiap persendian Dan Merasa
Pusing Dan Kepala Menjadi Berat

3. Adakah pengaruh spiritual terhadap koping individu ?


Ada, Klien Mengatakan Lebih mensyukuri dan menerima Penyakitnya

Masalah Keperawatan:
Masalah Keperawatan :
 Distress spiritual

Budaya yang diikuti


Apakah ada budaya klien yang diikuti mempengaruhi terjadinya masalah ?
Ada, Makan makanan yang berelmak dan Klien mengatakan Merokok ketika
berkumpul dengan teman.

Tingkat Perkembangan Saat Ini


Klien mengalami tingkat perkembangan yang baik saat ini, tidak ada terjadi
masalah perkembangan.

MasalahKeperawatan : tidak ada


Masalah Keperawatan :
 Hambatan Komunikasi
 Kurang pengetahuan

MEKANISME KOPING

Koping Adaptif:
 Bicara dengan orang lain
 Mampu menyelesaikan masalah
 Teknik relaksasi
 Aktivitas konstruktif
 Olah raga,dll
Koping maladaptive:
 Minum alcohol
 Reaksi lambat / berlebih
 Berkerja berlebihan
 Menghindar
 Mencerai diri, dll
Masalah keperawatan : tidak ada
Masalah keperawatan :
 Ketidakefetifan koping individual
 Gangguan penyesuaian diri
II. ANALISA DATA
ANALISA DATA
N DATA MASALAH
O
DS :
- Ny. T mengatakan cemas dengan keadaannya
-Ny. Tmengatakan khawatir dengan keadaannya Ansietas
-Ny.T mengatakan sering merasa sakit kepala

DO :
-TD:150/90 mmHg, P =19 x/menit
Nd =75/menit,T= 370C
-Ny.T tampak sedih dengan
keadaannya

DS :
- Ny. T mengatakan jika ada masalah ia selalu
menghindar dan meratapinya
-Ny.T mengatakan tidak ingin membicarakan Koping Individu tidak
masalahnya takut menjadi beban orang lain
efektif

DO :
- Ny.T tampak menutup diri

DS :
-Ny.T mengaatkan merasa tidak berdaya karena Ketidak berdayaan
tidak bisa melakukan aktivitas biasanya
DO :
- Ny.T tampak tidak berdaiya
- Ny.T tampak murung
III. DAFTAR MASALAH :
1.Ansietas
2. Koping Individu tidak efektif
3. Ketidak berdayaan

IV. POHON MASALAH :


Ketidak berdayaan

Ansietas

Koping Individu Tidak Efektif

V. DAFTAR DIAGNOSA :
1.Ansietas b.d ancaman pada konsep diri

VI. NURSING CARE PLANE ( NCP )


N KRITERIA
DIAGNOSA TUJUAN INTERVENSI
O HASIL RASIONAL
1. Ansietas b.d -Klien dapat -menerima (Sp 1)
meningkatka perasaan sendiri 1.Kaji ansietas
ancaman 1.Agar klien
n kesadaran meningkat Pasien
pada konsep diri terhadap dapat mengatakan
-mengenali pola
Ansietas
diri kebiasaan keluhan yang
meningkat dialaminya
-mengenali
respon subjektif
terhadap situasi 2.Bantu pasien 2. Agar klien
meningkat. mengontrol tidak terlalu
ansietas :
merasa ccemas
a.Mengiden-
tifikasi dan dengan
menguraikan keadaannya
perasaannya.
b.mengenal
penyebab
ansietas
c.Menyadari
perilaku akibat
ansietas
3.Agar klien
3.Latih teknik
merasa lebih
Relaksasi:
a. tarik nafas relaks dan tidak
dalam (lima cemas lagi ketika
kali setiap
rasa cemasnya
saat)
b.Distraksi kembali.

(baca,bercakap-
cakap,nonton tv)

4.Anjurkan 4.Agar klien

latihan nafas merasa relaks

dalam tiap dua


jam,distraksi
setiap saat
(kecuali saat
tidur)

Ansietas -Klien dapat -Meningkatkan (Sp 2):


meningkatka pemahaman 1.Evaluasi 1.Agar pasien
n status ansietas dan dapat
makna situasi
kognitif kemampuan menyampaikan
-meningkatkan pasien perkembangan
perhatian melakukan tarik baik dari
nafas dalam dan ansietasnya
-meningkatkan
distraksi dan setelah
konsentrasi berikan pujian. melakukan tarik
nafas dalam

2.Latihan 2. Agar pasein


hipnotis diri dapat
sendiri (teknik 5 menghilangkan
jari) dan rasa cemas dan
kegiatan gelisahnya
spiritual

3.Anjurkan 3.Agar pasien


pasien mampu
melakukan tarik melakukan
nafas dalam aktivitas yang
(setiap dua dapat mengurangi
jam),distraksi rasa cemasnya
(setiap
saat),teknik
(lima jari sehari)
dan kegiatan
spiritual
(disesuaikan)

VII. CACATAN KEPERAWATAN

Nama : Ny.T Ruangan : (-) No. Reg : (-)

N DIAGNOSIS IMPLEMENTASI EVALUASI PARAF


O
1 Ansietas Sp :1 S:
28/4/2020 - Mengkaji ansietas -Ny.T mengatakan sudah
pasien bila melakukan teknik
-Melatih teknik relaksasi
Relaksasi O:
-klien tampak sudah
lebih baik
-klien tampak masih
tidak gelisah
A:
Ansietas
P:
Intervensi dilanjutkan ke
sp2 Ansietas

2 Ansietas Sp : 2 S:
28/4/2020 -Mengevaluasi sp1 -Ny.T mengatakan
-Melatih hipnotis lima
paham tentang teknik
jari dan kegiatan
ibadah hipnotis 5 jari dan
spiritual
-klien mengatakan sudah
berkurang rasa cemas
dan gelisah
O:
-klien tampak lebih baik
-klien tampak sudah
berkurang cemas dan
gelisah
A:
Ansietas
P:
Intervensi dihentikan.
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Ansietas merupakan respon emosional terhadap penilaian individu yang
subjektif, dipengaruhi alam bawah sadar dan tidak diketahui secara khusus
penyebabnya. Ansietas merupakan istilah yang sangat akrab dengan kehidupan
sehari-hari yang menggambarkan keadaan khawatir. Gelisah, takut, tidak tentram
Universitas Sumatera Utara 5 disertai berbagai keluhan fisik. Keadaan tersebut
dapat terjadi atau menyertai kondisi situasi kehidupan dan berbagai gangguan
kesehatan. Ansietas berbeda dengan takut. Takut merupakan penilaian intelektual
terhadap stimulus yang mengancam dan objeknya jelas (Dalami, 2009). Meski
penyebab ansietas belum sepenuhnya diketahui, namun gangguan keseimbangan
neurotransmiter dalam otak dapat menimbulkan ansietas pada diri seseorang.
Faktor genetik juga faktor dapat menimbulkan gangguan ini. Ansietas terjadi jika
seseorang mengalami kesulitan menghadapi situasi, masalah dan tujuan hidup.

4.2 Saran
Makalah ini masih memiliki berbagai jenis kekurangan oleh karena itu
kritik dan saran yang bersifat membangun sangat kami harapkan.

Anda mungkin juga menyukai