T DENGAN ANSIETAS
TERHADAP PENYAKIT HIPERTENSI
MAKALAH
Disusun oleh:
Diana kartika
181211430
2B
Dosen Pengampu:
Ns. ULFA SURYANI, M.Kep, Sp. Kep. J
2019 /2020
BAB I
PENDAHULUAN
1.2Tujuan
1.Tujuan umum
Agar mahasiswa memperoleh pengalaman nyata dalam memberi asuhan
keperawatan.
2.Tujuan khusus
Setelah dilakukan asuhan keperawatan keperawatan pada klien dengan
masalah kebutuhan aman dan nyaman: ansietas penulis mampu:
Melakukan pengkajian pada klien dengan prioritas masalah ansietas.
Menegakkan diagnosa pada klien dengan prioritas masalah ansietas.
Menyusun rencana keperawatan pada klien dengan prioritas masalah
ansietas.
Melakukan intervensi keperawatan berdasarkan rencana keperawatan yang
sudah dibuat pada klien dengan prioritas masalah ansietas.
Melakukan evaluasi hasil akhir terhadap tindakan keperawatan yang telah
dilakukan pada klien dengan prioritas masalah ansietas.
1.3Manfaat
1. Bagi ilmu pengetahuan
Untuk menambah wawancara baru khususnya pada ilmu asuhan
keperawatan dengan pasien ansietas.
2. Bagi akademik
Dapat menjadi referensi institut pendidikan keperawatan dalam
memberikan asuhan keperawatan dengan masalah ansietas.
3. Bagi penulis
Menambah wawasan dan pengetahuan bagi penulis tentang proses asuhan
keperawatan dengan masalah ansietas dan dapat menerapkan ilmu yang
diperoleh selama perkuliahan serta meningkatkan keterampilan dalam
memberikan asuhan keperawatan.
4. Bagi klien
Memberikan informasi tentang asuhan keperawatan dengan prioritas
masalah ansietas.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 KONSEP
A. Pengertian Ansietas/ Cemas
B. ETIOLOGI
Meski penyebab ansietas belum sepenuhnya diketahui, namun gangguan
keseimbangan neurotransmiter dalam otak dapat menimbulkan ansietas pada diri
seseorang. Faktor genetik juga faktor dapat menimbulkan gangguan ini. Ansietas
terjadi jika seseorang mengalami kesulitan menghadapi situasi, masalah dan
tujuan hidup (Videbeck, 2008). Setiap individu menghadapi stress dengan cara
yang berbeda- beda seseorang dapat tumbuh dengan situasi yang dapat
menimbulkan stress berat pada orang lain. Adapun faktor- faktor yang
mempengaruhi ansietas adalah:
1. Faktor predisposisi
Berbagai teori yang dikembbangkan untuk menjelaskan penyebab ansietas
adalah:
a. Teori psikionalitik
Ansietas merupakan konflik emosional antara dua elemen kepribadian
yaitu ide, ego, dan superego. Ide melambangkan dorongan insting atau
impuls primitif. Super ego mencerminkan hati nurani seseorang yang
dikendalikan oleh norma- norma budaya seseorang. Sedangkan ego
digambarkan sebagai mediator antara ide dan super ego. Ansietas
berfungsi untuk memperingatkan ego tentang suatu budayayang perlu
segera diatasi.
b. Teori interpersonal
Ansietas terjadi dari ketakutan antar penolakan interpersonal.
Berhubungan juga dengan trauma masa perkembangan seperti kehilangan,
perpisahan, individu dengan harga diri rendah biasanya sangat mudah
mengalami ansietas berat.
c. Teori perilaku
Ansietas merupakan produk frustasi yaitu segala sesuatu yang
menganggu kemampuan seseorang untuk mencapai tujuan yang
diinginkan.
d. Kajian biologis
Otak mengandung reseptor spesifik untuk benzodiazepines. Reseptor
ini diperkirakan turut berperan dalam mengatur ansietas.
2. Faktor presipitasi
Bersumber dari eksternal dan internal seperti:
a. Ancaman terhadap integritas fisik meliputi ketidakmampuan fisiologi atau
menurunnya kemampuan melaksanakan fungsi kehidupan sehari- hari.
b. Ancaman terhadap sistem diri dapat membahayakan identitas, harga diri
dan integritas fungsi sosial.
3. Perilaku
Ansietas dapat diekspresikan langsung melalui perubahan fisiologis dan
perilaku secara tidak langsung timbulnya gejala atau mekanisme koping
dalam upaya mempertahankan diri dari ansietas. Intensitas perilaku akan
meningkat sejalan dengan peningkatan ansietas (Ermawati dkk, 2009).
D. Patofisiologi
Hubungan antara stress dengan hipertensi diduga melalui aktifitas saraf
simpatis, yang dapat meningkatkan tekanan darah secara bertahap. Apabila stress
menjadi berkepanjangan dapat berakibat tekanan darah menjadi tetap tinggi. Hal
ini secara pasti belum terbukti, akan tetapi pada binatang percobaan yang
diberikan pemaparan terhadap stress ternyata membuat binatang tersebut menjadi
hipertensi (Ferketich, 2000).
Menurut smet 1994, stress adalah suatu kondisi disebabkan oleh transaksi
antara individu dengan lingkungan yang menimbulkan presepsi jarak antara
tuntutan- tuntutan yang berasal dari situasi dengan sumber daya sistem biologis,
psikologis, dan sosial dari seseorang. Stress adalah yang kita rasakan saat tuntutan
emosi, fisik atau lingkungan tak mudah diatasi atau melebihi daya dari
kemampuan kita untuk mengatasinya dengan efektif. Namun harus dipahami
bahwa stress bukanlah pengaruh- pengaruh yang datang dari luar itu. Stress adalah
respon kita terhadap pengaruh luar- luar itu (Sheps, 2005).
Stress atau ketegangan jiwa (merasa tertekan, murung, bingung, cemas,
berdebar- debar, rasa marah, dendam, rasa takut, rasa bersalah) dapat merangsang
kelenjar anak ginjal melepaskan hormon adrenalin memacu jantung berdenyut
cepat serta lebih kuat, sehingga tekanan darah lebih meningkat. Jika stress
berlangsung cukup lama, tubuh berusaha mengadakan penyesuaian sehingga
timbul kelainan organis atau perubahan patologis. Gejala yang muncul dapat
berupa hipertensi atau magh (Gunawan, 2005).
Suyono 2001 mengatakan stress juga memiliki hubungan dengan hipertensi.
Hal ini diduga melalui saraf simpatis yang dapat meningkatkan tekanan darah
secara intermiten. Apabila stress berlangsung lama dapat mengakibatkan
peninggian tekanan darah yang menetap. Stress dapat meningkatkan tekanan
darah untu sementara waktu dan bila stress sudah hilang tekanan darah bisa
normal kembali. Peristiwa mendadak menyebabkan stress dapat meningkatkan
tekanan darah, namun akibat stress berkelanjutan yang dapat menimbulkan
hipertensi belum dapat di pastikan.
Berdasarkan proses perkembaganya:
1. Bayi atau ank anak
Berhubungan dengan perpisahan
Berhubungan dengan lingkungan atau orang yang tidak dikenal
Berubungan dengan perubahan dalam hubungan teman sebaya
2. Remaja
Berhubungan dengan ancaman terhadap konsep diri.
Perkembangan seksual
Perubahan hubungan dengan teman sebaya
3. Dewasa berhubungan dengan ancaman terhadap konsep diri sekunder akibat:
Kehamilan
Menjadi orang tua
Perubahan karir
Evek penuaan
4. lanjut usia
Berhubungan denga ancaman terhadap konsep diri sekunder akibat :
Penurunan sensori
Penurunan motorik
Masalah keuangan
Perubanhan pada masa pensiun
E. Penatalaksanaan
Ansietas pada tahap pencagahan dan terapi memerlukan suatu metode
pendekatan yang bersifat hoistik,yaitu mencakup fisik(somatik), sikologi atau
psikiatrik,sikososial dan sikoreligius(hawari.2008) selengkapnya seperti pada
iraian berikut:
Upaya meningkatkan kekebalan terhadao stres,denga cara:
Makan yang bergizi dan seimbang
Instirahat yang cukup
Cukup olaraga
Jangan merokok
1) Terapi psiko farmaka
Merupakan pengobatan untuk cemas dan memakai obat obatan yang
berkhasiat memulihkan fungsi gangguan neuro-transmiter(sinyal penghantar
syaraf)disusun syaraf pusat otak(limbik sistem).terapi psiko farmaka yang
sering di pakai adalah obatanti cemas, (ansiolitik), yaitu seperti
diazepam,klobazam,bromazepam,lorazepam, Buspirone hci,meprobamate
alprazolam.
2) Terapi somatik
Gejala atau keluhan fisik(somatik)sering dijumpai sebagai gejala ikutan
atau akibat dari kecemasan yang berkempanjangan. Untuk menghilangkan
somatik (fisik) itu dapat diberikan obat obatan yang diytujuhkan kepada
oragan tubuh yang bersangkutan .
3) Psikoterapi
Diberikan tergantung dari kebutuhan individu. sikoterapi suportif, untuk
memberi motivasi, semangat dan dorongan pasien yang bersangkutan
tidak merasa putus asa dan diberi keyakinan serta prcaya diri.
Psikoterapi re-educatif, memeberikan pendidikan ulang dan koreksi bila
dinilai bahwa ketidak mampuan mengatasi kecemasan titik
Sikoterapi re- konstruktif, untuk dimaksudkan memperbaiki kembali
(rekontruksi) kepribadian yang telah mengalami goncangan akibat stresor.
Sikoterapi kognitif,untuk memulihkan fungsi kognitif pasien,yaitu
kemapuan untuk berfikir secara rasional , konsentrasi dan daya ingat.
Psikoterapi psiko-dinamik, untuk menganalisa dan menguraikan proses
dinamika kejiwaan yang dapat menjelaskan mengapa seseorang tidak
mampu menghadaoi stresosikososial sehingga mengalami kecemasan.
Psikoterpi keluarga, untuk memperbaiki hubungan kekeluargaan, agar
faktor keluarga tidak lagi menjadi faktor penyebab dan faktor keluarga
dapat dijadikan sebagai faktor pendukung.
2.2 ASKEP TEORITIS
A. Pengkajian Keperawatan Jiwa
Ansietas dapat diekspresikan secara langsunng melalui perubahan psikologis
dan perilaku dan secara tidak langsung dapat timbul gejala atau mekanisme
koping sebagai upaya untuk melawan ansietas. Peningkatan ansietas perilaku
dan meningkat sejalan dengan meningkatnya ansietas (Sujono dkk, 2013).
1. Informasi umum
Biasanya mencakup inisial klien atau nama klien, usia, jenis kelamin, suku,
bahasa dominan, status perkawinan, alamat, tanggal masuk, ruang rawat, nomor
rekam medik, diagnosa medis, riwayat alergi, dan diet.
2. Keluhan utama
Biasanya pasien informasi terkait persepsi, perasaan, ide pasien tentang status
kesehatannya misalnya tentang nyeri, perasaan lemah, ketakutan, kecemasan .
3. Penampilan umum dan perilaku motor
a. Fisik
Biasanya mencakup berat badan, tinggi badan, tanda- tanda vital seperti
TD,Pernafasan, Nadi, Suhu.
b. Riwayat pengobatan fisik
(Tanyakan kepada pasien adakah dia melakukan pengobatan fisik)
c. Hasil pemeriksaan laboratorium/ visum.
(Tanyakan apakah klien ada melakukan pemeriksaan laboraturium,seperti
hb,ht,leukosit)
d. Tingkat ansietas
1.Ansietas ringan (1+)
a. Respon fisik: ketegangan otot ringan, sadar akan lingkungan, rileks atau
sedikit gelisah, penuh perhatian.
b. Respon kognitif: lapang persepsi luas, terlihat tenang, perasaan gagal
sedikit, waspada dan memperhatikan banyak hal, memperhatikan
informasi, tingkat pembelajaran optimal.
c. Respon emosional: perilaku otomatis, sedikit tidak sadar, aktivitas
sendiri, stimulasi.
4.Panik (4+)
a. Respon fisik: flight, fight, atau freeze ketegangan otot yang sangat
berat, agitasi motorik kasar, pupil dilatasi, TTV meningkat kemudian
menurun tidak dapat tidur hormon stress dan neurotransmiter
berkurang, wajah menyeringai, mulut terngangak.
b. Respon kognitif: persepsi yang sempit, fikiran tidak logis, terganggu,
kepribadian kacau, tidak dapat menyelsaikan masalah fokus pada
pikiran sendiri, tidak rasional, sulit memahami stimulus ekternal,
halusinasi, waham, ilusi terjadi.
c. Respon emosional: merasa terbe bani, merasa tidak mampu atau tidak
berdaya, lepas kendali, mengamuk, putus asa, marah, mengharapkan
hasil yang buruk, kaget, takut, lelah.
4. Keluargga
Genogram
Biasanya meliputi keturunan pada pasien hipertensi tersebut.
Tipe keluarga
Biasanya meliputi nuclear family, etended family, diad family, single
parent family.
Pengambilan keputusan
Biasannya di dalam keluargga pengambilan keputusan bisa diambil
oleh kepala keluargga, orang tua, istri, dan bersama- sama.
Hubungan klien dengan kepala keluarga
Biasannya meliputi hubungan dengan kepala keluarga, orang tua, istri,
dan anak.
Kebiasaan yang dilakukan bersama keluarga
Biasannya meliputi kegiatan- kegiatan: makan malam bersama,
liburan bersama 1 minggu sekali, dll.
Kegiatan yang dilakukan dalam masyarakat
Biasanya meliputi: mengikuti kegiatan gotong royong, ikut pengajian
di masjid, dll.
5. Riwayat psikososial
a. Pola sosial
1.Teman atau orang terdekat
Biasannya klein mau bercerita tentang masalah yang dihadapinya
kepada teman atau orang yang paling dipercayainya.
2 .Peran serta dalam kelompok
Biasannya klien dengan ansietas ringan mampu berperan atau
berpartisipasi dalam kelompok kerja maupun masyarakat sehingga
klien masih mudah untuk berinteraksi terhadap lingkungan sekitar.
Namun pada orang dengan ansietas berat klien tidak mampu atau
respon terhadap lingkungan sudah buruk karena kegagalan dalam
berinteraksi terhadap orang lain.
3 .Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain
Biasannya pada ansietas ringan pasien tidak mengalami hambatan
untuk berhubungan atau berinteraksi dengan orang lain. Tetapi pada
ansietas berat pasien sudah tidak mampu untuk berkomunikasi pada
orang lain akibat kecemasannya tersebut.
b. Obat- obatan yang dikonsumsi
1.Obat- obat yang dikonsumsi diluar resep
Biasanya klien dengan diagnosa medis hipertensi tidak mau
mengkonsumsi obat di luar resep dokter.
2 .Obat- obat yang dikonsumsi klien saat ini
Biasanya klien mengkonsumsi obat- obatan untuk menurunkan
hipertensinya atau kecemasan yang sangat berat terhadap penyakitnya.
6. Status mental dan emosi
a. Cacat fisik
Biiasannya orang dengan ansietas ringan pada hipertensi tidak
mempunyai cacat fisik. Kecuali orang yang mengalami ansietas berat
pada hipertensi akan mudah untuk melukai dirinya sendiri akibat
kecemasan tersebut.
b. Kontak mata
Biasannya orang ansitas ringan masih mampu untuk kontak mata dengan
lawan bicara. Tapi pada penderita ansietas berat tidak mampu untuk
kontak mata dengan lawan bicara karena kegelisahan yang dialaminya
akibat penyakit tersebut.
c. Pakaian
Biasannya pada ansietas ringan dengan penyakit hipertensi masih mampu
untuk berpakaian rapi dan bersih. Sedangkan pada ansietas berat klien
sudah tidak mampu berpakaian rapi dan harus dibantu oleh orang lain.
d. Perawatan diri
Biasannya klien dengan ansietas ringan masih bisa melakukan
perawatan dirinya sendiri. Sedangkan pada ansietas berat klien sudah
tidak mampu melakukan perawatan pada diri sendiri secara rutin.
7. Kognitif
a. Orientasi realita
Biasannya pada pasien dengan gangguan ansietas ringan dengan
penyakit hipertensi pasien masih mampu untuk mengingat waktu,
tempat, orang, dan situasi. Namun sebaliknya pada pasien ansietas
berat.
8. Ide- ide bunuh diri
Biasanya klien dengan ansietas ringan ide- ide untuk merusak diri
sendiri atau orang lain tidak ada. Dan sebaliknya dengan klien yang
ansietas berat.
9. Kultural dan spiritual
a) Agama yang dianut
Biasanya pada pasien yang ansietas ringan masih mampu melakukan
ibadah yang rutin sesuai keyakinannya. Dan sebaliknya dengan orang
yang ansietas berat.
b) Budaya yang diikuti
Biasanya orang dengan ansietas ringan masih mampu mengikuti
budaya di lingkungannya sehari- hari. Dan sebaliknya pada orang
ansietas berat.
B. Diagnosa keperawatan
Menurut Doengoes (2000), pasien yang mengalami hipertensi
diagnosis keperawatan yang sering muncul adalah koping individu tidak
efektif dan ansietas. Pasien yang pertama kali mengetahui dirinya
mengidap penyakit jantung seperti hipertensi, tingkat ansietasnya semakin
tinggi (Harapan 2005).
1. Ansietas b/d ancaman pada status terkini.
2. Ketidakefektifan koping b/d ketidakadekuatan kesempatan
untuk bersiap terhadap stressor.
C. Intervensi Keperawatan
Tindakan keperawatan pada pasien ansietas pertama kali
difokuskan untuk mendiskusikan ansietas bersama pasien. Langkah-
langkah yang dilakukan adalah membina hubungan saling percaya yaitu
dengan mengucapkan salam terapeutik memperkenalkan diri, panggil
pasien dengan nama panggilan yang disukai serta menjelaskan tujuan
interaksi yaitu melatih pengendalian ansietas agar proses penyembuhan
berjalan lebih cepat. Kontrak 2 kali pertemuan latihan pengendalian
ansietas harus selalu dilakukan agar pasien mengetahui berapa kali
interaksi yang dilakukan dengan perawat. Langkah selanjutnya adalah
melakukan pengkajian ansietas seperti membantu pasien mengenal
ansietas: identifikasi dan menguraikan perasaannya mengenal penyebab
ansietas, dan menyadari perilaku akibat ansietas.
Jika pasien sudah mampu untuk mengenali ansietasnya, maka
langkah selanjutnya adalah memberikan kemampuan kepada pasien untuk
mengontrol ansietasnya yaitu dengan berlatih teknik relaksasi: tarik napas
dalam, distraksi, latihan hipnosis lima jari dan kegiatan spiritual.
Smeltser & bare ( 2002 ) Menyatakan bahwa tujuan teknik
relaksasi napas dalam adalah untuk meningkatkan ventilasi alveoli,
memelihara pertukaran gas , mencegah antelektasi paru, meningkatkan
efesiensi batuk mengurangi stress baik stress fisik maupun emosional yaitu
menurunkan intensitas nyeri dan menurunkan kecemasan.
D. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi keperawatan dengan menggunakan teknik SOAP yang bertujuan
untuk mendapatkan hasil akhir hilangnya ansietas pada pasien sehingga
pasien sudah tdiak mengeluh terhadap Penyakitnya dan mampu
mengatasinya dengan koping yang baik.
BAB III
LAPORAN KASUS
A. Pengkajian
INFORMASI UMUM
Usia : 52 tahun
Suku : Jawa
(_ Janda/Duda
Tanggal Masuk : -
Ruang Rawat : -
Diagnosa Medis : -
Riwayat Alergi : -
Diet : -
KELUHAN UTAMA
Fisik
Berat Badan : 45 Kg
Tinggi Badan : 153 cm
Tanda-tanda Vital : TD 150/90 mmHg ,P =19 x/menit ,
Nd =75x/menit T= 370C
Riwayat Pengobatan Fisik
Ny.T mengatakan ketika kepalanya terasa sakit dan berat sejak 3 bulan yang lalu
ia selalu mengunjungi rumah bidan terdekat .Ny.T juga mengatakan ia diberi obat
oleh bidan, dan saat ini ia mengkonsumsi obat tersebut ketika ia merasa sakit
kepala yang juga di barengi dengan tekanan darah yang tinggi.
Hasil PemeriksaanLaboratorium/visum/dll
MasalahKeperawatan :
Tidak ada
MasalahKeperawatan :
a. PerubahanNutrisikurangdarikebutuhantubuh
b. Kerusakanintegritaskulit
c. Perubahaneliminasifeses, dll
d. Perubahan volume cairan
Tingkat Ansietas
Tingkat Ansietas (lingkaritingkatansietasdanchek list perilaku yang ditampilkan)
Ringan [√] Sedang Berat Panik
PERILAKU √ PERILAKU √
Tenang √ Menarikdiri
Ramah √ Bingung
Pasif √ Disorientasi
Waspada √ Ketakutan
MerasaMembenarkanlingkungan Hiperventilasi
Kooperatif Halusinasi/delusi
Gangguanperhatian Depersonalisasi
Gelisah Obsesi
Sulitberkonsentrasi √ Kompulsi
Wapadaberlebihan Keluhansomatic
Tremor Hiperaktivitas
Bicaracepat Lainnya :
MasalahKeperawatan :
Ansietas Ringan
Masalah Keperawatan
Ansietas Ringan
Ansietas Sedang
Ansietas Berat
KELUARGA
Genogram
Tn. I
Keterangan;
(laki-laki meninggal)
Tipe Keluarga
[v] Nuclear Family Diad Family
Extended Family Single parent family
Pengambilan Keputusan
KepalaKeluarga Istri
Lain-lain, Sebutkan :
Masalah Keperawata :
Tidak ada
Masalah Keperawatan
Ketidak efektifan koping keluarga :Ketidakmampuan
Ketidak efektifan koping keluarga : Penurunan
Koping keluarga :Potensial pertumbuhan
RIWAYAT PSIKOSOSIAL
PolaSosial
Teman/orang terdekat :
Klien Mengatakan Mempunyai Teman dekat yang dipercayainya bernama Desi
Masalah Keperawatan:
Masalah Keperawatan :
Hambatan komunikasi
Hambatan komunikasi verbal
Hambatan interaksi social
Isolasi social
Masalah Keperawatan :
Tidak ada
Masalah keperawatan
Ketidakefektifan penatalaksaan Program terapeutik
Ketidakpatuhan
Penampilan
1. Cacat Fisik
Ada, jelaskan :
[v] Tidakada, jelaskan : Tidak adanya gangguan atau cidera fisik pada
klien
Masalah keperawatan :
Hambatan komunikasi
Hambatan interakasi social
2. Kontak Mata
Masalah keperawatan :
Hambatan komunikasi
Hambatan interakasi social
3. Pakaian
TidakRapi, Jelaskan
Penggunaan tidak Sesuai
Masalah Keperawatan :
Sindroma Defisit Perawatan diri
4. PerawatanDiri
Jelaskan : Mandi 1 sehari selama mengalami penyakit hipertensi
MasalahKeperawatan : Tidak ada
Masalah Keperawatan :
Sindroma Defisit Perawatan diri
TingkahLaku
TingkahLaku v Jelaskan
Resah V Klien merasa resah saat penyakit
hipertensinya kambuh
Agitasi
Latergi
Sikap
EkspresiWajah v Klien Meringis Ketika Hipertensi Terjadi
Lain-lain
Masalah Keperawatan :
Resiko tinggi cedera
lntoleransi aktivitas
PolaKomunikasi
Masalah Keperawatan :
Hambatan komunikasi
Hambatan komunikasi verbal
PERILAKU V JELASKAN
Senang
Sedih
PatahHati
PutusAsa
Gembira
Euporia
Curiga
Lesu V
Marah/Bermusuhan
Lain-lain :
Masalah Keperawatan :
Resiko tinggi cedera
Ansietas / ketakutan / keputusasaan / ketidakberdayaan/
Berduka Disfungsional
Resiko tinggi membahayakan diri / penganiayaan diri /
mutilasi diri
Hambatan komunikasi
Hambatan komunikasi verbal
Proses Pikir
PERILAKU V
Jelas V
Logis
MudahDiikuti
Relevan
Bingung
Bloking
Delusi
ArusCepat
AsosiasiLambat
Curiga
MemoriJangkaPendek Hilang V Utuh
MemoriJangkapanjang Hilang Utuh V
Masalah keperawatan :
Gangguan proses pikir
Persepsi
PERILAKU JELASKAN
Halusinasi
Ilusi
Depersonlisasi
Derealisasi
HALUSINASI JELASKAN
Pendengaran
Penglihatan
Perabaan
Pengecapan
Penghidu
Lain-Lain
Masalah keperawatan :
Perubahan sensori persepsi: Halusinasi (sesuaikan dengan jenis
halusinasinya)
Kognitif
1. OrientasiRealita
Waktu : Pasien Mampu Mengetahui waktu
Tempat : Pasien Sadar Tempat saat ini
Orang : Pasien Masih Mengetahui orang-orang yang ada disekitar
Situasi : Pasien Tenang Dengan Kondisi
2. Memori
GANGGUAN v JELASKAN
Gangguandayaingatjangkapanjan
g
Gangguan daya ingat jangka v
pendek
Gangguan daya ingat saat ini
Paramnesia, sebutkan
Hipermnesia, sebutkan
Amnesia, sebutkan
3. Tingkat KonsentrasidanBerhitung
Tingkatan v JELASKAN
Mudahberalih
Tidak mampu berkonsentrasi v Pasien mengatakan tidak mampu
berkonsentrasi saat hipertensinya
kambuh
Tidak mampu berhitung sederhana
YA Tidak [v]
Masalah Keperawatan :
Gangguan citra tubuh
Harga diri rendah situasional
Berduka Disfungsional
Masalah Keperawatan:
Masalah Keperawatan :
Distress spiritual
MEKANISME KOPING
Koping Adaptif:
Bicara dengan orang lain
Mampu menyelesaikan masalah
Teknik relaksasi
Aktivitas konstruktif
Olah raga,dll
Koping maladaptive:
Minum alcohol
Reaksi lambat / berlebih
Berkerja berlebihan
Menghindar
Mencerai diri, dll
Masalah keperawatan : tidak ada
Masalah keperawatan :
Ketidakefetifan koping individual
Gangguan penyesuaian diri
II. ANALISA DATA
ANALISA DATA
N DATA MASALAH
O
DS :
- Ny. T mengatakan cemas dengan keadaannya
-Ny. Tmengatakan khawatir dengan keadaannya Ansietas
-Ny.T mengatakan sering merasa sakit kepala
DO :
-TD:150/90 mmHg, P =19 x/menit
Nd =75/menit,T= 370C
-Ny.T tampak sedih dengan
keadaannya
DS :
- Ny. T mengatakan jika ada masalah ia selalu
menghindar dan meratapinya
-Ny.T mengatakan tidak ingin membicarakan Koping Individu tidak
masalahnya takut menjadi beban orang lain
efektif
DO :
- Ny.T tampak menutup diri
DS :
-Ny.T mengaatkan merasa tidak berdaya karena Ketidak berdayaan
tidak bisa melakukan aktivitas biasanya
DO :
- Ny.T tampak tidak berdaiya
- Ny.T tampak murung
III. DAFTAR MASALAH :
1.Ansietas
2. Koping Individu tidak efektif
3. Ketidak berdayaan
Ansietas
V. DAFTAR DIAGNOSA :
1.Ansietas b.d ancaman pada konsep diri
(baca,bercakap-
cakap,nonton tv)
2 Ansietas Sp : 2 S:
28/4/2020 -Mengevaluasi sp1 -Ny.T mengatakan
-Melatih hipnotis lima
paham tentang teknik
jari dan kegiatan
ibadah hipnotis 5 jari dan
spiritual
-klien mengatakan sudah
berkurang rasa cemas
dan gelisah
O:
-klien tampak lebih baik
-klien tampak sudah
berkurang cemas dan
gelisah
A:
Ansietas
P:
Intervensi dihentikan.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Ansietas merupakan respon emosional terhadap penilaian individu yang
subjektif, dipengaruhi alam bawah sadar dan tidak diketahui secara khusus
penyebabnya. Ansietas merupakan istilah yang sangat akrab dengan kehidupan
sehari-hari yang menggambarkan keadaan khawatir. Gelisah, takut, tidak tentram
Universitas Sumatera Utara 5 disertai berbagai keluhan fisik. Keadaan tersebut
dapat terjadi atau menyertai kondisi situasi kehidupan dan berbagai gangguan
kesehatan. Ansietas berbeda dengan takut. Takut merupakan penilaian intelektual
terhadap stimulus yang mengancam dan objeknya jelas (Dalami, 2009). Meski
penyebab ansietas belum sepenuhnya diketahui, namun gangguan keseimbangan
neurotransmiter dalam otak dapat menimbulkan ansietas pada diri seseorang.
Faktor genetik juga faktor dapat menimbulkan gangguan ini. Ansietas terjadi jika
seseorang mengalami kesulitan menghadapi situasi, masalah dan tujuan hidup.
4.2 Saran
Makalah ini masih memiliki berbagai jenis kekurangan oleh karena itu
kritik dan saran yang bersifat membangun sangat kami harapkan.