'Hatiku selembar daun', 'Hujan di bulan juni', hingga 'Yang fana adalah waktu'
JAKARTA, Indonesia—Suti adalah seorang perempuan yang dengan enteng tetapi tegar menyaksikan dan menghayati proses
perubahan masyarakat pramodern ke modern yang dijalaninya ketika bergerak dari sebuah kampung pinggir kota ke tengah-
tengah kota besar.
Ia bergaul dengan gerombolan pemuda berandalan maupun keluarga priyayi tanpa merasa kikuk, dan melaksanakan apa pun yang
bisa mendewasakan dan mencerdaskan dirinya.
Suti terlibat dalam masalah yang sangat rumit dalam keluarga Den Sastro, yang sulit dibayangkan ujung maupun pangkalnya.
Itu adalah penggalan dari Novel Suti karya Sapardi Djoko Damono yang akan diluncurkan hari ini, Sabtu, 21 November,
serentak di seluruh Indonesia.
Sapardi sebenarnya merupakan maestro puisi yang lahir 75 tahun silam di Surakarta, tepatnya pada 20 Maret 1940.
Karya-karyanya dinikmati lintas generasi, karena bahasanya yang ringan tapi menyentuh. Ia banyak terinspirasi oleh alam,
seperti hujan, daun, dan bunga.
Dengan kata yang tak sempat diucapkan kayu kepada api yang menjadikannya abu
Dengan isyarat yang tak sempat disampaikan awan kepada hujan yang menjadikannya tiada
"Hatiku selembar daun"
Hatiku selembar daun melayang jatuh di rumput
Kita abadi
Kita abadi.
—Rappler.com
https://www.rappler.com/indonesia/ayo-indonesia/113553-puisi-sapardi-djoko-damono