STROKE HEMORAGIK
Dosen Pengajar:
Ns. Puspita Hanggit, M. Kep., Sp. Kep . Kom
Disusun Oleh:
Anita Santira
Dita Dwi Priana
Ita Julia
Lena Dwi Anti
Marline elfiana Gultom
Siti Nabilla Masyrofah
Tiara Destiana
Kelas: 2B
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah tentang “Asuhan Keperawatan Pasien
Stroke Hemoragik“ ini tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas pada
mata kuliah Dokumentasi Keperawatan. Kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu Ns.
Puspita Hanggit, M. Kep., Sp. Kep . Kom. Selaku Dosen mata kuliah Dokumentasi
Keperawatan yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan
wawasan sesuai dengan bidang studi yang saya tekuni.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi
sebagian pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini. Kami menyadari,
makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran
yang membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan makalah ini.
Penulis
DAFTAR ISI
BAB I
PEMBAHASAN TEORI KASUS
Stroke merupakan penyakit atau gangguan fungsional otak berupa kelumpuhan saraf
(deficit neurologic) akibat terhambatnya aliran darah ke otak. Secara sederhana stroke
didefinisikan sebagai penyakit otak akibat terhentinya suplai darah ke otak karena sumbatan
(stroke iskemik) atau perdarahan (stroke hemoragik) (Junaidi, 2011). Mulanya stroke ini
dikenal dengan nama apoplexy, kata ini berasal dari bahasa Yunani yag berarti “memukul
jatuh” atau to strike down. Dalam perkembangannya lalu dipakai istilah CVA atau
cerebrovascular accident yang berarti suatu kecelakaan pada pembuluh darah dan otak.
Menurut Misbach (2011) stroke adalah salah satu syndrome neurologi yang dapat
menimbulkan kecacatan dalam kehidupan manusia. Stroke Hemoragik adalah pembuluh
darah otak yang pecah sehingga menghambat aliran darah yang normal dan darah merembes
ke dalam suatu daerah di otak dan kemudian merusaknya (Adib, 2009).
Perdarahan sub arachnoid adalah masuknya darah ke ruang subarachnoid baik dari
tempat lain (perdarahan subarachnoid sekunder) dan sumber perdarahan berasal dari rongga
subarachnoid itu sendiri (perdarahan subarachnoid primer) (Junaidi, 2011). Penyebab yang
paling sering dari PSA primer adalah robeknya aneurisma (51-75%) dan sekitar 90%
aneurisma penyebab PSA berupa aneurisma sakuler congenital, angioma (6-20%), gangguan
koagulasi (iatronik/obat anti koagulan), kelainan hematologic (misalnya trombositopenia,
leukemia, anemia aplastik), tumor, infeksi (missal vaskulitis, sifilis, ensefalitis, herpes
simpleks, mikosis, TBC), idiopatik atau tidak diketahui (25%), serta trauma kepala (Junaidi,
2011). Sebagian kasus PSA terjadi tanpa sebab dari luar tetapi sepertiga kasus terkait dengan
stress mental dan fisik. Kegiatan fisik yang menonjol seperti: mengangkat beban, menekuk,
batuk atau bersin yang terlalu keras, mengejan dan hubungan intim (koitus) kadang bisa jadi
penyebab
(Junaidi, 2011).
Terhalangnya suplai darah ke otak pada stroke perdarahan (stroke hemoragik) disebabkan
oleh arteri yang mensuplai darah ke otak pecah. Penyebabnya misalnya tekanan darah yang
mendadak tinggi dan atau oleh stress psikis berat. Peningkatan tekanan darah yang mendadak
tinggi juga dapat disebabkan oleh trauma kepala atau peningkatan tekanan lainnya, seperti
mengedan, batuk keras, mengangkat beban, dan sebagainya. Pembuluh darah pecah
umumnya karena arteri tersebut berdinding tipis berbentuk balon yang disebut aneurisma atau
arteri yang lecet bekas plak aterosklerotik (Junaidi, 2011).
b. Mekanisme autoregulasi
Oksigen dan glukosa adalah dua elemen yang penting untuk metabolisme serebral yang
dipenuhi oleh aliran darah secara terus-menerus. Aliran darah serebral dipertahankan dengan
kecepatan konstan 750ml/menit. Kecepatan serebral konstan ini dipertahankan oleh suatu
mekanisme homeostasis sistemik dan local dalam rangka mempertahankan kebutuhan nutrisi
dan darah secara adekuat. Terjadinya stroke sangat erat hubungannya dengan perubahan
aliran darah otak, baik karena sumbatan/oklusi pembuluh darah otak maupun perdarahan
pada otak menimbulkan tidak adekuatnya suplai oksigen dan glukosa. Berkurangnya oksigen
atau meningkatnya karbondioksida merangsang pembuluh darah untuk berdilatasi sebagai
kompensasi tubuh untuk meningkatkan aliran darah lebih banyak. Sebalikya keadaan
vasodilatasi memberi efek pada tekanan intracranial. Kekurangan oksigen dalam otak
(hipoksia) akan menimbulkan iskemia. Keadaan iskemia yang relative pendek/cepat dan
dapat pulih kembali disebut transient ischemic attacks (TIAs). Selama periode anoxia (tidak
ada oksigen) metabolism otak cepat terganggu. Sel otak akan mati dan terjadi perubahan
permanen antara 3-10 menit anoksia.
I. 5 Manifestasi Klinik
Menurut Tarwoto (2013), manifestasi klinis stroke tergantung dari sisi atau bagian mana yang
terkena, rata-rata serangan, ukuran lesi dan adanya sirkulasi kolateral. Pada stroke hemoragik,
gejala klinis meliputi:
a. Kelumpuhan wajah atau anggota badan sebelah (hemiparise) atau hemiplegia
(paralisis) yang timbul secara mendadak.
`Kelumpuhan terjadi akibat adanya kerusakan pada area motorik di korteks bagian frontal,
kerusakan ini bersifat kontralateral artinya jika terjadi kerusakan pada hemisfer kanan maka
kelumpuhan otot pada sebelah kiri. Pasien juga akan kehilangan kontrol otot vulenter dan
sensorik sehingga pasien tidak dapat melakukan ekstensi maupun fleksi.
b. Gangguan sensibilitas pada satu atau lebih anggota badan Gangguan sensibilitas
terjadi karena kerusakan system saraf otonom dan gangguan saraf sensorik.
c. Penurunan kesadaran (konfusi, delirium, letargi, stupor, atau koma), terjadi akibat
perdarahan, kerusakan otak kemudian menekan batang otak atau terjadinya gangguan
metabolik otak akibat hipoksia
d. Afasia (kesulitan dalam bicara)
Afasia adalah defisit kemampuan komunikasi bicara, termasuk dalam membaca, menulis
dan memahami bahasa. Afasia terjadi jika terdapat kerusakan pada area pusat bicara primer
yang berada pada hemisfer kiri dan biasanya terjadi pada stroke dengan gangguan pada arteri
middle sebelah kiri. Afasia dibagi menjadi 3 yaitu afasia motorik, sensorik dan afasia global.
Afasia motorik atau ekspresif terjadi jika area pada area Broca, yang terletak pada lobus
frontal otak. Pada afasia jenis ini pasien dapat memahami lawan bicara tetapi pasien tidak
dapat mengungkapkan dan kesulitan dalam mengungkapkan bicara. Afasia sensorik terjadi
karena kerusakan pada area Wernicke, yang terletak pada lobus temporal. Pada afasia sensori
pasien tidak dapat menerima stimulasi pendengaran tetapi pasien mampu mengungkapkan
pembicaraan. Sehingga respon pembicaraan pasien tidak nyambung atau koheren. Pada afasia
global pasien dapat merespon pembicaraan baik menerima maupun mengungkapkan
pembicaraan.
e. Disatria (bicara cedel atau pelo)
Merupakan kesulitan bicara terutama dalam artikulasi sehingga ucapannya menjadi tidak
jelas. Namun demikian, pasien dapat memahami pembicaraan, menulis, mendengarkan
maupun membaca. Disartria terjadi karena kerusakan nervus cranial sehingga terjadi
kelemahan dari otot bibir, lidah dan laring. Pasien juga terdapat kesulitan dalam mengunyah
dan menelan.
f. Gangguan penglihatan, diplopia
Pasien dapat kehilangan penglihatan atau juga pandangan menjadi ganda, gangguan
lapang pandang pada salah satu sisi. Hal ini terjadi karena kerusakan pada lobus temporal
atau parietal yang dapat menghambat serat saraf optik pada korteks oksipital. Gangguan
penglihatan juga dapat disebabkan karena kerusakan pada saraf cranial III, IV dan VI.
g. Disfagia Disfagia atau kesulitan menelan terjadi karena kerusakan nervus cranial IX.
Selama menelan bolus didorong oleh lidah dan glottis menutup kemudian makanan
masuk ke esophagus
h. Inkontinensia Inkontinensia baik bowel maupun badder sering terjadi karena
terganggunya saraf yang mensarafi bladder dan bowel.
i. Vertigo, mual, muntah, nyeri kepala, terjadi karena peningkatan tekanan intrakranial,
edema serebri
I. 6 Penatalaksanaan
2) Fase rehabilitasi
a) Pertahankan nutrisi yang adekuat
b) Program manajemen bladder dan bowel
c) Mempertahankan keseimbangan tubuh dan rentang gerak sendi (ROM)
d) Pertahankan integritas kulit
e) Pertahankan komunikasi yang efektif
f) Pemenuhan kebutuhan sehari-hari
g) Persiapan pasien pulang
4) Terapi obat-obatan
a) Antihipertensi: Katropil, antagonis kalsium
b) Diuretic: manitol 20%, furosemid
c) Antikolvusan: fenitoin Sedangkan menurut Batticaca (2008), terapi perdarahan dan
perawatan pembuluh darah pada pasien stroke perdarahan adalah:
a. Antifibrinolitik untuk meningkatkan mikrosirkulasi dosis kecil (1) Aminocaproic
acid 100-150 ml% dalama cairan isotonic 2 kali selama 3-5 hari, kemudian 1 kali
selama 1-3 hari (2) Antagonis untuk pencegahan permanen: Gordox dosis pertama
300.000 IU kemudian 100.000 IU 4 kali perhari IV; Contrical dosis pertama 30.000
ATU, kemudaian 10.000 ATU 2 kali per hari selama 5-10 hari
b. Natrii Etamsylate (Dynone) 250 mg x 4 hari IV sampai 10 hari
c. Kalsium mengandung obat; Rutinium, Vicasolum, Ascorbicum
d. Profilaksis Vasospasme (1) Calcium-channel antagonis (Nimotop 50 ml [10 mg per
hari IV diberikan 2 mg per jam selama 10-14 hari]) (2) Berikan dexason 8 4 4 4 mg
IV (pada kasus tanpa DM, perdarahan internal, hipertensi maligna) atau osmotic
diuretic (dua hari sekali Rheugloman (Manitol) 15% 200 ml IV diikuti oleh 20 mg
Lasix minimal 10-15 hari kemudian
h. Test diagnostic
1) Radiologi
a) Angiografi serebri Membantu menentukan penyebab dari stroke secara spesifik sperti
stroke perdarahan arteriovena atau adanya ruptur. Biasanya pada stroke perdarahan
akan ditemukan adanya aneurisma
b) Lumbal pungsi Biasanya pada pasien stroke hemoragik, saat pemeriksaan cairan
lumbal maka terdapat tekanan yang meningkat disertai bercak darah. Hal itu akan
menunjukkkan adanya hemoragik pada subarachnoid atau pada intrakranial
c) CT-Scan Memperhatikan secara spesifik letak edema, posisi hematoma, adanya
jaringan otak yang infark atau iskemia, serta posisinya secara pasti. Hasil pemerksaan
biasanya didapatkan hiperdens fokal, kadang masuk ke ventrikel atau menyebar ke
permukaan otak
d) Macnetic Resonance Imaging (MRI) Menentukan posisi serta besar/luas terjadinya
perdarahan otak. Hasil pemeriksaan biasanya didapatkan area yang mengalami lesi
dan infark akibat dari heemoragik
e) USG Doppler Untuk mengidentifikasi adanya penyakit arteriovena (masalah sistem
karotis)
f) EEG Pemeriksaan ini bertujuan untuk melihat masalah yang timbul dan dampak dari
jaringan yang infark sehingga menurunnya impuls listrik dalam jaringan otak.
2) Laboratorium
a) Pemeriksaan darah lengkap seperti Hb, Leukosit, Trombosit, Eritrosit. Hal ini berguna
untuk mengetahui apakah pasien menderita anemia. Sedangkan leukosit untuk melihat
sistem imun pasien. Bila kadar leukosit diatas normal, berarti ada penyakit infeksi
yang sedang menyerang pasien.
b) Test darah koagulasi Test darah ini terdiri dari 4 pemeriksaan, yaitu: prothrombin
time, partial thromboplastin (PTT), International Normalized Ratio (INR) dan
agregasi trombosit. Keempat test ini gunanya mengukur seberapa cepat darah pasien
menggumpal. Gangguan penggumpalan bisa menyebabkan perdarahan atau
pembekuan darah. Jika pasien sebelumnya sudah menerima obat pengencer darah
seperti warfarin, INR digunakan untuk mengecek apakah obat itu diberikan dalam
dosis yang benar. Begitu pun bila sebelumnya sudah diobati heparin, PTT bermanfaat
untuk melihat dosis yang diberikan benar atau tidak.
c) Test kimia darah Cek darah ini untuk melihat kandungan gula darah, kolesterol, asam
urat, dll. Apabila kadar gula darah atau kolesterol berlebih, bisa menjadi pertanda
pasien sudah menderita diabetes dan jantung. Kedua penyakit ini termasuk ke dalam
salah satu pemicu stroke (Robinson, 2014)
II. 1 Pengkajian
A. Pengkajian
Tanggal Pengkajian : 17 Juni 2020
Tanggal Masuk : 16 Juni 2020
Ruang/Kelas : Anggrek LD02
Nomor Register : RG02085540
Diagnosa Medis : Stroke Hemoragik
1. Identitas Klien
Nama Klien : Tn. V
Jenis Kelamin : Laki – laki
Usia : 35 Tahun
Status Perkawinan : Kawin
Agama : Islam
Suku Bangsa : Indonesia
Pendidikan : Sarjana Akuntansi
Bahasa yang Digunakan : Indonesia
Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : Jl. Lagoa Kanal
Sumber Biaya : Umum
Sumber informasi : Keluarga
2. Resume
Tn. V datang kerumah sakit pada tanggal 16 Juni 2020, pasien diantar oleh keluarga ke
IGD dengan keadaan tidak sadarkan diri sebelum masuk rumah sakit keluarga pasien
mengatakan 2hari sebelumnya pasien mengalami demam dan tiba-tiba tidak sadar. Kemudian
pasien dirujuk ke ICU . Hasil pengkajian di ICU pasien soporcoma dengan GCS:
E1M2VET ,terpasang ventilator, RR:38/mnt, TD:140/90MMHG , Heart Rate 160x/mnt, suhu
38,5C, dan SaO2 97% ,pupil miosis(2mm) ,CRT<3detik, ,terdengar ronchi basah, ada
akumulasi secret dimulut dan diselang ET ,lidah tidak turun. Pasien mendapatkan terapi
Brainact/12jam, Alinamin F/12jam, Ranitidine/12jam,dan Infus RL 20TPM. Diagnose medis
pasien stroke hemoragik.
3. Riwayat Keperawatan
A. Riwayat Kesehatan Sekarang
1) Keluhan Utama :
Keluarga mengatakan pasien tidak sadarkan diri saat tiba di IGD sebelum masuk rumah sakit
dan keluarga mengatakan pasien demam..
2) Kronologis Keluhan :
a) Faktor Pencetus : demam
b) Timbulnya Keluhan : mendadak
c) Lamanya : 2hari
d) Upaya Mengatasi : Di bawa ke rumah sakit.
B. Riwayat Kesehatan Masa Lalu
Riwayat Penyakit Sebelumnya (termasuk kecelakaan) : Tidak ada
Riwayat Alergi (obat,makanan, lingkungan) : Tidak ada
Riwayat Pemakaian Obat : Tidak ada
C. Riwayat Kesehatan Keluarga (Genogram dan keterangan tiga generasi dari
klien)
Keterangan :
: Laki- Laki
: Perempuan
: Pasien
: Tinggal serumah
X : Sudah meninggal
D. Penyakit yang pernah diderita oleh anggota keluarga yang menjadi faktor resiko
:
Tidak ada
E. Riwayat Psikososial dan Spritual
1) Adakah orang terdekat dengan klien : Ada, keluarga pasien
2) Interaksi dalam keluarga :
Pola Komunikasi : Dua arah
Pembuatan Keputusan : Keluarga dan perawat
Kegiatan Kemasyarakatan : Tidak ada
1) Dampak penyakit klien terhadap keluarga :
Keluarga tampak cemas.
2) Masalah yang mempengaruhi klien :
Tidak ada
3) Mekanisme koping terhadap stress :
Tidur
4) Persepsi klien terhadap penyakitnya :
a) Hal yang sangat dipikirkan saat ini :
Keluarga pasien mengharapkan agar pasien dapat diselamatkan.
b) Harapan setelah menjalani perawatan :
Keluarga pasien berharap agar pasien cepat sadar.
c) Perubahan yang dirasakan setelah jatuh sakit :
Pasien mengalami soporkoma.
5) Sistem nilai kepercayaan :
a) Nilai – nilai yang bertentangan dengan kesehatan :
Tidak ada
b) Aktivitas agama/kepercayaan yang dilakukan :
Ibadah dan berdoa
6) Kondisi lingkungan rumah (lingkungan rumah yang mempengaruhi
klien saat ini) :
Baik
7) Pola kebiasaan :
HAL YANG DIKAJI POLA KEBIASAAN
Sebelum sakit/
sebelum di RS Di rumah sakit
1. Pola Nutrisi
a. Frekuensi makan : 3x/hari Tidak ada (koma)
b. Nafsu makan : Baik/Tidak Baik Tidak ada (koma)
c. Alasan : (mual,muntah, sariawan) Tidak ada Tidak ada (koma)
2. Pola Eliminasi
a. BAK :
Tidak tentu Tidak ada koma
1) Frekuensi BAK :
Kurang jernih Tidak tentu
2) Warna BAK :
Tidak ada
3) Keluhan : Tidak ada Tidak ada (koma)
4) Penggunaan alat bantu Kateter
(kateter, dll) :
b. BAB : 1x/hari
1) Frekuensi : Tidak tentu Tidak ada (koma)
2) Waktu : Kuning pekat Tidak ada (koma)
3) Warna : Padat Tidak ada (koma)
4) Konsistensi : Tidak ada Tidak ada (koma)
5) Keluhan : Tidak ada Tidak ada (koma)
6) Penggunaan Laxatif : Tidak ada (koma)
ANALISA DATA
Nama Klien / Umur : Ny. K/ 35 Tahun
No. Kamar / Ruang : Anggrek / 2
2. DS:
Keluarga mengatakan dua Gangguan perfusi jaringan Perdarahan
jam sebelum masuk rumah
sakit pasien tiba-tiba tidak serebral intraserebral
sadar, tidak bisa
dibangunkan.
DO:
- Keadaan umum:
soporcoma
- Pupil miosis (2mm)
- GCS E1 M2 VET
- Lidah tidak turun
- CRT <3detik
- RR 38 x/menit, TD
140/90 mmHg, Heart
rate 160x/menit,
suhu 38,5°C
- SaO2 97%
- Pasien diberikan
terapi obat:
- Alinamin F/12 jam
- Ranitidine/12 jam
- RL 20 tpm
3.
- RR 38 x/menit, TD
140/90 mmHg, Heart
rate 160x/menit,
suhu 38,5°C
- GCS E1 M2 VET
DIAGNOSA KEPERAWATAN (Sesuai Prioritas)
CATATAN KEPERAWATAN