Anda di halaman 1dari 18

“ ABLASIO

RETINA”
Kelompok 5 :
Anggi Astuti (191047)
Dela Safika (191053)
Intan Fajriah (191063)
Nesa Eva Julita (191071)
Selvi Diana (191080)
Sultan Hafid (181120)
Tiara Destiana (191085)
Definisi
Ablasio retina adalah suatu keadaan terpisahnya lapisan sensoris retina dari
lapisan epitel pigmen retina.
Ablasio retina terjadi bila ada pemisahan retina neurosensori dari lapisan epitel
berpigmen retina dibawahnya karena retina neurosensori, bagian retina yang
mengandung batang dan kerucut, terkelupas dari epitel berpigmen pemberi nutrisi,
maka sel fotosensitif ini tak mampu melakukan aktivitas fungsi visualnya dan
berakhir hilangnya penglihatan
Etiologi
Ablasio retina sering kali dihubungkan dengan adanya robekan atau tulang pada
retina, sehingga cairan di dalam mata merembes melalui robekan atau lubang pada
retina, sehingga cairan di dalam mata merembes melalui robekan atau lubang tersebut
dan menyebabkan terlepasnya retina dari jaringan di bawahnya
Retina adalah lapisan syaraf yang melapisi dinding mata bagian dalam dan peka
terhadap cahaya. Bagian ini akan menangkap bayangan yang masuk ke mata dan
diteruskan ke bagian otak tertentu kemudian oleh otak diterjemahkan menjadi suatu
benda yang kita lihat.
Klarifikasi
Ablatio Rhegmatogen terjadi setelah terbentuknya tulang atau robekan dalam
retina yang menembus sampai bdan mata masuk ke ruang sub retina. Apabila
cairan terkumpul sedah cukup banyak dapat menyebabkan retina terlepas.
Ablatio oleh karena tarikan, terjadi saat retina mendorong ke luar dari lapisan
epitel oleh ikatan atau sambungan jaringan fibrosa dalam badan kaca.
Ablatio eksudatif, terjadi karena penumpukan cairan dalam ruaang retina akibat
proses peradangan, gabungan dari penyakitnya sistemik atau oleh tumor
intraocular, jika cairan tetap berkumpul, lapisan sensori akan terlepas dari lapisan
epitel pigmen.
Manifestasi Klinis
1) Riwayat melihat benda mengapung atau pendaran cahaya atau keduanya.
2) Floaters dipersepsikan sebagi titik-titik hitam kecil/rumah laba-laba.
3) Pasien akan melihat bayanga berkembang atau tirai bergerak dilapang pandang
ketika retina benar-benar terlepas dari epitel berpigmen.
4) Penurunan tajam pandangan sentral atau hilangnya pandangan sentral
menunjukkan bahwa adanya keterlibatan makula.
Patofisiologi
Ablasio retina idiopatik (regmatogen) terjadinya selalu karena adanya robekan retina
atau lubang retina. Sering terjadi pada miopia, pada usia lanjut, dan pada mata afakia.
Perubahan yang merupakan faktor prediposisi adalah degenerasi retina perifer
(degenerasi kisi-kisi/lattce degeration), pencairan sebagian badan kaca yang tetap
melekat pada daerah retina tertentu, cedera, dan sebaginya.
Perubahan degeneratif retina pada miopia dan usia lanjut juga terjadi di koroid.
Sklerosis dan sumbatan pembuluh darah koroid senil akan menyebabkan berkurangnya
perdarahan ke retina. Hal semacam ini juga bisa terjadi pada miopia karena teregangnya
dan menipipsnya pembuluh darah retina. Perubahan ini terutama terjai di daerah ekuator,
yaitu tempat terjadinya 90% robekan retina. Terjadinya degenerasi retina pada mata
miopia 10 sampai 15 tahun lebih awal daripada mata emetropia. Ablasi retina delapan
kali lebih sering terjadi sampai 4% dari semua mata afakia, yang berarti 100 kali lebih
sering daripada mata fakia.
Terjadinya sineresis dan pencairan badan kaca pada mata miopia satu
dasawarsa lebih awal daripada mata normal. Depolimerisasi menyebabkan
penurunan daya ikat air dari asam hialuron sehingga kerangka badan kaca
mengalami disintegrasi. Akan terjadi pencairan sebagian dan ablasi badan kaca
posterior. Oleh karenanya badan kaca kehilangan konsistensi dan struktur yang
mirip agar-agar, sehingga badan kaca tidak menekan retina pada epitel pigmen lagi.
Dengan gerakan mata yang cepat, badan kaca menarik perlekatan vireoretina.
Perlekatan badan kaca yang kuat biasanya terdapat di daerah sekeliling radang atau
daerah sklerosis degeneratif. Sesudah ekstraksi katarak intrakapsular, gerakan badan
kaca pada gerakan mata bahkan akan lebih kuat lagi. Sekali terjadi robekan retina,
cairan akan menyusup di bawah retina sehingga neuroepitel akan terlepas dari epitel
pigmen dan koroid.
Komplikasi
1)Komplikasi awal setelah perbedaan
 Glaukoma
 Infeksi
 Ablasio koroid
 Kegagalan perekatan retina
 Ablasio retina berulang
2)Komplikasi lanjut
Infeksi
Lepasnya bahan buckling melalui konjungtiva melalui bola mata
Vitreo retinpati provaratif (jaringan perut yang mengenai retina)
Diplopia
Kesalahan refleksi
Astigmatisme
Penatalaksanaan
Tirah baring dan aktivitas dibatasi
Bila kedua mata dibalut, perlu bantuan orang lain untuk mencegah cidera
Jika terdapat gelombang udara di dalam mata, posisi yang dianjurkan harus
dipertahankan sehingga gas mampu memberikan tamponade yang efektif pada
robekan retina
Pasien tidak boleh terbaring terlentang
Dilatasi pupil harus dipertahankan untuk mempermudah pemeriksaan pasca operasi
Prinsip penatalaksanaan dari ablasio retina adalah untuk melepaskan traksi
vitreoretina serta dapat menutup robekan retina yang ada. Penutupan robekan
dilakukan dengan melakukan adhesi korioretina di sekitar robekan melalui diatermi,
krioterapi, atau fotokoagulasi laser. Pembedahan yang sering dilakukan adalah
scleral buckling, pneumatic retinopexy dan intraocular silicone oil tamponade.
Kebanyakan praktisi lebih sering melakukan prosedur scleral buckling. Penempatan
implan diletakkan dalam kantung sklera yang sudah direseksi yang akan
mengeratkan sclera dengan retina.
Pengkajian
ASUHAN KEPERAWATAN
a. Kasus
Ny C berumur 39 tahun datang ke rumah sakit tanggal 19 Oktober 2020 pukul 09.00 WIB
dengan keluhan kedua mata kabur sejak 10 hari yang lalu, tidak dapat melihat dengan jelas
walau jarak deket, terutama mata kiri hanya terlihat bayangan hitam, kilat cahaya tidak
tampak. Sejak 2 tahun yang lalu mata kanan kabur ada bitik putih ditengah-tengah bola mata.
Dari anamnesis dan pemeriksaan yang dilakukan didapatkan keadaan umum klien
komposmentis, kedua mata klien kabur. Pada pemeriksaan visus diperoleh mata kanan
1/300PI BSA dan mata kiri I/300PI NSA. TD= 110/80 mmHg RR= 18X/mnt, Nadi= 80 X/mnt
dan suhu = 36,5 derajat celcius
b. Identitas pasien
Meliputu nama, umur, jenis kelamin, pekerjaan
c. Riwayat penyakit sekarang
Pada pengkajian ini yang perlu dikaji adanya keluhan pada penglihatan seperti
penglihatan kabur, melihat kilatan-kilatan kecil, adanya tirai hitam yang menutupi area
penglihatan, adanya penurunan tajam penglihatan.
d. Riwayat penyakit dahulu
Adakah riwayat penyakit dahulu yang diderita pasien yang berhubungan dengan
timbulnya ablasio retina yaitu adanya miopi tinggi, retinopati, trauma pada mata.
e. Riwayat penyakit keluarga
Adanya anggota keluarga lain yang mengalami penyakit seperti yang dialami pasien
dan miopi tinggi
f. Riwayat psikososial dan spiritual
Bagaimana hubungan pasien dengan anggota keluarga yang lain dan lingkungan sekitar
sebelum maupun sesudah sakit. Apakah pasien mengalami kecemasan, rasa takut,
kegelisahan karena penyakit yang diderita dan bagaimana pasien menggunakan koping
mekanisme untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi
g. Pola –pola fungsi kesehatan
Masalah yangs sering muncul pada pasien dengan postablasio apabila tidak terdapat
komplikasi.
h. Pemeriksaan fisik
Status kesehatan
Bagaimana keadaan penyakit dan tanda-tanda vitalnya
Pemeriksaan mata
Pemeriksaan pada mata dibagi berdasarkan segmen-segmen, yaitu :
1. Pemeriksaan segmen anterior:
2. Pemeriksaan diagnostic
Diagnosa Keperawatan
Pre Operasi
 Gangguan persepsi sensori penglihatan b.d lepasnya retina
 Cemas b.d kurang pengetahuan
 Kurang perawatan diri b.d ketidak berdayaan
Post Operasi
 Nyeri akut b.d luka post operasi
 Resiko infeksi b.d insisi post operasi
 Kurang perawatan b.d ketidakberdayaan
Rencana Keperawatan

No Diagnosa Nic Noc


1. Gangguan persepsi sensori Setelah dilakukan asuhan  Kaji dan catat ketajaman
penglihatan b.d lepasnya keperawatan 3x24 jam klien penglihatan
retina menunjukkan status persepsi sensori  Kaji deskripsi fungsional apa yang
penglihatan dengan kriteria hasil: dapat dilihat/tidak
 Kooperatif dalam tindakan Rasional : memberikan keakuratan
 Menyadari hilangnya penglihatan terhadap penglihatan dan perawatan.
secara permanen  Sesuaikan lingkungan dengan
kemampuan penglihatan
Rasional: meningkatkan self care dan
mengurangi ketergantungan
 Kaji jumlah dan tipe rangsangan
yang dapat diterima klien.
Rasional: meningkatkan rangasangan
pada waktu kemampuan penglihatan
menurun.
No Diagnosa Nic Noc
2. Cemas b.d kurang Setelah dilakukan asuhan keperawatan  Kaji tingkat kecemasan
pengetahuan 3x24 jam klien diharapkan pengetahun Rasional: untuk mengetahui berat ringanya
bertambah dengan kriteria hasil: kecemasan klien
 Klien tidak gelisah  Berikan kesempatan klien untuk
 Klien tenang mengungkapakan perasaannya
 Klien dapat mengtakan tentang proses Rasional: agar klien mempunyai semangat
penyakit, metode pencegahan dan dan mau empati terhadap perawatan dan
instruksi perawatan di rumah pengobatan
 Beri support pada klien
Rasional: agar klien mempunyai semangat
 Berikan dorongan spiritual
Rasional: agar klien kembali menyerahkan
sepenuhnya kepada Tuhan Yang Maha Esa
 Berikan penkes
Rasional: agar klien mengerti sepenuhnya
tentang penyakit yang dialaminya
 Memberikan kepada pasien untuk
menanyakan apa yang tidak diketahui
tentang penyakitnya
Rasional: mengetahui sejauh mana
ketidaktahuan pasien tentang penyakitnya
No Diagnosa Nic Noc

 Kaji ulang proses penyakit dan harapan yang


akan datang
Rasional: memberikan pengetahuan dasar dimana
pasien dapat membuat pilihan berdasarkan informasi

3. Kurang perawatan diri Setelah dilakukan asuhan  Bantu klien melakukan hygiene
b.d ketidak berdayaan keperawatan 3x24 jam diharapkan Rasional: memenuhi perawatan diri klien
perawatan diri pasien terpenuhi  Berikan program perawatan diri klien
dengan kriteria hasil: Rasional: agar perawatan diri klien teratur
 Klien tidak kotor  Kontrol hygiene klien dua kali sehari
 Klien tenang Rasional: mengetahui perawatan diri klien
 Klien merasa nyaman  Berikan penkes tentang personal hygiene
Rasional: agar klien faham pentingnya perawatan
diri
No Diagnosa NIc Noc
4. Nyeri akut b.d luka post Setelah dilakukan asuhan  Kaji skala nyeri
operasi keperawatan 3x24 jam Rasional: mengetahui seberapa nyeri yang dialami
diharapkan nyeri berkurang klien
atau hilang dengan kriteria  Berikan posis rileks pada pasien
hasil : Rasional: agar klien merasa nyaman
 Klien menegatkan nyeri  Ajarkan teknik distraksi dan relaksasi
berkurang/hilang Rasional: menurunkan nyeri klien
 Skala nyeri menurun  Kolaborasi pemberian analgesic
 Klien tampak rileks Rasional: analgesic menghilangkan nyeri

5. Resiko infeksi b.d insisi Setelah dilakukan asuhan  Pemantauan tanda-tanda awal infeksi
post operasi keperawatan 3x24 jam Rasional: mengetahui tanda awal infeksi
diharapkan infeksi tidak  Lakukan rawat luka secara steril
terjadi dengan kriteria hasil: Rasional: mencegah terjadinya infrksi
 Tidak ada tanda-tanda  Oleskan alkohol di sekitar luka post operasi
infeksi Rasional: mencegah terjadinya infeksi
 Leukosit stabil  Berikan antibiotik sesuai advis dokter
Rasional: antibiotik mencegah infeksi

Anda mungkin juga menyukai