Anda di halaman 1dari 9

Nama : Siti Aminah

NIM : A02019068
Prodi : D3 Keperawatan

Tugas 6 Resume Psikofarmaka


A. Pengertian Psikofarmaka
Psikofarmaka adalah obat yang bersifat psikotropik atau psikotropika yang bekeja secara efektif
pada susunan syaraf pusat dan mempunyai efek utama terhadap aktifitas mental dan perilaku,
digunakan untuk terapi gangguan psikiatrik. Menurunya atau meningkatnya kadar konsentrasi
neurotransmitter akan menimbulkan kekacauan atau gangguan mental, sehingga dibutuhkan obat
psikofarmaka efektif untuk mengatur keseimbangan neurotransmitter.
B. Klasifikasi Golongan Psikofarmaka
1. Antipsikotik :
Obat yang dapat menekan fungsi psikis tertentu tanpa mempengruhi fungsi umum seperti
berpikir dan berkelakuan normal. Obat ini meredakan emosi dan agresi dan dapat pula
mengurangi gangguan jiwa seperti impian dan pikiran yang menghayal (halusinasi).
Antipsikotik terbagi menjadi dua kelompok yaitu klasik typis/klasik dan atypis. Kelompok
typis diantaranya chlopromazine, clorprotixen, haloperidol, sernade, dan primozida.
Kemudian kelompok atypis diantaranya sulpirida, olanzapin, respiridon, dan klozapin.
Beberapa penjelasan obat golongan antipsikotik sebagaiberikut :
a. Chlorpromazine
Mekanisme : Menahan kerja reseptor dopamin dalam otak (ganglia dan substansi nigra)
pada sistem limbik dan sistem ekstrapiramidal.
Fungsi : obat untuk menangani gejala psikosis pada skizofrenia. Selain itu, obat ini juga
digunakan dalam pengobatan gangguan bipolar, mual dan muntah, serta cegukan yang
terjadi terus-menerus.
Dosis :
 tablet
Dewasa: 25 mg 3 kali sehari. Dosis perawatan adalah 25–100 mg 3 kali sehari.
Dosis dapat ditingkatkan hingga 1 gram per hari. Untuk lansia, dosis akan di awali
dengan 1/3–1/2 dosis dewasa.
Anak usia 1–12 tahun: 0,5 mg/kgBB, tiap 4–6 jam. Dosis maksimal 75 mg per
hari. Dosis maksimal untuk anak usia >5 tahun adalah 75 mg per hari dan untuk
anak usia 1–5 tahun dosis maksimalnya adalah 40 mg per hari.
 Injeksi :
Dewasa: 25-50 mg, tiap 6-8 jam. Ganti ke bentuk tablet setelah memungkinkan.
Anak usia 1-12 tahun: 500 mcg/kgBB, tiap 4-6 jam. Dosis maksimal adalah 75 mg
per hari.
Anak usia 1-5 tahun: 40 mg per hari.
Lansia: Dosis awal 1/3 - ½ dosis normal dewasa.
Efek samping : pusing, kram otot, sakit kepala, penglihatan kabur, mulut kering, detak
jantung tidak beraturan, sembelit, insomnia, alergi kulit, hiperglikemia, retensi urine,
gerakan ekstrimitas yang tidak disengaja.

b. Haloperidol
Mekanisme : Menahan kerja reseptor dopamin dalam otak (ganglia dan substansi nigra)
pada sistem limbik dan sistem ekstrapiramidal
Fungsi : obat yang berfungsi untuk membantu mengatasi berbagai masalah kejiwaan,
seperti meredakan gejala skizofrenia, sindrom Tourette (mengeluarkan ucapan dan
gerakan secara spontan atau tidak bisa mengontrol), mania (suasana hati yang berubah
tiba-tiba tanpa sebab yang jelas atau gangguan mental), tic disorder (gangguan kejiwaan)
dan masalah psikosis lainnya. 
Dosis :
Skizofrenia: Dewasa 0.5 - 5 mg 2 - 3 kali/hari. Dosis pemeliharaan: 3 - 10 mg/hari.
Sindrom tourete: Dewasa 0,5 - 5 mg 2-3 kali/hari. Dosis Pemeliharaan: 4 mg / hari.
Dosis bisa ditambahkan sesuai dengan kebutuhan pasien, maksimal 30 mg/hari.
Efek samping : terjadi reaksi ekstrapiramidal (hipertonia otot/gemetar), xerostomia
(Mulut kering akibat produksi kelenjar ludah yang berkurang), gangguan pencernaan
(susah buang air besar), berat badan bertambah.
c. Sernade
Mekanisme : menahan kerja reseptor dopamin dalam otak (ganglia dan substansi nigra)
pada sistem limbik dan sistem ekstrapiramidal. Mekanisme kerja obat ini adalah bekerja
secara selektif menghambat serotonin presinaptik (5-HT). Ini juga memiliki efek yang
sangat lemah pada serapan norepinefrin dan dopamin.
Fungsi : untuk depresi, gangguan kompulsif obsesif, Gangguan panik dengan atau tanpa
agorafobia (fobia dengan ketakutan dasar yang berasal dari perasaan terjebak di tempat
umum), gangguan stres pasca trauma, gangguan kecemasan sosial, Gangguan dysphoric
pramenstruasi (gangguan mood yang disebabkan oleh hormon).
Dosis :
Dewasa: Dosis awal: 50 mg setiap hari, dapat ditingkatkan dengan peningkatan 50 mg
pada interval minggu. Maksimal: 200 mg setiap hari.
Anak Usia 6-12 tahun: Dosis awal: 25 mg 1 x sehari
Anak Usia13-17 tahun: Dosis awal: 50 mg 1 x sehari. Dosis dapat ditingkatkan pada
interval minimal 1 minggu. Maksimal: 200 mg setiap hari.
Dewasa: Dosis awal: 25 mg setiap hari, dosis ditingkatkan menjadi 50 mg setiap hari
setelah minggu. Dapat ditingkatkan hingga 50 mg secara bertahap setiap minggu.
Maksimal: 200 mg setiap hari.
Efek samping : hepatitis, hipertensi, kolestrol naik, diabetes melitus, takikardia,
amnesia. kesemutan, hipotiroidisme.
2. Antidepresan
Antidepresan digunakan untuk mengobati gangguan depresi, obsesifkomplusif, gangguan
ansietas menyeluruh, gangguan panik, dan gangguan fobik. Antidepresan terdiri atas
kelompok klasik (trisiklik dan tetrasikilik), golongan ke dua (SSRI dan NaSA), golongan
MAOI. Berikut obat golongan antidepresan :
Golongan trisiklik : impiramin, klomipramin, amitriptilin.
a. Impiramin
Mekanisme : meningkatkan sensivitas terhadap aminergik dan neurotransmitter.
Fungsi : untuk mengatasi depresi.
Dosis : 25-50 mg 3x sehari bila perlu dinaikkan sampai maksimum 250-300 mg sehari.
Efek samping : demam, radang tenggorokan, sulit buang air kecil, mudah memar,
kejang, mati rasa, gangguan penglihatan.
b. Klomipiramin
Mekanisme : meningkatkan kadar serotonin pada otak yang berperan mengatur
suasana hati.
Fungsi : mengatasi depresi, gangguan obsesikomplusif, dan cataplexy (kondisi tidak
dapat mengendalikan gerakan otot)
Dosis : 10 mg dapat ditingkatkan sampai dengan maksimum dosis 250 mg sehari.
Efek samping : kantuk, mual, sakit kepala, hidung tersumbat, penurunan gairah
seksual, mulut kering, diare atau konstipasi.
c. Amitriptilin
Mekanisme : menjaga keseimbangan zat kimia khusus pada neurotransmitter
Fungsi : mengatasi depresi dan gangguan kecemasan.
Dosis :
 Dewasa
Dosis awal: 25 mg, 2 kali sehari. Dosis dapat ditingkatkan secara bertahap sebanyak
25 mg setiap satu hari.
Dosis perawatan: 40–100 mg per hari.
Dosis maksimal: 150 mg per hari.
 Anak-anak usia di atas 12 tahun

10 mg, 3 kali sehari atau 20 mg, 1 kali sehari sebelum tidur.


 Lansia

10–25 mg, 3 kali sehari atau 20 mg, 1 kali sehari sebelum tidur.

Efek samping : kantuk, mual, sakit kepala, hidung tersumbat, penurunan gairah
seksual, mulut kering, diare atau konstipasi.

Golongan ke dua (SSRI dan NaSA) : fluoxetin, citalopram, setralin.

a. Fluoxetin
Mekanisme : obat golongan SSRI yang bekerja dengan meningkatan zat serotonin
otak
Fungsi : mengatasi gangguan depresi, obsesifkomplusif, sindrom disforik
pramenstruasi.
Dosis : 20 mg sehari pada pagi hari, maksimum 80 mg/hari dalam dosis tunggai atau
terbagi.
Efek samping : kantuk, mual, sakit kepala, hidung tersumbat, penurunan gairah
seksual, mulut kering, diare atau konstipasi.
b. Citalopram
Mekanisme : obat golongan SSRI yang bekerja dengan meningkatan zat serotonin
otak
Fungsi : mengatasi gangguan depresi, obsesifkomplusif, sindrom disforik
pramenstruasi.
Dosis : 20 mg/hari, maksimum 60 mg /hari.
Efek samping : kantuk, mual, sakit kepala, hidung tersumbat, penurunan gairah
seksual, mulut kering, diare atau konstipasi.
c. Setralin
Mekanisme : obat golongan SSRI yang bekerja dengan meningkatan zat serotonin
otak
Fungsi : mengatasi gangguan depresi, obsesifkomplusif.
Dosis : 20 mg/hari, maksimum 60 mg /hari.
Efek samping : kantuk, mual, sakit kepala, hidung tersumbat, penurunan gairah
seksual, mulut kering, diare atau konstipasi, insomnia.

Golongan MAOI : isocarboxacid, phenelzine.


a. Isocarboxacid
Mekanisme : menghambat kinerja senyawa noradrenalin dan serotonin untuk
mencegah timbulnya gejala-gejala depresi.
Fungsi : mengobati gejala depresi yang belum tertolong dengan obat lain.
Dosis
Dosis dewasa awal, 30 mg per hari dalam dosis tunggal atau terbagi, sampai terjadi
perbaikan. Tingkatkan bila perlu setelah 4 minggu hingga 60 mg per hari selama 4-6
minggu. 
Setelah respons diperoleh, dapat dikurangi secara bertahap menjadi pemeliharaan 10-
20 mg setiap hari, dan hingga 40 mg setiap hari mungkin diperlukan dalam beberapa
kasus.
Dosis lansia 5-10 mg setiap hari
Efek samping : pusing, sakit kepala, sembelit, mulut kering, keringat dingin, sulit
BAK, matirasa.
b. Phenelzine
Mekanisme : menghambat kinerja senyawa noradrenalin dan serotonin untuk
mencegah timbulnya gejala-gejala depresi.
Fungsi : mengobati gejala depresi yang belum tertolong dengan obat lain
Dosis :
Dosis awal: 15 mg oral 3 kali sehari.
Dosis aturan: Dosis harus ditingkatkan sampai setidaknya 60 mg per hari dan dalam
beberapa kasus 90 mg per hari akan dibutuhkan untuk mencapai hambatan Mao
secukupnya. Setelah manfaat maksimal telah tercapai, dosis boleh dikurangi perlahan
dalam beberapa minggu sebanyak 15 mg per hari atau setiap hari lainnya
Efek samping : pusing, insomnia, lemas dan mengantuk.

3. Antiparkinson
Antiparkinson adalah obat-obatan yang dapat mengurangi efek penyakit parkinson.
Pengertian penyakit parkinson atau penyakit gemetaran yang ditandai dengan gejala
tremor, kaku otot atau kekakuan anggota gerak, gangguan gaya berjalan (setapak demi
setapak) bahkan dapat terjadi gangguan persepsi dan daya ingat merupakan penyakit yang
tejadi akibat proses degenerasi yang progresif dari sel-sel otak (substansia nigra) sehingga
menyebabkan terjadinya defisiensi neurotransmiter yaitu dopamine.
a. Triheksifenidil
Mekanisme : bekerja dengan cara menghambat zat alami asetilkolin
Fungsi :. mengatasi gejala parkinson ekstrapiramidal akibat penggunaan obat
antipsikotik., membantu mengurangi kekakuan otot dan mengontrol fungsi otot, serta
membantu meningkatkan kemampuan berjalan pada penderita Parkinson.
Dosis : 1 mg per hari. Dosis bisa ditambahkan sebanyak 2 mg tiap 3–5 hari, hingga
mencapai dosis 6–10 mg per hari.
Efek samping : konstipasi, mulut kering, mual muntah, sakit kepala, lemas dan
mengantuk.
b. Levodopa
Mekanisme : mengembalikan kadar dopamine, karena levodopa dipecah menjadi
dopamine di dalam otak manusia.
Fungsi : untuk menangani gejala parkinson.
Dosis : dosis awal 125 mg dua kali sehari. Setelah itu dosis dapat ditingkatkan setiap 3-
7 hari. Dosis maksimum 8 g per hari
Efek samping : mual, muntah, pusing, selera makan turun, kesemutan, insomnia, sakit
kepala.
c. Biperiden
Mekanisme : mengembalikan kadar dopamine, karena levodopa dipecah menjadi
dopamine di dalam otak manusia.
Fungsi : mengatasi gejala parkinson
Dosis : 2 mg diminum 3-4 kali sehari, dosis dapat dititrasi hingga maksimum 16 mg per
24 jam
Efek samping : mulut kering, pandangan kabur, rasa kantuk, euphoria atau
disorientasi, retensi urin, pusing saat berdiri, konstipasi, agitasi, perilaku yang
terganggu.

4. Antianxietas
a. Bezodiasepin
Mekanisme : bekerja dengan cara meningkatkan aktivitas gamma-aminobutyric
acid (GABA). GABA merupakan neurotransmitter yang berfungsi untuk mengurangi
keaktifan dari sel saraf yang ada di otak, sehingga menimbulkan efek lebih tenang.
Fungsi : pengobatan gangguan kecemasan, serangan panik, kaku otot, insomnia,
kejang, status epileptikus, atau sindrom putus alkohol. Obat ini juga sering digunakan
sebagai obat penenang sebelum operasi.
Dosis : Dewasa: 30 mg per hari, yang dibagi menjadi beberapa dosis. Untuk gangguan
kecemasan serius, dosis maksimal adalah 100 mg per hari.
Efek samping : menimbulkan kantuk, kebingungan, sakit kepala dan pusing, gemetar,
penglihatan kabur, gangguan keseimbangan tubuh.

b. Barbiturat (phenobarbital)
Mekanisme : menurun ambang stimulasi sel saraf di korteks motorik sehingga terjadi
hambatan penyebaran aktivitas listrik (lepas muatan) dari fokus aktivitas epilepsi di
otak. Fenobarbital bekerja pada reseptor GABA sehingga menyebabkan peningkatkan
inhibisi sinaptik.
Fungsi :obat untuk mengontrol dan meredakan kejang, yang salah satunya adalah
akibat epilepsi.
Dosis :
 Dewasa: 1–3 mg/kgBB tablet atau suntikan IV, 1–2 kali sehari.

 Anak-anak usia >12 tahun: 1–3 mg/kgBB obat minum atau suntikan IV, 1–2 kali
sehari.
 Anak-anak usia 6–12 tahun: 4-6 mg/kgBB obat minum atau suntikan IV, 1–2 kali
sehari.
 Anak-anak usia 1–5 tahun: 6–8 mg/kgBB obat minum atau suntikan IV, 1–2 kali
sehari.
 Bayi: 5–6 mg/kbBB obat minum atau melalui suntikan IV, 1–2 kali sehari.
 Neonatus (<28 hari): 1–3 mg/kgBB obat minum atau suntikan IV, 1–2 kali sehari.

Efek samping : pusing, ngantuk, sakit kepala, mual dan muntah, nafsu makan hilang,
sensitif atau mudah marah, merasa lelah.
5. Antiinsomnia
a. Triazolam
Mekanisme : memengaruhi zat kimia yang ada di otak sehingga menurunkan
rangsangan pada sel-sel saraf. Kerja obat ini akan membantu penderita insomnia
untuk tidur lebih cepat, tidur lebih lama, dan memiliki kualitas tidur yang lebih baik.
Obat ini hanya boleh digunakan dalam jangka pendek.
Fungsi :obat yang digunakan untuk mengobati masalah tidur (insomnia). Obat ini
dapat membantu Anda tertidur lebih cepat, lebih lama, dan mengurangi frekuensi
terbangun di malam hari sehingga Anda mendapat istirahat yang cukup di malam
hari. 
Dosis :
Dosis untuk Insomnia Pada Orang Dewasa
Dosis awal: 0.25 mg oral pada waktu tidur
Dosis perawatan: 0.125 – 0.25 mg oral pada waktu tidur
Dosis maksimal: 0.5 mg oral pada waktu tidur
Durasi: 7 – 10 hari
Dosis untuk Insomnia Pada Lansia
Initial dose: 0.125 mg oral pada waktu tidur
Dosis perawatan: 0.125 – 0.25 mg oral pada waktu tidur
Dosis maksimal: 0.25 mg oral pada waktu tidur
Durasi: 7 – 10 hari
Efek samping : mati rasa, sakit kepala, pusing, lelah, perubahan periode mens.
b. Zolpidem
Mekanisme : memengaruhi zat kimia yang ada di otak sehingga menurunkan
rangsangan pada sel-sel saraf. Kerja obat ini akan membantu penderita insomnia
untuk tidur lebih cepat, tidur lebih lama, dan memiliki kualitas tidur yang lebih baik.
Obat ini hanya boleh digunakan dalam jangka pendek.
Fungsi : obat untuk menangani insomnia, , yaitu gangguan tidur yang menyebabkan
penderitanya sulit memulai tidur, sering terbangun saat tidur, atau bangun terlalu
cepat dan tidak bisa tidur kembali. 
Dosis :
Bentuk tablet pelepasan cepat (immediate release)
 Dewasa: 5–10 mg dikonsumsi tepat sebelum tidur. Dosis maksimal 10 mg per
hari. Lama pengobatan maksimal 4 minggu.
 Lansia: 5 mg dikonsumsi tepat sebelum tidur. Lama pengobatan maksimal 4
minggu.
Bentuk tablet pelepasan lambat (extended release)

 Dewasa: 6,25–12,5 mg tepat sebelum tidur. Dosis maksimal 12,5 mg per hari.


Lama pengobatan maksimal 4 minggu.
 Lansia: 6,25 mg tepat sebelum tidur. Lama pengobatan maksimal 4 minggu.

Efek samping : ngantuk, pusing, lemas, diare, mimpi buruk, nyeri punggung.
6. Obat obsesif komplusif
Clomipiramin
Mekanisme : bekerja dengan cara meningkatkan kadar
serotonin. Serotonin merupakan salah satu zat kimia alami di otak yang berperan
mengatur suasana hati. Dengan meningkatnya kadar serotonin, suasana hati dan
perilaku akan lebih terkontrol. 
Fungsi : obat untuk menangani depresi, gangguan obsesif kompulsif, atau fobia.
Dosis :
Dewasa: Dosis awal 25 mg per hari, dosis dapat ditingkatkan hingga 100–150 mg
dalam 2 minggu.
Lansia: Dosis awal 10 mg.
Efek samping : ngantuk, diare, konstipasi, mual dan muntah, sakit kepala, selera
makan turun.
7. Anti mania
Litium carbonat
Mekanisme : menghambat pelepasan serotonim, mengurangi sensifitas reseptor
dopamin.
Fungsi : digunakan untuk mengendalikan suasana hati atau mood. Obat pengendali mood
ini digunakan sebagai pengobatan jangka panjang pada kondisi-kondisi seperti gangguan
bipolar, depresi tingkat berat, atau episode mania.
Dosis :
Dosis disesuaikan untuk mencapai kadar plasma litium 0,4-1,0 mmol/liter 12 jam setelah
penggunan satu dosis pada hari keempat dan ketujuh, kemudian setiap minggu pada dosis
konstan selama 4 minggu, selanjutnya setiap 3 bulan; pada awalnya dosis terbagi
sepanjang hari, tetapi penggunaan perhari lebih disukai yaitu saat kadar plasmalitium
distabilkanTerapi dan propilaktik dosis awal 0,4-1,2 gr hari dalam dosis tunggal atau
dalam dua dosis bagi (LANSIA dan pasien dengan berat badan kurang dari 50 kg, 400
mg/hari). ANAK: tidak dianjurkan.
Efek samping :
gangguan saluran cerna, tremor halus, poliuria dan polidipsia; bobot badan meningkat
dan edema (dapat memberikan respons pada pengurangan dosis). Tanda-tanda terjadinya
keracunan litium adalah penglihatan kabur, meningkatnya gangguan cerna (anoreksia,
muntah, diare), lemah otot, meningkatnya ganguan pada SSP (rasa kantuk dan ?
luggishness?ringan yang kemudian meningkat menjadi pusing/gamang dengan disertai
ataksia, tremor kasar, tidak ada koordinasi, disartria). Pada keadaan tersebut pengobatan
harus dihentikan. 

Anda mungkin juga menyukai