OLEH
WISNU (18.321.2900)
Mengetahui
Mahasiswa
Pembimbing Akademik (CT)
a. Respon Adaptif
Respon adaprif adalah respon yang dapat diterima norma-norma sosial budaya yang berlaku.
Dengan kata lain, individu tersebut dalam batas normal jika menghadapi suatu masalah akan
dapat memecahkan masalah tersebut, respon adaptif (Mukripah Damaiyanti, 2012: hal 96):
1) Pikiran logis adalah pandangan yang mengarah pada kenyataan
3) Emosi konsisten dengan pengalaman yaitu perasaan yang timbul dari pengalaman
4) Perilaku sosial adalah sikap dan tingkah laku yang masih dalam batas kewajaran
5) Hubungan sosial adalah proses suatu interaksi dengan orang lain dan lingkungan
b. Respon Maladaptif
1) Kelainan pikiran adalah keyakinan yang secara kokoh dipertahankan walaupun tidak
diyakini oleh orang lain dan bertentangan dengan kenyataan sosial
2) Perilaku kekerasan merupakan status rentang emosi dan ungkapan kemarahan yang
dimanifestasiakn dalam bentuk fisik
3) Kerusakan proses emosi adalah perubahan status yang timbul dari hati
4) Perilaku tidak terorganisir merupakan suatu perilaku yang tidak teratur (Mukripah
Damaiyanti, 2012: hal 97).
E. Penatalaksanaan
a. Farmakoterapi
Pasien dengan ekspresi marah perlu perawatan dan pengobatan mempunyai dosis
efektif tinggi contohnya: clorpromazine HCL yang berguna untuk mengendalikan
psikomotornya. Bila tidak ada dapat bergunakan dosis efektif rendah. Contohnya
trifluoperasineestelasine, bila tidak ada juga maka dapat digunakan transquilizer bukan obat
anti psikotik seperti neuroleptika, tetapi meskipun demikian keduanya mempunyai efek anti
tegang,anti cemas,dan anti agitasi (Eko Prabowo, 2014: hal 145).
b. Terapi okupasi
Terapi ini sering diterjemahkan dengan terapi kerja terapi ini buka pemberian
pekerjaan atau kegiatan itu sebagai media untuk melakukan kegiatan dan mengembalikan
kemampuan berkomunikasi, karena itu dalam terapi ini tidak harus diberikan pekerjaan
tetapi segala bentuk kegiatan seperti membaca koran, main catur dapat pula dijadikan media
yang penting setelah mereka melakukan kegiatan itu diajak berdialog atau berdiskusi tentang
pengalaman dan arti kegiatan uityu bagi dirinya. Terapi ni merupakan langkah awal yang
harus dilakukan oleh petugas terhadap rehabilitasi setelah dilakukannya seleksi dan
ditentukan program kegiatannya (Eko Prabowo, 2014: hal 145).
c. Peran serta keluarga
Keluarga merupakan sistem pendukung utama yang memberikan perawatan langsung
pada setiap keadaan (sehat-sakit) pasien. Perawat membantu keluarga agar dapat melakukan
lima tugas kesehatan, yaitu mengenal masalah kesehatan, membuat keputusan tindakan
kesehatan, memberi perawatan pada anggota keluarga, menciptakan lingkungan keluarga
yang sehat, dan menggunakan sumber yang ada pada masyarakat. Keluarga yang
mempunyai kemampuan mengtasi masalah akan dapat mencegah perilaku maladaptif
(pencegahan primer), menanggulangi perilaku maladaptif (pencegahan skunder) dan
memulihkan perilaku maladaptif ke perilakuadaptif (pencegahan tersier) sehinnga derajat
kesehatan pasien dan keluarga dapat ditingkatkan secara optimal (Eko Prabowo, 2014: hal
145).
d. Terapi somatik
Menurut depkes RI 2000 hal 230 menerangkan bahwa terapi somatic terapi yang
diberikan kepada pasien dengan gangguan jiwa dengan tujuan mengubah perilaku yang mal
adaftif menjadi perilaku adaftif dengan melakukan tindakan yang ditunjukkan pada kondisi
fisik pasien,terapi adalah perilaku pasien (Eko Prabowo, 2014: hal 146).
e. Terapi kejang listrik
Terapi kejang listrik atau electronic convulsive therapy (ECT) adalah bentuk terapi
kepada pasien dengan menimbulkan kejang grand mall dengan mengalirkan arus listrik
melalui elektroda yang menangani skizofrenia membutuhkan 20-30 kali terapi biasanya
dilaksanakan adalah setiap 2-3 hari sekali (seminggu 2 kali) (Eko Prabowo, 2014: hal 146).
IV. Pohon Masalah
Halusinasi Causa
d. Faktor Presipitasi
Stressor yang mencetuskan perilaku kekerasan bagi setiap individu bersifat unik. Stressor
tersebut dapat disebabkan dari luar (serangan fisik, kehilangan, kematian dan lain-lain) maupun
dalam (putus hubungan dengan orang yang berarti, kehilangan rasa cinta, takut terhadap penyakit
fisik, dan lain-lain). Selain itu lingkungan yang terlalu ribut, padat, kritikan yang mengarah pada
penghinaan, tindakan kekerasan dapat memicu perilaku kekerasan (Dermawan, Deden, dkk,
2013).
e. Aspek Fisik/Biologis
Hasil pengukuran tanda-tanda vital (TD, Nadi, Suhu, Pernafasan, TB, BB) dan keluhan fisik
yang dialami oleh klien.
f. Konsep Diri
- Gambaran Diri: Klien biasanya merasa tidak ada yang ia sukai lagi dari dirinya.
- Identitas: Tanyakan pada klien apakah dia sudah, menikah atau belom, kalau sudah menikah
apakah sudah memiliki anakn
- Peran Diri: Tanyakan pada klien apakah klien seorang kepala keluarga, ibu/ ibu rumah tangga
atau sebagai anak dari berapa bersaudara
- Ideal Diri: Klien menyatakan bahwa kalau nanti sudah pulang/sembuh klien akan melakukan
apa untuk hidupnya selanjutnya, apakah lebih bersemangat atau membuat lembaran baru.
- Harga Diri: Tanyakan apakah Klien Agresif, bermusuhan, implisif, depresi dan jarang
berinteraksi dengan orang lain.
g. Hubungan Sosial
Tanyakan Menurut klien orang yang paling dekat dengannya siapa ,ataukah teman sekamar yg
satu agama. Apakah Klien adalah orang yang kurang perduli dengan lingkungannya atau sangat
peduli dengan lingkugannya, apakah klien sering diam, menyendiri, murung dan tak bergairah
,apakah klien merupakan orang yg jarang berkomunikasi dan slalu bermusuhan dengan teman
yang lain, ataukah sangat sensitive.
h. Spiritual
- Nilai dan keyakinan: Tanyakan apakah pasien percayaakan adanya Tuhan atau dia sering
mempersalahkan Tuhan atas hal yang menimpanya.
- Kegiatan ibadah: Tanyakan apakah Klien sering,selalu atau jarang beribadah dan
mendekatkan diri kepada Tuhan.
i. Status Mental
- Penampilan: pada penampilan fisik: Tidak rapi, mandi dan berpakaian harus di suruh, rambut
tidak pernah tersisir rapi dan sedikit bau, Perubahan kehilangan fungsi, tak berdaya seperti
tidak intrest, kurang mendengarkan.
- Pembicaraan: Klien hanya mau bicara bila ditanya oleh perawat, jawaban yang diberikan
pendek, afek datar, lambat dengan suara yang pelan, tanpa kontak mata dengan lawan bicara
kadang tajam, terkadang terjadi blocking.
- Aktivitas Motorik: Klien lebih banyak murung dan tak bergairah, serta malas melakukan
aktivitas
- Interaksi selama wawancara: Kontak mata kurang, afek datar, klien jarang memandang lawan
bicara saat berkomunikasi.
- Memori Klien kesulitan dalam berfikir rasional, penurunan kognitif.
j. Kebutuhan Persiapan Pulang
- Kemampuan makan klien dan menyiapkan serta merapikan lat makan kembali.
- Kemampuan BAB, BAK, menggunakan dan membersihkan WC serta membersihkan dan
merapikan pakaian.
- Mandi dan cara berpakaian klien tampak rapi.
- Istirahat tidur kilien, aktivitas didalam dan diluar rumah.
- Pantau penggunaan obat dan tanyakan reaksinya setelah diminum
VI. Diagnosa Keperawatan
1. Prilaku kekerasan
2. Resiko mencederai diri sendiri, oramg lain dan lingkungan
3. Harga diri rendah
4. Koping individu tidak efektif
5. Halusinasi
menyelesaikan masalah
atau tidak
PENGKAJIAN KEPERAWATAN
KESEHATAN JIWA
1. IDENTITAS KLIEN
Nama : (L) Tn.A Tanggal Dirawat :4. 16
Umur : 30 tahun Tanggal Januari
3. 17
Alamat : Jagapati Pengkajian : Januari
2. M
Pendidikan : SMA Ruang Rawat
:
Agama : Hindu
Status : Belum menikah
Pekerjaan : Wiraswasta
JenisKel. : Laki-laki
No RM : 2985xxxx
2. ALASAN MASUK
a. Data Primer
Keluarga pasien mengatakan pasien sering mengamuk, berkata kasar dan mengancam
orang disekitarnya sebelum dibawa ke RSJ
b. Data Sekunder
Menurut hasil pengkajian pasien sering berteriak, kontak mata tajam, sering memukul meja
dan sesekali menghembuskan nafas panjang. Penampilan pasien juga terlihat kotor dan
tidak rapi, keluarga pasien mengatakan sulit untuk membujuknya untuk membersihkan diri.
6. PEMERIKSAAAN FISIK
Tanggal : 17 Januari 2021
1. Keadaan umum :
komposmestis
2. Tanda vital:
TD: 110/80mm/Hg
N:72x/m
S: 36oC
P: 20 x/m
3. Ukur: BB 61kg TB 173cm
Turun
Naik
4. Keluhan fisik:
Nyeri : Ringan (1,2,3),Sedang(4,5,6), Berat terkontrol (7 8 9),
Berat tidak terkontrol (10) (Standar JCI) Ya :
P=
Q=
R=
S=
T=
Tidak
Keluhan
lain Tidak
ada keluhan
Jelaskan:
-
Masalah / DiagnosaKeperawatan :
Tidak ada
Keterangan: = Menikah
= Laki-laki
= Tinggal 1 rumah
= Perempuan
= Pasien
Keterangan Gambar :
Pasien adalah anak tunggal. Ayah dan ibu pasien menikah dan tinggal 1 rumah dengan
pasien. Pasien dikenal ramah dan baik sebelum mengalami gangguan jiwa
Masalah / DiagnosaKeperawatan :
Tidak ada masalah
2. Hubungan sosial
a. Orang yang berarti/terdekat:
Pasien mengatakan memiliki keluarga dan orang tua yang mendukungnya
b. Peran serta dalam kegiatan kelompok/masyarakat:
Pasien mengatakan jarang mengikuti kegiatan social karena malu dengan kondisinya
c. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain:
pasien tampak tidak memiliki hambatan dalam berkomunikasi pasien dapat dengan
baik berinteraksi dengan orang lain.
3. Spiritual
a. Nilai dan keyakinan
Pasien mengatakan percaya dengan Tuhan dan sering berdoa
b. Kegiatan ibadah
Pasien mengatakan sering berdoa/sembahyang 1x sehari
7. STATUS MENTAL
1. Penampilan
Tidak rapi
Penggunaan pakaian tidak sesuai
Cara berpakaian tidak sesuai fungsinya Jelaskan:
Masalah / DiagnosaKeperawatan :
Defisit Perawatan diri
2. Pembicaraan
Cepat
Keras
Gagap
Apatis
Lambat
Membisu
Tidakmampu memulai pembicaraan
Lain-lain………..
Jelaskan: pasien berkata dengan cepat dan agak keras
Masalah / DiagnosaKeperawatan :
Perilaku kekerasan
3. Aktifitasmotorik/Psikomoto
r Kelambatan :
Hipokinesia,hipoaktifitas
Katalepsi
Sub stupor katatonik
Fleksibilitasserea
Jelaskan:
Reaksi terhadap lingkungan sangat kurang
Peningkatan :
Hiperkinesia,hiperaktifitas Grimace
Gagap Otomatisma
Stereotipi Negativisme
Gaduh Gelisah Katatonik Reaksikonversi
Mannarism Tremor
Katapleksi Verbigerasi
Tik Berjalankaku/rigid
Ekhopraxia Kompulsif :sebutkan
Command automatism …………
Jelaskan:
Masalah / DiagnosaKeperawatan :
Isolasi sosial
4. Afek dan Emosi
Pertanyaan :
- Bagaimana perasaan anda akhir akhir ini ?
- Jika tidak ada respon, lanjutkan dengan pertanyaan : Bagaimana perasaan anda senang
apa sedih?
- Jika pasien tampak sedih, tanyakan : bagaimana sedihnya? Dapatkah anda
menceritakannya?
- Jika pasien menunjukkan gambaran depresi , lanjutkan dengan pertanyaan:
- Bagaimana dengan masa depanmu?Apakah anda benar benar tidak punya harapan?
- Jika “ya” Lanjutkan dengan : Bukankah hidup ini berharga?
- Lanjutkan dengan pertanyaan : adalah keininginan untuk melukai
sesuatu?
a. Afek
Adekuat
Tumpul
Dangkal/datar
Inadekuat
Labil
Ambivalensi
Jelaskan: saat di berikan pertanyaan pasien tampak ekspresi perasaan sering
berubah-ubah kadang marah dan diam
Masalah / DiagnosaKeperawatan :
b. Emosi
MerasaKesepian
Apatis
Marah
Anhedonia
Eforia
Cemas (ringan,sedang,berat,panic)
Sedih
Depresi
Keinginan bunuh diri
Jelaskan: Emosi pasien yang dirasakan saat ini ingin marah, sedih dan
merasa deperesi akibat penolakan yang terjadi dengan dirinya.
Masalah / DiagnosaKeperawatan : prilaku kekerasan
5. Interaksi selama wawancara
Bermusuhan
Tidakkooperatif
Mudahtersinggung
Kontakmatakurang
Defensif
Curiga
Ilusi
Ada
Tidak ada
Depersonalisasi
Ada
Tidak ada
Derealisasi
Ada
Tidak ada
Jelaskan: -
Masalah / DiagnosaKeperawatan :-
c. Pernahkah anda percaya bahwa seseorang sedang membaca pikiran anda atau
bisa mendengar pikiran anda atau bahkan anda bisa membaca atau mendengar
apa yang sedang dipikirkan oleh orang lain ?
d. Pernahkah anda percaya bahwa seseorang sedang memata matai anda, atau
seseorang telah berkomplot melawan anda atau menciderai anda ?
e. Apakah keluarga atau teman anda pernah menganggap keyakinan anda aneh
atu tidak lazim ?
Arus Pikir :
Koheren
Inkoheren
Sirkumstansial
Neologisme Tangensial
Logorea
Kehilangan asosiasi
Bicaralambat
Flight of idea
Bicaracepat
Irrelevansi
Main kata-kata
Blocking
Pengulangan Pembicaraan/perseverasi
Afasia
Asosiasibunyi Jelaskan: arus piker pasien saat berbicara cepat
Masalah / DiagnosaKeperawatan :-
Isi Pikir
Obsesif
Ekstasi
Fantasi
Alienasi
PikiranBunuhDiri
Preokupasi
PikiranIsolasisosial
Ide yang terkait
PikiranRendahdiri
Pesimisme
Pikiranmagis
Pikirancuriga
Fobia,sebutkan………….. Waham:
Agama
Somatik/hipokondria
Kebesaran
Kejar / curiga
Nihilistik
Dosa Sisippikir
Siar pikir
Kontrolpikir Jelaskan:
Pikiran pasien saat ini rendah diri dikarenakan takut mengalami penolakan dan
berujung tidak bisa mengontrol diri dan membuatnya marah
Masalah/DiagnosaKeperawatan:
Harga diri rendah.
Gangguan proses pikir : ........................... (jelaskan) Lain-lain,
jelaskan..........
8. Kesadaran
Menurun:
Compos mentis
Sopor
Apatis/sedasi
Subkoma
Somnolensia
Koma
Meninggi
Hipnosa
Disosiasi: ……………….
Gangguanperhatian
Jelaskan:
Masalah / DiagnosaKeperawatan :
9. Orientasi
Waktu
Tempat
Orang
Jelaskan: Pasien mampu menjawab ketika ditanya waktu saat ini, tempat
dirawat dan menyebutkan nama orang lain.
Masalah / DiagnosaKeperawatan: Tidak ada masalah
10. Memori
Gangguan daya ingat jangka panjang ( > 1 bulan)
Gangguan daya ingat jangka pendek ( 1 hari – 1 bulan)
Gangguan daya ingat saat ini ( < 24 jam)
Amnesia Paramnesia:
Konfabulasi
Dejavu
Jamaisvu
Fause reconnaissance hiperamnesia
Jelaskan: pasien tidak memiliki gangguan tentang daya ingatnya pasien masih
mengingat semua hal yang terjadi pada dahulu dan sekarang
Masalah / DiagnosaKeperawatan :
Tidak ada masalah
Masalah/DiagnosaKeperawatan :
Gangguan proses pikir :............... (jelaskan)
8. KEBUTUHAN PERSIAPAN PULANG
1. Makan
Mandiri
Bantuan Minial
Bantuan total
Jelaskan:
Diharapkan pasien dapat makan mandiri tampa bantuan orang dalam memenuhi
kebutuhan nutrisi pasien. Pasien dapat memilih makanan yang disukai dan tidak
suka. Pasien dapat mencuci alat makan setelah digunakan.
Masalah / DiagnosaKeperawatan :
-
2. BAB/BAK
Mandiri
Bantuan minimal
Bantuan total
Jelaskan:
Diharapkan pasien dapat melakukan BAK/BAB Mandiri tampa bantuan orang
lain. Dimana pasien dapat menggunakan dan membersihkan wc. Mampu
membersihkan diri dan merapikan pakian setelah BAK/BAB.
Masalah/DiagnosaKeperawatan:
-
3. Mandi
Mandiri
Bantuan minimal
Bantuan total
4. sikat gigi
Mandiri
Bantuan minimal
Bantuan total
5. keramas
Mandiri
Bantuan minimal Bantuan total
Jelaskan :
Diharapkan pasien mampu mandi, sikat gigi dan keramas secara mandiri
Dimana pasien mampu dan menerapkan cara mandi, sikat gigi dan keramas
dengan benar. Tubuh pasien tampak bersih dan wangi.
Masalah / DiagnosaKeperawatan :
-
6. Berpakaian/berhias
Mandiri
Bantuan Minimal
Bantuan total
Jelaskan :
pasien dapat memakai pakian secara mandiri, pakian pasien tampak rapi dan
bersih. Pasien mampu berganti pakian 1 kali sehari dan memilih pakian yang ingin
digunakan.
Masalah / DiagnosaKeperawatan :
-
7. Istirahatdantidur
- Tidur Siang, Lama : 13:00 s/d 14:00 Wita
- TidurMalam, Lama : 08:00 s/d 06:00 Wita
Aktifitas sebelum/sesudah tidur : -
Jelaskan : -
Masalah / DiagnosaKeperawatan :
Tidak ada masalah
8. Penggunaan obat
Bantuan Minimal
Bantuan total
Jelaskan:
Pasien dalam penggunaan obat dibantu dengan keluarga agar obat yang
didapatkan semuanya diminum sesui dengan jadwal oleh pasien.
Masalah / DiagnosaKeperawatan :
-
9. Pemeliharaan kesehatan
Ya Tidak
PerawatanLanjutan
Sistem pendukung Tidak
Keluarga
Terapis
Teman sejawat
Kelompok sosial
Jelaskan :
Dalam pemeliharaan kesehatan pasien perlu mendapatkan perawatan lanjutan.
Sistem dukungan pasien ada dari keluarga dan terapis.
Masalah / DiagnosaKeperawatan :
Tidak ada masalah
10. Aktifitas dalam rumah
Ya Tidak
Mempersiapkanmakanan
Menjagakerapihanrumah
Mencuci Pakaian
Pengaturan keuangan
Jelaskan :
-
Masalah / DiagnosaKeperawatan :
-
9. MEKANISME KOPING
Adaptif Maladaptif
Bicara dengan orang lain Minum alkhohol
Mampu menyelesaikan Reaksi lambat/berlebihan
masalah Bekerja berlebihan
Teknik relaksasi Menghindar
Aktifitas konstruktif Menciderai diri
Olah raga Lain-lain…………..
Lain-lain…………….
Jelaskan :
Mekanisme data koping yang muncul adalah reaksi berlebihan ditandai dengan bicara
cepat dan mudah marah
Masalah/DiagnosaKeperawatan:
Prilaku kekerasan
TUK 2: Klien dapat Setelah 7x pertemuan klien a) Beri kesempatan mengungkapkan Pendekatan untuk
mengidentifikasi dapat mengungkapkan perasaannya mengetahui keluhan yang
perasaannya : b) Bantu klien mengungkap perasaannya
penyebab dialami pasien agar
a) Klien dapat
perilaku mengungkapkan mempemudah untuk
perasaannya
kekerasan membantu menentukan
b) Klien dapat
tindakan yang diberikan.
mengungkapkan
penyebab
perasaan
jengkel/jengkel
(dari diri sendiri,
orang lain dan
lingkungan)
TUK 3: Klien dapat Setelah 7x pertemuan klien a) Anjurkan klien mengungkapkan yang Meningkatkan rasa
mengidentifikasi dapat mengekpresikan dialami saat marah/jengkel kepercayaan pada pasien
perasaannya :
tanda-tanda b) Observasi tanda-tanda perilaku dan untuk menambah
c) Klien dapat
kekerasan pada klien
perilaku pengetahuan pasien
mengungkapkan c) Simpulkan bersama klien tanda-tanda
kekerasan
perasaan saat marah klien saat jengkel/marah yang dialami
atau jengkel
d) Klien dapat
menyimpulkan tanda-
tanda jengkel/kesal
yang dialami
TUK 4: Klien dapat Setelah 7x pertemuan klien a) Anjurkan klien mengungkapkan Untuk meningkatkan
mengidentifikasi dapat mengatakan perasaannya : perilaku kekerasan yang biasa pengetahuan tentang prilaku
perilaku a) Klien dapat
dilakukan klien kekerasan dan cara
kekerasan yang mengungkapkan
biasa dilakukan b) Bantu klien dapat bermain peran mengatasi kemarahan
perilaku kekerasan dengan perilaku kekerasan yang biasa
yang dilakukan dilakukan
b) Klien dapat bermain c) Bicarakan dengan klien apakah dengan
peran dengan cara yang klien lakukan masalahnya
perilaku kekerasan selesai
yang dilakukan
c) Klien dapat
mengetahui cara yang
biasa dapat
menyelesaikan
masalah atau tidak
TUK 5: Klien dapat Setelah 7x pertemuan klien a) Latihan Kontrol Prilaku kekerasan Untuk mengurangi prilaku
mempraktekan dapat mengatasi prilaku dengan cara spiritual kekerasan pada pasien
cara mengatasi kekerasannya: b) Evaluasi kemampuan pasien
prilaku a) Klien dapat mengontrol prilaku kekerasan seperti
kekerasan melakakukan latihan latihan (Assertiveness training)
sesuai yang c) Bimbing pasien memasukkan dalam
diintruksikan jadwal harian
Nama :Tn.A
Ruangan : Melati RM No. : 2985xxxx
TANGGAL Dx KEPERAWATAN IMPLEMENTASI EVALUASI
16/01/21 Perilaku Kekerasan SP 1 P S: - Pasien mengatakan merasa lebih baik,
a) Beri salam dan panggil nama kien pasien merasa senang bisa berbincang-
b) Sebutkan nama perawat sambil berjabat tangan bincang dengan perawat dan merasa tidak
sendirian.
c) Jelaskan maksud hubungan interaksi
- Pasien setuju dengan kontrak yang
d) Jelaskan tentang kontrak yang akan dibuat (terapi diberikan untuk melaksanakan terapi
Assertiveness training)
Assertiveness training
O: - Pasien tampak setuju dengan kontrak
yang sudah diberikan
A: SP 1P teratasi lanjutkan intervensi
P: Lanjutkan SP 2 P
Pasien : Memberikan motivasi pada
pasien untuk melakukan mengungkapkan
perasannya
*Email: dya.ning@yahoo.co.id
Abstrak
Perilaku kekerasan adalah perilaku mencederai diri sendiri, orang lain, dan lingkungan. Ini menjadi alasan utama klien
dirawat di rumah sakit. Salah satu terapi klien dengan perilaku kekerasan yaitu Assertiveness Training. Penelitian ini
bertujuan mengetahui pengaruh Assertiveness Training terhadap perilaku kekerasan pada klien skizoprenia. Desain
penelitian ini kuasi eksperimen pre post tes with control group. Sampel sebesar 72, diambil secara random sampling.
Perilaku kekerasan meliputi respon perilaku, sosial dan fisik diukur melalui observasi, serta kognitif dengan kuesioner.
Perbedaan perilaku kekerasan dianalisis dengan t test. Hasil penelitian menunjukkan perilaku kekerasan pada respon
perilaku, kognitif, sosial dan fisik pada kelompok yang mendapatkan Assertiveness Training dan terapi generalis menurun
secara bermakna (p= 0,00, .= 0,05). Assertiveness Training terbukti menurunkan perilaku kekerasan klien Skizoprenia.
Penelitian tentang penerapan Assertiveness Training pada kasus selain perilaku kekerasan diperlukan untuk melengkapi
informasi tentang manfaat terapi ini. Kata Kunci: assertiveness training, perilaku kekerasan, skizoprenia
Abstract
Violent behavior is the behavior of injuring self, others and the environment. This is the main reason for the client
hospitalized. One of client with violent behavior therapy is assertiveness training. This study aimed determine the effect of
assertiveness training for violent behavior on the client Schizophrenia. The study design was quasi-experimental pre-post test
with control group. Samples of 72, selected at random sampling. Violent behavior includes behavioral responses, socially
and physically measured through observation, and cognitive through questionnaires. Differences in violent behavior were
analyzed by t test. The results showed violent behavior on behavioral responses, cognitive, social and physical in the group
who received assertiveness training and generalist treatment decreased significantly (p= 0,00, .= 0,05). Training
assertiveness shown to decrease violent behavior Schizophrenia clients. Research on the application of assertiveness training
in other case is required to furnish information on the benefits of this therapy.
Klien gangguan jiwa di ruang psikiatri pada bulan Penelitian dilakukan di ruang rawat sebuah Rumah
Januari 2009, terdiagnosis skizoprenia 80 orang dari Sakit di Banyumas selama lima minggu. Alat
jumlah total 90 orang (90%) dan sebanyak 62 kasus pengumpul data perilaku kekerasan berupa
(68%) alasan masuk klien skizoprenia yaitu dengan kuesioner untuk respon kognitif dan lembar
perilaku kekerasan (RSUD Banyumas, 2009). Klien observasi untuk respon perilaku, sosial dan fisik.
perilaku kekerasan pada fase krisis (4 - 5 hari),
diberikan tindakan ECT (Electro Convulsive Therapy), Kelompok intervensi diberikan perlakuan berupa
psikofarmaka, pengekangan dan terapi generalis. terapi generalis dan Assertiveness Training sebanyak
lima sesi. Kelompok kontrol hanya diberikan
Terapi generalis yang dilakukan menggunakan perlakuan terapi generalis. Analisis data dilakukan
pendekatan Nursing Intervention Criteria (NIC), secara univariat, bivariat (chi square, uji t-paired, uji
namun belum dilakukan secara optimal. Setelah fase t independent, uji anova) dan multivariat (regresi
krisis terlewati dilakukan Terapi Aktifitas Kelompok linier ganda).
Penurunan perilaku kekerasan pada klien skizoprenia (Dyah Wahyuningsih, Budi Anna Keliat, Sutanto Priyo Hastono) 53
18. Hasil (p= 0,00, .= 0,05). Pada kelompok yang hanya
mendapatkan terapi generalis dengan penurunan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa klien
skizoprenia dengan perilaku kekerasan lebih sebesar 2,69 (p= 0,00, .= 0,05). Penurunan skor
dominan lakilaki sebanyak 50 responden (69%), komposit perilaku kekerasan kelompok yang
frekuensi dirawat 3 kali atau lebih sebanyak 30 mendapatkan terapi generalis dan Assertiveness
responden (41,7%). Sedangkan tipe skizoprenia Training lebih rendah secara bermakna sebesar
paranoid diperoleh sebanyak 51 responden (70,8%)
dan memiliki riwayat kekerasan, baik sebagai 25,78 (p= 0,00, .= 0,05) dan pada kelompok yang
pelaku, korban atau saksi lebih banyak yaitu 45 hanya mendapatkan terapi generalis dengan
responden (62,5%). penurunan sebesar 2,56 (p= 0,00, .= 0,05).
Penurunan skor respon fisik kelompok yang Penurunan bermakna respon perilaku terjadi pada
mendapatkan terapi generalis dan Assertiveness kedua kelompok. Namun, secara substansi
Training lebih rendah secara bermakna sebesar 3,39 penurunan skor perilaku lebih besar terjadi pada
kelompok intervensi yang mendapatkan Training berpengaruh positif terhadap kemampuan
Assertiveness Training (skor tinggi ke rendah) dari berkomunikasi secara asertif dengan melibatkan
pada kelompok yang tidak mendapatkan aspek nonverbal. Metode pelaksanaan Assertiveness
Assertiveness Training (skor tinggi ke sedang). Hal ini Training akan memotivasi klien untuk lebih berperan
sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Keliat aktif berfikir dan berlatih terhadap kemampuan
(2003), bahwa pemberian terapi generalis perilaku sosial atau verbal yang diajarkan.
kekerasan menghasilkan kemampuan mencegah
Penurunan bermakna skor respon kognitif klien
perilaku kekerasan secara mandiri sebesar 86,6%
skizoprenia setelah Assertiveness Training dari skor
dan secara signifikan menurunkan perilaku
tinggi ke rendah, menunjukkan adanya pengaruh
kekerasan.
Assertiveness Training terhadap respon kognitif.
Pemberian terapi generalis perilaku kekerasan ini Keliat dan Sinaga (1991), menyatakan bahwa latihan
melatih kemampuan klien secara kognitif berupa asertif akan melatih individu menerima diri sebagai
Penurunan perilaku kekerasan pada klien skizoprenia (Dyah Wahyuningsih, Budi Anna Keliat, Sutanto Priyo Hastono) 55
pemahaman tentang perilaku kekerasan, afektif orang yang mengalami marah dan membantu
berupa kemauan untuk mengontrol perilaku mengeksplorasi diri dalam menemukan alasan
kekerasan yang dilatih dan psikomotor berupa cara marah.
mengontrol perilaku kekerasan yang konstruktif.
Penelitian oleh Lange dan Jakubowski (1976, dalam
Pemberian terapi generalis dan Assertiveness
Vinick, 1983) menyatakan bahwa Assertiveness
Training lebih efektif untuk menurunkan respon
Training menurunkan hambatan kognitif dan afektif
perilaku dari pada hanya dengan terapi generalis.
untuk berperilaku asertif seperti kecemasan, marah,
Metode pelaksanaan Assertiveness Training dengan dan pikiran tidak rasional.
tahapan describing (menggambarkan perilaku baru
yang akan dipelajari), learning (mempelajari perilaku Penurunan bermakna skor respon kognitif klien
baru melalui petunjuk dan demonstrasi), practicing skizoprenia juga terjadi pada kelompok yang hanya
atau role play (mempraktekan perilaku baru dengan mendapatkan terapi generalis dan tidak mendapat
memberikan umpan balik dan transferring Assertiveness Training. Terapi generalis perilaku
(mengaplikasikan perilaku baru dalam situasi nyata kekerasan memberikan kemampuan pada klien
akan memotivasi klien untuk lebih berperan aktif berupa pengetahuan tentang marah baik penyebab
berfikir dan berlatih terhadap kemampuan perilaku marah, tanda dan gejala marah, perilaku
yang diajarkan. mengekspresikan marah yang dilakukan klien dan
akibatnya serta menjelaskan cara ekspresi marah
Penurunan bermakna skor respon sosial klien
yang lebih konstruktif (Keliat, et al., 2006).
skizoprenia setelah pemberian terapi generalis dan
Assertiveness Training dari skor tinggi ke rendah, Penurunan bermakna skor respon fisik klien
menunjukkan adanya pengaruh Assertiveness skizoprenia pada kelompok yang mendapat terapi
Training terhadap respon sosial. Kelompok yang generalis dan Assertiveness Training serta pada
hanya mendapatkan terapi generalis terdapat kelompok yang hanya mendapatkan terapi generalis.
penurunan tidak bermakna skor respon sosial klien Perbedaan penurunan skor fisik pada dua kelompok
skizoprenia dengan skor tetap berada pada rentang yang tidak begitu besar, menunjukkan bahwa
tinggi. pemberian terapi generalis tanpa Assertiveness
Penelitian yang dilakukan Bregman (1984, dalam Training pada kelompok kontrol, serta pemberian
Forkas (1997) menyatakan bahwa Assertiveness terapi generalis dan Assertiveness Training
berpengaruh terhadap respon fisik dengan perilaku kekerasan. Terapi generalis berpengaruh
penurunan mendekati skor minimal yaitu 5 (lima). signifikan menurunkan respon perilaku, kognitif, fisik
dan komposit perilaku kekerasan.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
Assertiveness Training hanya berkontribusi terhadap Perilaku kekerasan pada kelompok yang mendapat
respon perilaku, sosial, kognitif dan komposit terapi generalis dan Assertiveness Training
perilaku kekerasan tidak berkontribusi pada respon mengalami penurunan lebih rendah secara
fisik. Tipe skizoprenia berkontribusi terhadap respon bermakna dari pada kelompok yang hanya mendapat
sosial dan kognitif, tapi tidak pada respon fisik. terapi generalis. Selisih penurunan perilaku
kekerasan kelompok yang mendapat terapi generalis
Respon fisik dipengaruhi penilaian individu terhadap dan Assertiveness Training berbeda secara
situasi, bersifat otomatis dan tidak berada dibawah bermakna dari pada kelompok yang hanya mendapat
kontrol. Locus Cerelus diotak mengawali respon terapi generalis.
stres dengan melepaskan stimulus ke saraf simpatik Karakteristik tipe skizoprenia paranoid berkontribusi
yang disebut reaksi fight atau flight dan terhadap perilaku kekerasan respon sosial dan
meningkatkan aktifitas kelenjar pituitari serta kognitif. Penelitian kualitatif perlu dilakukan sebagai
adrenal (Boyd & Nihart, 1998). tindak lanjut penelitian ini untuk melengkapi
informasi tentang penurunan respon perilaku
Respon simpatik yang mengikuti emosi bersifat unik,
kekerasan setelah pemberian terapi generalis dan
artinya bahwa marah mungkin secara otomatis
Assertiveness Training. Penelitian penerapan
menyebabkan tremor pada seseorang tapi pada
Assertiveness Training pada kasus selain perilaku
orang lain menimbulkan respon fisik lebih komplek,
kekerasan diperlukan untuk melengkapi informasi
berupa tremor dan berkeringat. Marah dapat
tentang manfaat terapi ini (DN, AY, INR).
menyebabkan muka kemerahan dan keringat
berlebihan pada seseorang, tapi tidak pada orang 21. Referensi
lain. Bernstein, K.S. & Saladino, J.P. (2007). Clinical
assessment and management of psychiatric
Skizoprenia tipe paranoid berkontribusi secara patients’ violent and aggressive behaviors in
bermakna terhadap respon sosial dan kognitif general hospital. Medsurg Nurs, 16 (5), 301-9,
perilaku kekerasan. Penelitian yang dilakukan oleh 331. (PMID: 18072668).
Keliat (2003) menyatakan bahwa skizoprenia tipe
paranoid berpengaruh terhadap perilaku kekerasan Boyd, M.A., & Nihart, M.A. (1998). Psychiatric
nursing contemporary practice. Philadelphia:
dan jarak kekambuhan (p= 0,00, .= 0,05).
Lippincott.
Penurunan Perilaku Kekerasan Pada Klien Skizofrenia Dengan Assertiveness Training (AT)
1. PROBLEM
Desaign penelitian ini menggunakan Quasi Eksperimen pre-post test with control group
dengan intervensi Assertiveness Training (AT). Sampel diambil secara random sampling.
Perhitungan besar sampel berdasarkan hasil perhitungan uji pendugaan perbedaan antara dua
rerata berpasangan dengan derajat kemaknaan 5%, kekuatan uji 95% dan uji hipotesis satu sisi
didapat 36. Besar sampel kelompok intervensi dan kontrol yaitu 72. Kelompok intervensi ada 36
responden yang diberikan perlakuan berupa terapi generalis dan Assertiveness Training (AT)
sebanyak 5 sesi. Sedangkan kelompok kontrol sebanyak 36 responden yang hanya diberikan
perlakuan terapi generalis.
2. INTERVENTION
Dalam penelitian ini instrumen pengumpulan data yang digunakan adalah pengumpulan
data perilaku kekerasan berupa quesioner untuk respon kognitif dan lembar observasi untuk
respon perilaku, sosial dan fisik. Setelah peneliti menemukan pasien sesuai dengan kriteria
penelitian maka peneliti menjelaskan maksud dan tujuan penelitian. Memberikan lembar
informed consent meminta responden untuk menandatanganinya. Peneliti memberikan lembar
quesioner untuk respon kognitif dan lembar observasi untuk respon perilaku, sosial dan fisik.
Pada kelompok intervensi yaitu sebanyak 36 responden diberikan perlakuan berupa terapi
generalis dan Assertiveness Training (AT) sebanyak 5 sesi dan kelompok kontrol sebanyak 36
responden hanya diberikan perlakuan terapi generalis.
3. COMPARATION
Pada kelompok intervensi, responden diberikan perlakuan berupa terapi generalis dan
Assertiveness Training (AT) sebanyak 5 sesi berpengaruh signifikan menurunkan respon
perilaku, sosial, kognitif, fisik dan komposit perilaku kekerasan. Perilaku kekerasan pada
kelompok intervensi yang mendapat terapi generalis dan Assertiveness Training (AT) mengalami
penurunan lebih rendah secara bermakna dari pada kelompok yang hanya mendapat terapi
generalis. Sedangkan pada kelompok kontrol, responden yang diberikan perlakuan berupa terapi
generalis berpengaruh signifikan menurunkan respon perilaku, kognitif, fisik dan komposit
perilaku kekerasan.
Terapi generalis yang dilakukan menggunakan pendekatan Nufsing Intervention Criteria
(NIC) namun belum dilakukan secara optimal. Setelah fase krisis terlewati dilakukan Terapi
Aktivitas Kelompok (TAK). Terapi spesialis belum diterapkan, termasuk terapi asertif
(komunikasi personal dengan perawat ruang psikiatri).
Terapi Assertiveness Training (AT) adalah salah satu terapi spesialis melatih kemampuan
komunikasi interpersonal dalam berbagai situasi. (wahyuningsih Dyah, 2011)
4. OUTCOME
Dari hasil penelitian ini terbukti menyatakan bahwa Penurunan Perilaku Kekerasan Pada
Klien Skizofrenia tipe Paranoid dengan Assertiveness Training (AT) berpengaruh terhadap
perilaku kekerasan dan jarak kekambuhan dengan nilai P Value Sebesar 0,000 (a=0,5).
Dari pemaparan diatas dapat disimpulkan bahwa Terapi generalis dan Assertiveness
Training (AT) mengalami penurunan lebih rendah secara bermakna dari pada kelompok yang
hanya mendapat terapi generalis.
DAFTAR PUSTAKA
Eko Prabowo. (2014). Konsep & Aplikasi ASUHAN KEPERAWATAN JIWA. Yogyakarta: Nuha Medika.
Nuraenah. (2012). Hubungan Dukungan Keluarga dan Beban Keluarga dalam Merawat Anggota
dengan Riwayat Perilaku Kekerasan di RS. Jiwa Islam Klender Jakarta Timur, 29-37.
Sari, K. (2015). Panduan Lengkap Praktik Klinik Keperawatan Jiwa. Jakarta: Trans Info MEdia.