Anda di halaman 1dari 86

DAFTAR ISI

Daftar isi………………………………………………..………1

Kata Pengantar…………………………………………………2

BAB I Pendahuluan…………………………………………….3

BAB II Pembahasan……………………………………………7

Pengertian kepribadian…………………………………………7

Kepribadian Big Five…………………………………………13

Kepribadian Holland1………………………………………...17

Pengertian minat bakat………………………………………..23

Pengertian kecerdasan………………………………………...28

Pengertian prokrastinasi………………………………………51

BAB III Hasil tes………….…………………………………..55

Tes kepribadian Big Five……………………………………...55

Tes minat bakat……………………………………………….62

Tes kecerdasan………………………………………………..75

Tes prokastinasi……………………………………………….83

Daftar pustaka………………………………………………...85

1
Kata pengantar

Puji syukur kami persembahkan kepada Allah SWT yang


telah memberikan rahmat, inayah, dan hidayahnya sehingga dalam
penulisan buku yang berjudul “Penilaian Kepribadian Diri” ini dapat
diselesaikan tepat waktu. Sholawat dan salam tidak lupa kami
sanjungkan kepada nabi besar baginda Rasulullah Muhammad SAW
yang selalu kami nantikan syafaatnya. Kami juga mengucapkan
terimakasih kepada dosen pengampu mata kuliah psikologi
Pendidikan beliau, bapak Drs. Ima Ismara, M.Pd.,M.Kes. yang selalu
memberikan motivasi kepada kami sehingga kami dapat menyusun
buku ini tanpa ada suatupun halangan. Penulisan buku ini bertujuan
untuk menyelesaikan tugas UAS mata kuliah psikologi Pendidikan.

Buku ini berisi tentang penilaian kepribadian diri seseorang


dalam pandangan psikologi. Contoh subjek penilaian kepribadian diri
yang ada dibuku ini adalah diri penulis.

Yogyakarta, 21 Desember 2017

Penulis,

2
BAB I
PENDAHULUAN
Pada zaman Yunani Kuno para Filsuf besar mengakui
pentingnya pengetahuan mengenal diri sendiri. Socrates, seorang
filsuf besar mengatakan : lebih dari segalanya, ketahuilah diri Anda.
Namun kebanyakan kita merasa kurang tertarik atau kurang penting
untuk meluangkan waktu seperlunya agar sadar terhadap diri kita.
Sedangkan yang lain merasa bahwa melewatkan waktu hanya untuk
memahami diri itu adalah perbuatan yang egois, karena itu lebih baik
waktu digunakan berupaya untuk memahami orang lain.

Mengapa perlu mengenal diri sendiri?

1. untuk mengetahui identitas diri


2. untuk mengetahui tentang persepsi diri agar tidak mudah
dipengaruhi dan terpengaruh oleh orang lain
3. untuk bisa menerima diri sendiri dengan segala sikap negatif
yang dimiliki dan mau mengadakan koreksi perubahan sikap
negatif pada diri yang dimiliki

Apa itu kepribadian?


• Kepribadian bukan sesuatu yang dapat kita pakai dan lepas
begitu saja, seperti mode pakaian yang mutakhir.
• Kepribadian membentuk diri kita menjadi sesuatu yang
bersifat unik
• Kepribadian tercermin melalui cara atau sikap : Bagaimana
kita tampil, bertingkah laku di rumah maupun di tempat
kerja dan di dalam kebanyakan situasi sosial lainnya dalam
kehidupan kita

Kenapa penting mempelajari kepribadian?

1. Untuk bisa menerima diri sendiri


2. Mengembangkan perasaan harga diri dan percaya diri

3
3. Meningkatkan “pengertian” diri, nilai-nilai diri
dan kebutuhan diri sehingga bisa mengontrol orang lain
melakukan hal yang sama
4. Untuk memperoleh pengertian kepribadian orang lain,
sehingga terjadi umpan balik pengalaman yang positif
5. Mempelajari perubahan dalam gaya hidup (life style) yang
berkembang

Mentransformasikan diri dari orang biasa menjadi orang


yang penuh dengan percaya diri tidaklah mudah. Tapi bukan pula
berarti tidak mungkin dilakukan. ”Orang biasa akan percaya jika dia
melihat dulu. Sementara orang yang mentransformasikan hidupnya
untuk suatu tujuan akan melihat sesuatu karena ia mempercayainya”.
Itu semua mengisyaratkan bahwa setiap orang sebenarnya dalam
bertindak sangat dipengaruhi oleh apa yang dipikirkannya.

Faktor yang memengaruhi terbentuknya kepribadian

1. Faktor bawaan
Bawaan genetik yg menentukan diri fisik primer (warna
kulit, mata, bentuk hidung), juga kecenderungan dasar,
misalnya kepekaan, penyesuaian diri.
2. Faktor lingkungan sekolah, lingkungan sosial budaya
(teman, guru, tetangga)
Contoh : Perluasan wawasan => Pendidikan
formal/informal, pergaulan
3. Interaksi antara bawaan dan lingkungan
Mengakibatkan perasaan ”Aku/Diriku” dalam seseorang
Contoh : Pengalaman masa kanak-kanak => anak sering
dipukuli, maka cenderung pada saat dewasa menjadi
sadis/kejam.
Langkah-langkah membentuk kepribadian yang positif :
1. Antusias dan bertanggung jawab (sense of responsibility)
Orang yang tidak mau menerima tanggung jawab,
cenderung membebankan kesalahan kepada Tuhan. Dengan

4
memiliki rasa tanggung jawab yang tinggi, seseorang akan
melaksanakan tugas yang diberikan secara tuntas, sehingga
membuahkan hasil akhir yang memuaskan baik terhadap
atasan maupun terhadap rekan sekerja terlebih juga terhadap
customer.
2. Perhatian (sense of caring)
Hanya mereka-mereka yang tidak didominasi oleh sikap
egosentris yang memiliki kepekaan terhadap kepntingan
orang lain dan sekitarnya. Apabila kita memiliki sikap penuh
perhatian, maka kita akan mampu menganalisa situasi secara
tepat. Kalau kita ingin memiliki sahabat, maka kita harus
bisa menjadi seorang sahabat.
3. Memilih kata-kata dengan cermat (choice of words)
Orang bodoh berbicara tanpa berfikir, orang yang bijaksana
berfikir sebelum berbicara. Membiasakan menggunakan
magic words yaitu dapat membuat senang orang yang
mendengarnya, misalnya : tolong, terima kasih dan kata
maaf.
4. Kebiasaan mengkritik dan mengeluh (judge mental)
Berawal dari sifat ingin mengubah orang lain agar sesuai
dengan keinginan kita, membuat kita sering mengkritik
perilaku orang lain. Kebiasaan mengeluh sering kita jumpai
bagi mereka yang tidak memiliki “sikap bersyukur”, juga
menunjukkan kepribadian yang kekanak-kanakan karena
ingin selalu diperhatikan.
5. Tersenyum dan bersikap ramah (gracious)
Senyum meningkatkan nilai pada wajah serta memiliki efek
menular dan juga merupakan cara yang murah untuk
memperbaiki penampilan. Senyum yang tulus mengalir dari
suasana hati yang gembira karena kebaikan. Begitu juga
senyum yang tidak tulus akan mudah dirasakan oleh orang
yang menerimanya. Kebiasaan selalu bersikap ramah dan
tersenyum mengkomunikasikan bahwa kita bersedia
menerima dan melayani keberadaan orang lain.

5
6. Jadilah pendengar yang baik (be a good listener)
Mendengar menunjukkan kita memiliki kepedulian. Jika
kita memiliki sikap peduli kepada orang lain, maka orang
tersebut merasa dirinya penting. Hubungan timbal balik
akan kita peroleh setelah kita mampu berperan sebagai
pendengar terlebih dahulu.
7. Penghargaan (reward)
Hubungan yang dapat bertahan lama adalah hubungan yang
menghasilkan nilai win-win dan bukannya hubungan sesaat
atau sepihak.
Di dalam organisasi atau dunia kerja, sikap saling melayani
merupakan cerminan bahwa kita memiliki integritas dalam mencapai
keberhasilan. Dimulai dari melayani dan mencintai diri sendiri
terlebih dahulu, barulah kita akan mapu mencintai serta melayani
orang lain baik horizontal/vertikal

6
BAB II
PEMBAHASAN
KEPRIBADIAN

A. Pengertian kepribadian

Menurut pengertian secara umum kepribadian adalah


keseluruhan sikap, perasaan, ekspresi, temparmen, ciri-ciri kas dan
prilaku seseorang. Sikap perasaan ekspresi dan tempramen itu akan
terwujud dalam tindakan seseorang jika di hadapkan pada situasi
tertentu. Setiap orang mempunyai kecenderungan prilaku yang baku,
atau berlaku terus menerus secara konsisten dalam menghadapai
situasi yang di hadapi, sehingga menjadi ciri khas pribadinya.

Ada beberapa unsur-unsur dari kepribadian. Diantaranya adalah


sebagai berikut:

• Pengetahuan
Pengetahuan merupakan suatu unsur-unsur yang mengisi
akal dan alam jiwa orang yang sadar. Dalam alam sekitar manusia
terdapat berbagai hal yang diterimanya melalui panca inderanya yang
ma-suk kedalam berbagi sel di bagian-bagian tertentu dari otaknya.
Dan didalam otak tersebutlah semuanya di-proses menjadi susunan
yang dipancarkan oleh individu kealam sekitar, yang dikenal sebagai
“persepsi” yaitu; “seluruh proses akal manusia yang sadar”.
Ada kalanya suatu persepsi yang diproyeksi-kan kembali
menjadi suatu penggambaran berfokus tentang lingkungan yang
mengandung bagian-bagian. Penggambaran yang terfokus secara
lebih intensif yang terjadi karena pemustan secara lebih intensif di
dalam pandangan psikologi biasanya disebut dengan “Pengamatan”.
Penggambaran tentang lingkungan dengan fokus pada
bagian-bagian yang paling menarik perhatianya seringkali diolah oleh
sutu proses dalam aklanya yang menghubungkannya dengan berbagai
penggambaran lain yang sejenisnya yang sebelumnya pernah
diterima dan diproyeksikan oleh akalnya, dan kemudian muncul

7
kembali sebagai kenangan. Dan penggambaran yang baru dengan
pengertian baru dalam istilah psikologi disebut “Apersepsi”.
Penggabungan dan membandingkan-banding-kan bagian-
bagian dari suatu penggambaran dengan bagian-bagian dari berbagai
penggambaran lain yang sejenis secara konsisten berdasarkan asas-
asas tertentu. Dengan proses kemampuan untuk mem-bentuk suatu
penggambaran baru yang abstrak, yang dalam kenyataanya tidak
mirip dengan salah satu dari sekian macam bahan konkret dari
penggambaran yang baru.
Dengan demikian manusia dapat membuat suatu
penggambaran tentang tempat-tempat tertentu di muka bumi, padahal
ia belum pernah melihat atau mempersepsikan tempat-tempat
tersebut. Penggam-baran abstrak tadi dalam ilmu-ilmu sosial disebut
dengan “Konsep”.
Cara pengamatan yang menyebabkan bahwa penggambaran
tentang lingkungan mungkin ada yang ditambah-tambah atau dibesar-
besarkan, tetapi ada pula yang dikurangi atau diperkecil pada bagian-
bagian tertentu. Dan ada pula yang digabung dengan penggambaran-
pengambaran lain sehingga menjadi penggambaran yang baru sama
sekali, yang se-benarnya tidak nyata. Dan penggambaran baru yang
seringkali tidak realistic dalam Psikologi disebut dengan “Fantasi”.

• Perasaan
Selain pengetahuan, alam kesadaran manusia juga
mengandung berbagai macam perasaan. Sebaliknya, dapat juga
digambarkan seorang individu yang melihat suatu hal yang buruk
atau mendengar suara yang tidak menyenangkan. Persepsi-persepsi
seperti itu dapat menimbulkan dalam kesadaranya perasaan negatif.
“Perasaan”, disamping segala macam penge-tahuan agaknya
juga mengisi alam kesadaran manusia setiap saat dalam hidupnya.
“Perasaan” adalah suatu keadaan dalam kesadaran manusia yang
karena pengetahuannya dinilai sebagai keadan yang positif atau
negatif.

8
• Dorongan Naluri
Kesadaran manusia mengandung berbagi perasaan berbagi
perasaan lain yang tidak ditimbulkan karena diperanguhi oleh
pengetahuannya, tetapi karena memang sudah terkandung didalam
orga-nismenya, khususnya dalam gennya, sebagai naluri. Dan
kemauan yang sudah meruapakan naluri disebut “Dorongan”.

Menurut pengertian secara psikologi, Gordon Allport


menyatakan bahwa kepribadian sebagai suatu organisasi (berbagai
aspek psikis dan fisik) yang merupakan suatu struktur dan sekaligus
proses. Jadi, kepribadian merupakan sesuatu yang dapat berubah.
Secara eksplisit Allport menyebutkan, kepribadian secara teratur
tumbuh dan mengalami perubahan.

Pengertian Kepribadian menurut beberapa ahli, sebagai


berikut:

1. Koentjaraningrat
Menurut Koentjaraningrat Kepribadian adalah beberapa ciri
watak yang diperlihatkan seseorang secara lahir, konsisten, dan
konsukuen. Setiap manusia melakukan proses sosialisasi. Proses
sosialisasi ber-langsung selama manusia masih hidup didunia
ini. Kepribadian seseorang individu dapat terbentuk dalam
bertingkah laku, sehingga individu memiliki identitas khusus yang
berbeda dengan orang lain.

2. George Herbert Mead


Menurut George Herbert Mead kepribadian adalah tingkah
laku manusia berkembang melalui perkembangan diri.
Perkembangan kepribadian dalam diri seseorang berlangsung seumur
hidup. Menurutnya, manusia akan berkembang secara bertahap
melalui interaksi dengan anggota masyarakat.

9
3. Theodore R Newcombe
Menurut ahli sosiologi yang bernama Theodore R
Newcombe kepribadian ialah organisasi sikap-sikap yang dimiliki
seseorang sebagai latar belakang terhadap perilaku.

4. Roucek dan Warren


Menurut Roucek dan Warren kepribadian adalah organisasi
faktor-faktor sosiologis, psikologis, dan biologis yang didasari oleh
prilaku individu.

5. Yinger
Menurut Yinger kepribadian adalah keseluruhan tingkah
laku dari seseorang dengan suatu sistem kecenderungan tertentu yang
berinteraksi dengan serangkaian situasi.

6. Robert Sutherland
Menurut Robert Sutherland kepribadian adalah abstraksi
individu dan kelakuan nya sebagaimana halnya sama lingkungan
masyarakat dan kebudayaan. oleh karena itu kepribadian
digambarkan sebagai hubungan saling memengaruhi antara tiga
aspek tersebut.

7. M.A.W. Brower
Kepribadian adalah corak tingkah laku sosial seorang
individu yaitu meliputi keinginan, opini, dorongan, dan
kekuatan, serta prilaku-prilaku seseorang.

8. Theodore M. Newcomb
Menurut ahli sosiologi Theodore M. Newcomb kepribadian
yaitu suatu kelompok sikap yang dimiliki seseorang sebagai latar
belakang dari perilakunya. Hal tersebut berarti bahwa kepribadian itu
dimaksudkan untuk menunjukkan kelompok dari tingkah-tingkah
seorang individu untuk dapat berbuat, mengetahui, berpikir, dan

10
merasakan secara khusus jika ia berhubungan dengan orang lain atau
juga pada saat ia menghadapi suatu masalah / keadaan.

9. Roucek dan Warren


Menurut Roucek dan Warren kepribadian ialah sebagai
kelompok faktor-faktor psiologis, biologis, dan sosiologis yang
didasari prilaku individu itu sendiri. Faktor-faktor biologis tersebut
meliputi keadaan fisik, watak, seksual, sistem saraf, proses
pendewasaan individu yang bersangkutan, dan juga kelainan-
kelainan biologis lainnya.

10. Horton
Menurut Horton menyatakan bahwa kepribadian ialah
keseluruhan sikap, perasaan, ekspresi, dan temperamen seseorang.
Sikap, perasaan, ekspresi, dan temperamen itu akan terwujud dalam
tindakan dari seseorang bila dihadapkan pada situasi tertentu.

11. Schaefer dan Lamm


Menurut Keduanya menyatakan bahwa kepribadian ialah
sebagai keseluruhan pola sikap, kebutuhan, cirri-ciri khas, dan
perilaku seseorang.

12. Atkinson
Menurut Atkinson menyatakan bahwa kepribadian adalah
pola dari perilaku dan cara berpikir khas, yang menentukan
penyesuaian diri individu terhadap lingkungan. Kepribadian juga
mencakup kepribadian umum yang bisa diamati oleh orang lain serta
kepribadian yang terdiri dari pikiran dan pengalaman yang jarang
diungkapkan.

13. Kimmel
Menurut Kimmel menyatakan bahwa meskipun terdapat
beberapa definisi kepribadian yang berbeda, Tapi hampir dari semua

11
teori tersebut menekankan definisi kepribadian pada 3 (tiga)
karakteristik utama, yakni :

• Kepribadian merefleksikan keunikan dari individu sebagai


person
• Teori- teori dari kepribadian memfokuskan pada sifat-sifat
individu yang cukup stabil selama periode waktu yang lama
dalam situasi yang berbeda -beda
• Kepribadian itu dilihat sebagai hubungan antara individu
dengan lingkungan fisik serta sosialnya, dalam pengertian
bahwa kepribadian tersebut merefleksikan suatu pola-pola atau
cara-cara individu beradaptasi dengan lingkungan.

14. Menurut Hjelle & Ziegler


Perbedaan pendapat mengenai definisi kepribadian tersebut
terjadi karena kepribadian yang dipahami, dan perbedaan antara teori
kepribadian itu memperlihatkan mengenai perbedaan pandangan
asumsi-asumsi dasar manusia.

15. Sujanto
Menurut Sujanto menyatakan bahwa kepribadian adalah
suatu totalitas psikofisis yang rumit dari individu, sehingga nampak
dalam tingkah lakunya yang unik.

16. Kartini dan Dali (2006)


Menurut Keduanya menyatakan bahwa kepribadian ialah
tingkah laku khas dan sifat seseorang seseorang yang membuatnya
berbeda dengan orang lain. Kemudian, kepribadian bisa juga berarti
integrasi karakteristik dari pola, minat.

17. Allport
Menurut Allport menyatakan bahwa kepribadian ialah
sebagai susunan sistem-sistem psikofisik yang dinamis dalam diri

12
individu, yang menentukan penyesuaian yang unik terhadap
lingkungan. Sistem psikofisik yang dimaksud Allport yaitu meliputi
sikap, keyakinan, keadaan emosional, keyakinan dan nilai. Selain itu
termasuk juga perasaan dan motif yang bersifat psikologi akan tetapi
mempunyai dasar fisik dalam kelenjar, saraf, dan keadaan fisik anak
secara umum.

18. Cuber
Menurut Cuber menyatakan bahwa kepribadian ialah
gabungan keseluruhan dari sifat-sifat yang tampak dan terlihat oleh
seseorang.

19. Browen
Menurut Browen menyatakan bahwa kepribadian ialah
corak tingkah laku sosial yang meliputi opini, sikap, corak kekuatan,
keinginan, dan dorongan seseorang.

20. Theodore
Menurut Theodore menyatakan bahwa kepribadian ialah
organisasi sikap-sikap/ prespositons yang seseorang miliki sebagai
latar belakang terhadap perilaku. Pastilah terdapat penyebab dari
munculnya kepribadian seseorang.

B. Kepribadian big five


Pengertian kepribadian big five menurut para ahli:
• Allport (dalam Suryabrata, 2008) menyatakan bahwa
kepribadian adalah organisasi dinamis dalam individu
sebagai sistem psikofisis yang menentukan caranya yang
khas dalam menye-suaikan diri terhadap lingkungan.
Kepribadian ini terletak di belakang perbuatan-perbuatan
khusus dan di dalam individu.

13
• Cattel (dalam Engler, 2009) mengatakan kepriba-dian
adalah prediksi mengenai perilaku seseorang dalam
menghadapi situasi yang terjadi padanya.

• Feist dan Feist (2009) menyatakan bahwa big five adalah


salah satu kepribadian yang dapat memprediksi dan
menjelaskan perilaku. Ini merupakan pendekatan yang
digunakan dalam psikologi untuk melihat kepribadian yang
telah dibentuk dengan menggunakan analisis faktor.
Terdapat lima trait, terbagi menjadi extraversion,
agreeableness, conscientiousness, neurotiicism,
dan openness to experiences.

• Caprara dan Cervone (2000) mengatakan bahwa


kepribadian big five adalah teori kepribadian yang
menjelaskan hubungan antara kognisi, affect, dan tindakan.
Selain itu, big five dapat menjadi landasan bagi teori
kepribadian.
• Baron dan Byrne (2005) menyatakan bahwa lima besar
dimensi kepribadian adalah dimensi dasar kepribadian
manusia. Dimensi ini terbagi
menjadi coscientiousness, openness, extraversi-on,
agreeableness, dan neuroticism.

Adapun beberapa aspek kepribadian big five sebagai


berikut:

1. Openness(keterbukaan)

Merupakan dimensi yang paling sulit dideskripsikan, karna


bahasa yang digunakan tidak sejalan dengan dimensi atau factor lain.
Openness mengacu pada bagaimana seseorng mau atau bersedia
melakukan penyesuain dengan ide-ide atau lingkungan baru. Meniai

14
usahanya secara proaktif dan penghargaan-nya terhadap pengalaman.
Mereka adalah orang-orang yang memiliki nilai imajinasi yang
tinggi. Dimensi ini dapat membangun pertumbuhan pribadi.
Openness mempunyai ciri mudah beroleransi, kapasitas untuk
menyerap informas, menjadi seseorng yang sangat focus dan mampu
untuk waspada pada perasaan, memiliki fikiran yang imfulsivitas.

Seseorang dengan openness yang rendah cenderung


memiliki pribadi dengan nilai kebersihan, kepatuhan dan keamanan
bersama, namun berfikiran yang sempit, konservatif dan tidak
menyukai perubahan.

2. Conscientioiusness (kesadaran)

Conscientiousness juga di sebut sebagai dimensi


dependability. Menilai kemampuan individu untuk berorganisasi,
baik melalui ketekunan atau motivasi untuk mencapai tujuan dan
menjadi pelaku langsung. Yang menggambarkan self discipline
seseorang, di cirikan sebagai seorang dengan nilai kebersihan dan
ambisi yang tinggi, seseorang yang well organize, tepat waktu.
Mendeskripsikan terhadap lingkungan sosial, berfikir sebelum
bertindak, menunda kepuasan, serta mengikuti peraturan,
norma,terencana, dan mengutamakan tugas. Mereka dengan
conscisntiousness yang tinggi cenderung mendengarkan kata hati dan
mengejar sedikit tujuan dengan satu cara yang terarah, sedangkan
yang memiliki nilai rendah pada dimensi ini akan cenderung menjadi
pribadi yang kacau pikirannya mengejar banyak tujuan dan lebih
endonistik.

3. Extraversion (Ekstraversi).

Exrtaversion biasa di sebut factor domain patuh, factor ini


adalah dimensi paling penting dalam kepribadian. Kecenderungan

15
untuk bersosialisasi dan membagi kasih sayang. Menilai kualitas dan
intensitas hubungan interpersonal dengan motivasi yang tinggi untuk
bergaul, memiliki kemampuan untuk berbahagia, dimensi ini
menunjukan tingkat kesenangan seseorang akan hubungan. Meraka
adalah orang-orang yang ramah, tegas serta menghabiskan banyak
waktu untuk menikmati hubungan. Seseorang yang tinggi dalam
dimensi ini cenderung penuh semangat antusias, dominan, ramah,dan
komunikatif, mereka mengingat semua interaksi social berinteraksi
dengan lebih banyak orang. Sedangkan yang rendah pada dimensi ini
akan lebih pemalu, kurang percaya diri dan pendiam.

4. Agreeableness( keramahan )

Menilai kualitas orientasi individu dan kontinum nilai lemah


lembut hingga yang antagonis dalam berfikir, perasaan dan perilaku.
Dimensi ini menilai kecenderungan seseorang yang tunduk kepada
orang lain mereka cenderung orang yang komperatif dan mudah
bersepakat dan mempercayai orang lain, mengindari konflik namun
di temukan masalah pada kepribadian ini mereka cenderung menjadi
seseorng dengan self estem yang rendah saat berhadapan dengan
konflik. Menghindari konflik karena tidak ingin menujukan kekuatan
untuk menyelesaikanya.

5. Neuroticism( neoritisme)

Friedman (2006) menjelaskan bahwa neuroticism di sebut


juga emotional istability. Trait ini menilai kestabilan dan
ketidakstabilan emosi, menggambarkan seseorang yang mempunyai
masalah dengan emosi yang bersifat negatif, secara emosional
mereka labil. Trait ini juga mengidentifikasikan individu apakah
mudah stres, mempunyai ide-ide yang tidak realitas, mempunyai
coping resspon yang mengadaftif. Seseorng dengan neuroticism yang
tinggi cenderung gugup, sensitif, tegang dan mudah cemas dalam hal
ini mereka akan mudah merasa khawatir dan tidak aman. Sedangkan

16
seseorng dengan neuroticism yang rendah akan lebih mudah merasa
puas, gembira dan emosi positif lain dalam kehidupannya.

C. Kepribadian Holland

Pada teori yang dikembangkan oleh John L. Holland


menjelaskan bahwa suatu pemilihan pekerjaan atau jabatan
merupakan hasil dari interaksi antara factor hereditas (keturunan)
dengan segala pengaruh budaya, teman bergaul, orang tua, orang
dewasa yang dianggap memiliki peranan yang penting. Selain itu
John L. Holland juga merumuskan 6 tipe kepribadian manusia dalam
pemilihan pekerjaan berdasarkan atas inventori kepribadian yang
disusun atas dasar minat.

Kemudian, setiap tipe kepribadian itu dijabarkan ke dalam


suatu model teori yang disebut model orientasi (the model
orientation). Model orientasi ini merupakan suatu rumpun perilaku
perilaku penyesuaian yang khas. Setiap orang memiliki tipe
kepribadian yang berbeda-beda, dan hal inilah yang menyebabkan
mengapa setiap orang itu mempunyai corak hidup yang berbeda-
beda.

17
Urutan orientasi yang pertama terhadap suasana lingkungan
pekerjaan tertentu merupakan corak hidup yang utama dan pertama,
urutan model orientasi kedua terhadap lingkungan kerja yang lainnya
dan merupakan corak hidup yang kedua bagi seseorang untuk
selanjutnya. Penempatan urutan corak hidup itu sangat bergantung
dari tingkat kecerdasan serta penilainnya terhadap diri sendiri. Makin
jelas penempatan urutan corak hidupnya maka akan semakin
menghasilkan pola pilihan yang tepat bagi seseorang. Namun perlu
digarisbawahi, jika model orientasi John L. Holland ini mengajukan
model orientasi berdasarkan budaya Amerika.

Adapun tipe kepribadian manusia yang dijabarkan oleh John L.


Holland adalah sebagai berikut:

1. Tipe realistic

Tipe model ini memiliki kecenderungan untuk memilih


lapangan kerja yang berorientasi kepada penerapan. Ciri-ciri tipe
realistik yaitu: mengutamakan kejantanan, kekuatan otot, ketrampilan
fisik, mempunyai kecakapan, dan koordinasi motorik yang kuat,
kurang memiliki kecakapan verbal, konkrit, bekerja praktis, kurang
memiliki ketrampilan social, serta kurang peka dalam hubungan
dengan orang lain.

Orang yang mempunyai tipe kepribadian realistis dalam


lingkungan nyatanya selalu ditandai dengan tugas-tugas yang konkrit,
fisik, eksplisit yang memberikan tantangan bagi penghuni lingkungan
ini. Untuk dapat memecahkan masalah yang lebih efektif, orang-
orang yang mempunyai tipe kepribadian realistis seringkali
memerlukan bentuk-bentuk kecakapan, gerakan, dan ketahanan
tertentu. Diantaranya kecakapan mekanik, ketahanan dan gerakan
fisikuntuk berpindah-pindah dan seringkali berada diluar gedung.
Sifat-sifat yang nampak dengan jelas dari tuntutan-tuntutan
lingkungan menciptakan kegagalan dan keberhasilan.

18
Contoh pekerjaan orang dengan tipe kepribadian realistis
adalah, operator mesin/radio, sopir truk, petani, penerbang, pengawas
bangunan, ahli listrik, dan pekerjaan lain yang sejenis.

2. Tipe intelektual/investigative

Orang yang mempunyai tipe kepribadian ini memiliki


kecenderungan untuk memilih pekerjaan yang bersifat akademik.
Ciri-cirinya adalah memiliki kecenderungan untuk merenungkan
daripada mengatasinya dalam memecahkan suatu masalah,
berorientasi pada tugas, tidak sosial. Membutuhkan pemahaman,
menyenangi tugas-tugas yang bersifat kabur, memiliki nilai-nilai dan
sikap yang tidak konvensional dan kegiatan-kegiatanya bersifat
intraseptif.

Orang yang mempunyai tipe kepribadian intelektual dalam


lingkungan nyatanya selalu ditandai dengan tugas yang memerlukan
berbagai kemampuan abstark, dan kreatif. Bukan tergantung kepada
pengamatan pribadinya. Untuk dapat memecahkan masalah yang
efektif dan efisien diperlukan intelejensi, imajinasi, serta kepekaan
terhadap berbagai masalah yang bersifat intelektual dan fisik. Kriteria
keberhasilan dalam melaksanakan tugas bersifat objektif dan bisa
diukur, tetapi memerlukan waktu yang cukup lama dan secara
bertahap. Bahan dan alat serta perlengkapan memerlukan kecakapan
intelektual daripada kecakapan manual. Kecakapan menulis mutlak
dipelihara dalam oreientasi ini.

Contoh pekerjaan orang dengan tipe kepribadian ini adalah,


ahli fiika, ahli biologi, kimia, antropologi, matematika, pekerjaan
penelitian, dan pekerjaan lain yang sejenis.

19
3. Tipe sosial

Orang yang mempunyai tipe kepribadian ini memiliki


kecenderungan untuk memilih lapangan pekerjaan yang bersifat
membantu orang lain. Ciri-cirinya adalah pandai bergaul dan
berbicara, bersifat responsive, bertanggung jawab, kemanusiaan,
bersifat religiusm membutuhkan perhatian, memiliki kecakapan
verbal, hubungan antarpribadi, kegiatan-kegiatan rapid an teratur,
menjauhkan bentuk pemecahan masalah secara intelektual, lebih
berorientasi pada perasaan.

Orang yang mempunyai tipe kepribadian sosial memiliki


ciri-ciri kebutuhan akan kemampuan untuk menginterpretasi dan
mengubah perilaku manusia, serta minat untuk berkomunikasi
dengan orang lain. Secara umum orientasi kerja dapat menimbulkan
rasa harga diri dan status.

Contoh pekerjaan orang dengan tipe kepribadian ini adalah,


guru, pekerja sosial, konselor, misionari, psikolog klinik, terapis, dan
pekerjaan lain yang sejenis.

4. Tipe konvensional

Orang yang mempunyai tipe kepribadian ini pada umumnya


memiliki kecenderungan untuk terhadap kegiatan verbal, ia
menyenangi bahasa yang tersusun baik, numerical (angka) yang
teratur, menghindari situasi yang kabur, senang mengabdi,
mengidentifikasikan diri dengan kekuasaaan, memberi nilai yang
tinggi terhadap status dan kenyataan materi, mencapai tujuan dengan
mengadaptasikan dirinya ketergantungan pada atasan.

Orang yang mempunyai tipe kepribadian konvensional pada


lingkungan nyatanya ditandai dengan berbagai macam tugas dan

20
pemecahan masalah memerlukan suatu proses informasi verbal dan
dan matematis secara kontinu, rutin, konkrit, dan sistematis.
Berhasilnya dalam pemecahan masalah akan nampak dengan jelas
dan memerlukan waktu yang relative singkat.

Contoh pekerjaan orang dengan tipe kepribadian ini adalah,


kasir, statistika, pemegang buku, pegawai arsip, pegawai bank, dan
pekerjaan lain yang sejenis.

5. Tipe usaha/enterprising

Orang yang mempunyai tipe kepribadian ini memiliki ciri


khas diantaranya menggunakan ketrampilan-ketrampilan berbcara
dalam situasi dimana ada kesempatan untuk menguasai orang lain
atau mempengaruhi orang lain, menganggap dirinya paling kuat,
jantan, mudah untuk mengadakan adaptasi dengan orang lain,
menyenangi tugas-tugas sosial yang kabur, perhatian yang besar pada
kekuasaan, status dan kepemimpinan, agresif dalam kegiatan lisan.

Orang yang mempunyai tipe

Kepribadian usaha/enterprising ditandai dengan berbagai macam


tugas yang menitikberatkan kepada kemampuan verbal yang
digunakan untuk mengarahkan dan mempengaruhi orang lain.

Contoh pekerjaan orang dengan tipe kepribadian ini adalah,


pedagang, politikus, manajer pimpinan eksekutif perusahaan,
perwakilan dagang, dan pekerjaan lain yang sejenis.

21
6. Tipe artistic

Orang yang mempunyai tipe kepribadian ini memiliki


kecenderungan berhubungan dengan orang lain secara tidak
langsung, bersifat sosial dan sukar menyesuaikan diri.

Orang yang mempunyai tipe kepribadian artistik ini ditandai dengan


berbagai macam tugas dan masalah yang memerlukan interpretasi
atau kreasi bentuk-bentuk artistik melalui cita rasa, perasaan dan
imajinai. Dengan kata lain, orang yang mempunyai tipe kepribadian
artistik lebih menitikberatkan menghadapi keadaan sekitar dilakukan
dengan melalui ekspresi diri dan menghindari keadaan yang bersifat
intrapersonal, keteraturan, atau keadaan yang menuntut ketrampilan
fisik.

Contoh pekerjaan orang dengan tipe kepribadian ini adalah,


ahli musik, ahli kartum ahli drama, pencipta lagu, penyair, dan
pekerjaan lain yang sejenis.

22
MINAT DAN BAKAT

A. Pengertian Bakat
Bakat adalah kemampuan dasar seseorang untuk belajar
dalam tempo yang relatif pendek dibandingkan orang lain, namun
hasilnya justru lebih baik. Bakat merupakan potensi yang dimiliki
oleh seseorang sebagai bawaan sejak lahir. Contoh seorang yang
berbakat melukis akan lebih cepat mengerjakan pekerjaan lukisnya
dibandingkan seseorang yang kurang berbakat.
Jenis-jenis bakat antara lain sebagai berikut:
1. Bakat umum, merupakan kemampuan yang berupa potensi dasar
yang bersifat umum, artinya setiap orang memiliki.
2. Bakat khusus, merupakan kemampuan yang berupa potensi
khusus, artinya tidak semua orang memiliki misalnya bakat seni,
pemimpin, penceramah, olahraga.
Selain itu bakat khusus yang lain, yaitu :
• Bakat Verbal
Bakat tentang konsep – konsep yang diungkapkan dalam
bentuk kata – kata.
• Bakat Numerikal
Bakat tentang konsep – konsep dalam bentuk angka.
• Bakat Skolastik
Kombinasi kata – kata (logika) dan angka – angka.
Kemampuan dalam penalaran, mengurutkan, berpikir dalam pola
sebab-akibat, menciptakan hipotesis, mencari keteraturan
konseptual atau pola numerik, pandangan hidupnya umumnya
bersifat rasional. Ini merupakan kecerdasan para ilmuwan,
akuntan, dan pemprogram komputer.(Newton, Einstein, dsb.)

23
• Bakat Abstrak
Bakat yang bukan kata maupun angka tetapi berbentuk pola,
rancangan, diagram, ukuran – ukuran, bentuk – bentuk dan
posisi-posisinya.
• Bakat mekanik
Bakat tentang prinsip – prinsip umum IPA, tata kerja mesin,
perkakas dan alat – alat lainnya.
• Bakat Relasi Ruang (spasial)
Bakat untuk mengamati, menceritakan pola dua dimensi
atau berfikir dalam 3 dimensi. Mempunyai kepekaan yang tajam
terhadap detail visual dan dapat menggambarkan sesuatu dengan
begitu hidup, melukis atau membuat sketsa ide secara jelas, serta
dengan mudah menyesuaikan orientasi dalam ruang tiga dimensi.
Ini merupakan kecerdasan para arsitek, fotografer, artis, pilot,
dan insinyur mesin. (Thomas Edison, Pablo Picasso, Ansel
Adams, dsb.)
• Bakat kecepatan ketelitian klerikal
Bakat tentang tugas tulis menulis, ramu-meramu untuk
laboratorium, kantor dan lain – lainnya.
• Bakat bahasa (linguistik)
Bakat tentang penalaran analistis bahasa (ahli sastra)
misalnya untuk jurnalistik, stenografi, penyiaran, editing,
hukum, pramuniaga dan lain – lainnya.

B. Pengertian Minat
Minat adalah suatu proses yang tetap untuk memperhatikan
dan menfokuskan diri pada sesuatu yang diminatinya dengan
perasaan senang dan rasa puas ( Hilgar & Slameto ; 1988 ; 59).
Minat adalah suatu perangkat mental yang terdiri dari suatu
campuran dari perasaan, harapan, pendirian, prasangka, rasa takut
atau kecenderungan lain yang mengarahkan individu kepada suatu
pikiran tertentu. (Maprare dan Slameto; 1988; 62).

24
Jadi, dapat disimpulkan minat ialah suatu proses
pengembangan dalam mencampurkan seluruh kemampuan yang ada
untuk mengarahkan individu kepada suatu kegiatan yang
diminatinya.

Jenis – jenis minat (Guilford, 1956) :


1. Minat vokasional merujuk pada bidang – bidang pekerjaan.
• Minat profesional : minat keilmuan, seni dan kesejahteraan
sosial.
• Minat komersial : minat pada pekerjaan dunia usaha, jual
beli, periklanan, akuntansi, kesekretariatan dan lain – lain.
• Minat kegiatan fisik, mekanik, kegiatan luar, dan lain – lain.
2. Minat avokasional, yaitu minat untuk memperoleh kepuasan atau
hobi. Misalnya petualang, hiburan, apresiasi, ketelitian dan lain
– lain.

C. Faktor-Faktor Yang Mendukung Pengembangan Bakat dan


Minat
1. Faktor Intern
• Faktor Bawaan (Genetik)
Faktor ini merupakan faktor yang mendukung
perkembangan individu dalam minat dan bakat sebagai totalitas
karakteristik individu yang diwariskan orang tua kepada anak
dalam segala potensi melalui fisik maupun psikis yang dimiliki
individu sebagai pewarisan dari orang tuanya. Faktor hereditas
sebagai faktor pertama munculnya bakat (Yusuf ; 2004 ; 31).
Dari segi biologi, bakat sangat berhubungan dengan fungsi otak.
Bila otak kiri dominan, segala tindakan dan verbal, intelektual,
sequensial, teratur rapi, dan logis. Sedangkan otak kanan
berhubungan dengan masalah spasial, non verbal, estetik dan
artistic serta atletis.

25
• Faktor kepribadian
Faktor kepribadian yaitu keadaan psikologis dimana
perkembangan potensi anak tergantung pada diri dan emosi anak
itu sendiri. Hal ini akan membantu anak dalam membentuk
konsep serta optimis dan percaya diri dalam mengembangkan
minat dan bakatnya (Asror ; 1999 ; 93).
3. Faktor Ekstern
• Faktor lingkungan
Faktor lingkungan merupakan olahan dari berbagai hal
untuk mendukung pengembangan minat dan bakat anak. Faktor
lingkungan terbagi atas :
- Lingkungan keluarga
Lingkungan keluarga merupakan tempat latihan atau belajar
dan tempat anak memperoleh pengalaman, karena keluarga
merupakan lingkungan pertama dan paling penting bagi anak.
(Sutiono ; 1998 ; 171).
- Lingkungan sekolah
Suatu lingkungan yang dapat mempengaruhi proses belajar
mengajar kondusif yang bersifat formal.
Lingkungan ini sangat berpengaruh bagi pengembangan
minat dan bakat karena di lingkungan ini minat dan bakat anak
dikembangkan secara intensif.
- Lingkungan sosial
Suatu lingkungan yang berhubungan dengan kehidupan
masyarakat. Di lingkungan ini anak akan mengaktualisasikan
minat dan bakatnya kepada masyarakat.

D. Cara Mengembangkan Bakat dan Minat

1. Perlu Keberanian
Keberanian membuat kita mampu menghadapi tantangan atau
hambatan, baik yang bersifat fisik dan psikis maupun kendala-
kendala sosial atau yang lainnya. Keberanian akan memampukan kita
melihat jalan keluar berhadapan dengan berbagai kendala yang ada,

26
dan bukan sebaliknya, membuat kita takut dan melarikan diri secara
tidak bertanggung jawab.

2. Perlu didukung Latihan


Latihan adalah kunci dari keberhasilan. Latihan disini bukan saja
dari segi kuantitasnya tetapi juga dari segi motivasi yang
menggerakkan setiap usaha yang kelihatan secara fisik.

3. Perlu didukung Lingkungan


Lingkungan disini tentu dalam arti yang sangat luas, termasuk
manusia, fasilitas, biaya dan kondisi sosial lainnya., yang turut
berperan dalam usaha pengembangan bakat dan minat.

4. Perlu memahami hambatan-hambatan pengembangan bakat dan


cara mengatasinya.
Disini sekali lagi kita perlu mengidentifikasi dengan baik
kendala-kendala yang ada, kita kategorikan mana yang mudah diatasi
dan mana yang sulit. Kemudian mulai kita memikirkan jalan
keluarnya.

E. Kesesuaian antara Bakat dengan Cita-cita/Karier


Bakat adalah sesuatu kemampuan khusus yang dimiliki oleh
setiap individu. Bakat ini dapat berkembang dan tampak menonjol,
bilamana dilakukan latihan secara terus menerus. Bakat yang
berkembang selain mendukung cita-cita/karier, dapat juga
menjadikan sebuah profesi atau jabatan bagi si pemiliknya, bila
berkesempatan untuk dikembangkan.

27
KECERDASAN

A. Pengertian Kecerdasan

Kecerdasan atau intelegensi adalah kemampuan untuk


memahami dunia, berpikir rasional dan meng-gunakan sumber secara
efektif pada saat dihadapkan pada tantangan. Atau dikatakan,
kecerdasan adalah ke-mampuan pribadi untuk memahami,
melakukan inovasi dan memberikan solusi diberbagai situasi.

Adapun beberapa pengertian Kecerdasan/Intelegensi Menurut Para


Ahli

1. Gregory
Menurut Gregory, Kecerdasan adalah kemampuan atau
keterampilan untuk memecahkan masalah atau menciptakan produk
yang bernilai dalam satu atau lebih bangunan budaya tertentu.

28
2. C. P. Chaplin
Menurut C. P. Chaplin, Kecerdasan adalah kemampuan
menghadapi dan menyesuaikan diri terhadap situasi baru secara tepat
dan efektif.
3. Anita E. Woolfolk
Menurut Anita E. Woolfolk, Kecerdasan adalah kemampuan
untuk belajar, keseluruhan pengetahuan yang diperoleh, dan
kemampuan untuk beradaptasi dengan situasi baru atau lingkungan
pada umumnya.
4. Alfred Binet dan Theodore Simon
Menurut Alfred Binet dan Theodore Simon, Intelegensi adalah
kemampuan untuk mengarahkan pikiran atau tindakan, kemampuan
untuk mengubah arah tindakan jika tindakan sudah dilakukan dan
kemampuan untuk mengkritik diri sendiri.
5. Lewis Madison Terman (1916)
Menurut Lewis Madison Terman, Intelegensi adalah
kemampuan seseorang untuk berpikir secara abstrak.
6. H. H. Goddard (1946)
Menurut Goddard, Intelegensi adalah tingkat pengalaman
seseorang untuk menyelesaikan masalah yang dihasapi dan untuk
mengantisipasi masalah yang akan datang.
7. V.A.C Henmon
Menurut V.A.C Henmon, Intelegensi adalah kemampuan untuk
memperoleh pengetahuan.
8. Baldwin (1901)
Menurut Baldwin, Intelegensi adalah daya atau kemampuan
untuk memahami.
9. Goorge D. Stoddard (1941)
Menurut Goorge D. Stoddard, Intelegensi adalah kemampuan
memahami masalah yang sukar, abstrak, ekonomis, diarahkan pada
tujuan, memiliki nilai sosial dan berasal dari sumbernya.

29
10. Walters dan Gardner (1986)
Menurut Walters dan Gardner, Intelegensi adalah kemampuan
atau serangaian kemampuan yang memungkinkan individu untuk
memecahkan masalah.
11. Flynn (1987)
Menurut Flyyn, Intelegensi adalah kemampuan untuk berpikir
secara abstrak dan kesiapan untuk belajar dari pengalaman.
12. Edward Lee Thorndike (1913)
Menurut Edward Lee Thorndike, Intelegensi adalah kemampuan
memberikan respon yang baik dari pandangan kebenaran atau fakta.
13. David Wechsler
Menurut David Wechsler, Intelegensi adalah kemampuan
bertindak secara terarah, berpikir rasional dan mengkhadapi
lingkungannya secara efektif.

B. Jenis-jenis Kecerdasan

Secara umum terdapat 3 kecerdasan yaitu kecerdasan


intelektual atau Intelegent Quotient (IQ), kecerdasan emosional atau
Emotional Quotient (EQ), dan kecerdasan spritual atau Spiritual
Quotient (SQ).

1. Intelegent Quotient (IQ) / Kecerdasan Intelektual

Kecerdasan intelektual adalah bentuk kemampuan individu


untuk berfikir, mengolah dan berusaha untuk menguasai
lingkungannya secara maksimal secara terarah. Menurut Laurel
Schmidt dalam bukunya Jalan pintas menjadi 7 kali lebih cerdas
(Dalam Habsari 2004: 3) membagi ilmu pengetahuan untuk
kecerdasan dalam enam macam, antara lain adalah sebagai berikut:

• Kecerdasan fisual / spesial ( kecerdasan gambar)


• Kecerdasan veerbal / linguistik ( kecerdasan Berbicara

30
• Kecerdasan music
• Kecerdasan logis / matematis ( Kecerdasan angka)
• Kecerdasan interpersonal ( cerdas diri )
• Kecerdasan intrapersonal ( cerdas bergaul).

Menurut David Wechsler, inteligensi adalah kemampuan


untuk bertindak secara terarah, berpikir secara rasional, dan
menghadapi lingkungannya secara efektif. Apa saja faktor-faktor
yang mempengaruhi inteligensi.

Menurut David Wechsler, inteligensi adalah kemampuan


untuk bertindak secara terarah, berpikir secara rasional, dan
menghadapi lingkungannya secara efektif. Secara garis besar dapat
disimpulkan bahwa inteligensi adalah suatu kemampuan mental yang
melibatkan proses berpikir secara rasional. Oleh karena itu,
inteligensi tidak dapat diamati secara langsung, melainkan harus
disimpulkan dari berbagai tindakan nyata yang merupakan
manifestasi dari proses berpikir rasional itu.
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi inteligensi adalah
• Faktor bawaan atau keturunan
Penelitian membuktikan bahwa korelasi nilai tes IQ dari satu
keluarga sekitar 0,50. Sedangkan di antara 2 anak kembar,
korelasi nilai tes IQnya sangat tinggi, sekitar 0,90. Bukti lainnya
adalah pada anak yang diadopsi. IQ mereka berkorelasi sekitar
0,40 - 0,50 dengan ayah dan ibu yang sebenarnya, dan hanya 0,10
- 0,20 dengan ayah dan ibu angkatnya. Selanjutnya bukti pada
anak kembar yang dibesarkan secara terpisah, IQ mereka tetap
berkorelasi sangat tinggi, walaupun mungkin mereka tidak
pernah saling kenal.
• Faktor lingkungan
Walaupun ada ciri-ciri yang pada dasarnya sudah dibawa
sejak lahir, ternyata lingkungan sanggup menimbulkan
perubahan-perubahan yang berarti. Inteligensi tentunya tidak

31
bisa terlepas dari otak. Perkembangan otak sangat dipengaruhi
oleh gizi yang dikonsumsi. Selain gizi, rangsangan-rangsangan
yang bersifat kognitif emosional dari lingkungan juga memegang
peranan yang amat penting.
• Inteligensi dan IQ
Orang seringkali menyamakan arti inteligensi dengan IQ,
padahal kedua istilah ini mempunyai perbedaan arti yang sangat
mendasar. Arti inteligensi sudah dijelaskan di depan, sedangkan IQ
atau tingkatan dari Intelligence Quotient, adalah skor yang diperoleh
dari sebuah alat tes kecerdasan. Dengan demikian, IQ hanya
memberikan sedikit indikasi mengenai taraf kecerdasan seseorang
dan tidak menggambarkan kecerdasan seseorang secara keseluruhan.

Skor IQ mula-mula diperhitungkan dengan membandingkan


umur mental (Mental Age) dengan umur kronologik (Chronological
Age) Bila kemampuan individu dalam memecahkan persoalan-
persoalan yang disajikan dalam tes kecerdasan (umur mental) tersebut
sama dengan kemampuan yang seharusnya ada pada individu seumur
dia pada saat itu (umur kronologis), maka akan diperoleh skor 1. Skor
ini kemudian dikalikan 100 dan dipakai sebagai dasar perhitungan IQ.
Tetapi kemudian timbul masalah karena setelah otak mencapai
kemasakan, tidak terjadi perkembangan lagi, bahkan pada titik
tertentu akan terjadi penurunan kemampuan
Pengukuran Inteligensi

Pada tahun 1904, Alfred Binet dan Theodor Simon, 2 orang


psikolog asal Perancis merancang suatu alat evaluasi yang dapat
dipakai untuk mengidentifikasi siswa-siswa yang memerlukan kelas-
kelas khusus (anak-anak yang kurang pandai). Alat tes itu dinamakan
Tes Binet-Simon. Tes ini kemudian direvisi pada tahun 1911 Tahun
1916, Lewis Terman, seorang psikolog dari Amerika mengadakan
banyak perbaikan dari tes Binet-Simon. Sumbangan utamanya adalah
menetapkan indeks numerik yang menyatakan kecerdasan sebagai
rasio (perbandingan) antara mental age dan chronological age. Hasil

32
perbaikan ini disebut Tes Stanford_Binet. Indeks seperti ini
sebetulnya telah diperkenalkan oleh seorang psikolog Jerman yang
bernama William Stern, yang kemudian dikenal dengan Intelligence
Quotient atau IQ. Tes Stanford-Binet ini banyak digunakan untuk
mengukur kecerdasan anak-anak sampai usia 13 tahun.

Salah satu reaksi atas tes Binet-Simon atau tes Stanford-


Binet adalah bahwa tes itu terlalu umum. Seorang tokoh dalam bidang
ini, Charles Sperrman mengemukakan bahwa inteligensi tidak hanya
terdiri dari satu faktor yang umum saja (general factor), tetapi juga
terdiri dari faktor-faktor yang lebih spesifik. Teori ini disebut Teori
Faktor (Factor Theory of Intelligence). Alat tes yang dikembangkan
menurut teori faktor ini adalah WAIS (Wechsler Adult Intelligence
Scale) untuk orang dewasa, dan WISC (Wechsler Intelligence Scale
for Children) untuk anak-anak.

Di samping alat-alat tes di atas, banyak dikembangkan alat


tes dengan tujuan yang lebih spesifik, sesuai dengan tujuan dan kultur
di mana alat tes tersebut dibuat.

• Inteligensi dan Bakat


Inteligensi merupakan suatu konsep mengenai kemampuan
umum individu dalam menyesuaikan diri dengan lingkungannya.
Dalam kemampuan yang umum ini, terdapat kemampuan-
kemampuan yang amat spesifik. Kemampuan-kemampuan yang
spesifik ini memberikan pada individu suatu kondisi yang
memungkinkan tercapainya pengetahuan, kecakapan, atau
ketrampilan tertentu setelah melalui suatu latihan. Inilah yang disebut
Bakat atau Aptitude. Karena suatu tes inteligensi tidak dirancang
untuk menyingkap kemampuan-kemampuan khusus ini, maka bakat
tidak dapat segera diketahui lewat tes inteligensi.

Alat yang digunakan untuk menyingkap kemampuan khusus


ini disebut tes bakat atau aptitude test. Tes bakat yang dirancang

33
untuk mengungkap prestasi belajar pada bidang tertentu dinamakan
Scholastic Aptitude Test dan yang dipakai di bidang pekerjaan adalah
Vocational Aptitude Test dan Interest Inventory. Contoh dari
Scholastic Aptitude Test adalah Tes Potensi Akademik (TPA) dan
Graduate Record Examination (GRE). Sedangkan contoh dari
Vocational Aptitude Test atau Interest Inventory adalah Differential
Aptitude Test (DAT) dan Kuder Occupational Interest Survey.

• Inteligensi dan Kreativitas


Kreativitas merupakan salah satu ciri dari perilaku yang
inteligen karena kreativitas juga merupakan manifestasi dari suatu
proses kognitif. Meskipun demikian, hubungan antara kreativitas dan
inteligensi tidak selalu menunjukkan bukti-bukti yang memuaskan.
Walau ada anggapan bahwa kreativitas mempunyai hubungan yang
bersifat kurva linear dengan inteligensi, tapi bukti-bukti yang
diperoleh dari berbagai penelitian tidak mendukung hal itu. Skor IQ
yang rendah memang diikuti oleh tingkat kreativitas yang rendah
pula. Namun semakin tinggi skor IQ, tidak selalu diikuti tingkat
kreativitas yang tinggi pula. Sampai pada skor IQ tertentu, masih
terdapat korelasi yang cukup berarti. Tetapi lebih tinggi lagi, ternyata
tidak ditemukan adanya hubungan antara IQ dengan tingkat
kreativitas.

Para ahli telah berusaha mencari tahu mengapa ini terjadi. J.


P. Guilford menjelaskan bahwa kreativitas adalah suatu proses
berpikir yang bersifat divergen, yaitu kemampuan untuk memberikan
berbagai alternatif jawaban berdasarkan informasi yang diberikan.
Sebaliknya, tes inteligensi hanya dirancang untuk mengukur proses
berpikir yang bersifat konvergen, yaitu kemampuan untuk
memberikan satu jawaban atau kesimpulan yang logis berdasarkan
informasi yang diberikan. Ini merupakan akibat dari pola pendidikan
tradisional yang memang kurang memperhatikan pengembangan
proses berpikir divergen walau kemampuan ini terbukti sangat

34
berperan dalam berbagai kemajuan yang dicapai oleh ilmu
pengetahuan.
• Fungsi Otak kanan dan kiri
Walaupun keliatannya simetris secara struktur, tapi
keduanya mempunyai fugsi yang berbeda, bila Otak kiri bertanggung
jawab terhadap proses berfikir logis, berdasar realitas, mampu
melakukan penafsiran secara abstrak, dan simbolis, cara berfikirnya
sesuai untuk tugas tugas verbal, menulis, membaca, menempatkan
detail, fakta. Sedangkan cara berfkir otak kanan lebih bersifat acak,
tidak teratus, intuitif holistik, bersifat nonverbal, kearah perasaan dan
emosi, kesadaran yang berkenaan dengan perasaan (merasakan
kehadiran suatu benda atau orang), pengenalan bentuk, pola, musik,
kepekaan warna, kreativitas, visualisasi. (Bobbi De Potter,1999, 37 –
38).
Kedua belahan otak penting artinya, orang yang
memanfaatkan kedua belah otak ini cenderung seimbang dalam setiap
aspek kehidupannya, Belajar dapat dengan mudah bagi mereka
karena mereka mempunyai pilihan untuk menggunakan bagian otak
yang diperlukan dalam setiap pekerjaan yang mereka hadapi. Emosi
yang positif akan mendorong kearah kekuatan otak kearah yang lebih
berhasil (Bobbi De Potter, 1999, 38) Kedua belahan otak penting
artinya, orang yang memanfaatkan kedua belah otak ini cenderung
seimbang dalam setiap aspek kehidupannya, Belajar dapat dengan
mudah bagi mereka karena mereka mempunyai pilihan untuk
menggunakan bagian otak yang diperlukan dalam setiap pekerjaan
yang mereka hadapi. Emosi yang positif akan mendorong kearah
kekuatan otak kearah yang lebih berhasil (Bobbi De Potter, 1999, 38)

2. Emosi Quottient (EQ) atau Kecerdasan Emosi

Kecerdasan emosi adalah kemampuan untuk mengenali,


mengendalikan, dan menata perasaan sendiri dan orang lain secara
mendalam sehingga kehadirannya menyenangkan dan didambakan

35
oleh orang lain. Daniel Goleman didalam buku kecerdasan emosi
memberi tujuh kerangka kerja kecakapan ini, yaitu:

• Kecakapan pribadi yaitu kecakapan dalam mengelola diri


sendiri.
• Kesadaran diri yaitu bentuk kecakapan utuk mengetahui
kondisi diri sendiri dan rasa percaya diri yang tinggi.
• Pengaturan diri: yaitu bentuk kecakapan dalam
mengendalikaan diri dan mengembangkan sifat dspst
dipercaya, kewaspadaan, adaptabilitas, dan inovasi.
• Motivasi: yaitu bentuk kecakapan untuk meraih prestasi,
berkomitmen, berinisiatif, dan optimis.
• Kecakapan sosial yaitu bentuk kecakapan dalam
menentukan seseorang harus menangani suatu hubungan.
• Empati: yaitu bentuk kecakapan untuk memahami orang
lain, berorientasi pelayanan dengan mengambangakan orang
lain. Mengatasi keragmana orang lain dan kesadaran politis.
• Ketrampilan sosial: Yaitu betuk kecakapan dalam
menggugah tenggapan yang dikehendaki pada orang lain.
kecakapan ni meliputi pengaruh, komunikasi,
kepemimpinan, katalisator peru-bahan, manajemen konflik,
pengikat jaringan, kolaboradi dan kooperasi serta
kemampuan tim.

Pengertian Kecerdasan Emosional Menurut Para Ahli,


Definisi, Faktor - Istilah “kecerdasan emosional” pertama kali
dilontarkan pada tahun 1990 oleh psikolog Peter Salovey dari
Harvard University dan John Mayer dari University of New
Hampshire untuk menerangkan kualitas-kualitas emosional yang
tampaknya penting bagi keberhasilan. Faktor Kecerdasan Emosional

Definisi Kecerdasan Emosional Menurut Para Ahli


- Salovey dan Mayer mendefinisikan kecerdasan emosional atau

36
yang sering disebut EQ sebagai: “himpunan bagian dari kecerdasan
sosial yang melibatkan kemampuan memantau perasaan sosial yang
melibatkan kemampuan pada orang lain, memilah-milah semuanya
dan menggunakan informasi ini untuk membimbing pikiran dan
tindakan.” (Shapiro, 1998:8).

Kecerdasan emosional sangat dipengaruhi oleh lingkungan,


tidak bersifat menetap, dapat berubah-ubah setiap saat. Untuk itu
peranan lingkungan terutama orang tua pada masa kanak-kanak
sangat mempengaruhi dalam pembentukan kecerdasan emosional.

Keterampilan EQ bukanlah lawan keterampilan IQ atau


keterampilan kognitif, namun keduanya berinteraksi secara dinamis,
baik pada tingkatan konseptual maupun di dunia nyata. Selain itu, EQ
tidak begitu dipengaruhi oleh faktor keturunan. (Shapiro, 1998-10).

Sebuah model pelopor lain yentang kecerdasan emosional


diajukan oleh Bar-On pada tahun 1992 seorang ahli psikologi Israel,
yang mendefinisikan kecerdasan emosional sebagai serangkaian
kemampuan pribadi, emosi dan sosial yang mempengaruhi
kemampuan seseorang untuk berhasil dalam mengatasi tututan dan
tekanan lingkungan (Goleman, 2000 :180).

Gardner dalam bukunya yang berjudul Frame Of Mind


(Goleman, 2000: 50-53) mengatakan bahwa bukan hanya satu jenis
kecerdasan yang monolitik yang penting untuk meraih sukses dalam
kehidupan, melainkan ada spektrum kecerdasan yang lebar dengan
tujuh varietas utama yaitu linguistik, matematika/logika, spasial,
kinestetik, musik, interpersonal dan intrapersonal. Kecerdasan ini
dinamakan oleh Gardner sebagai kecerdasan pribadi yang oleh Daniel
Goleman disebut sebagai kecerdasan emosional.

Menurut Gardner, kecerdasan pribadi terdiri dari:”


kecerdasan antar pribadi yaitu kemampuan untuk memahami orang

37
lain, apa yang memotivasi mereka, bagaimana mereka bekerja,
bagaimana bekerja bahu membahu dengan kecerdasan. Sedangkan
kecerdasan intra pribadi adalah kemampuan yang korelatif, tetapi
terarah ke dalam diri. Kemampuan tersebut adalah kemampuan
membentuk suatu model diri sendiri yang teliti dan mengacu pada diri
serta kemampuan untuk menggunakan modal tadi sebagai alat untuk
menempuh kehidupan secara efektif.” (Goleman, 2002: 52).

Dalam rumusan lain, Gardner menyatakan bahwa inti


kecerdasan antar pribadi itu mencakup “kemampuan untuk
membedakan dan menanggapi dengan tepat suasana hati,
temperamen, motivasi dan hasrat orang lain.” Dalam kecerdasan antar
pribadi yang merupakan kunci menuju pengetahuan diri, ia
mencantumkan “akses menuju perasaan-perasaan diri seseorang dan
kemampuan untuk membedakan perasaan-perasaan tersebut serta
memanfaatkannya untuk

Berdasarkan kecerdasan yang dinyatakan oleh Gardner


tersebut, Salovey (Goleman, 200:57) memilih kecerdasan
interpersonal dan kecerdasan intrapersonal untuk dijadikan sebagai
dasar untuk mengungkap kecerdasan emosional pada diri individu.
Menurutnya kecerdasan emosional adalah kemampuan seseorang
untuk mengenali emosi diri, mengelola emosi, memotivasi diri
sendiri, mengenali emosi orang lain (empati) dan kemampuan untuk
membina hubungan (kerjasama) dengan orang lain.

Menurut Goleman (2002: 512), kecerdasan emosional


adalah kemampuan seseorang mengatur kehidupan emosinya dengan
inteligensi (to manage our emotional life with intelligence); menjaga
keselarasan emosi dan pengungkapannya (the appropriateness of
emotion and its expression) melalui keterampilan kesadaran diri,
pengendalian diri, motivasi diri, empati dan keterampilan sosial.

38
Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan kecerdasan
emosional adalah kemampuan siswa untuk mengenali emosi diri,
mengelola emosi diri, memotivasi diri sendiri, mengenali emosi orang
lain (empati) dan kemampuan untuk membina hubungan (kerjasama)
dengan orang lain.

• Faktor Kecerdasan Emosional


Goleman mengutip Salovey (2002:58-59) menempatkan
menempatkan kecerdasan pribadi Gardner dalam definisi dasar
tentang kecerdasan emosional yang dicetuskannya dan memperluas
kemapuan tersebut menjadi lima kemampuan utama, yaitu:

• Mengenali Emosi Diri


Mengenali emosi diri sendiri merupakan suatu kemampuan
untuk mengenali perasaan sewaktu perasaan itu terjadi. Kemampuan
ini merupakan dasar dari kecerdasan emosional, para ahli psikologi
menyebutkan kesadaran diri sebagai metamood, yakni kesadaran
seseorang akan emosinya sendiri. Menurut Mayer (Goleman, 2002:
64) kesadaran diri adalah waspada terhadap suasana hati maupun
pikiran tentang suasana hati, bila kurang waspada maka individu
menjadi mudah larut dalam aliran emosi dan dikuasai oleh emosi.
Kesadaran diri memang belum menjamin penguasaan emosi, namun
merupakan salah satu prasyarat penting untuk mengendalikan emosi
sehingga individu mudah menguasai emosi.

• Mengelola Emosi
Mengelola emosi merupakan kemampuan individu dalam
menangani perasaan agar dapat terungkap dengan tepat atau selaras,
sehingga tercapai keseimbangan dalam diri individu. Menjaga agar
emosi yang merisaukan tetap terkendali merupakan kunci menuju
kesejahteraan emosi. Emosi berlebihan, yang meningkat dengan
intensitas terlampau lama akan mengoyak kestabilan kita (Goleman,
2002: 77-78). Kemampuan ini mencakup kemampuan untuk
menghibur diri sendiri, melepaskan kecemasan, kemurungan atau

39
ketersinggungan dan akibat-akibat yang ditimbulkannya serta
kemampuan untuk bangkit dari perasaan-perasaan yang menekan.

• Memotivasi Diri Sendiri


Presatasi harus dilalui dengan dimilikinya motivasi dalam
diri individu, yang berarti memiliki ketekunan untuk menahan diri
terhadap kepuasan dan mengendalikan dorongan hati, serta
mempunyai perasaan motivasi yang positif, yaitu antusianisme,
gairah, optimis dan keyakinan diri.

• Mengenali Emosi Orang Lain


Kemampuan untuk mengenali emosi orang lain disebut juga
empati. Menurut Goleman (2002 :57) kemampuan seseorang untuk
mengenali orang lain atau peduli, menunjukkan kemampuan empati
seseorang. Individu yang memiliki kemampuan empati lebih mampu
menangkap sinyal-sinyal sosial yang tersembunyi yang
mengisyaratkan apa-apa yang dibutuhkan orang lain sehingga ia lebih
mampu menerima sudut pandang orang lain, peka terhadap perasaan
orang lain dan lebih mampu untuk mendengarkan orang lain.

Rosenthal dalam penelitiannya menunjukkan bahwa orang-


orang yang mampu membaca perasaan dan isyarat non verbal lebih
mampu menyesuiakan diri secara emosional, lebih populer, lebih
mudah beraul, dan lebih peka (Goleman, 2002 : 136). Nowicki, ahli
psikologi menjelaskan bahwa anak-anak yang tidak mampu membaca
atau mengungkapkan emosi dengan baik akan terus menerus merasa
frustasi (Goleman, 2002 : 172). Seseorang yang mampu membaca
emosi orang lain juga memiliki kesadaran diri yang tinggi. Semakin
mampu terbuka pada emosinya sendiri, mampu mengenal dan
mengakui emosinya sendiri, maka orang tersebut mempunyai
kemampuan untuk membaca perasaan orang lain.

40
• Membina Hubungan
Kemampuan dalam membina hubungan merupakan suatu
keterampilan yang menunjang popularitas, kepemimpinan dan
keberhasilan antar pribadi (Goleman, 2002 : 59). Keterampilan dalam
berkomunikasi merupakan kemampuan dasar dalam keberhasilan
membina hubungan. Individu sulit untuk mendapatkan apa yang
diinginkannya dan sulit juga memahami keinginan serta kemauan
orang lain.

Orang-orang yang hebat dalam keterampilan membina


hubungan ini akan sukses dalam bidang apapun. Orang berhasil
dalam pergaulan karena mampu berkomunikasi dengan lancar pada
orang lain. Orang-orang ini populer dalam lingkungannya dan
menjadi teman yang menyenangkan karena kemampuannya
berkomunikasi (Goleman, 2002 :59). Ramah tamah, baik hati, hormat
dan disukai orang lain dapat dijadikan petunjuk positif bagaimana
siswa mampu membina hubungan dengan orang lain. Sejauhmana
kepribadian siswa berkembang dilihat dari banyaknya hubungan
interpersonal yang dilakukannya.

41
3. Spiritual Quotient ( SQ ) atau kecerdasan spiritual

SQ Adalah sumber yang mengilhami dan melambungkan


semangat seseorang dengan mengikatkan diri pada nilai-nilai
kebenaran tanpa batas waktu (Agus Nggermanto, Quantum
Quotient,2001). Menurut Damitri Mhayana dalam Habsari ,2004.

Ciri-ciri seseorang yang memiliki SQ tinggi adalah sebagai berikut:

• Memiliki prinsip dan visi yang kuat.


• Mampu melihat kesatuan dalam keaneka ragaman.
• Mampu memaknai setiap sisi kehidupan.
• Mampu mengelola dan bertahan dalam kessulitan dan
penderitaan.

Pengertian Kecerdasan Spiritual - Kecerdasan spritual


tersusun dalam dua kata yaitu “kecerdasan” dan “spiritual”.
Kecerdasan adalah kemampuan seseorang untuk memecahkan
masalah yang dihadapinya, terutama masalah yang menuntut
kemampuan fikiran. Berbagai batasan-batasan yang dikemukakan
oleh para ahli didasarkan pada teorinya masing-masing. (Munandir,
Ensiklopedia Pendidikan, (Malang: UM Press, 2001), hal 122).
Intelegence dapat pula diartikan sebagai kemampuan yang
berhubungan dengan abstraksi-abstraksi, kemampuan mempelajari
sesuatu, kemampuan menangani situasi-situasi baru. ( Kartini
Kartono, & Dali Gulo, Kamus Psikologi (Bandung: Pioner Jaya,
2000), hal 233)

Adapun pengertian Kecerdasan Spiritual Menurut Para Ahli:


Spiritual adalah dasar bagi tumbuhnya harga diri, nilai-nilai,
moral, dan rasa memiliki. Ia memberi arah dan arti bagi kehidupan
kita tentang kepercayaan mengenai adanya kekuatan non fisik yang
lebih besar dari pada kekuatan diri kita; Suatu kesadaran yang

42
menghubungkan kita langsung dengan Tuhan, atau apa pun yang kita
namakan sebagai sumber keberadaan kita. (Mimi Doe & Marsha
Walch, 10 Prinsip Spiritual Parenting: Bagaimana Menumbuhkan
dan Merawat Sukma Anak Anda. (Bandung: Kaifa, 2001), hal
20) Spiritual juga berarti kejiwaan, rohani, batin, mental, moral. (
Tim Penyusun Kamus, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta:
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan,1989), hal 857)

Jadi berdasarkan arti dari dua kata tersebut kerdasan spiritual


dapat diartikan sebagai kemampuan seseorang untuk menghadapi dan
memecahkan masalah yang berhubungan dengan nilai, batin, dan
kejiwaan. Kecerdasan ini terutama berkaitan dengan abstraksi pada
suatu hal di luar kekuatan manusia yaitu kekuatan penggerak
kehidupan dan semesta.

Zohar dan Marshal mendefinisikan kecerdasan spiritual


sebagai kecerdasan untuk menghadapi dan memecahkan persoalan
makna dan nilai, yaitu kecerdasan untuk menempatkan perilaku dan
hidup dalam konteks makna yang lebih luas dan kaya, kecerdasan
untuk menilai bahwa tindakan atau jalan hidup seseorang lebih
bermakna dari pada yang lain. (Danah Zohar dan Ian Marshal. SQ:
Memanfaatkan Kecerdasan Spritual dalam Berfikir Integralistik dan
Holistik untuk Memaknai Kehidupan. (Bandung: Mizan, 2001), hal
4)
Kecerdasan spiritual menurut Khalil A Khavari di
definisikan sebagai fakultas dimensi non-material kita atau jiwa
manusia. Ia menyebutnya sebagai intan yang belum terasah dan
dimiliki oleh setiap insan. Kita harus mengenali seperti adanya,
menggosoknya sehingga mengkilap dengan tekat yang besar,
menggu-nakannya menuju kearifan, dan untuk men-
capai kebahagiaan yang abadi. (Sukidi. Rahasia Sukses Hidup
Bahagia, Mengapa SQ Lebih Penting dari pada IQ dan EQ. (Jakarta:
Gramedia, 2004), hal 77)

43
Kecerdasan spiritual menurut Stephen R. Covey adalah
pusat paling mendasar di antara kecerdasan yang lain, karena dia
menjadi sumber bimbingan bagi kecerdasan lainnya. Kecerdasan
spiritual mewakili kerinduan akan makna dan hubungan dengan yang
tak terbatas. (Stephen R. Covey, The8th Habit: Melampaui
Efektifitas, Menggapai Keagungan, (Jakarta: PT Gramedia pustaka
utama. 2005), hal 79)
Menurut Tony Buzan kecerdasan spiritual adalah yang
berkaitan dengan menjadi bagian dari rancangan segala sesuatu yang
lebih besar, meliputi “melihat suatu gambaran secara menyeluruh”.(
Tony Buzan, Head First, 10 Cara Memanfaatkan 99% Dari
Kehebatan Otak Anda Yang Selama Ini Belum Pernah Anda
Gunakan,(Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2003), hal 80)

Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa


kecerdasan spiritual adalah kemampuan potensial setiap manusia
yang menjadikan ia dapat menyadari dan menentukan makna, nilai,
moral, serta cinta terhadap kekuatan yang lebih besar dan sesama
makhluk hidup, karena merasa sebagai bagian dari keseluruhan.
Sehingga membuat manusia dapat menempatkan diri dan hidup lebih
positif dengan penuh kebijaksanaan, kedamaian, dan kebahagiaan
yang hakiki.

• Ciri Kecerdasan Spritual


Lima karakteristik orang yang cerdas secara spiritual
menurut Roberts A. Emmons (dalam Juita), The Psychology of
Ultimate Concerns:

• Kemampuan untuk mentransendensikan fisik dan material.


• Kemampuan untuk mengalami tingkat kesadaran yang
memuncak.
• Kemampuan untuk mensakralkan pengalaman sehari-hari.

44
• Kemampuan untuk menggunakan sumber-sumber spiritual untuk
menyelesaikan masalah.
• Kemampuan untuk berbuat baik.

Dua karakteristik yang pertama sering disebut sebagai


komponen inti kecerdasan spiritual. Anak yang merasakan kehadiran
Tuhan atau makhluk ruhaniyah di sekitarnya mengalami transendensi
fisikal dan material. Ia memasuki dunia spiritual. Ia mencapai
kesadaran kosmis yang menggabungkan dia dengan seluruh alam
semesta. Ia merasa bahwa alamnya tidak terbatas pada apa yang
disaksikan dengan alat-alat indrianya.

Ciri yang ketiga yaitu sanktifikasi pengalaman sehari-hari


akan terjadi ketika kita meletakkan pekerjaan biasa dalam tujuan yang
agung. Misalnya: Seorang wartawan bertemu dengan dua orang
pekerja yang sedang mengangkut batu-bata. Salah seorang di antara
mereka bekerja dengan muka cemberut, masam, dan tampak
kelelahan. Kawannya justru bekerja dengan ceria, gembira, penuh
semangat. Ia tampak tidak kecapaian. Kepada keduanya ditanyakan
pertanyaan yang sama, “Apa yang sedang Anda kerjakan? “Yang
cemberut menjawab, “Saya sedang menumpuk batu” Yang ceria
berkata, “Saya sedang membangun katedral!” Yang kedua telah
mengangkat pekerjaan “menumpuk bata” pada dataran makna yang
lebih luhur. Ia telah melakukan sanktifikasi.

Orang yang cerdas secara spiritual tidak memecahkan


persoalan hidup hanya secara rasional atau emosional saja. Ia
menghubungkannya dengan makna kehidupan secara spiritual yaitu
melakukan hubungan dengan pengatur kehidupan. Contoh: Seorang
anak diberitahu bahwa orang tuanya tidak akan sanggup
menyekolahkannya ke Jerman, ia tidak putus asa. Ia yakin
bahwa kalau orang itu bersungguh-sungguh dan minta pertolongan
kepada Tuhan, ia akan diberi jalan. Bukankah Tuhan berfirman,
“Orang-orang yang bersungguh-sungguh dijalan Kami, Kami akan

45
berikan kepadanya jalan-jalan Kami”? anak tersebut memiliki
karakteristik yang keempat.

Tetapi anak tersebut juga menampakkan karakteristik yang


ke lima memiliki rasa kasih yang tinggi pada sesama makhluk. Tuhan.
Memberi maaf, bersyukur atau mengungkapkan terimakasih,
bersikap rendah hati, menunjukkan kasih sayang dan kearifan,
hanyalah sebagian dari kebajikan. Karakteristik terakhir ini mungkin
disimpulkan Muhammad saw, “Amal paling utama ialah engkau
masukkan rasa bahagia pada sesama manusia.” (Leny Juwita,
Mengembangkan Kecerdasan Spiritual Anak, (online), (www.mail-
archive.com/airputih@yahoogroup.com, artikel lepas Yayasan
Muthahari, Akses 21:99 Kamis 14 Desember 2006)

Zohar & Marshaall mengindikasikan tanda dari SQ yang


telah berkembang dengan baik mencangkup hal berikut:

• Kemampuan bersikap fleksibel (adaptif secara spontan dan


aktif).
• Tingkat kesadaran yang tinggi.
• Kemampuan untuk menghadapi dan memanfaatkan penderitaan.
• Kemanpuan untuk menghadapi dan melampui rasa sakit.
• Kualitas hidup yang diilhami oleh visi dan nilai.
• Keengganan untuk untuk menyebabkan kerugian yang tidak
perlu.
• Kecenderungan untuk melihat ketertarikan antara berbagai hal
(holistik view).
• Kecenderungan untuk bertanya untuk mencari jawaban yang
mendasar.
• Bertanggung jawab untuk membawakan visi dan dan nilai yang
lebih tinggi pada orang lain.

46
Seorang yang tinggi SQ-nya cenderung menjadi menjadi
seorang pemimpin yang penuh pengabdian - yaitu seorang yang
bertanggung jawab untuk membawakan visi dan nilai yang lebih
tinggi terhadap orang lain, ia dapat memberikan inspirasi terhadap
orang lain.( Danah Zohar Dan Ian Marshal, SQ: Memanfaatkan
Kecerdasan Spritual., hal, 14)

Sejalan dengan Covey yang menerangkan bahwa; Setiap


pribadi yang menjadi mandiri, proaktif, berpusat pada prinsip yang
benar, digerakkan oleh nilai dan mampu mengaplikasikan dengan
integritas, maka ia pun dapat membangun hungungan saling
tergantung, kaya, langgeng, dan sangat produktif dengan orang lain.
(Stephen R. Covey,.the 7 Habit of Highly Effective People (Jakarta:
Binapura Aksara, 1997), hal 180-181)

Mahayana menyebutkan beberapa ciri orang yang


mempunyai kecerdasan spritual yang tinggi:

• Memiliki prinsip dan visi yang kuat


Prinsip adalah kebenaran yang dalam dan mendasar ia
sebagai pedoman berperilaku yang mempunyai nilai yang langgeng
dan produktif. Prinsip manusia secara jelas tidak akan berubah, yang
berubah adalah cara kita mengerti dan melihat prinsip tersebut.
Semakin banyak kita tahu mengenai prinsip yang benar semakin
besar kebebasan pribadi kita untuk bertindak dengan bijaksana.

Paradigma adalah sumber dari semua tingkah laku dan


sikap, dengan menempatkan kita pada prinsip yang benar dan
mendasar maka kita juga menciptakan peta atau paradigma mendasar
mengenai hidup yang benar, dan pada ujung-ujungnya adalah hidup
yang efektif. (Ibid, 113-114)

Mengenai prinsip ini Agustian lebih mempertegas apa saja


prinsip-prinsip itu. Ini adalah prinsip yang lama dicari oleh manusia,

47
ilmuan dan sebagainya. Ia mengemukakan bahwa orang memiliki
emosi positif dan sebagainya karena sifat / karakternya, dan karakter
yang paling berhasil sepanjang sejarah kehidupan manusia adalah
karakter yang abadi, terus dicari, dan seakan menimblkan tarikan
grafitasi mengenai dinamika perilaku manusia sepanjang zaman.
Adapun sifat tersebut setelah lama di cari oleh ilmuan dan mereka
lukiskan sebagai karakter CEO tidak lain adalah asmaul husna yang
99. Prinsip ini menurut Agustian telah tertamam dalam diri manusia
dan seakan terekam sebagai Chip yang akan menjadi dinamika
perilaku dan kepribadian manusia. (Ary Ginanjar Agustian, Rahasia
Sukses Membangun ESQ Power., hal 87-95)

• Kesatuan dan keragaman

Seorang dengan spiritualitas yang tinggi mampu melihat


ketunggalan dalam keragaman. Ia adalah prinsip yang mendasari SQ,
sebagaimana Tony Buzan dan Zohar menjelaskan pada pemaparan
yang telah disebutkan diatas. Tony Buzan mengatakan bahwa
“kecerdasan spiritual meliputi melihat gambaran yang menyeluruh, ia
termotivasi oleh nilai pribadi yang mencangkup usaha menjangkau
sesuatu selain kepentingan pribadi demi kepentingan masyarakat”.
(Tony Buzan, Head First., hal 80).

• Memaknai

Makna bersifat substansial, berdimensi spiritual. Makna


adalah penentu identitas sesuatu yang paling signifikan. Seorang yang
memiliki SQ tinggi akan mampu memaknai atau menemukan makna
terdalam dari segala sisi kehidupan, baik karunia Tuhan yang berupa
kenikmatan atau ujian dari-Nya, ia juga merupakan manifestasi kasih
sayang dari-Nya. Ujiannya hanyalah wahana pendewasaan spiritual
manusia.

48
Mengenai hal ini Covey meneguhkan tentang pemaknaan
dan respon kita terhadap hidup. Ia mengatakan “cobalah untuk
mengajukan pertanyaan terhadap diri sendiri: Apa yang dituntut
situasi hidup saya saat ini; yang yang harus saya lakukan dalam
tanggung jawab saya, tugas-tugas saya saai ini; langkah bijaksana
yang akan saya ambil?”. Jika kita hidup dengan menjalani hati nurani
kita yang berbisik mengenai jawaban atas pertanyaan kita diatas
maka, “ruang antara stimulus dan respon menjadi semakin besardan
nurani akan makin terdengar jelas”. (Stephen R. Covey, The8th
Habit, hal 524)

• Kesulitan dan penderitaan


Pelajaran yang paling berarti dalam kehidupan manusia
adalah pada waktu ia sadar bahwa itu adalah bagian penting dari
substansi yang akan mengisi dan mendewasakan sehingga ia menjadi
lebih matang, kuat, dan lebih siap menjalani kehidupan yang penuh
rintangan dan penderitaan. Pelajaran tersebut akan menguhkan
pribadinya setelah ia dapat menjalani dan berhasil untuk
mendapatkan apa maksud terdalam dari pelajaran tadi. Kesulitan akan
mengasah menumbuh kembangkan, hingga pada proses pematangan
dimensi spiritual manusia. SQ mampu mentransformasikan kesulitan
menjadi suatu medan penyempurnaan dan pendidikan spiritual yang
bermakna. SQ yang tinggi mampu memajukan seseorang karena
pelajaran dari kesulitan dan kepekaan terhadap hati nuraninya. (Agus
Nggermanto, Quantum Quotien.,hal 123 -136)
Menurut Khavari terdapat tiga bagian yang dapat kita lihat
untuk menguji tingkat kecerdasan spritual seseorang:
• Dari sudut pandang spiritual keagamaan (relasi vertikal,
hubungan dengan yang Maha Kuasa). Sudut pandang ini akan
melihat sejauh manakah tingkat relasi spritual kita dengan Sang
Pencipta, Hal ini dapat diukur dari “segi komunikasi dan
intensitas spritual individu dengan Tuhannya”. Menifestasinya
dapat terlihat dari pada frekwensi do’a, makhluq spritual,
kecintaan kepada Tuhan yang bersemayam dalam hati, dan rasa

49
syukur kehadirat-Nya. Khavari lebih menekankan segi ini untuk
melakukan pengukuran tingkat kecerdasan spritual, karena”
apabila keharmonisan hubungan dan relasi spritual keagamaan
seseorang semakin tinggi maka semakin tinggi pula tingkat
kualitas kecerdasan spritualnya”.
• Dari sudut pandang relasi sosial-keagamaan. Sudut pandang ini
melihat konsekwensi psikologis spritual-keagamaan terhadap
sikap sosial yang menekankan segi kebersamaan dan
kesejahteraan sosial. Kecerdasan spiritual akan tercermin pada
ikatan kekeluargaan antar sesama, peka terhadap kesejahteraan
orang lain dan makhluk hidup lain, bersikap dermawan. Perilaku
marupakan manifestasi dari keadaan jiwa, maka kecerdasan
spritual yang ada dalam diri individu akan termanifestasi dalam
perilakunya. Dalam hal ini SQ akan termanifestasi dalam sikap
sosial. Jadi kecerdasan ini tidak hanya berurusan dengan ke-
Tuhanan atau masalah spiritual, namun akan mempengaruhi
pada aspek yang lebih luas terutama hubungan antar manusia.
• Dari sudut pandang etika sosial. Sudut pandang ini dapat
menggambarkan tingkat etika sosial sebagai manifestasi dari
kualitas kecerdasan spiritual. Semakin tinggi tingkat kecerdasan
spritualnya semakin tinggi pula etika sosialnya. Hal ini tercermin
dari ketaatan seseorang pada etika dan moral, jujur, dapat
dipercaya, sopan, toleran, dan anti terhadap kekerasan. Dengan
kecerdasan spritual maka individu dapat menghayati arti dari
pentingnya sopan santun, toleran, dan beradap dalam hidup. Hal
ini menjadi panggilan intrinsik dalam etika sosial, karena
sepenuhnya kita sadar bahwa ada makna simbolik kehadiran
Tuhan dalam kehidupan sehari-hari yang selalu mengawasi atau
melihat kita di dalam diri kita maupun gerak-gerik kita, dimana
pun dan kapan pun, apa lagi kaum beragama, inti dari agama
adalah moral dan etika. (Sukidi, Rahasia Sukses Hidup Bahagia.,
hal 80-85).

50
PROKRASTINASI

A. Pengertian Prokrastinasi

Prokratinasi dalam Bahasa Latin berasal dari


kata procrastinare yang terdiri dari kata pro yang berarti meneruskan
dan crastinus yang artinya hingga besok (Ferrari, Johnson, &
McCown, 1995; Burka & Yuen, 2008; Knaus, 2010). Bangsa Mesir
memiliki dua kata yang diartikan sebagai prokrastinasi, yaitu kata
pertama diartikan sebagai kebiasaan bermanfaat dari menghindari
pekerjaan yang dirasa tidak perlu dan usaha terus menerus sehingga
bisa menghemat energi, sedangkan kata kedua dilambangkan sebagai
suatu kebiasaan yang memiliki bahaya karena rasa malas untuk
menyelesaikan pekerjaan yang dibutuhkan (Ferrari, Johnson, &
McCown, 1995; Burka & Yuen, 2008; Knaus, 2010).

Milgram mendefinisikan prokrastinasi secara multidimensi


yang meliputi urutan perilaku penundaan, menghasilkan perilaku
yang kurang lancar, melibatkan penundaan sebagai hal yang perlu
untuk dilakukan, serta dapat menghasilkan gangguan
emosional (Ferrari, Johnson, & McCown, 1995). Prokrastinasi yang
dialami individu menurut Popoola digambarkan dengan individu
yang tahu apa yang seharusnya dilakukan, dapat melakukan
pekerjaan tersebut, sedang berusaha untuk melakukannya, namun
tidak segera melakukannya (Akinsola, Tella, & Tella, 2007),
sedangkan Noran mendefiniskan prokrastinasi sebagai perilaku
menghindari melakukan tugas tertentu yang perlu diselesaikan
dengan memilih melakukan kegiatan lain yang lebih
menyenangkan (Akinsola, Tella, & Tella, 2007).

Prokrastinasi menurut Balkis dan Duru (2009) yaitu perilaku


individu dalam meninggalkan pekerjaan yang seharusnya
dilaksanakan atau telah direncanakan sebelumnya hingga waktu lain
tanpa alasan yang bijaksana. Rozental dan Carlbring (2014)

51
berpendapat bahwa prokrastinasi merupakan perilaku penundaan
yang tidak masuk akal dalam memulai atau menyelesaikan pekerjaan
karena adanya rasa tidak nyaman subjektif.

Hannok, Klassen, dan Krawchuk (2012) mendefinisikan


prokrastinasi sebagai perilaku manusia secara umum yang melibatkan
penundaan dalam memulai atau menyelesaikan tugas penting.
Knaus (2010) menyebutkan bahwa prokrastinasi merupakan suatu
kebiasaan bermasalah yang terjadi secara otomatis untuk menunda
kegiatan penting dan segera hingga lain waktu serta proses penundaan
tersebut memiliki konsekuensi tertentu.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa


prokrastinasi merupakan perilaku untuk menunda dalam memulai
maupun menyelesaikan pekerjaan dan menggantikannya dengan
pekerjaan lain yang kurang penting sehingga memiliki konsekuensi
tertentu.

B. Penyebab procrastination

Procrastination terjadi karena adanya perasaan-perasaan


seperti takut, harapan, memori, impian, keraguan, dan tekanan.
Perasaan marah yang terendap juga menjadi salah satu penyebab
seseorang sering menunda pekerjaan. Procrastination sering
digunakan untuk menghindari perasaan-perasaan tidak nyaman.
Sebagaicontoh, pelajar senang menunda mengerjakan tugas yang
mereka tidak sukai. Dalam penundaan dan keterlambatan
proscrastinators, mereka juga takut jika usaha mereka tidak diterima.
Para procrastinators melarikan diri dan menghindar dari
tanggungjawab, mereka tidak yakin terhadap diri mereka sendiri.
Orang-orang juga lebih sering melakukan procrastination pada tugas-
tugas yang konsekuensinya tidak langsung dan masih lama waktunya,
dibandingkan resiko yang akan langsung datang.

52
Alasan lainnya terjadinya procrastination adalah kesulitan
dalam mengatur waktu. Orang-orang mengalami kesulitan
berhadapan dengan deadline, kekonsistenan, ataupun memprediksi
ketepatan selesainya pekerjaan. Faktor tersebut dapat terjadi
dikarenakan factor genetis. Ada factor biologis dalam diri yang tidak
dapat menyesuaikan dengan proses yang terus berubah-ubah. Selain
itu, penundaan dapat timbul dari factor eksternal seperti keluarga,
hubungan sosial, factor kultural. Faktor-faktor ini berhubungan erat
dengan ‘penghargaan’ dan ‘hukuman’ yang dirasakan seseorang.
Seseorang yang merasa tidak pernah bermasalah dan dihukum karena
kebiasaan menunda menjadi termotivasi untuk sering melakukan
procrastination.

C. Cara untuk mencegah procrastination

• Buatlah keputusan untuk segera memulai tugas penting Anda


setiap hari. Anda harus memutuskan untuk memulainya. Kalau
tidak, berarti Anda akan menundanya lagi.
• Jangan biarkan adanya pengecualian sampai kebiasaan ini benar-
benar melekat dengan kuat. Jangan membuat alasan atau
merasionalkannya. Jangan biarkan diri Anda lepas dari ikatan.
• Ceritakan pada orang lain bahwa Anda tidak akan menunda
pekerjaan lagi. Adalah mengagumkan melihat Anda menjadi
disiplin dan tekun ketika Anda tahu bahwa orang lain
meperhatikan Anda untuk melihat apakah Anda memiliki keauan
kuat untuk berubah.
• Visualisasikan dan bayangkan diri Anda sendiri segera memulai
tugas dan pekerjaan dan tidak berhenti sampai pekerjaan tersebut
benar-benar selesai.
• Buatlah afirmasi secara berulang beberapa kali, “saya mulai dan
mengerjakan tugas penting saya sesegera mungkin.”

53
• Disiplinkan diri Anda untuk tetap melakukannya setiap hari
sampai hal itu menjadi otomatis bagi Anda untuk segera memulai
tugas terpenting Anda.
• Berikan hadiah dan penghargaan kepada diri Anda sendiri setiap
kali Anda berhasil mengatasi penundaan dan menyelesaikan
pekerjaan penting Anda.

54
BAB III

HASIL TES

TES KEPRIBADIAN BIG FIVE

Pertanyaan STS TS N S SS

Saya hidup dalam pesta √

Saya hanya memberi


sedikit perhatian kepada √
orang lain

Saya selalu siap √

Saya gampang

mengalami stress

Saya kaya akan kosakata √

Saya tidak banyak bicara √

Saya tertarik terhadap



orang-orang

Saya meninggalkan bar-



ang-barang di sekitar

Saya sering bersantai-


santai bahkan hampir √
setiap waktu

Saya sulit memahami



ide-ide yang abstrak

55
Saya merasa nyaman
apabila bertemu dengan √
orang-orang

Saya menghina orang



lain

Saya selalu mem-



perhatikan setiap detail

Saya selalu khawatir √

Saya mempunyai ima-



jinasi yang jelas

Saya bekerja dibalik



layar

Saya bersimpati dengan



perasaan orang lain

Saya membuat kekacau-



an

Saya jarang merasa biru √

Saya tidak tertarik



dengan ide yang abstrak

Saya selalu memulai



diskusi / percakapan

Saya tidak peduli dengan



masalah orang lain

Saya mengerjakan tugas



dengan segera

56
Saya mudah terganggu √

Saya mempunyai ide



yang cemerlang

Saya sedikit bicara √

Saya mempunyai hati



yang lembut

Saya lupa mengem-


balikan barang pada √
tempatnya kembali

Saya mudah marah √

Saya buruk dalam ber-



imajinasi

Saya berbicara dengan



orang berbeda saat pesta

Saya tidak tertarik



dengan orang lain

Saya menyukai perintah √

Mood saya mudah ber-



ubah

Saya cepat dalam me-



mahami sesuatu

Saya tidak suka menarik



perhatian

Saya meluangkan waktu



untuk orang lain

57
Saya sering menghindari

tugas

Saya sering meengalami



perubahan mood

Saya menggunakan kata-



kata sulit

Saya tidak masalah



menjadi pusat perhatian

Saya merasakan emosi



orang lain

Saya taat terhadap jadwal √

Saya mudah tersinggung √

Saya menghabiskan
waktu untuk memikirkan √
sesuatu.

Saya menjadi pendiam


ketika bertemu dengan √
orang asing

Saya membuat orang lain



merasa nyaman

Saya sering menuntut



dalam pekerjaan

Saya sering merasa biru √

Saya selalu penuh



dengan ide - ide

58
59
60
Banyak orang kesepian. Saya mengembangkan algoritma
pencocokan untuk membantu orang berteman. Untuk melakukan ini,
saya memerlukan data tentang pasangan nyata teman untuk melihat
prediktor persahabatan yang penting. Jika Anda memiliki teman baik
dan bersedia membuat mereka melakukan survei dengan Anda.

61
TES MINAT DAN BAKAT

62
63
64
65
66
67
68
69
70
71
72
73
74
TES KECERDASAN

TES IQ

75
76
77
78
TES SPASIAL

79
B B

C B

D C

E A

80
D B

C C

B E

B A

81
E E

E C

82
TES PROKRASTINASI

Penundaan adalah fenomena aneh. Para ahli


mendefinisikannya sebagai niat untuk melakukan sesuatu, namun
bertindak bertentangan dengan niatnya dengan menunda atau
melakukan sesuatu yang lain. Seringkali tampaknya merupakan
solusi yang baik untuk membuat hidup lebih menyenangkan (dengan
menunda tanggung jawab yang tidak menyenangkan), namun
penundaan hampir selalu membuat keadaan menjadi lebih sulit dan
penuh tekanan. Ini bisa memberi kelegaan sementara, tapi batas
waktu yang menjulang, pound ekstra yang perlu dilepas, atau
kunjungan yang menyebalkan ke Bibi Great Janice Anda, tidak dapat
ditunda selamanya. Banyak orang berjuang bertahun-tahun untuk
melepaskan diri dari rantainya agar bisa maju menuju kesuksesan

83
akademis, memenuhi hubungan, rumah yang bersih, atau tubuh yang
sehat.

Meskipun kelihatannya seolah menunda sesuatu sampai


nanti bukanlah masalah besar, penelitian telah menunjukkan bahwa
hal itu dapat berubah menjadi kebiasaan yang serius. Tidak hanya
bisa menembus semua bidang kehidupan Anda, tapi juga bisa
mengakibatkan hilangnya kesempatan, masalah karir, biaya yang
tidak perlu (misalnya biaya keterlambatan) dan bahkan masalah
kesehatan. Kecenderungan untuk menunda-nunda mungkin juga
merupakan pertanda adanya masalah yang lebih dalam, sering
dikaitkan dengan Depresi, Attention Deficit Disorder, dan Anxiety.

Menurut hasil Anda, Anda memiliki sedikit kecen-


derungan menunda-nunda. Jika Anda umumnya senang dengan
kualitas pekerjaan Anda dan hasil yang Anda dapatkan, tidak perlu
berubah. Namun, jika Anda cenderung mengalami kecemasan atau
stres pada saat-saat ketika Anda menunda-nunda, mungkin ada
masalah yang tidak Anda hadapi.

84
Daftar pustaka:

http://www.seputarilmu.com/2015/12/9-pengertian-kepribadian-
menurut-para.html

http://thelittlebomb.blogspot.co.id/2013/01/pengertian-kepribadian-
secara-umum.html

https://id.wikipedia.org/wiki/Kepribadian

https://id.wikipedia.org/wiki/Kepribadian_Big_Five

https://ahkammuhammad.wordpress.com/psikologi/teori/big-five-
personality/

http://misscounseling.blogspot.co.id/2011/09/mengenali-bakat-dan-
minat.html

https://juliawankomang.wordpress.com/2015/12/13/intelegent-
quotient-iq-emosi-quottient-eq-spiritual-quotient-sq-dan-adversity-
quotient-aq/

http://www.sarjanaku.com/2013/01/pengertian-kecerdasan-spiritual-
ciri-sq.html

http://xerma.blogspot.co.id/2013/08/pengertian-dan-penjelasan-
intelegensi.html

http://www.sarjanaku.com/2012/11/pengertian-kecerdasan-
emosional-menurut.html

http://lets-sharing-information.blogspot.co.id/2016/06/prokrastinasi-
2-pengertian-prokrastinasi.html

http://untar.ac.id/fp/menunda-pekerjaan/

https://nandyagoesti.wordpress.com/2008/09/26/procrastination/

85
http://www.sekolahpendidikan.com/2017/08/pengertian-kecerdasan-
jenis-dan-faktor.html

http://temubakat.com/id/index.php/main/result?p=defe1ad07f7aad81
5b53ec6741c312ef&y=1997&m=04&d=25

http://psychologytoday.tests.psychtests.com/bin/transfer

https://openpsychometrics.org/tests/IPIP-
BFFM/results.php?r=3.2,3.6,3.8,3.3,3.6#_III

86

Anda mungkin juga menyukai