Anda di halaman 1dari 17

KONSEP TEORI DAN ASKEP

UROLITIASIS

DISUSUN OLEH :

WIYAH

1018031132

PSIK 3 C

UNIVERSITAS FALETEHAN

PROGRAM STADI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

SERANG BANTEN
A. KONSEP TEORI
1. DEFINISI
Urolitiasis mengacu pada batu (kalkuli) di saluran kemih. Batu terbentuk di
saluran kemih ketika konsentrasi zat dalam urine seperti kalsium okalat , kalsium
fosfat, dan asam urat meningkat. Batu memiliki ukuran beragam dari deposit
granular kecil sehingga sebesar buah jeruk. Factor yang mendukung pembentukan
batu antara lain infeksi, stasis urine, dan periode imobilitas, semuanya akan
memperlambat drainase ginjal dan mengubah metabolism kalsium. Masalah lebih
sering terjadi dalam decade ketiga sampai kelima kehidupan dan lebih banyak
dialami oleh pria dari pada wanita.
Urolithiasis adalah suatu keadaan terjadinya penumpukan oksidat, calculi
(batu ginjal) pada ureter atau pada daerah ginjal. Uolithiasis terjadi bila batu ada
di saluran perkemihan. batu itu sendiri disebut calculi. Pembentukan batu mulai
dengan kristal yang terperangkap di suatu tempat sepanjang saluran perkemihan
yang tumbuh sebagai pencetus larutan urin. Calculi bervariasi dalam ukuran dan
dari focus mikroskopik sampai beberapa centimeter cukup besar untuk masuk
dalam velvis ginjal.
2. ETOLOGI
Factor-faktor yang mempengaruhi pembentukan batu :
a. Factor endogen
Factor genetik, pada hypersistinuria, hiperkalsiuria, dan hiperoksalouria
b. Factor eksogen
Factor lingkungan, pekerjaan, makanan infeksi dan kejenuhan mineral dalam
air mineral.
c. Factor lain:
- infeksi
infeksi saluran kencing (ISK) dapat menyebabkan nekrosis jaringan ginjal
dan akan mejadi inti pembentukan batu saluran kencing (ISK) infeksi
bakteri akan memecahkan ureum dan membentuk anonium yang akan
mengubah ph urine menjadi alkali.
- stasis dan obstruksi urine
adanya obstruksi dan stasis urine akan mempermudah infeksi saluran
kencing
- jenis jelamin
lebih banyak terjadi pada laki- laki dibandi wanita dengan perbandingan
3:1
- ras
baru saluran kenci lebih banyak di temukan di Afrika dan Asia.
- Keturunan
Anggota keluarga batu saluran kencing lebih banyak mempunyai
kesempatan.
- air minum
memperbanyak diuresis dengan banyak minum air akan mengurangi
kemungkinan terbentuknya batu, sedangkan kurang minum menyebabkan
kadar semua substransi dalam urine mingkat.
- Pekerjaan
Pekerja keras yang banyak bergerak mengurangi kemungkinan
erbentuknya batu dari pada pekerja yang lebih banyak duduk.
- Suhu
Tempat yang bersuhu panas menyebabkan banyak mengeluarkan keringat
- Makana
Masyarakat yang banyak mengkonsumsi protein hewani angka mordibitas
batu saluran kencing berkurang. Penduduk yang vegetarian yang kurang
makan putih telur sering menderita batu saluran kencing (buli – buli dan
urether).

3. KLASIFIKASI
Klasifikasi batu saluran kemih menurut Joyce M Black (2001) adalah :
1. Batu kalsium
Batu kalsium merupakan jenis batu terbanyak, batu kalsium biasanya terdiri
dari fosfat atau kalsium oksalat. Dari bentuk partikel yang terkecil disebut
pasir atau krikil sampai ke ukuran yang sangat besar “ staghorn” yang berada
di prlvis dan dapat masuk ke kaliks.
Factor penyebab terjadinya batu kalsium adalah :
 Hypercalsurria (peningkatan jumlah kalsium dalam urine ) biasanya
disebabkan oleh komponen:
1. Peningkatan resopsi kalsium tulang yang banyak terjadi pada
hiprparatirtoid primer atau pada tumor paratiroid
2. Peningkatan absorbs kalsium pada usus yang biasanya dinamakan
susu-alkali syndrome, sarcoidosis
3. Gangguan kemampuan renal mereabsorsi kalsium melalui tubulus
ginjal
4. Abnormalitas struktur biasanya pada daerah pelvikalises ginjal.
 Hiperoksaluri
Eksresi oksalat urine melebihi 45 gram perhari. Keadaan ini banyak di
jumpai pada pasien yang mengalami gangguan pada usus sehabis
menjalani pembedahan usus dan pasien yang banyak mengkonsumsi
makanan yang kaya oksalat seperti the, kopi instan , soft dring, jeruk
sitrun , sayuran berdaun hijau banyak terutama bayam.
 Hipositraturi
Didalam urine sitrat akan bereaksi mengalami ikatan kalsium dengan
oksalat atau fosfat. Karena sitrat dapat bertindak sebagai penghambat
pembentukan batu kalsium. Hal ini dapat terjadi karena penyakit
asidosis tubuli ginjal., sindrom malabsorbsi atau pemakaian diuretic
golongan thiazide dalam jangka waktuyang lama.
 Hipomagnesuri
Magnesium bertindak sebagai penghambat timbulnya batu kalsuim,
karna di dalam urin magnesium akan bereaksi dengan oksalat menjadi
magnesium oksalat sehingga mencegah ikatan kalsium oksalat.
2. Batu struvit
Batu ini dikenal juga dengan batu infeksi karena terbentuknya batu ini
disebabkan oleh adanya infeksisaluran kemih. Kuman penyebab infeksi ini
adalah kuman golongan pemecah urea atau urea spilitter yang dapt
menghasilkan enzim urease dan merubah urine menjadi basa melalui hidrolisis
urea menjadi amoniak. Suasana ini memudahkan garam –garam magnesium ,
ammonium fosfat , dan karbonat membentuk batu magnesium ammonium
fosfat (MAP) , kuman- kuman pemecah urea adalh proteus spp, klabsiella,
serration , enterobakter, pseudomonas, dan stapillokokus.
3. Batu asam urat
Factor yang menyebkan terbentuknya batu asm urat adalah:
a. Urin yang terlalu asam yang dapat disebabkan oleh makanan yang banyak
megandung purine, peminum alcohol.
b. Volume urine yang jumlahnya sedikit (<2 liter perhari) atau dehidrasi
c. Hiperurikosuri, kadar asam urat melebihi 850 mg/24 jam . asam urat yang
melebih dalam urin bertindak sebagai inti batu untuk terbentunya batu
kalsuim oksalat .
4. Batu sistin
Cystunuria mengakibatkan kerusakan metabolic secara congetinal yang
mewarisi penghambat atosomonal. Batu sitin merupakan jenis yang timbul
biasanya pada anak kecil dan orang tua.
5. Batu xanthine
Batu xanthine terjadi karena kondisi hederiter hal ini karena defisiensi oksidasi
xanthine.

4. PATOFISIOLOGI
Mekanisme pembentukan batu ginjal atau urologi belum diketahui secara
pasti. Berbagai factor mempengatuhi proses pembentukan batu. Factor utama
yaitu supersaturasi filter. Factor lain yaitu ph urine, statis urine dan deficiensi
factor penghambat pembentukan batu.
Batu terbentuk dari kalsium , phospat, oxalate, asam urat, struvitdan Kristal
cystin. Dan yang paling banyak adalh batu calcium yaitu calcium phopat dan
calcium oxalate. Batu asam urat dibentuk dari pengaruh metabolism purine, batu
struvit terbentuk karna akibat dari urea splitting bacteri dan mengandung
magnesium, phospat dan ammonium. Batu cystin terbentuk dari crystal cysteine
sebagai akibat dari defek tubular renal.
Ketika fitral yang harus di eksresikan semakin meningkat konsenterasinya,
keadaan ini sangat mendorong terjadinya keadaan supersaturasi. Contohnya
sebagai efek immobilisasi yang lama dapat meyebabkan mobilisasi calcium dari
tulang sehingga kadar serum kalsium meningkat yang berdampak terhadap beban
yang harus diekskresikan. Jika intake cairan tidak adekuat akan terjadi
supersaturasi dan akan terbentuk batu. Lebih banyak batu kalsium.
Ph urine dapat meningkatkan atau melarutkan batu saluran kemih. Batu asam
urat cenderung terbentuk pada keadaan urine yang asam. Batu struvit dan kalsium
phosfat cenderung terbentuk pada keadaan urine yang alkali. Batu kalsium oxalate
tidak dipengaruhi oleh ph urine.
Batu dibentuk diginjal dan menuju ureter dan turun kedalam vesika urinaria.
Sering kali batu tersangkut di sudut ureterpelvie atapun dilekukan uretro visikal.
Bila batu menyumbat dan menghambat aliran urine menyebabkan dilatasi ureter
sehingga terjadi keadaan hidroureter. Rasa nyeri karna spasme ureter terasa sangat
berat dan seperti diremas atau ditusuk dan dapat menyebabkan shock. Dapat juga
klien mengalami hematuria karan kerusakan lapisan urethelial. Jika obstruksi tidak
segera diatasi atau dihilangkan, urine statis dapat menyebabkan infeksi dan secara
bertahap mengganggu fungsi ginjal pada bagia yang di pengaruhi. Obstruksi terus
menerus dapat menyebabkan hidroneoprosis atau pembesaran ginjal.

5. MANIFESTASI KLINIS
Manifestasi bergantung pada ada/ tidaknya obstruksi, infeksi, dan edema. Gejala
berkisar dari ringan hingga nyeri hebat dan ketidaknyamanan.
 Batu di dalam pelvis renalis
- Nyeri yang intens dan dalam di area kostovertebral
- Hematuria dan piuria
- Nyeri yang menyebar ke sisi anterior ( ke dalam ) dank e bawah menuju
kandung kemih pada wanita dan menuju testis pada peria
- Nyeri akut, mual, muntah, nyeri tekan di area konstoverbal (kolik renal)
- Ketidaknyamanan abdomen, diare.
 Kolik ureter ( batu terperangkap di dalam ureter )
- Nyeri akut, parah, kronik,, seperti gelombang, yang merambat dari paha ke
genetalia
- Sering mengalami desakan berkemih, tetapi hanya sedikit urine yang
keluar, biasanya urine bercampur darah karena gesekan yang disebabkan
oleh batu (dikenal sebagai kolik ureter)
 Batu yang terperangkap di dalam kandung kemih.
- Gejala iritasi yang berkaitan dengan infeksi saluran kemih dan hematuria
- Retensi urine, jika batu menyumbat leher kandung kemih
- Kemungkinan urosepsis jika infeksi terjadi bersama dengan batu.
Menurut R. syamsul hidayat dan wim dejong, (1997). Gejala dan tandanya
tergantung pada lokasi batu, besarnya dan morfologinya. Walaupun demikian
penykit ini mempunyai tanda umum yaitu :
1. Hematuria (kencing darah )
2. Disuria
Pada pasien dengan batu ureter terdapat rasa nyeri, sakit mendadak yang di
sebabkan batu yang lewat, rasa sakit berupa rasa pegal di CVA (Costovetebra
Angle) atau kolik yang menjalar ke perut bawah sesui lokasi batu dalm ureter.
3. Pancaran urine terganggu.
- Nyeri pinggang : lokasi batu di ginjal, diureter bagian atas.
- Nyeri pinggang menjalar ke abdomen atau ke skrotum dan testis atau ke
vulva : batu di ureter atau bledder.
- Nyeri hebat (kolik) biasanya intermiten tetapi sangat berat ; bila ureter
spasme dan batu tidak dapt melaluinya.
- Mual, muntah : timbul sebagai respon sympatis dan parasimpatis karna
peristaltic dan spasme ureter
- Pucat, diaphorisis

6. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Menurut Harwono sapto dan susanto fitri (2002) pemeriksaan diagnostic untuk
pasien ureterolithiasis meliputi :
1. Pemeriksaan laboratorium dilakukan dengan analisis urine yang dilakukan
meliputi :
a. Berat jenis urine atau analisa urine : sering ada sel darah merah, putih,
crystal, perubahan ph, kultur sering ada bakteri
Urine 24 jam study : sering terjadi peningkatan kadar kalsium, phospat,
asam urat, oxalate atau cysteine.
b. Darah : kadar kalsium , protein, elektrolit, asam urat, phospat, BUN,
creatinin dan sel darah putih terjadi peningkatan.
2. Foto rontgrn
a. BNO (Buiknier Overziecht /Plan foto Abdomen)
Pemeriksaan ini digunakan dalam saluran kemih juga menentukan besar,
macam dan lokasi batu.
b. IVP (Intro Vena Pyelographic )
Dari pemeriksaan ini dapt diketahui struktur dan fungsi dari sistim ginjal,
ureter dan buli- buli, kandung kemih.
c. CT Scan
Pemeriksaan ini dilakukan apabila kedua pemeriksaan yang lainya belum
diketahui batu, macam maupun lokasi batu , CT Scan tampak adanya batu
atau massa.
7. KOMLIKASI
Menurut Barbara Engrm, (1999) komplikasi dari batu ginjal adalah :
1. Obstruksi ginjal, yang dapt menimbulkan kerusakan permanen bila tidak
teratasi
2. Pendarahan
3. Infeksi

8. PENATALAKSANAAN
- Penatalaksanan medis
Tujuan utama adalah untuk menyingkirkan batu, menentukan jenis batu,
mencegah penghancuran nefron, mengontrol infeksi, dan mengatasi
obstruksi yang mungkin terjadi.
- Menurut Masjoer, Arif (2000), penatalaksanan pada pasien ureterolithiasis
dapat dilakukan dengan cara :
1. Tujuan pengelolaan batu saluran kemih adalah :
- Menentukan dengan tepat adanya batu, lokasi dan besaranya batu.
- Menentukan adanya akibat- akibat batu saluran kemih : rasa nyeri,
gangguan ginjal, infeksi.
- Menghilangkan obstruksi, rasa nyeri dan infeksi
- Menganalisa batu dan mencari latar belakang terjadinya batu.
2. Tindakan
- Pemberian analgetik, pemberian antibiotic.
- Pengatur diit, sesuai dengan hasil analisa batu
- Mengangkat batu dengan cra :
Oprasi : Nephrostomy, Pyelolithotomy, Neprhrolithotomy, Cystotomi,
Extracorporeal Shock Wave Lithotomy.
B. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
- Kaji adanya nyeri dan ketidaknyamanan, termasuk tingkat keparahan,
lokasi, dan perambatan nyeri.
- Kaji adanya gejala penyerta, seperti mual, muntah, diare, dan distensi
abdomen
- Pantau tanda- tanda infeksi saluran kemih ( menggigil, demam,
mengeluarkan sedikit urine, oliguria( sering pipis), atau anuria ).
- Pantau adanya darah dalam urine, saring untuk menemukan batu atau batu
kerikil.
- Fokuskan riwayat pada factor factor yang mempredisposisi terbntuknya
batu di saluran kemih atau yang menctus episode kolik renal atau ureter
belakang ini.
- Kaji pengetahuan pasien mengenai batu ginjal dan supaya untuk mencegah
kekambuhan.
2. Pemeriksaan fisik
a. Ukur tanda vital
b. Inspeksi umum : konjugtiva, ujung kuku, mukosa mulut, mukosa bibir,
kelembaban kulit,
c. Insfeksi abdomen : adanya asites, distensi visika urinaria
d. Inspeksi :
Vagina : warna kulit, kebersihan dan kelembaban meatus ureter, labia
Penis : warna kulit, meatus uretra
e. Insfeksi adanya lesi atau tidak , tanda insfeksi, pruritus
f. Insfeksi urine output : warna , jumlah, discharge, hematuria
g. Ukur CRT, palpasi suhu akral
h. Auskultasi suara paru terhadap edema pulmonal
i. Auskultasi bruit vaskuler diarea arteri renalis, arteri iliaka, dan arteri femoralis
j. Ukur lingkr perut
k. Palpasi ringan untuk mengetahui adanya nyeri tekan dan lepas
l. Melakukan palpasi dalam untuk ginjal
m. Melakukan pemeriksaan asites
- Menggunakan pemeriksaan balotemen
- Menggunakan perkusi
n. Palpasi kandung kemih terhadap distensi
o. Perkusi abdomen, bladder, dullness atau timpani
p. Area CVA : nyeri atau tidak
q. Kaji edema ekstremitas

3. Diagnosa keperawatan
1. Nyeri akut
2. Intoleransi aktivitas
3. Gangguan eliminasi urine
4. Deficit pengetahuan

4. Pathway

Factor Intrinsik: Factor Idiopatik : Factor Ekstrinsik :


-Herediter -Gangguan metabolic -Geografis
-Umur -Insfeksi saluran kemih (ISK) -Iklim Dan Temperatur
-Jenis kelamin -Dehidrasi -Asupan Air
-Obstruksi -Diet
-Pekerjaan

Defisiensi kadar masgnesium, sitrat prifosfor,


Mukoprotein, dan peptide

Resiko kristalisasi mineral

Peningkatan konsistensi

Penumpukan kristal

Pengendapan

Batu Saluran Kemih


Sumbatan saluran kemih Farmakologi

Ketidakpatuhan
Spasme batu Batu merusak Kencing regimen terapeutik
saat dinding setempat tidak tuntas
turun dari
ureter Defisit Pengetahuan
Hematuria
Gangguan
Nyeri akut eliminasi
Hb turun urine

Insufisiensi
Anemia Intoleransi Aktivitas
O2

NO Diagnose Keperawatan SLKI SIKI IMPLEMENTASI


1 Nyeri akut berhubungan Setelah dilakukan Manajemen nyeri - mengidentifikasi lokasi,
dengan agen pencedera intervensi keperawatan Tindakan: karakteristik, durasi,
fisiologis (mis infeksi, selama 2x24 jam di observasi frekuensi, kualitas,
iskemia, neoplasma) harapkan tingkat nyeri - identifikasi lokasi, intensitas nyeri
menurun dengan karakteristik, durasi, -mengidentifikasi skala
kriteria hasil: frekuensi, kualitas, nyeri
-tingkat nyeri menurun intensitas nyeri - mengidentifikasi respon
- Meringis menurun - identifikasi skala nyeri nyeri non nyeri
- gelisah menurun - identifikasi respon - mengidentifikasi factor
- kesulitan tidur nyeri non nyeri yang memperberat rasa
menurun - identifikasi factor yang nyeri
memperberat rasa nyeri - mengidentifikasi
- identifikasi pengetahuan tentang nyeri
pengetahuan tentang - mengidentifikasi
nyeri pengaruh budaya terhadap
- identifikasi pengaruh respon nyeri
budaya terhadap respon - mengidentifikasi
nyeri pengaruh nyeri pada
- identifikasi pengaruh kualitas hidup
nyeri pada kualitas - memonitor keberhasilan
hidup terapi komplementer yang
- monitor keberhasilan sudah di berikan
terapi komplementer - memonitor efek samping
yang sudah di berikan pengetahuan analgetik
- monitor efek samping Terapeutik
pengetahuan analgetik - meberikan terapi
Terapeutik komplomenter untuk
-berikan terapi mengurangi rasa nyeri
komplomenter untuk (mis: tens,
mengurangi rasa nyeri hipnotis,akupuntur,terapi
(mis: tens, music, biofeedback, terapi
hipnotis,akupuntur,terapi pemijatan, aroma terapi,
music, biofeedback, teknik imajinasi
terapi pemijatan, aroma terbimbing)
terapi, teknik imajinasi - mengcontrol lingkungan
terbimbing) yang memperberat rasa
- control lingkungan nyeri
yang memperberat rasa - memfasilitasi istirahat
nyeri dan tidur
- fasilitasi istirahat dan -mengajarkan terapi
tidur komplomenter untuk
Edukasi mengurangi rasa
-ajarkan terapi nyeri( mis, relaksasi, pijat,
komplomenter untuk distraksi, terapi bermain.)
mengurangi rasa
nyeri( mis, relaksasi,
pijat, distraksi, terapi
bermain.)
- informasikan
penggunaan analgetik.
Kolaborasi
-kolaborasi pemberian
analgetik, jika perlu.

2 Intoleransi aktivitas Setelah dilakukan Manajemen energi -mengidentifikasi ganggan


berhubungan dengan intervensi keperawaan Tindakan fungsi tubuh yang
ketidak seimbangan selama 2x24 jam Observasi mengakibatkan kelelahan
antara suplai dan diharapkan toleransi -identifikasi ganggan -memonitor kelelahan fisik
kebutuhan oksigen aktivitas meningkat fungsi tubuh yang - memonitor pola dan jam
ditendai dengan frekuensi dengan kriteria hasil : mengakibatkan tidur
jantung meningkat > 20 -frekuensi nadi kelelahan - memonitor lokasi dan
% dari kondisi istirahat meningkat - monitor kelelahan fisik ketidak nyamanan selama
-keluhan lelah - monitor pola dan jam melakukan aktivitas
menurun tidur -menyediakan lingkungan
-dispnea saat aktivitas - monitor lokasi dan nyaman dan rendah
menurun ketidak nyamanan stimulus ( mis, cahaya,
-disepnea setelah selama melakukan suara, kunjungan)
aktivitas menurun aktivitas -menganjurkan tirah baring
- tekanan darah Terapeutik - anjurkan melakukan
membaik -sediakan lingkungan aktivitas secara bertahap
- frekuensi nafas nyaman dan rendah - menggunakan latihan
membaik stimulus ( mis, cahaya, rentang gerak pasif
suara, kunjungan) dan/atau aktif
-anjurkan tirah baring - memberikan aktivitas
- anjurkan melakukan distrik yang menenangkan
aktivitas secara bertahap - menganjurkan
- gunakan latihan menghubungi perawat jika
rentang gerak pasif tanda dan gejala kelelahan
dan/atau aktif tidak berkurang.
- berikn aktivitas distrik Edukasi
yang menenangkan -mengajarkan strategi
- anjurkan menghubungi koping untuk mengurangi
perawat jika tanda dan kelelahan
gejala kelelahan tidak Kolaborasi
berkurang. -mengkolaborasi dengan
Edukasi ahli gizi tentang car
-ajarkan strategi koping meningkatkan asupan
untuk mengurangi makanan.
kelelahan
Kolaborasi
-kolaborasi dengan ahli
gizi tentang car
meningkatkan asupan
makanan.
3 Gangguan eliminasi urine Setelah dilakukan Manajemen eliminasi -mengidentifikasi danda
ditandai dengan intervensi keperawatan urine dan gejala retensi atau
penurunan kapasitas selam 2x24 jam Tindakan intontinensia urine
kandung kemih diharapkan eliminasi Observasi -mengidentifikasi factor-
berhubungan dengan urine membaik dengan -identifikasi danda dan factor yang menyababkan
distensi kandung kemih, kriteri hasil: gejala retensi atau reensi atai inkontinensia
berkemih tidak tuntas -sensasi berkemih intontinensia urine urine
(hesitancy), volume membaik -identifikasi factor- -memonitor eliminasi urine
residu urine banyak -desakan berkemih factor yang (mis. Frekuensi,
(>normal) (urgensi) menurun menyababkan reensi atai konsistensi, aroma,
-distensi kandung inkontinensia urine volume, dana warna)
kemih menurun -monitor eliminasi urine -menganjurkan mencatat
-berkemih tidak tunas (mis. Frekuensi, waktu- waktu dan haluaran
(hesitancy) menurun konsistensi, aroma, berkemih
-volume residu urine volume, dana warna) -membatasi asupan cairan,
menurun Terapeutik jika perlu
-enuresis menurun -anjurkan mencatat -mengambil sampel urine
-ferkuensi bak waktu- waktu dan tengah (midstream) atau
membaik haluaran berkemih kultur
-karakteistik urin -batasi asupan cairan, -menganjurkan minum
membaik. jika perlu yang cukup, jka tidak
-ambil sampel urine kontraindikasi
tengah (midstream) atau -menganjurkan
kultur mengurangi minum
-anjurkan minum yang menjelang tidur
cukup, jka tidak -mengajarkan tanda dan
kontraindikasi gejala infeksi saluran
-anjurkan mengurangi kemih
minum menjelang tidur - mengajarkan mengukur
Edukasi asupan cairan dan haluaran
-ajarkan tanda dan gejala urine
infeksi saluran kemih - mengajarkan mengenali
- ajarkan mengukur tanda berkemih dan waktu
asupan cairan dan yang tepat untuk berkemih
haluaran urine -mengajarkan terapi
-ajarkan mengenali modalitas penguatan otot-
tanda berkemih dan otot panggul/berkemih.
waktu yang tepat untuk -mengkolaborasi
berkemih pemberian obat supositoria
-ajarkan terapi modalitas ureter, jika perlu.
penguatan otot-otot
panggul/berkemih.
Kolaborasi
-kolaborasi pemberian
obat supositoria ureter,
jika perlu.
4 Deficit pengetahuan Stelah dilakukan Mimbingan Antisipatif -mengidentifikasi metode
berhubungan dengan intervensi keperawatan Tindakan penyelesaian masalah yang
kurang terpapar informasi selama 1x24 jam Observasi biasa digunakan
ditandai dengan diharapkan meningkat -identifikasi metode -mengidentifikasi
menunjukan perilaku dengan kriteeria hasil ; penyelesaian masalah kemungkinan
tidak sesuai anjuran, -perilaku sesuai yang biasa digunakan perkembangan atau krisis
menunjukan persepsi anjuran meningkat -identifikasi situasional yang akan
keliru terhadap masalah -verbilisai manat kemungkinan terjadi serta dampak pada
dalam belajar perkembangan atau individu dan keluarga.
meningkat krisis situasional yang - memfasilitasi
-kemampuan akan terjadi serta memutuskan bagaimana
menjelaskan dampak pada individu masalah akan diselesaikan
pengetahuan tentang dan keluarga. -memfasilitasi
suatu topik meningkat Terapeutik memutuskan siapa yang
-pertanyaan tentang -fasilitasi memutuskan akan menyelesaikan
masalah yang di bagaimana masalah akan masalah
hadapi menurun diselesaikan -menjadwalkan tindak
- persepsi yang keliru -fasilitasi memutuskan lanjut untuk memantau
terhadap masalah siapa yang akan atau memberi dukungan
menurun menyelesaikan masalah -mengajarkan tentang
- perilaku membaik -jadwalkan tindak lanjut perkembangan dan
untuk memantau atau perilaku normal
memberi dukungan - memberikan referensi
Edukasi (mis. Materi pendidikan,
-Ajarkan tentang pamplet) baik cetak
perkembangan dan ataupun elektonik.
perilaku normal
- berikan referensi (mis.
Materi pendidikan,
pamplet) baik cetak
ataupun elektonik.
DAFTAR PUSTAKA

Hinkle, J.L., & Cheever, K,H. (2010) Brunner and Suddarth’s textbook of medical surgical
nrsing (12th ed.).Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins

Nuari, Nian AFRIAN., & Widyati Dhina. (2017) Gangguan pada sitem perkemihan &
penatalaksanaan keperawatan.yogyakarta: grup penerbit CV budi utama.

Tim pokjs sdki dpp ppni, (2016). Standar diagnosis keperawatan Indonesia. Edisi 1.jakarta
selatan : dewan pengurus pusat persatuan perawat nasional Indonesia.

PPNI (2018), Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kritera Hasil Keperwatan,
Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI

PPNI (2016). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia : Definisi dan tindakan keperawatan,
Edisi 1. Kajakarta: DPP PPNI

Anda mungkin juga menyukai