Anda di halaman 1dari 8

WIYAH

1018031132

PSIK 3C

RESUME KEGIATAN BELAJAR VII

A. Prosedur Pengkajian Sistem Muskuloskeletal


a. Riwayat Kesehatan
Riwayat kesehatan pada sistem musculoskeletal terdiri dari pengkajian data
biografis dan demografis, keluhan utama, dan tinjauan sistem informasi. Secara
rinci tercantum dalam tabel berikut.

Riwayat Komponen Keterangan


Kesehatan yang Dikaji
Lokasi tempat Mengidentifikasi energy yang diperlukan klien untuk
tinggal dan jenis hidup mandiri dan tetap kontrol secara rutin
transportasi yang
dipakai
Usia muda resiko mengalami cedera karena aktifitas
yag padat
Tipe pekerjaan Dapat menggambarkan pandangan mengenai risiko
Data Biografis
dan hobi terkena cedera
dan
Demografis
Menggambarkan masalah kesehatan pada sistem
musculoskeletal yang mungkin terjadi

Usia Kasus osteoartitis banyak ditemukan pada lansia usia


Jenis kelamin 70 tahun (85 %)

Osteoartritis lebih sering terjadi pada wanita


menopause.
Nyeri a. Pengkajian nyeri menjadi TTV ke lima
b. Mendeskripsikan ketidaknyamanan
c. Menggunakan skala intensitas nyeri 0-10
d. Nyeri tumpul indikasi kram otot
e. Nyeri tajam indikasi fraktur atau infeksi
f. Nyeri berdenyut terkait masalah tulang
g. Komponen yang dikaji :
 PQRST
 Pengobatan tradisional yang dilakukan dan
tingkat keberhasilan
Keluhan  Keterkaitan dengan infeksi
Utama

h. Kaji pula adakah trauma, nyeri terkait cedera atau


ada gejala lain seperti kebas atau kesemutan
i. Identifikasi apakah nyeri berhubungan dengan
cedera atau pembedahan
j. Identifikasi apakah nyeri karena faktor lain seperti
pembengkakan (elevasi kaki tidak mengurangi
nyeri), adanya sindroma kompartemen
(kegawatdaruratan ortopedik)
Kaku sendi a. Terjadi pada kondisi lokal (sebagian sendi yang
terkena) atau sistemik
b. Kelemahan otot indikasi gangguan neuromuscular
c. Krepitus (gemeretak yang dihasilkan pada rentang
gerak tertentu) akibat irregularitas sendi
d. Kaji apakah kaku dirasakan konstan atau episodic
e. Faktor tertentu yang menambah ata mengurangi
nyeri

Perubahan a. Adakah rasa kesemutan, terbakar, nyeri menyebar,


sensori kehilangan sensasi dan kelemahan
b. Riwayat nyeri punggung atau cedera
c. Lokasi cedera dan penyebaran nyeri
d. Adakah kesulitan terhadap ambulasi
e. Pembengkakan pasca operasi, fraktur atau tumor
==> sebabkan penekanan syaraf atau pembuluh
darah dan berakibat pada perubahan sensori
Pembengkakan a. Lokasi pembengkakan
b. Durasi nyeri
c. Onset terjadi tiba – tiba atau bertahap
d. Keterbatasan melakukan ADL
e. Hubungan dengan aktifitas
f. Keterkaitan dengan kemerahan, panas
g. Adakah faktor penyebab bengkak seperti cedera,
riwayat operasi dan pemasangan gips
h. Kaji apakah pembengkakan berkurang dengan
posisi elevasi
Deformitas dan a. Kaji lokasi
keterbatasan b. Terjadi tiba – tiba atau bertahap
rentang gerak Jika onset bertahap indikasi tumor tersembunyi
(ROM) Jika onset tiba – tiba indikasi kemungkinan
fraktur
c. Mempengaruhi ADL atau ROM
d. Adakah penggunaan alat bantu
e.
Infeksi a. Identifikasi lokasi infeksi
b. Adakah pemakaian alat implant
c. Apakah melakukan pembedahan baru – baru ini
d. Identifikasi infeksi bersifat akut atau kronik
e. Bagaimana karakteristik cairan luka
Riwayat operasi a. Prosedur pembedahan sebelumnya
b. Adakah riwayat penggantian sendi keseluruhan
Tinjauan atau pemasangan implant lain
Alergi a. Penggunaan obat nyeri, NSAID, Iodin, topical,
sistem
sediaan kulit
b. Penggunaan zat kontras
c. Penggunaan agen anastesi lokal
Riwayat a. Berapa dosis dan frekuensi konsumsi
medikasi atau b. Durasi pemberian medikasi
terapi c. Alasan mendapatkan medikasi
komplementer d. Bagaimana efek sampingnya
e. Manifesatasi klinis baru terkait medikasi atau
suplemen baru
f. Penggunaan suplemen vitamin atau mineral
g. Penggunaan glukosamin dan kondrotin
Kebiasaa diet a. Bagaimana menu harian
b. Asupan kalsium
c. Asupan kafein
d. Pemakaian suplemen kalsium
e. Pengurangan atau penambahan BB dalam waktu
dekat
Riwayat sosial a. Kaji aktifitas atau kebiasaan sehari – hari
b. Keluhan yang mempengaruhi pandangan diri
c. Keluhan yang mempengaruhi interaksi dengan
orang lain
d. Frekuensi, tipe olahraga (menahan beban,
rekresional) dan peralatan pelindung diri yang
digunakan
Riwayat Apakah di keluarga ada yang menderita artritis,
keluarga osteoporosis, spondylitis, ankilosis, asam urat, nodul,
distrofi muscular, scoliosis, psoriasis
Sumber: Black, J & Hawks, J (2014)

b. Pemeriksaan Fisik
1) Pengkajian Umum
Observasi gaya berjalan, postur, pergerakan sendi dan keseimbangan klien. Di dalam
mengobservasi cara berjalan, kaji tanda – tanda ketidaknyamanan saat berjalam,
kekakuan sendi, atau kelemahan otot, kurangnya koordinasi, deformitas yang
menjadi indikasi diskrepansi panjang tungkai.
Cara berjalan dievaluasi dengan membandingkan saat menggunakan alas kaki dan
tidak. Untuk mengkaji koordinasi dan keseimbangan berjalan klien.
Gambar 1
Tes Gaya Berjalan
Postur atau kontur tubuh dapat dikaji dengan posisi klien duduk dimana
dapat dikaji area kepala, leher, bahu, ekstermitas atas. Sedangkan saat posisi
berdiri kaji area dada, punggung, pelvis, observasi bentuk tubuh, kontur tubuh,
posisi tubuh, dan tulag belakang bagian servikal, torakal dan lumbar. Saat
klien posisi terlentang, kaji area punggung, lutut, pergelangan kaki untuk
melihat kesimetrisan dan adakah deformitas.
Pemeriksaan postur bisa dikaji dengan pemeriksaan Romberg. Pertama,
meminta pasien berdiri tegak dengan membuka mata. Kemudian pasien
diminta memejamkan mata. Jika ada gangguan keseimbangan postur pasien
akan berubah condong ke kanan atau ke kiri.

Gambar 2
Tes Romberg

Sumber : Dillon, 2007

Kaji adanya deformitas spinal seperti scoliosis, lordosis dan kifosis.


Catat juga adanya abnormalitas pada ekstremitas bawah seperti genu varum
(kaki busur atau berbentuk O), dan genu valgum (kaki bengkok atau
membentuk X).

Gambar 3
Gambaran Deformitas Spinal

2) Pemeriksaan Fisik Fokus


(a) Pemeriksaan Massa Otot
Pada pemeriksaan ini dikaji massa otot, pergerakan involunter, nyeri tekan, tonus
dan kekuatan.
Setiap kelompok otot dibandingkan dengan sisi kontralateralnya. Palpasi otot
secara gentle dari mulai proksimal kea rah distal dan rasakan bagaimana tonus
ototnya. Normalnya, otot teraba solid, simetris, tidak ada nyeri tekan, halus,
ukuran sama bilateral dan tidak teraba massa atau spasme. Jika terjadi
abnormalitas maka terjadi hipertrofi indikasikan peningkatan massa otot.
Sedangkan atrofi diindikasikan sebagai suatu kondisi penurunan massa otot.
Kaji kekuatan otot selama ROM aktif dengan cara meminta klien melakukan
ROM aktif sambil memberikan tahanan dan catat kekuatan melawan tahanan
tersebut. Sebelumnya catat sisi dominan sebelum mengkaji kekuatan otot.
Biasanya sisi dominan lebih kuat. Rentang normal kekuatan otot skala 0 – 5.

Tabel 1
Skala Kekuatan Otot
Skala Penjelasan Klasifikasi
5 Pergerakan aktif mampu melawan tahanan Normal
4 Pergerakan aktif tidak mampu melawan Kelemahan ringan
3 tahanan Kelemahan sedang
2 Pergerakan aktif mampu melawan gravitasi ROM buruk
1 Pergerakan pasif , mampu bergeser Kelemahan berat
0 Hanya mampu mengkontraksikan otot Paralisis
Tidak ada kontraksi otot
Sumber: Brunner and Suddarth, 2002

Penilaian ROM dilihat pergerakannya secara aktif


maupun pasif. Untuk menilai lebih lanjut ROM
diperlukan Goniometri. Keterbatasan ROM dapat terjadi
pada pasien yang mengalami deformitas skeletal,
patologi sambungan atau kontraktur otot, tendon, dan
kapsul sambungan. Pada pasien osteoartritis (penyakit
degenerasi sambungan) mungkin akan terjadi penurunan kemampuan melakukan
ADL.

1) Pemeriksaan Sendi dan Tulang


Inspeksi kesimetrisan sendi dan tulang. Normalnya sendi simetris secara
bilateral, tidak ada kemerahan, bengkak atau deformitas. Palpasi tulang dan
sendi untuk mengetahui adanya edema dan nyeri tekan, palpasi sendi selama
ROM. Normalnya sendi teraba halus, tanpa ada tanda krepitus atau nodul.
Dalam pemeriksaan sendi terdapat tes yang dinamakan Tes Bulge. Tes Bulge
adalah pemeriksaan fisik untuk mengetahui adakah cairan di antara sendi.
Langkah pemeriksaan yaitu memposisikan pasien supinasi, perawat
melakukan palpasi lateral dari patela kemudian tekan kedua sisi patela, jika
ruang sendi berisi cairan maka saat ditekan terbentuk kantung di antara
tekanan.
Gambar 4
Bulge Test

2) Saraf Perifer
Pemeriksaan saraf perifer dilakukan dalam keadaan mata klien ditutup
atau klien diminta untuk memejamkan mata. Sentuhan ringan dapat dirasakan
jika sensasi normal. Klien diharapkan mampu melakukan rentang pergerakan
aktif sesuai dengan instruksi. Lakukan pengkajian lanjut seperti pemeriksaan
CRT, warna, denyut nadi dan suhu kulit.
3) Sistem Neurovaskuler
Pengkajian neurovaskuler berfungsi untuk mengetahui resiko iskemia,
deformitas atau kehilangan fungsi pada ektremitas akibat cedera
musculoskeletal sebelumnya. Komponen pemeriksaan meliputi : nyeri, palor,
denyut nadi teraba atau tidak, akral dingin, pengisian kapiler, parestesia dan
mobilitas sendi yang terkena. Adanya tanda – tanda gangguan sistem
neurovaskuler mengindikasikan gangguan sirkulasi. Hilangnya sensasi dan
perubahan dalam fungsi motoric pada ekstremitas mengindikasikan cedera
syaraf.

Anda mungkin juga menyukai