Anda di halaman 1dari 9

The 10th University Research Colloqium 2019

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Gombong

Efektivitas Pijat Oksitosin terhadap Pengeluaran ASI


Pada Ibu Post Partum SC Primipara Di RS PKU
Muhammadiyah Gombong
Eka riyanti1*, Retno Dwi Mulyani2 , Diah Astutiningrum3
12
Prodi S1 Keperawatan, STIKES Muhammadiyah Gombong
3
Prodi DIII Keperawatan, STIKES Muhammadiyah Gombong
*Email: eka.riyanti@stikesmuhgombong.ac.id

Abstrak
Keywords: Persalinan dengan SC selain memberikan manfaat, dapat
Pijat Oksitosin; menimbulkan efek samping yaitu menghambat produksi ASI. Oleh
Pengeluaran ASI; karena itu diperlukan intervensi pijat oksitosin agar dapat
Ibu Post Partum. meningkatkan hormon oksitosin sehingga pengeluaran ASI
meningkat. Tujuan penelitian Mengetahui efektivitas pijat oksitosin
terhadap pengeluaran ASI pada Ibu post partum SC primipara di RS
PKU Muhammadiyah Gombong. Metode Penelitian kuantitatif
dengan desain quasy experiment dan menggunakan pendekatan
pretest and posttest design with control group. Sampel sejumlah 96
responden yang diambil dengan teknik purposive sampling. Hasil
penelitian Pijat Oksitosin terbukti efektif terhadap pengeluaran ASI
pada Ibu Post Partum SC Primipara dengan nilai signifikan p=0.00
(p<0.05). Rekomendasi Pihak Rumah Sakit hendaknya
mempertimbangkan SOP Pijat Oksitosin sebagai draf untuk
selanjutnya disahkan dan diterapkan sebagai metode untuk
mempercepat pengeluaran ASI pada ibu post partum

1. PENDAHULUAN kelahiran hidup atau 9,83/1000 kelahiran


Penyebab angka kematian ibu di Indonesia hidup. Sedangkan di RS PKU
adalah perdarahan, eklamsia, infeksi, Muhammadiyah Gombong AKB 2015 yaitu
persalinan macet, dan komplikasi keguguran, 89 kasus, 2016 turun menjadi 57 kasus dan
sedangkan penyebab angka kematian bayi 2017 tercatat 43 kasus. Meskipun terjadi
menurut Kementrian Kesehatan adalah Berat penurunan, AKB masih tergolong tinggi.
Badan Lahir Rendah (BBLR) dan asfiksia. Penyebab AKB tersebut adalah Berat Badan
World Health Organization (WHO) 2015, Lahir Rendah (BBLR) dan asfiksia. Kejadian
menyatakan Angka Kematian Bayi (AKB) asfiksia dapat terjadi pada persalinan dengan
pada negara Association of South East Asia tindakan Sectio Caesarea (SC). Fanny
Nations (ASEAN) di Indonesia 27 per 1000 (2015), kejadian asfiksia pada bayi baru lahir
kelahiran hidup. Dinas Kesehatan Provinsi dapat disebabkan oleh berbagai faktor
Jawa Tengah (2016), menjelaskan pada 2013 diantaranya adalah dari faktor persalinan
kematian bayi per tahun berjumlah 5.865 dengan tindakan, yaitu persalinan dengan SC.
kasus. 2014 turun menjadi 5.666 kasus, 2015 Berdasarkan data World Health Organization
menjadi 5.571 kasus, dan 2016 jadi 5.485 (WHO) 2015, angka persalinan dengan
kasus. Hingga Juni 2017 tercatat 2.182 kasus. metode SC sekitar 10 – 15% dari semua
proses persalinan.
Profil Kesehatan Kabupaten Kebumen, 2015
AKB sebanyak 201 kasus dari 20.444 Di negara berkembang, SC merupakan
pilihan terakhir untuk menyelamatkan ibu dan

850
The 10th University Research Colloqium 2019
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Gombong

janin pada saat kehamilan dan atau persalinan namun dapat menimbulkan efek samping.
kritis. Riskesdas (2013), kelahiran dengan Menurut Desmawati (2013), pengeluaran ASI
metode SC sebesar 9,8% dari total 49.603 pada ibu post SC sedikit lebih lambat
kelahiran sepanjang tahun 2010 sampai dibandingkan dengan pengeluaran ASI pada
dengan 2013, dengan proporsi tertinggi di ibu post partum normal. Penelitian Rustiani,
DKI Jakarta (19,9%), kemudian Yogyakarta C.E.A (2016) tentang Gambaran Bendungan
15% dan proporsi terendah di Sulawesi ASI pada Ibu Nifas dengan SC di RS
Tenggara (3,3%). Angka kelahiran SC di RS Sariningsih Bandung disebutkan bahwa
PKU Muhammadiyah Gombong berdasarkan 73,1% ibu nifas yang melahirkan SC
Laporan Bulanan EMAS (2015–2017) mengalami bendungan ASI; berdasarkan
tercatat ada 940 kasus tahun 2015, meningkat kelompok paritas, yang terdapat bendungan
menjadi 1015 kasus tahun 2016 serta 966 ASI terbanyak adalah kelompok primipara
kasus tahun 2017. yaitu sebanyak 42,3%. Dari latar belakang
tersebut peneliti tertarik meneliti tentang
Dahulu SC hanya dilakukan pada kasus efektivitas pijat oksitosin terhadap
persalinan sulit seperti anak besar, disproporsi pengeluaran ASI pada Ibu post partum SC
kepala panggul, plasenta previa, dan letak primipara di RS PKU Muhammadiyah
lintang. Namun saat ini trend dan isu tentang Gombong.
indikasi SC menjadi semakin lebar, yakni
dilakukan pada kasus bekas seksio, gawat 2. METODE
janin, letak sungsang, pre eklampsia/ Jenis penelitian ini adalah penelitian
eklampsia bahkan ada yang menambahkan kuantitatif dengan desain quasy experiment
dengan indikasi lain seperti ketuban pecah dan menggunakan pendekatan pretest and
dini, letak sungsang (terutama pada posttest design with control group. Tempat
kehamilan pertama), kehamilan lewat waktu, penelitian di RS PKU Muhammadiyah
lilitan tali pusat, sampai indikasi karena Gombong. Pengambilan sampel penelitian ini
pilihan ibu (on request) yang tidak ingin dengan purposive sampling. 96 sampel, yang
merasakan sakit bersalin atau yang ingin terbagi menjadi 48 responden pada kelompok
"jalan lahirnya" masih tetap utuh, bahkan ada intervensi dan 48 responden pada kelompok
pasangan suami istri yang mau menentukan kontrol. Kelompok intervensi diberi pijat
tanggal dan jam kelahiran anaknya karena oksitosin sedangkan kelompok kontrol
tanggal, hari dan jam tersebut diyakini diberikan perawatan sesuai dengan prosedur
mempunyai berkah bagi sang anak dan ibu post partum di RS PKU Muhammadiyah
keluarga serta usahanya (Lukas E, 2013). Gombong. Teknik analisa data menggunakan
Paired T test.
Persalinan dengan metode SC jika sesuai
dengan indikasi dapat memberikan manfaat,

Tabel 4.1 Karakteristik responden di RS PKU Muhammadiyah Gombong (N = 96)


No Usia Kelompok (f) (%)
1 20-30 tahun Kontrol 39 81,2
31-40 tahun 9 18.8
2 20-30 tahun Intervensi 43 89,6
31-40 tahun 5 10,4
Total 96 100

3. HASIL DAN PEMBAHASAN mayoritas responden juga berusia 20 - 30


3.1 Analisis univariat tahun yaitu sebanyak 43orang (89.6%).
Berdasarkan tabel 4.1 diketahui bahwa Tingginya kejadian SC pada kehamilan
mayoritas responden pada kelompok kontrol primipara pada usia tersebut dimungkinkan
berusia 20 - 30 tahun yaitu sebanyak 39 orang karena pada kelahiran pertama seorang ibu
(81.2%), dan pada kelompok intervensi

851
The 10th University Research Colloqium 2019
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Gombong

memiliki resiko yang tinggi bagi kesehatan Menurut Soekidjo Notoatmodjo (2010), umur
ibu dan bayi. memiliki pengaruh terhadap daya tangkap dan
kematangan pola pikir seseorang. Dengan
Menurut Mochtar (2005), persalinan yang bertambahnya usia maka akan semakin
pertama sekali biasanya memiliki resiko berkembang pula pola pikir, daya tangkap dan
relatif tinggi terhadap ibu dan anak kemudian kematangan seseorang serta pengetahuan yang
resiko ini menurun pada paritas kedua dan diperoleh dari pengalamannya sendiri
ketiga dan akan meningkat lagi pada paritas sehingga pengetahuan yang didapatkannya
keempat dan seterusnya. semakin bertambah.

3.2 Analisis Bivariat


Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Pengeluaran ASI pada Ibu Post Partum SC Primipara pre dan
post Intervensi Pijat Oksitosin di RS PKU Muhammadiyah Gombong (N=96)
No Indikator Kelompok intervensi
Pre Post
f % f %
1 ASI sedikit 42 87,5 1 2,1
2 ASI cukup 6 12.5 27 56,2
3 ASI banyak 0 0 20 41,7
Total 48 100 48 100

Pada tabel 4.2 dapat dilihat bahwa pada bahwa ada perbedaan pengeluaran ASI antara
intervensi pijat oksitosin tedapat peningkatan kelompok ibu yang mendapat pijat oksitosin
skor pengeluaran ASI dari sedikit menjadi dengan ibu yang tidak mendapat pijat
cukup sejumlah 21 responden, ASI sedikit oksitosin. Ibu post partum normal yang
menjadi banyak sejumlah 12 responden dan mendapat pijat oksitosin berpeluang memiliki
ASI cukup menjadi banyak sejumlah 14 pengeluaran ASI yang lebih lancar sebanyak
responden. Dengan demikian pijat oksitosin 3.552 kali dibandingkan kelompok ibu post
efektif bagi ibu post partum SC yang pada partum kontrol.
hari kedua ASI masih sedikit (belum keluar)
setelah dilakukan pijat oksitosin ASI menjadi Menurut peneliti hal-hal yang dapat
cukup dan banyak, serta ASI yang jumlahnya menghambat pengeluaran ASI pada 42
cukup setelah dilakukan pijat oksitosin responden dengan pengeluaran ASI sedikit
meningkat menjadi banyak. antara lain: observasi ibu post SC di ruang
recovery room, tertundanya rawat gabung,
Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian kecemasan serta nyeri post operasi.
yang dilakukan Rahmawati (2015), diketahui

Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Pengeluaran ASI pada Ibu Post Partum SC Primipara
Sebelum dan Sesudah Dilakukan Breastcare di RS PKU Muhammadiyah Gombong
(N = 96)
No indikator Kelompok Kontrol
pre Post
f % F %
1 ASI sedikit 45 93.8 41 85,4
2 ASI cukup 3 6,2 7 14,6
3 ASI banyak 0 0 0 0
Total 48 100 48 100

Berdasarkan tabel 4.3 diketahui bahwa sejumlah 45 orang (93.8%), dan setelah
responden pada kelompok kontrol, sebelum dilakukan breastcare mayoritas responden
dilakukan breastcare mayoritas responden juga memiliki pengeluaran ASI yang sedikit
memiliki pengeluaran ASI yang sedikit sebanyak 41 orang (85.4%). Menurut asumsi

852
The 10th University Research Colloqium 2019
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Gombong

peneliti, perawatan payudara (breastcare)


inilah yang dapat memperlancar pengeluaran Hal ini dikarenakan payudara merupakan
ASI sejumlah 4 responden pada kelompok satu-satunya penghasil ASI yang menjadi
kontrol. makanan pokok bagi bayi baru lahir sehingga
harus dilakukan sedini mungkin (Azwar,
Perawatan payudara (breastcare) adalah 2008). Breastcare bertujuan untuk
pemeliharaan payudara yang dilakukan untuk memelihara kebersihan payudara serta
memperlancar ASI dan menghindari kesulitan memperbanyak dan memperlancar
pada saat menyusui dengan melakukan pengeluaran ASI yang dilakukan dengan cara
pemijatan; Perawatan payudara sangat penting pengurutan (Anggraeni Y, 2010).
dilakukan selama hamil sampai menyusui
(Welford, 2009).

Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Lama Waktu Pengeluaran ASI pada Ibu Post Partum SC
Primipara pada Kelompok Kontrol dan Kelompok Intervensi
NO Lama waktu pengeluaran ASI Kelompok
Intervensi Kontrol
F % F %
1 24 -<36 jam 48 100 43 89,6
2 36-48 jam 0 0 5 10,4
Total 48 100 48 100

Berdasarkan tabel 4.4 diketahui bahwa lama merangsang oksitosin sehingga pengeluaran
waktu pengeluaran ASI pada ibu post partum ASI dapat dipercepat.
SC primipara pada kelompok intervensi
menunjukkan bahwa lama waktu pengeluaran Menurut Perinasia (2011), perasaan ibu dapat
ASI 24 jam-<36 jam sebanyak 48 orang meningkatkan atau sebaliknya dapat
(100%) dan lama waktu pengeluaran ASI menghambat pengeluaran oksitosin. Perasaan
pada kelompok kontrol juga sebagian besar yang nyaman, tenang, rileks akan
24jam-<36 jam yaitu sebanyak 43 orang meningkatkan hormon oksitosin dengan
(89,6%); lama waktu pengeluaran ASI 36 menyebabkan sel-sel otot mengelilingi saluran
jam-48 jam sebanyak 5 orang (10,4%). pembuat susu mengerut atau berkontraksi
sehingga ASI terdorong keluar dari saluran
Pijat oksitosin dilakukan selama 3 menit produksi ASI dan mengalir siap untuk diisap
dengan interval 2x sehari selama 2 hari, oleh bayi. Hal ini juga sesuai dengan pendapat
sedangkan breastcare yang diberikan oleh Yaeni, M. (2013) yang menyatakan bahwa
petugas di ruang nifas hanya 1 kali sehari pijatan atau rangsangan pada tulang belakang,
selama 10 menit selama 2 hari menunjukkan neurotransmitter akan merangsang medulla
bahwa pada ibu post partum SC primipara oblongata langsung mengirim pesan ke
yang dilakukan pijat oksitosin waktu hypotalamus di hipofise posterior untuk
pengeluaran ASI lebih cepat dibandingkan mengeluarkan oksitosin yang menyebabkan
dengan kelompok kontrol yang dilakukan buah dada mengeluarkan air susunya. Pijatan
breastcare. Peneliti berasumsi bahwa pijat di daerah tulang belakang ini juga akan
oksitosin berpengaruh terhadap waktu merileksasikan ketegangan dan
pengeluaran ASI dengan menstimulasi menghilangkan stres dan dengan begitu
hormon oksitosin yang dihasilkan dari rasa hormon oksitosin keluar dan akan membantu
nyaman, tenang, tidak mengalami stres pengeluaran air susu ibu, dibantu dengan
sehingga tubuh dapat menstimulasi hipofise isapan bayi pada puting susu pada saat segera
posterior untuk meningkatkan pengeluaran setelah bayi lahir dengan keadaan bayi
hormon oksitosin, saat oksitosin meningkat normal.
hipofise anterior terstimulasi untuk
mengeluarkan hormon prolaktin yang dapat

853
The 10th University Research Colloqium 2019
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Gombong

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Umbarsari, Dewi (2017) di RSIA Annisa yang
Zamzara (2015), menunjukkan waktu menyimpulkan rerata waktu pengeluaran ASI
pengeluaran kolostrum pada kelompok kelompok perlakaun 5.15 jam sedangkan
kontrol sebagian besar >48 jam dan waktu rerata waktu pengeluaran ASI kelompok
pengeluaran kolostrum pada pada kelompok kontrol 8.30 jam. Beda waktu pengeluaran
perlakuan sebagian besar <48 jam, hasil ASI kedua kelompok tersebut adalah 3.15
analisis statistik nilai p=0,026 < α=0,05. jam.
Penelitian ini diperkuat oleh penelitian

Tabel 4.5 Analisis Rerata Tingkat Pengeluaran ASI pada Ibu Post Partum SC Sebelum dan
Sesudah dilakukan Breastcare pada Kelompok Kontrol
NO Tingkat pengeluaran ASI Mean SD SE P Value
1 Pre intervensi 2,23 1,036 0,150 0,000
2 Post intervensi 2,71 1,031 0,149

Berdasarkan tabel 4.5 diketahui nilai rata – melalui uji paired t-test didapatkan nilai p =
rata pengeluaran ASI pada kelompok kontrol 0,000 (p value < 0,05), hal ini menunjukan
sebelum dilakukan breastcare sebesar 2.23 terdapat perbedaan rerata pengeluaran ASI
dan rata-rata pengeluaran ASI setelah pada kelompok kontrol.
dilakukan breastcare sebesar 2.71. Setelah

Tabel 4.6 Analisis Rerata Tingkat Pengeluaran ASI pre Intervensi dan post Intervensi Pijat
Oksitosin pada Kelompok Intervensi Di RS PKU Muhammadiyah Gombong.
NO Tingkat pengeluaran Mean SD SE P Value
ASI
1 Pre intervensi 2,06 1,210 0,175 0,000
2 Post intervensi 5,90 1,462 0,211

Berdasarkan tabel diatas diketahui nilai rata- pengeluaran ASI sebesar - 3.833 setelah
rata pengeluaran ASI kelompok intervensi melalui uji t berpasangan (paired t-test)
sebelum dilakukan tindakan pijat oksitosin mendapatkan nilai p = 0,000 (p value < 0,05),
sebesar 2.06 dan pengeluaran ASI setelah hal ini menunjukan terdapat perbedaan secara
kelompok intervensi mendapatkan perlakuan bermakna skor pengeluaran ASI pada
pijat oksitosin sebesar 5.90 Kelompok kelompok intervensi sebelum dan sesudah
tersebutmengalami peningkatan skor diberikan intervensi pijat oksitosin.

Tabel 4.7 Efektivitas Pijat Oksitosin Terhadap Pengeluaran ASI pada Ibu Post Partum SC
Primipara di RS PKUMuhammadiyah Gombong (N=96)
NO Tingkat pengeluaran Mean SD SE P Value
ASI
1 Kelompok kontrol 2,71 1,031 0,149 0,000
2 Kelompok intervensi 5,90 1,462 0,211

Berdasarkan tabel diketahui pada nilai akhir pengeluaran ASI mengalami peningkatan
pengeluaran ASI pada kelompok kontrol 2.71 sebesar -3.19, dan setelah melalui uji paired t-
dan pada kelompok intervensi skor test mendapatkan nilai p = 0,000 (p value <
pengeluaran ASI post intervensi 5.90 dengan 0.05). Hal ini menunjukan bahwa pijat
standar deviasi 1.462. antara kelompok oksitosin efektif terhadap pengeluaran ASI
kontrol dan kelompok intervensi skor

854
The 10th University Research Colloqium 2019
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Gombong

pada ibu post partum SC primipara di RS S (2016) yang menyebutkan bahwa pijat
PKU Muhammadiyah Gombong. oksitosin memiliki pengaruh signifikan
terhadap pengeluaran kolostrum pada ibu
Menurut asumsi peneliti hal ini disebabkan
nifas post SC (p valuae: 0,0001). Diperkuat
karena dengan diberikan pijat oksitosin maka
oleh penelitian Sundari (2016), menyatakan
merangsang pengeluaran hormon oksitosin
ada pengaruh pijat oksitosin terhadap lama
yang mengakibatkan kontraksi pada otot polos
pengeluaran kolostrum pada ibu post sectio
di dinding alveolus dan dinding saluran
caesaria di RSUD Kota Madiun, didapatkan p
kelenjar payudara sehingga ASI dipompa
value 0,00 dengan taraf signifikansi 0,05.
keluar terus menerus dan jumlahnya menjadi
berlimpah. Hasil penelitian ini juga di dukung oleh
penelitian Faizatul (2014) yang
Hal ini didukung pendapat Astutik (2015),
menyimpulkan bahwa pijat oksitosin dapat
pijat oksitosin untuk ibu menyusui bermanfaat
mempercepat pengeluaran ASI didapatkan p
untuk merangsang hormon oksitosin sehingga
value 0,000 (p<0,005) yang artinya ada
nantinya bisa memperlancar keluarnya ASI.
pengaruh pijat oksitosin terhadap pengeluaran
Pijat oksitosin juga membuat ibu menjadi
ASI. Sejalan dengan hasil penelitian Ratna,
lebih nyaman dalam menyusui bayi. Hormon
Waode (2017) di RS Bahteramas Kendari
oksitosin berfungsi memacu kontraksi otot
Sulawesi Tenggara menyatakan bahwa
polos yang ada di dinding alveolus dan
perawatan payudara dan pijat oksitosin efektif
dinding saluran sehingga ASI dipompa keluar
untuk pengeluaran ASI pada ibu post SC
(Wiji, 2013).
(p=0,011). Dari kelompok kontrol terdapat
ASI merupakan sumber gizi utama bayi yang pengeluaran ASI kategori banyak sebesar 5
belum dapat mencerna makanan padat. ASI orang (33.33%), kategori lambat sebanyak 10
melindungi bayi terhadap infeksi dan juga orang (66.67%). Pada kelompok intervensi
merangsang pertumbuhan bayi yang normal. kategori cepat sebanyak 12 orang (80%),
Antibodi yang terkandung dalam air susu ibu kategori lambat sebanyak 3 orang (20%).
adalah imunoglobulin A (ig A) bersama Penelitian tersebut membuktikan bahwa
dengan berbagai sistem komplemen yang perawatan payudara dan pijat oksitosin sangat
terdiri atas makrofag limfosit, laktoaferin, mempengaruhi kelancaran pengeluaran ASI.
laktoperisidase, lisozim, laktoglobulin,
Kesimpulan
interleukin sitokin dan sebagainya
(Proverawati, 2010). Oleh karena itu jumlah 1. Karakteristik responden pada kelompok
ASI yang keluar dan diisap oleh bayi sangat kontrol dan kelompok intervensi
penting bagi pertumbuhan dan perkembangan sebagian besar berusia 20-30 tahun.
bayi. 2. Pengeluaran ASI sebelum dilakukan
Adapun dampak yang terjadi pada bayi yang pijat oksitosin sebesar 2.06 (kategori
tidak mendapat ASI memiliki resiko kematian sedikit) dan pengeluaran ASI sesudah
karena diare dan infeksi saluran pernapasan dilakukan pijat oksitosin sebesar 5.90
3,94 kali lebih besar dibandingkan bayi yang (kategori cukup).
mendapat ASI selama 6 bulan (Kemenkes, 3. Pijat oksitosin efektif terhadap
2010). peningkatan pengeluaran ASI pada ibu
post partum SC primipara dengan rata-
Hal ini sesuai dengan penelitian WHO padat rata lama waktu pengeluaran ASI
ahun 2005 menyebutkan 42 % kematian bayi setelahdilakukan pijat oksitosin adalah
karena malnutrisi. Malnutrisi sering terkait 24 jam-<36 jam yaitu sebanyak 48
dengan asupan ASI yang tidak maksimal responden (100%).
(Astutik, 2015). 4. Pijat oksitosin terbukti efektif terhadap
Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian pengeluaran ASI pada ibu post partum
Husniyah, (2017) yang menyatakan ada SC primipara di RS PKU
pengaruh pijat oksitosin terhadap produksi Muhammadiyah Gombong dengan nilai
ASI pada ibu nifas di Puskesmas Jetis Kota signifikan p=0.00 (p<0.05).
Yogyakarta. Sejalan dengan penelitian Rofiah,

855
The 10th University Research Colloqium 2019
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Gombong

Saran pelengkap dalam membantu ibu post


partum SC yang mengalami masalah
1. Bagi Institusi Pendidikan
dalam pengeluaran ASI. RS hendaknya
Keperawatan
mengganti SOP Breastcare yang lama
Penelitian ini dapat digunakan sebagai
dengan SOP yang baru. Petugas di ruang
acuan untuk penelitian selanjutnya.
Nifas diharapkan lebih jeli memilih
Institusi pendidikan keperawatan agar
metode yang tepat dalam teknik
dapat memasukkan materi pijat oksitosin
mengatasi masalah pengeluaran ASI ibu
dalam kurikulum pembelajaran serta ada
post partum. Disarankan bagi petugas,
tindak lanjut atau praktek nyata (di
bahwa intervensi pijat oksitosin lebih
masyarakat) bagi mahasiswa
tepat diberikan pada ibu post partum
keperawatan untuk bisa membimbing
yang ASInya belum keluar sedangkan
kader di masyarakat agar membuka
tindakan breastcare lebih efektif
kelas laktasi pijat oksitosin sebagai
digunakan pada ibu post partum yang
persiapan bagi para ibu hamil untuk
pada hari kedua ASI sudah keluar tapi
menyusui bayinya
belum lancar.
2. Bagi Pasien dan Masyarakat
4. Bagi Peneliti Selanjutnya
Diharapkan pengetahuan pasien
Diharapkan dilakukan penelitian lebih
bertambah dan dapat mengaplikasikan
lanjut tentang bagaimana melakukan
pijat oksitosin secara mandiri bagi
pijat oksitosin khususnya bagi ibu post
pasien atau keluarga dalam teknik
partum SC primipara yang memiliki
mengatasi masalah pengeluaran ASI
ambang nyeri berbeda-beda. Selain itu,
pada ibu post partum
perlu dilakukan penelitian lebih lanjut
3. Bagi Rumah Sakit
tentang efektivitas pijat oksitosin yang
Diharapkan SOP Pijat Oksitosin dapat
dilakukan oleh suami pasien
dijadikan sebagai draf bagi Rumah Sakit
dibandingkan efektivitas pijat oksitosin
untuk selanjutnya disahkan sebagai SOP
yang dilakukan oleh petugas kesehatan
di RS PKU Muhammadiyah Gombong
atau oleh keluarga selain suami pasien.
dan dapat diterapkan sebagai metode

DAFTAR PUSTAKA Makassar: Universitas Negeri


Arifin, Testcia. 2017. Produksi ASI pada Ibu Makassar
Post Sectio Caesarea di RSU Sundari
Medan. Medan: Fakultas Anggriani, Y. 2010. Asuhan Kebidanan Masa
Keperawatan Universitas Sumatra Nifas. Cetakan pertama. Yogyakarta:
Utara Pustaka Rihana

Astutik, R.Y. 2014.Payudara dan Laktasi. Bobak, et all., 2005. Buku Ajar Keperawatan
Jakarta: Salemba Medika Maternitas. Jakarta: EGC

Albertina, Meity. 2015. Hubungan Pija Danuadmaja dan Meiliasari. 2007. 40 Hari
Oksitosin dengan Kelancaran Pasca Persalinan, Masalah dan
Produksi ASI pada Ibu Post Partum Solusinya. Jakarta: Puspa Swara
Sectio Caesarea Hari ke 2-3 Jurnal
Husada Mahakam.Vol.III No.9;452- Depkes RI. 2007. Pelatihan Konseling
522. Poltekkes Kemenkes Kaltim Menyusui. Jakarata: Depkes RI

Allaudin, Miftahul Ulya. 2017. Analisa Peran Desmawati. 2013. Penentu Kecepatan
dan Fungsi Profesi Tenaga Perawat Pengeluaran Air Susu Ibu Setelah
dan Bidan Dalam Mendukung Sectio Caesarea. Jurnal Kesehatan
Peningkatan Kesehatan Ibu dan Anak Masyarakat Nasional Vol.7 No.8
Di RSUD Labuang Baji Makassar.

856
The 10th University Research Colloqium 2019
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Gombong

Dewi, Vivian, N & Tri, S. 2011. Asuhan Indonesia. Vol.4 No.3; 148-156.
Kebidanan Pada Ibu Nifas.Jakarta: Poltekkes Kemenkes Bandung
Salemba Medika Elfidrin
Hendardi T, Indarto. 2010. WONDERPA -
Dharma, Kelana Kusuma (2011). Metodologi Indah pendampingan. Yogyakarta:
Penelitian Keperawatan. ANDI, BEST BOOK
Jakarta:Trans Info Media
Heni, F. 2017. Hubungan PerilakuIbu
Endah, Siti Nur, Imas Mardinarsah. Pengaruh Pascasalin dalam Manajemen
Pijat Oksitosin Terhadap Laktasi dengan Produksi dan
Pengeluaran Kolostrum Pada Ibu Pengeluaran ASI di Praktik Bidan
Post Partum di Ruang Kebidanan RS Ny. Hamilatul RU Desa
Muhammadiyah Bandung. 2011. Karangsambigalih Kecamatan Sugio
Jurnal Kesehatan Kartika Lamongan. PSIK FK Unair

Fatonah,Umi. 2017. Efektifitas Pijat Holmes, D. 2011. Buku Ajar Ilmu Kebidanan.
Oksitosin dengan Breast Care Jakarta: EGC.
terhadap Kelancaran ASI pada ibu
Post SC di Ruang Bougenvil RSUD Kementrian Kesehatan. 2013. Laporan
Dr. Soedirman Kebumen. Gombong: Nasional Riset Kesehatan
Elib Stikes muhammadiyah Dasar 2013. Jakarta: Badan Litbang
Gombong Kesehatan

Fraser, D. M. 2009. Buku Ajar Bidan (Myles Lowdermilk, Deitra Leonard, et.al. 2013.
Texbook for Midwives). Jakarta: EGC Buku Keperawatan Maternitas 1.

Hermayanti, Y, dkk. 2008.Hubungan Felicia Sidartha & Anesia Tania. Edisi 8.


Pengetahuan, Nyeri Pembedahan Singapura: Elsevier
Sectio Caesarea dan Bentuk Putting
dengan Pemberian ASI Ibu Pertama Lukas, Efendi. 2013. Peningkatan Angka
Kali pada Ibu Post Partum. Vol.3 Kejadian Sectio Caesarea:Suatu
No.2 Fenomena Dalam Bidang Obstetri.
http://med.unhas.ac.i d/obgin/indek-
Hanum, Sri Mukhodim. 2015. Efektivitas php?option=com_con tent
Pijat Oksitosin Terhadap Produksi &task=view&id=89&It emid=62.
ASI. Midwiferia. Vol.1 No.1;1- Diakses pada tanggal 03 juli 2018
6;FIKES\Universitas Muhammadiyah jam 22.00 WIB
Sidoarjo
Manuaba Ida Ayu C, Manuaba Ida Bagus G.
Hanifa, Fanni. 2015. Faktor- Faktor yang F, Manuaba Ida Bagus Gede.2009.
berhubungan dengan Pengeluaran Buku Ajar Patologi Obstetri (untuk
Air Susu Ibu Setelah Tindakan mahasiswa kebidanan ). Jakarta:
SECTIO CAESAREA di RSPKU EGC
Muhammadiyah Yogyakarta.
Yogyakarta: STIKES AISYIYAH Manuaba, 2012. Ilmu Kebidanan, Penyakit
YOGYAKARTA Kandungan dan Keluarga Berencana
Untuk Pendidikan Bidan. Jakarta:
Hardianti, Dian Nur. 2016. Pijat Oksitosin EGC
dan Frekuensi Menyusui
berhubungan dengan Waktu Notoatmodjo,S.2012. Metodologi Penelitian
Pengeluaran Kolostrum pada Ibu Kesehatan. Jakarta: PT Rineka
Post Sectio Caesarea di RS Kota Cipta Nugroho, Taufan. 2012.
Bandung. Jurnal Ners dan Kebidanan Obsgyn:Obstetri dan Ginekologi

857
The 10th University Research Colloqium 2019
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Gombong

(untuk kebidanan dan keperawatan). Rustiani, Clara Ega Ayu. 2016. Gambaran
Yogyakarta:Nuha Medika Bendungan ASI pada Ibu Nifas
dengan Seksio Sesarea Berdasarkan
Nurliawati,Enok.2010. Faktor-Faktor Yang Karakteristik di RS Sariningsih
Berhubunngan Dengan Produksi Air Bandung. Jurnal Pendidikan
Susu Ibu pada IbuPasca Seksio Keperawatan Indonesia.Vol.2 No.2;
Sesarea di Wilayah Kota dan 146-155. Prodi Keperawatan
Kabupaten Tasikmalaya.Tesis. FPOKUniversitas Pendidikan
Depok: Fakultas Keperawatan Indonesia
Program Megister Ilmu Keperawatan
Kekhususan Keperawatan Maternitas Satriana, A. 2013. Tips for Breastfeeding
Basics, Pump And Save dalam
Oxorn H, Forte W. R. 2010.ILMU http://Theurbamama.
KEBIDANAN:Partologi dan fisiologi com.Tips:diakses pada tanggal 03
persalinan. Yogyakarta: Yayasan Juli 2018 jam 22.00 WIB
Essentia Medika (YEM)
Sundari.2017.Pengaruh Pijat Oksitosin
Perinasia. 2007. Manajemen Laktasi. Terhadap Lama Pengeluaran
Jakarta: Gramedia Kolostrum pada Ibu Post Sectio
Caesarea di RSUD Kota Madiun.
Pitriana, R. 2014. Panduan Lengkap Asuhan ISBN: 978-602-50798-0-1;313-
Kebidanan Ibu Nifas Normal. 319.AKBID Muhammadiyah Madiun
Yogyakarta: Deepublish
Ummah,F.2014.Pijat Oksitosin untuk
Prawiroharjo,Sarwono.2009. Ilmu Kebidanan. Mempercepat Pengeluaran ASI
Jakarta: Pita Bina Pustaka pada Ibu Pasca Salin Normal di
Dusun Sono Seda Ketanen
Purnama,R.2013.Efektivitas AntaraPijat Kecamatan Panceng Gresik. SURYA
Oksitosin dan Breast Care vol.02 No XVIII
Terhadap Produksi ASI Pada Ibu
Post Sectio Sesarea di RSUD Widianti, Wiwin. 2014. Efektivitas Metode
Banyumas. Fakultas Keperawatan ‘’SPEOS’’ (Stimulasi Pijat
Universitas Jendral Soedirman Endorphin, Oksitosin dan Sugestif)
terhadap Pengeluaran ASI pada Ibu
Purwoastuti dan Wulyani. 2015. Asuhan Nifas di W ilayah Kabupaten
Kebidanan Masa Nifas dan Cirebon.Tesis. Depok: FIK UI
Menyusui. Yogyakarta: Pustaka Baru
Pres Wulandari,F,T.2014. Pengaruh Pijat
Oksitosin Terhadap Pengeluaran
Rahayu, Anik Puji.2016.Panduan Praktikum Kolostrum Pada Ibu Post Partum Di
KEPERAWATAN MATERNITAS. Rumah Sakit Umum Daerah Provinsi
Yogyakarta: Deepublish Kepulauan Riau. Poltekkes
Kemenkes Tanjung Pinang: Jurnal
Rini S, Kumala F.2016.Panduan Asuhan Kesehatan
Nifas dan Evidence Based
Practice.Yogyakarta: Deepublish Zamzara, R. 2015. Pengaruh Pijat Oksitosin
Terhadap Waktu Pengeluaran
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas).2013. Kolostrum Ibu Post Partum Sectio
Pedoman Pewawancara Petugas Caesarea. Jurnal Imiah Kesehatan.
Pengumpul Data. Jakarta: Badan vol.8 No.2; 229-241.Stikes Hang
Litbangkes,Depkes RI Tuah Surabaya

858

Anda mungkin juga menyukai