Anda di halaman 1dari 19

KONSEP EKOLOGI

DOSEN PEMBINA :

KHOSI’IN, M. Pd

Oleh :

Anisa fitri dan Wela Sri Yulianti


KATA PENGANTAR
Segala puji bagi allah SWT yang telah memberikan nikmat iman dan islam
kepada kita semua,sehingga dapat berkumpul dalam pertemuan yang insya Allah
di muliakan olehnya. Shalawat dan salam semoga tetap terlimpah curah kepada
junjungan kita Nabi Muhammad SAW. Kepada para sahabat para tabiit tabiinnya

dan semoga kepada kita selaku umatnya mendapatkan syafa ‘atul udzma di
yaumil jaza. Aamiin

Sebelumnya kami mengucapkan banyak terima kasih kepada Bapak


Khosi’in,M.PD.Si,selaku dosen yang telah memberikan kami kesempatan
menjelaskan konsep-konsep ekologi sebagai dasar ilmu lingkungan.

Makala ini ditulis dari hasil penyusunan data data sekunder yang kami
peroleh dari buku panduan dan referensi lainnya yang berkaitan dengan konsep-
konsep ekologi. Kami harap,dengan membaca makalah ini dapat memberi
manfaat bagi kita semua,dalam hal ini dapat menambah wawasan kita mengenai
ekologi khususnya bagi kami. Memang makalah ini masih jauh dari kata
sempurna,maka kami mengharapkan kritik dan saran demi perbaikan menuju arah
yang lebih baik.

Rumusan Masalah

1. Bagaimana konsep-konsep Ekologi bisa menjadi dasar ilmu


lingkungan
2. Apa yang di maksud dengan Populasi,komonitas
,ekosistem,habitat,nichia
3. Kisaran apa saja yang menjadi Toleransi organisme hidup

Tujuan

1. Mengetahui konsep-konsep ekologi sebagai dasar ilmu lingkungan


2. Mengetahui apa itu populasi,komunitas,ekosistem,habitat,nichia.
3. Mengetahui kisaran toleransi organisme hidup
EKOLOGI

A. Pengertian Ekologi
Istilah ekologi pertama kali dikenalkan oleh ahli biologi Jerman, yaitu
Ernst Haeckel (1834-1919). Ekologi berasal dari bahasa Yunani; oikos, artinya
rumah atau tempat tinggal dan logos, artinya ilmu.Beberapa puluh tahun
kemudian, definisi secara luas tentang ekologi dikemukakan pula oleh
beberapa ahli ekologi seperti :
  Miller dalam Darsono (1995:16) ”Ekologi adalah ilmu tentang hubungan
timbal balik antara organisme dan sesamanya serta dengan lingkungan tempat
tinggalnya”
Odum dalam Darsono (1995: 16) “Ekologi adalah kajian struktur dan
fungsi alam, tentang struktur dan interaksi antara sesama organisme dengan
lingkungannya dan ekologi adalah kajian tentang rumah tangga bumi termasuk
flora, fauna, mikroorganisme dan manusia yang hidup bersama saling tergantung
satu sama lain”
Soemarwoto dalam Darsono (1995:16) “Ekologi adalah ilmu tentang
hubungan timbal balik antara makhluk hidup dengan lingkungannya”.
Resosoedarmo dkk, (1985:1)[3] “ekologi adalah ilmu yang mempelajari
hubungan timbal balik antara makhluk hidup dengan lingkungannya”.
Jadi, ekologi adalah ilmu interaksi makhluk hidup dengan lingkungannya.
Mempelajari ekologi berarti mempelajari makhluk hidup, lingkungan, dan
interaksi antar keduanya. Seperti tumbuhan, hewan, dan manusis untuk hidup
bersama dan saling memepngaruhi di dalam lingkungannya. Sedangkan secara
umum lingkungan berarti segala sesuatu diluar individu yang terdiri dari semua
benda atau materi, energi, kondisi, keadaan, habitat, ruang dan proses interaksi
yang terjadi di alamnya.

B. Ilmu Lingkungan
Ilmu lingkungan adalah penggabungan ekologi yang dilandasi dengan
tatanan alam. Merupakan ilmu pengetahuan murni yang mengatur sikap serta
perilaku manusia dapat bersifat lintas disiplin sesuai dengan persoalan yang
dihadapi. Ilmu lingkungan mempelajari tempat dan peranan manusia di antara
makhluk hidup dan komponen kehidupan lainnya. Dalam hal ini ilmu lingkungan
dapat dikatakan sebagai ekologi terapan, yaitu bagaimana menerapkan berbagai
prinsip dan ketentuan ekologi itu dalam kehidupan manusia. Dengan kata lain
ilmu lingkungan adalah ilmu yang mempelajari bagaimana manusia harus
menempatkan dirinya dalam ekosistem atau lingkungan hidupnya. Ilmu
lingkungan mengintegrasikan berbagai ilmu yang mempelajari hubungan antara
jasad hidup dengan lingkungannya.
Di dalam ilmu lingkungan fokus ditujukan terutama pada penyatuan
kembali semua ilmu yang menyangkut masalah lingkungan ke dalam kategori
variabel serupa, yaitu energi, materi, ruang, waktu, dan keanekaragaman.
Komponen Komponen yang terdapat didalam suatu sistem ekologi mempunyai
tingkatan-tingkatan yaitu :
a)      Spesies / individu

Individu merupakan organisme tunggal, misalnya kucing, manusia, cacing,


sebatang pohon.Untuk mempertahakan hidupnya, setiap individu harus mampu
beradaptasi untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Beberapa macam
adaptasi makhluk hidup dengan lingkungannya ialah :
1. Adaptasi fisiologi, merupakan penyesuaian kemampuan fisiologi makhluk
hidup dalam menghadapi perubahan kondisi lingkungan.
Adaptasi perilaku merupakan aktivitas-aktivitas yang terarah sebagai
respon terhadap kondisi lingkungan, terdiri dari :
a. Taksis, merupakan berbagai perilaku hewan yang berupa
gerakan berpindah tempat atau pindah kedudukan
b. Refleks, merupakan gerakan otomatis sebagai akibat
mekanisme reseptor-efektor sederhana. Berbagai aktivitas
pada hewan-hewan rendah seperti makan, berbiak adalah
urutan-urutan refleks.
c. Belajar, komponen perilaku hewan ternyata hanya bersifat
bawaan misalnya belajar. Ada beberapa corak belajar pada
hewan misalnya:
 Pembiasaan (habituasi)
 Pengkondisian (conditioning)
 Perekaman (improving)
 Coba-coba (trial and error)
 Memicu (invitating)
 Menalar (reasoning)
2. Adaptasi tingkah laku.
3. Adaptasi Morfologi merupakan perpaduan antara adaptasi fisioogis dan
adaptasi tingkah laku yang berkaitan dengan fungsi, yaitu penyesuaian
bentuk tubuh untuk kelangsungan hidup.
4. Ada beberapa pola tentang adaptasi-adaptasi morfologi ini yaitu:
a) Pola bergmann, spesies hewan yang hidup didaerah bersuhu lebih
tinggi berukuran lebih kecil dibanding kerabatnya didaerah bersuhu
rendah.
b) Pola allen, pada hewan-hewan yang hidup disuhu rendah
mempunyai paruh, daun telinga, ekor dan bagian-bagian terjulur lainnya
lebih pendek dibandingka yang hidup disuhu tinggi.
c) Pola Groger, hewan homoiterm yang hidup didaerah panas dan
lembab, mengandung banyak pigmen hitam, didaerah kering lebih banyak
pigmen kuning, coklat, merah, sedangkan yang hidup didaerah dingin
pigmennya mengalami reduksi.
d) Pola Jordan, ikan-ikan yang hidup di perairan bersuhu rendah
jumlahnya lebih sedikit dibandingkan jumlah ikan yang diperairan suhu
tinggi.

b)      Populasi

Populasi adalah sekumpulan spesies yang sama dan menempati suatu


ruang tertentu dalam rentang waktu yang relatif sama, apabila terjadi persilangan
diantaranya akan menghasilkan keturunan yang fertile. Populasi juga bisa
dikatakan sebagai individu-individu yang terdiri dari spesies tunggal yang secara
bersama-sama menempai luas wilayah dan waktu yang sama. Karakteristik dari
suatu populasi dapat disebabkan atau dapat dibentuk oleh interaksi-interaksi yang
terjadi diantara individu-individu tersebut dengan lingkungannya. Karakteristik
yang paling penting dari populasi adalah kerapata atau kepadatan (density) dan
penyebaran (dispersion).
Kerapatan populasi dapat dinyatakan dengan jumlah individu per satuan
luas atau biomasa per satuan luas (jika suatu populasi dibentuk oleh individu-
individu dengan ukuran berbeda), atau juga bisa dinyatakan sebagai jumlah
individu persatuan luas atau volume. Misalnya, jumlah pohon pinus per km2 di
wilayah Tangkuban Perahu. Sedangkan definisi dari penyebaran (dispersion)
adalah pola jarak antara individu didalam batas geografis populasi. Populasi selalu
dinamis sepanjang waktu, karena adanya :
1.Kerapatan (densitas)
2.Penyebaran (distribusi)
3.Kelahiran (natalitas)
4.Kematian (mortalitas)
5.Migrasi (emigrasi maupun imigrasi)
Penyebaran (dispersi) individu-individu sejenis yang membentuk populasi di
dalam suatu ekosistem mengikuti tiga pola dasar yaitu :
a.    Pola penyebaran bergerombol
Dalam beberapa kasus, ditemukan pula penyebaran bergerombol seragam
dan bergerombol secara acak.Pola berberombol merupakan pola yang umum
terjadi.Individu-individu perlu bergerombol karena kondisi lingkungan umumnya
berfluktuasi tetapi masih dapat ditoleransi sementara tingkat persaingan di antara
sesame individu tidak terlalu ketat.

b.    Pola penyebaran seragam


Pola penyebaran seragam dapat terjadi bila persaingan yang amat ketat di
antara individu-individu, sehingga setiap individu berupaya memperoleh
pembagian ruang yang sama.
c.    Pola penyebaran acak
Penyebaran acak sangat jarang terjadi di alam. Umumnya hanya terjadi
bila kondisi lingkungan sangat seragam.
Kondisi lingkungan sangat mempengaruhi naik turunnya kecepatan
pertumbuhan suatu populasi. Pada prinsipnya pertumbuhan populasi ditentukan
oleh faktor natalitas, mortalitas, dan migrasi.
Ketiga faktor tersebut di pengaruhi oleh :
a. Interaksi antarsesama komponen biotik dalam bentuk persaingan
memperoleh makanan, pasangan hidup, serta pemangsaan atau parasitisme.
b. Faktor abiotik di lingkungan seperti cuaca, bencana alam, atau ketersediaan
makanan.

Dari sudut pandang manusia, populasi dapat berarti :


a. Biomassa, yaitu berat total suatu populasi pada waktu dan tempat tertentu.
b. Produktifitas yaitu hasil pertumbuhan populasi dalam jangka waktu tertentu
yang dinyatakan dengan berat.
c. Hasil panen (produksi) yaitu hasil yang diperoleh manusia dari suatu
populasi untuk kepentingan hidupnya.

c)      Komunitas

Komunitas merupakan sekumpulan berbagai populasi berbeda yang hidup


pada suatu ruang dan waktu tertentu. Komunitas ini terbentuk sebagai adanya
interaksi dari populasi yang ada. Hubunga teraksi antara populasi bisa saling
menguntungkan, saling merugikan atau sama sekali tidak saling mempengaruhi
contohnya pada suatu kebun terdapat sekumpulan pohon singkong, dan
sekumpulan rumput. Populasi-populasi tersebut saling berinteraksi.

d)     Ekosistem

Istilah ekosistem pertama kali diperkenalkan oleh A.G. Tansley seorang


ahli ekologi berkebangsaan Inggris. Ekosistem adalah suatu sistem yang saling
terkait antara organisme hidup dan organisme tak hidup atau lingkungan fisiknya.
Ciri ekosistem adalah sebagai berikut,
 Memiliki sumber energi yang konstan, umumnya cahaya matahari atau panas
bumi pada ekosistem yang ditemukan di dasar laut yang dangkal.
 Populasi makhluk hidup mampu menyimpan energi dalam bentuk
materiorganik.
 Terdapat daur materi yang berkesinambungan antara populasi dan
lingkungannya.
 Terdapat aliran energi dari satu tingkat ke tingkat yang lainnya.
Contoh ekosistem diantaranya :
 Ekosistem alami, hutan
 Ekosistem binaan, agroekosistem
 Ekosistem buatan, aquarium
Kompleksitas tingkat organisasi didalam ekosistem sangat ditentukan oleh :
        Banyaknya jenis organism produsen
        Banyaknya jenis organism konsumen
        Banyaknya jenis organism pengurai
        Banyaknya komponen abiotik
        Kompleksitas interaksi antar komponen
        Proses-proses alami yang berlangsung dalam ekosistem
Meskipun tidak ada batas yang nyata antara satu ekosistem dengan
ekosistem lainnya namun berbagai penelitian dan data yang ada, para ahli ekologi
telah mencoba membagi ekosistem di muka bumi ini menjadi beberapa kelompok.
Salah satu upaya yang telah di lakukan dalam membagi ekosistem-ekosistem
berskala besar berdasarkan iklim.
Iklim merupakan acuan yang cukup baik untuk menggambarkan ekosistem
skala besar karna iklim sudah mecakup faktor-faktor abiotiknya yang penting
untuk kehidupan. Faktor-faktor iklim beriteraksi secara kompleks sehingga sulit
untuk menggambarkan seluruh faktor iklim secara kualitatif. Contohnya, energy
matahari merupakan faktor yang sangat penting dalam ekosistem, dibandingakan
dengan suhu dan presipitasi. Namun pengukuran suhu dan presipitasi lebih mudah
dilakukan dibandingkan dengan pengukuran energy matahari.
Iklim utama dengan vegetasi dan hewan yang terdapat didalam suatu
ekosistem bersekala besar sering disebut bioma. Didalam setiap bioma terdapat
ekosistem-ekosistem yang lebih kecil.Setiap macam iklim utama mempunyai
suatu tipe vegetasi yang khas. Vegetasi di alam lebih mudah di lihat, di
bandingkan dengan hewan, sehingga bila kita membahas mengenai iklim dan
bioma-bioma yang ada di muka bumi ini maka kita cenderung untuk melihat tipe
vegetasi yang dominan dibandingkan dengan hewan-hewan yang ada.
1. Komponen Ekosistem
a. Komponen Biotik
Merupakan bagian hidup dari lingkungan, termasuk seluruh populasi yang
berinteraksi dengannya. Contoh dampak faktor biotik pada suatu lingkungan
adalah penyerbukan bunga oleh angin. Komponen biotik apat dibagi berdasarkan
fungsinya, adalah :
1. Produsen, semua makhluh hidup yang dapat membuat makanannya sendiri.
Contohnya: makhluk hidup autotrof, seperti tumbuhan berklorofil.
2. Konsumen, semua makhluk hidup yang bergantung pada produsen sebagai
sumber energinya. Berdasarkan jenis makannya konsumen dibagi menjadi:
a) Herbivor, konsumen yang memakan tumbuhan. Contohnya:sapi, kambing,
dan kelinci.
b) Karnivor, konsumen yang memakan hewan lain.Contohnya: harimau,
serigala, dan macan.
c) Omnivor, konsumen yang memakan tumbuhan dan hewan.Contohnya:
manusia dan tikus.
d) Dekomposer atau pengurai, semua makhluk hidup yang memperoleh
nutrisi dengan cara menguraikan senyawa-senyawa organik yang berasal
dari makhluk hidup yang telah mati.Contohnya: bakteri, jamur, dan
cacing.
b. Komponen Abiotik
Merupakan semua bagian tidak hidup dari ekosistem. Peranan komponen
abiotik untuk makhluk hidup adalah sebagai berikut :
 Kemampuan organisme untuk hidup dan berkembang biak bergantung
pada beberapa faktor fisika dan kimia di lingkungannya.
 Sebagai faktor pembatas, faktor yang membatasi kehidupan organisme.
Contohnya, jumlah kadar air sebgai faktor pembatas yang menentukan
jenis organisme yang hidup di padang pasir.
 Komponen abiotik pada ekosistem diantaranya: air, cahaya
matahari,oksisgen, suhu, dan tanah.

1.      Hubungan Antar Komponen Ekosistem


a.    Hubungan Makan
Suatu interaksi dalam ekosistem yang menyediakan nutrisi untuk
setiapmakhluk hidup yang sangat diperlukan untuk pemeliharaan diri,
pertumbuhan,dan perkembangbiakan.
 Nutrisi Autotrof, Makhluk hidup tertentu yang dapat
mensintesismakanannya sendiri.
 Nutrisi Heterotrof, hubungan makan diantara makhluk hidup
yangbergantung pada makhluk hidup yang lain sebagai sumber energinya.
 Saprofit, makhluk hidup yang menggunakan bahan organik dariorganisme
yang telah mati sebagai sumber makanannya.
 Herbivor, makhluk hidup pemakan tumbuhan
 Karnivor, makhluk hidup pemakan hewan lain
 Omnivor, makhluk hidup pemakan segala.
b. Hubungan Simbiosis
Hubungan dua organisme yang hidup bersama dalam suatu hubungan
nutrisiyang erat. Beberapa jenis simbiosis antara lain:
Simbiosis Organisme A Organisme B Contoh
Mutualisme + + Lumut kerak, antara ganggang dan jamur
Komensalisme+ 0 Hiu dan ikan remora
Parasitisme+ - Benalu dengan tumbuhan inang
c. Hubungan Kompetisi
Hubungan persaingan antar makhluk hidup untuk mempertahankan
hidupnya. Dalam ekosistem dikenal istilah
 Habitat, tempat suatu organisme dapat hidup dan menyediakan semua hal
yang dibutuhkan oleh organisme tersebut.
 Relung (niche), cara hidup suatu organisme.Kompetisi tidak terjadi jika
organisme-organisme menempati relung yangberbeda, walaupun habitat
dan jenis makannya sama.
2.      Aliran Energi Yang Melintasi Ekosistem
a. Rantai Makanan dan Jaring-Jaring Makanan
·         Rantai makanan,merupakan proses makan dan dimakan di antara organisme
dengan urutan satu arah yang mengakibatkan terjadinya perpindahan energi dari
satu organisme ke organisme yang lainnya. Jaring-jaring Makanan, rantai-rantai
makanan yang saling berhubungan.
b. Piramida Biomassa dan Piramida Energi
·         Piramida biomassa, dapat dinyatakan sebagai diagram yang mengambarkan
perpaduan massa seluruh makhluk hidup di habitat tertentuyang diukur dan
dinyatakan dalam satuan gram. Biomassa, ukuran berat materi hidup pada waktu
tertentu.
Piramida Energi, memperlihatkan jumlah energi yang dipindahkan dari satu
tingkat ke tingkat diatasnya dalam suatu jarring makanan.
3. Siklus Biokimia Dalam Ekosistem
Suatu siklus bahan kimia, dari bagian abiotik dalam ekosistem ke
komponenbiotik, lalu diuraikan kembali menjadi mineral, demikian seterusnya.
Dalam siklus air terjadi empat tahap sebagai berikut :
1)      Evaporasi, Proses penguapan zat cair menjadi gas
2)      Traspirasi, Pengeluaran air dari tumbuhan dalam bentuk uap
3)      Kondensasi, Proses perubahan gas menjadi cair
4)      Presipitasi, Proses jatuhnya kembali zat cair ke bumi melalui hujan.

Tipe-Tipe Ekosistem
Ekosistem Air
a. Ekosistem Air Tawar
1) Ekosistem Air Tenang
Contoh: danau dan kolam
2) Ekosistem Air Mengalir
Contoh: sungai
b. Air Laut
a) Estuari (muara sungai), mempunyai air yang dangkal sehingga dapat
tertembus cahaya matahari.
Contoh hewan: kepiting, remis, dan cacing
b) Zona Intertidal (zona pantai), zona perbatasan antara ekosistem darat
dan ekosistem laut.
Contoh hewan: ganggang, timun laut, dan bintang laut.
c) Zona Neritik, bagian tepi benua atau pulau memanjang sampai ke
dalam laut hingga jarak tertentu.
Contoh: Terumbu karang
d) Zona laut terbuka, penetrasi cahaya hanya beberapa ratus meter saja
Contoh hewan: Ikan tuna, lumba-lumba, paus dan fitoplankton
(sebagai sumber makannya)
2. Ekosistem Darat
a. Ekosistem hutan hujan tropis
· Suhu ± 250C sepanjang tahun
· Curah hujan tinggi
· Hewan dan tumbuhan sangat beragam
· Tumbuhan khas, liana (rotan), epifit (angrek)
b. Ekosistem hutan gugur
_ Mempunyai empat musim
_ Tumbuhannya, campuran pohon beech-maple dan oak-hickory.
_ Hewannya, rusa, tupai, salamander, dan beruang hitam
c. Ekosistem tundra
· Terdapat di kutub utara yang mempunyai curah hujan rendah
· Tumbuhannya, lumut kerak dan lumut
· Hewannya, serigala, beruang kutub, dan rusa kutub.
. Ekosistem taiga
_ Terdapat di belahan bumi bagian utara dan pegunungan daerah tropic
_ Suhu pada musim dingin rendah
_ Hutan yang terdiri atas satu species, seperti conifer, pinus, dan cemara.
_ Hewannya merupakan pemakan biji-bijian pohon conifer, seperti tupai,
serangga, dan burung finch.
. Ekosistem padang rumput
· Terdapat pada iklim sedang sampai tropis dengan curah hujan 25 cm
sampai 75 cm per tahun
· Tumbuhan yang dominant rumput
· Hewannya, seperti jerapah, gajah afrika, bison amerika, dan singa.
f. Ekosistem gurun
_ Sangat gersang dan curah hujan sangat rendah
_ Suhu pada siang hari sangat dingin mancapai 450C, sedangkan malam
hari sangat dingin sampai 00C.
_ Tumbuhannya, kaktus
_ Hewannya, Unta
e) Nichia

Nichia adalah kombinasi antara habitat tempat suatu spesies hidup, dengan
fungsi spesies dalam habitat tersebut. Konsep nichia ini penting bagi seorang ahli
ekologi, selain dapat digunakan untuk meramalkan macam tumbuhan dan hewan
yang dapat ditemukan dalam suatu komunitas, juga dapat dipakai menaksir
kepadatan serta fungsinya pada suatu titik.
Kepadatan individu pada sutau populasi, langsung dikaitkan dengan pengertian
keanekaragaman. Istilah ini dapat diterapkan kepada berbagai bentuk, sifat, dan
ciri suatu komunitas.

f) Habitat

Habitat adalah tempat suatu organisme hidup. Menurut Reso soedarmo,


dkk (1990), habitat menunjukkan tempat tumbuh sekelompok organisme dari
berbagai jenis yang membentuk suatu komunitas. Misalnya, dikenal istilah habitat
padang rumput dan habitat mangrof. Suatu habitat di anggap sebagai suatu
kawasan alam yang didalamnya unsur-unsur hayati (organisme) dan unsur-unsur
non hayati (zat-zat tidak hidup). Antara unsur-unsur tersebut terjadi hubungan
timbal balik, dikenal dengan istilah sistem ekologi atau ekosistem.
Perusakan Habitat
Penyebab utama hilangnya keanekaragaman hayati bukanlah dari
eksploitasi manusia secara langsung, melainkan keruskan habitat sebagai akibat
yang tak dapat dihindari dari bertambahnya populasi penduduk dan kegiatan
manusia.
Ancaman utama pada keanekaragaman hayati adalah rusak dan hilangnya
habitat dan cara yang paling baik untuk melindungi keanekaragaman hayati
adalah memelihara habitat. Termasuk dalam penghilangan habitat adlah kerusakan
habitat dan hancurnya habitat. Akibat polusi dan fragmentasi habitat. Fragmentasi
habitat adalah peristiwa yang menyebabkan habitat yang luas dan utuh menjadi
berkurang dan terbagi menjadi dua atau lebih fragmen. Antara satu fragmen (atau
perca) dengan lainnya sering kali terjadi isolasi oleh bentang alam yang
terdegradasi atau lebih diubah. Sering kali, pada bentang alam tersebut daerah
tepinya mengalami serangkaian perubahan kondisi, yang dikenal dengan istilah
efek tepi. Habitat yang fragmentasi berbeda dengan habitat semula, karena dua
alasan utama. Pertama, pada habitat fragmentasi, fragmen memilki jumlah tepi
yang lebih banyak perluasan habitat (sehingga lebih terpapar terhadap efek tepi).
Kedua, pada bagian fragmentasi tersebut, bagian tengah dari setiap fragmen
habitat menjadi lebih dekat ke daerah tepi.

C. Kisaran Toleransi dan Faktor Pembatas serta Terapannya


Setiap organisme harus mampu beradaptasi untuk menghadapi kondisi
faktor lingkungan abiotik. Hewan tidak mungkin hidup pada kisaran faktor abiotik
yang seluas-luasnya. Pada prinsipnya masing-masing hewan memiliki kisaran
toleransi tertentu terhadap semua semua faktor lingkungan.
Hukum Toleransi Shelford
“ Setiap organisme mempunyai suatu minimum dan maksimum ekologis,
yang merupakan batas bawah dan batas atas dari kisaran toleransi organisme itu
terhadap kondisi faktor lingkungan”
Apabila organisme terdedah pada suatu kondisi faktor lingkungan yang
mendekati batas kisaran tolrensinya, maka organisme tersebut akan mengalami
cekaman (stress). Fisiologis.Organisme berada dalam kondisi kritis. Contohnya,
hewan yang didedahkan pada suhu ekstrim rendah akan menunjukkan kondisi
kritis Hipotermia dan pada suhu ekstirm tinggi akan mengakibatkan
gejala Hipertemia. Apabila kondisi lingkungan suhu yang demikian tidak segera
berubah maka hewan akan mati.
Dalam menentukan batas-batas kisaran toleransi suatu hewan tidaklah
mudah. Setiap organisme terdedah sekaligus pada sejumlah faktor lingkungan,
oleh adanya suatu interaksi faktor maka suatu faktor lingkungan dapat mengubah
efek faktor lingkungan lainnya. Misalnya suatu individu hewan akan merusak
efek suhu tinggi yang lebih keras apabila kelembaban udara yang relative rendah.
Dengan demikian hewan akan lebih tahan terhadap suhu tinggi apabila udara
kering dibanding dengan pada kondisi udara yang lembab.
Dalam laboratorium juga sangat sulit untuk menentukan batas-batas
kisaran toleransi hewan terhadap sesuatu faktor lingkungan. Penyebabnya ialah
sulit untuk menentukan secara tepat kapan hewan tersebut akan mati. Cara yang
biasa dilakukan ialah dengan memperhitungkan adanya variasi individual batas-
batas kisaran toleransi itu ditentukan atas dasar terjadinya kematian pada 50% dari
jumlah individu setelah diadakan pada suatu kondisi faktor lingkungan selama
rentang waktu tertentu. Untuk kondisi suhu, misalnya ditentukan LT50 – 24 jam
atau LT50 – 48 jam (LT= Lethal Temperatur). Untuk konsentrasi suatu zat dalam
lingkungan biasanya ditentukan dengan LC 50 – X jam ( LC= Lethal
Concentration; X dapat 24, 48, 72 atau 96 jam) dan untuk sesuatu dosis
ditentukan  LD50 – X Jam.
Kisaran toleransi terhadap suatu faktor lingkungan tertentu pada berbagai
jenis hewan berbeda-beda. Ada hewan yang kisarannya lebar (euri) dan ada
hewan yang sempit (steno). Kisaran toleransi ditentukan secara herediter, namun
demikian dapat mengalami perubahan oleh terjadinya proses aklimatisasi (di
alam) atau aklimasi (di lab).
Aklimatisasi adalah usaha manusia untuk menyesuaikan hewan terhadap
kondisi faktor lingkungan di habitat buatan yang baru. Aklimasi adalah usaha yang
dilakukan manusia untuk menyesuaikan hewan terhadap kondisi suatu faktor
lingkungan tertentu dalam laboratorium.
Konsep kisaran toleransi, faktor pembatas maupun preferendum
diterapkan di bidang-bidang pertanian, peternakan, kesehatan, konservasi dan
lain-lain .Hal ini dilakukan dengan harapan kinerja biologi hewan, pertumbuhan
dan reproduksi dapat maksimum dan untuk kondisi hewan yang merugikan
kondisi lingkungan biasanya dibuat yang sebaliknya.
Setiap hewan memiliki kisaran toleransi yang bervariasi, maka kehadiran
di suatu habitat sangat ditentukan oleh kondisi dari faktor lingkungan di tempat
tersebut. Kehadiran dan kinerja populasi hewan di suatu tempat menggambarkan
tentang kondisi faktor-faktor lingkungan di tempat tersebut. Oleh karena itu ada
istilah spesies indikator ekologi, baik kajian ekologi hewan maupun ekologi
tumbuhan. Spesies indikator ekologi adalah suatu spesies organisme yang
kehadirannya ataupun kelimpahannya dapat memberi petunjuk mengenai
bagaimana kondisi faktor-faktor fisiko – kimia di suatu tempat.
Beberapa species hewan sebagai spcies indikator antara lain adalah
Capitella capitata (Polychaeta) sebagai indikator untuk pencemaran bahan
organic. Cacing Tubifex (Olygochaeta) dan lain-lain.
Kriteria-kriteria species indikator adalah;
a. Arah toleransinya sempit untuk satu atau beberapa faktor lingkungan
b.      Ukuran tubuh cukup besar sehingga mudah dideteksi
c.       Kelimpahannya tinggi sehingga mudah didapatkan dan mudah dijadikan
sample.
d.      Mudah diidentifikasi
e.       Distribusnya kosmopolit
f.       Mudah mengakumulasi zat-zat polutan

DAFTAR PUSTAKA

·         file.upi.edu/.../EKOLOGI_DAN_KONSEP_EKOSIST
Nasrudin anshori CH, sudarsono, SH. Kearifan Lingkungan dalam
Perspektif Budaya Jawa. 2007.Yayasan Obor Indonesia:Jakarta
Yani, ahmad, mamat ruhimat. Geografi Menyingkap Fenomena Geosfer
Untuk Kelas XI Sekolah Menengah Atas. 2007. Jakarta
Indrawan, mochamad, dkk. Biologi Konservasi Edisi Refisi. 2007.
Yayasan Obor Indonesia: Jakarta
Djamal Irwan, Zoer’aini.Tantangan Lingkungan dan Lansekap Hutan
Kota. 2005. Sinar Grafika Offset: Jakarta
Hutagalung RA 2010. Ekologi Dasar. Jakarta. Hlm:20-27
Priadi Arif. 2006. Biologi 1. Yudhistira. Jakarta.
Rahardjanto, Abdulkadir. 2001. Ekologi Umum. Umm Press: Malang.

Anda mungkin juga menyukai