Anda di halaman 1dari 32

REFERAT

KISTA OVARIUM

Penguji:
dr. Nunung Nurbaniwati, Sp.OG (K)

disusun oleh :
Fadjrin Yahya
119810019

KEPANITERAAN KLINIK DEPARTEMEN ILMU OBSTETRI DAN


GINEKOLOGI
RSUD WALED CIREBON
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER
UNIVERSITAS SWADAYA GUNUNG JATI
CIREBON
2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat serta karunia-Nya, sehingga saya bisa menyelesaikan tugas Referat ini dengan
judul “Kista Ovarium“. Tugas laporan kasus ini diajukan untuk memenuhi tugas
dalam Kepaniteraan Klinik Ilmu Kebidanan dan Penyakit Kandungan di Rumah Sakit
Umum Daerah Waled Kabupaten Cirebon.
Dalam penulisan laporan kasus ini penulis banyak menemukan kesulitan.
Namun berkat dorongan dan bimbingan dari berbagai pihak, akhirnya laporan kasus
ini dapat diselesaikan. Oleh karena itu penulis mengucapkan terimakasih kepada
dr. Nunung Nurbaniwati, Sp.OG (K)., selaku pembimbing. Penulis menyadari masih
banyak kekurangan dalam laporan kasus ini,
Oleh karena itu, penulis mengharapkan berbagai kritik dan saran yang bersifat
membangun dalam tema dan judul yang diangkat dalam laporan kasus ini. Akhir kata
semoga laporan kasus ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pihak-pihak
yang membutuhkan umumnya.

Cirebon, februari 2021

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Kista ovarium merupakan salahsatu bentuk penyakit reproduksi yang
banyak menyerang wanita. Kista atau tumor merupakan bentuk gangguan yang
bisa dikatakan adanya pertumbuhan sel-sel otot polos pada ovarium yang jinak.
Walaupun demikian tidak menutup kemungkinan untuk menjadi tumor ganas atau
kanker.
Perjalanan penyakit yang secara diam-diam menyebabkan banyak wanita
yang tidak menyadari bahwa dirinya sudah terserang kisat ovarium dan hanya
mengetahui pada saat kista sudah dapat teraba dari luar atau membesar
Kista ovarium juga dapat menjadi ganas dan berubah menjadi kanker
ovarium. Untuk mengetahui dan mencegah agar tidak terjadi kanker ovarium
maka seharusnya dilakukan pendeteksian dini kanker ovarium dengan
pemeriksaan yang lebih lengkap. Sehingga dengan ini pencegahan terjadinya
keganasan dapat dilakukan.
Kista ovarium memiliki jenis dan klasifikasi yang cukup banyak.
Tergantung dari mana kista itu berasal. Untuk lebih lanjutnya akan dibahas pada
tinjauan teori.

2. Tujuan Makalah
a. Untuk mengetahui pengertian Kista Ovarium
b. Untuk mengetahui dan memahami sifat, klasifikasi, tanda dan gejala ibu yang
mengalami Kista Ovarium
c. Mampu memberikan penatalaksanaan yang sesuai dan baik saat praktek
dilapangan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Tumor Ovarium


Secara harfiah, Tumor adalah jaringan baru (neoplasma) yang timbul
dalam tubuh akibat pengaruh berbagai faktor penyebab dan menyebabkan
jaringan setempat pada tingkat gen kehilangan kendali normal atas
pertumbuhannya. Istilah neoplasma pada dasarnya memiliki makna sama
dengantumor. Keganasan merujuk kepada segala penyakit yang ditandai
hiperplasia sel ganas.
Tumor ovarium adalah sebuah proses penumbuhan jaringan baru yang
berasal dari ovarium baik yang bersifat jinak maupun ganas. Beberapa literatur
menggolongkan kista sebagai tumor namun beberapa literatur lain memisahkan
antara tumor dengan kista. Perlu diketahui bahwa definisi kista adalah suatu jenis
tumor berupa kantong abnormal yang berisi cairan. Karena secara definisi tumor
adalah jaringan, oleh karena itu beberapa literatur membedakan antara kista
dengan tumor ovarium.

Gambar 1 : Ilustrasi Kista Ovarium


2.2 Epidemiologi

Berdasarkan data penilitian Jurnal Medscape di Amerika Serikat, umumnya


kista ovarium ditemukan saat pasien melakukan pemeriksaan USG baik abdominal
maupun transvaginal dan transrektal. Kista ovarium terdapat disekitar 18% yang
sudah postmenopause. Sebagian besar kista yang ditemukan merupakan kista jinak,
dan 10% sisanya adalah kista yang mengarah ke keganasan.

Kista ovarium fungsional umumnya terjadi pada usia produktif dan relatif
jarang pada wanita postmenopause. Secara umum, tidak ada persebaran umur yang
spesifik mengenai usia terjadinya kista ovarium.1

2.3 Sifat Kista

1. Kista Fisiologis

Sesuai siklus menstruasi, di ovarium timbul folikel dan folikelnya berkembang,


dan gambaranya seperti kista. Biasanya kista tersebut berukuran dibawah 4 cm,
dapat dideteksi dengan menggunakan pemeriksaan USG, dan dalam 3 bulan akan
hilang. Jadi ,kista yang bersifat fisiologis tidak perlu operasi, karena tidak berbahaya
dan tidak menyebabkan keganasan, tetapi perlu diamati apakah kista tersebut
mengalami pembesaran atau tidak. Kista yang bersifat fisiologis ini dialami oleh
orang di usia reproduksi karena masih mengalami menstruasi. Biasanya kista
fisiologis tidak menimbulkan nyeri pada saat haid. Beberapa jenis kista fisiologis
diantaranya adalah kista korpus luteal, kista folikular, kista teka-lutein.2

2. Kista Patologis

Kista ovarium yang bersifat ganas disebut juga kanker ovarium. Kanker
ovarium merupakan penyebab kematian terbanyak dari semua kanker ginekologi.
Angka kematian yang tinggi karena penyakit ini pada awalnya bersifat tanpa gejala
dan tanpa menimbulkan keluhan apabila sudah terjadi metastasis, sehingga 60-70%
pasien datang pada stadium lanjut, penyakit ini disebut juga sebagai silent killer.
Angka kematian penyakit ini di Indonesia belum diketahui dengan pasti.3
Pada kista patologis, pembesaran bisa terjadi relatif cepat, yang kadang tidak
disadari penderita. Karena, kista tersebut sering muncul tanpa gejala seperti penyakit
umumnya. Itu sebabnya diagnosa agak sulit dilakukan. Gejala gejala seperti perut
yang agak membuncit serta bagian bawah perut yang terasa tidak enak biasanya baru
dirasakan saat ukuranya sudah cukup besar. Jika sudah demikian biasanya perlu
dilakukan tindakan pengangkatan melalui proses laparoskopi.3,4

Ada lagi jenis kista abnormal pada ovarium. Jenis ini ada yang bersifat jinak
dan ganas. Bersifat jinak jika bisa berupa spot dan benjolan yang tidak menyebar.
Meski jinak kista ini dapat berubah menjadi ganas. Tetapi sampai saat ini, belum
diketahui dengan pasti penyebab perubahan sifat tersebut. Kista ganas yang
mengarah ke kanker biasanya bersekat sekat dan dinding sel tebal dan tidak teratur.
Tidak seperti kista fisiologis yang hanya berisi cairan, kista abnormal
memperlihatkan campuran cairan dan jaringan solid dan dapat bersifat ganas. 3,4,5

2.4 Klasifikasi Kista

Diantara tumor-tumor ovarium ada yang bersifat neoplastik dan non neoplastik.
Tumor neoplastik dibagi atas tumor jinak dan ganas, dan tumor jinak dibagi dalam
tumor kistik dan solid

A. Tumor Non Neoplastik


a. Tumor akibat radang
i. Abses ovarial
ii. Abses tubo – ovarial
iii. Kista tubo – ovarial
b. Tumor lain
i. Kista folikel
ii. Kista korpus lutein
iii. Kista teka-lutein
iv. Kista inklusi germinal
v. Kista endometrium
B. Tumor Neoplastik Jinak
a. Kistik
i. Kistoma ovarii simpleks
ii. Kistadenoma ovarii musinosum
iii. Kistadenoma ovarii serosum
iv. Kista endometroid
v. Kista dermoid
b. Solid
i. Fibroma, leiomioma, fibroadenoma, papiloma, angioma,
limfangioma
ii. Tumor Brenner
iii. Tumor sisi aderenal (makulinovo-blastoma).3

Kista Ovarium Non-Neoplastik

a. Tumor Akibat Radang

Tumor ini biasanya disebabkan oleh proses infeksi yang terjadi pada adneksa.
Tumor ini cukup jarang. Proses pembentukan tumor ini didahului oleh masuknya
bakteri kedalam uterus yang berlanjut ke bagian salfing dan menuju ke adneksa.
Kemudian terjadilah infeksi dan terjadi proses imunologis sehingga terbentuk abses.3

b. Kista Folikel
Kista ini berasal dari folikel de graff yang tidak sampai berovulasi, namun
tumbuh terus menjadi kista folikel, atau dari beberapa folikel primer yang setelah
bertumbuh di bawah pengaruh estrogen tidak mengalami proses atresia yang lazim,
melainkan membesar menjadi kista.bisa di dapati satu kista atau beberapa dan
besarnya biasanya berdiameter 1-1 ½cm.Dalam menangani tumor ovarium timbul
persoalan apakah tumor yang dihadapi itu neoplasma atau kista folikel. Umumnya
jika diameter tumor tidak lebih dari 5 cm, dapat di tunggu dahulu karena kista folikel
dalam 2 bulan akan hilang sendiri.3,5
Kista folikuler secara tipikal kecil dan timbul dari folikel yang tidak sampai
saat menopause, sekresinya akan terlalu banyak mengandung estrogen sebagai
respon terhadap hipersekresi FSH (folikel stimulating hormon) dan LH (luteinizing
hormone) normalnya ditemui saat menopause berdiameter 1 -10 cm (folikel normal
berukuran limit 2,5 cm); berasal dari folikel ovarium yang gagal mengalami involusi
atau gagal meresorpsi cairan. Dapat multipel dan bilateral. Biasanya asimtomatik.3

Gambar 2 : Kista Folikel

c. Kista Korpus Lutein

Dalam keadaan normal korpus luteum lambat laun mengecil dan menjadi
korpus albikans. Kadang-kadang korpus luteum akan mempertahankan diri (korpus
luteum persisten); perdarahan yang terjadi di dalamnya akan menyebabkan kista,
berisi cairan berwarna merah coklat karena darah tua. Pada pembelahan ovarium
kista korpus luteum memberi gambaran yang khas. Dinding kista terdiri atas lapisan
berwarna kuning, terdiri atas sel-sel luteum yang berasal dari sel-sel teka.
Penanganan kista luteum ini menunggu sampai kista hilang sendiri. Dalam hal ini
dilakukan operasi atas dugaan kehamilan ektopik terganggu, kista korpus luteum
diangkat tanpa mengorbankan ovarium.3,5
Gambar 3 : Kista Korpus Lutea

d. Kista Teka Lutein

Kista biasanya bilateral dan sebesar tinju. Pada pemeriksaan mikroskopik


terlihat luteinisasi sel-sel teka. Tumbuhnya kista ini ialah akibat pengaruh hormone
koriogonadrotropin yang berlebihan.3,5 Kista granulosa lutein yang terjadi di dalam
korpus luteum indung telur yang fungsional dan membesar bukan karena tumor,
disebabkan oleh penimbunan darah yang berlebihan saat fase pendarahan dari siklus
menstruasi. Kista teka-lutein biasanya berisi cairan bening, berwarna seperti jerami;
biasanya berhubungan dengan tipe lain dari growth indung telur, serta terapi hormon.

Gambar 4 : Kista Teka Lutein

e. Kista Inklusi Germinal

Terjadi karena invaginasi dan isolasi bagian-bagian terkecil dari epitel


germinativum pada permukaan ovarium. Biasanya terjadi pada wanita usia lanjut dan
besarnya jarang melebihi 1 cm. Kista terletak di bawah permukaan ovarium,
dindingnya terdiri atas satu lapisan epitel kubik atau torak rendah, dan isinya cairan
jernih dan serous.3,5
Gambar 5 : Kista Inklusi Germinal

f. Kista Endometrium

Kista ini endometriosis yang berlokasi di ovarium. Akibat proliferasi dari sel
yang mirip dinding endometrium, umumnya berisi darah yang merupakan hasil
peluruhan dinding saat menstruasi.3

Neoplasti Jinak

1. Kistik:
a. Kistoma Ovari Simpleks
Kista ini mempunyai permukaan yang rata dan halus, biasanya bertangkai,
seringkali bilateral dan dapat menjadi besar. Dinding kista tipis dan cairan di
dalam kista jernih, serous dan berwarna kuning. Pada dinding kista tampak
lapisan epitel kubik.Terapi terdiri atas pengangkatan kista dengan reseksi
ovarium, akan tetapi jarinngan yang dikeluarkan harus segera diperiksa secara
histologik untuk mengetahui apakah ada keganasan.3,5

b. Kistadenoma Ovarii Serosum


Kista ini ditemukan dalam frekwensi yang hampir sama dengan
kistadenoma musinosum dan dijumpai pada golongan umur yang sama. Kista ini
sering ditemukan bilateral (10-20%) daripada kistadenoma musinosum. Tumor
serosa dapat membesar sehingga memenuhi ruang abnomen, tetapi lebih kecil
dibanding dengan ukuran kistadenoma musinosum. Permukaan tumor biasanya
licin, tetapi dapat juga lobulated karena kista serosum pun dapat berbentuk
multikolur, meskipun lazimnya berongga satu. Warna kista putih keabuan.
Ciri khas dari kista ini adalah potensi pertumbuhan papiler ke dalam
rongga kista sebesar 50% dan keluar pada permukaan kista sebesar 5%. Isi kista
cair, kuning dan kadang-kadang coklat karena bercampur darah. Tidak jarang,
kistanya sendiri kecil, tetapi permukaannya penuh dengan pertumbuhan
papiler (solid papiloma)
Pada umumnya dapat dikatakan bahwa sulit membedakan gambaran
makroskopis kistadenoma serosum papileferum yang ganas dari yang jinak,
bahkan pemeriksaan rnikroskopis pun tidak selalu mernberikan kepastian.
Pada pemeriksaan mikroskopis terdapat dinding kista yang dilapisi epitel
kubik atau torak yang rendah, dengan sitoplasma eosinofil dan inti sel yang besar
dan gelap warnanya. Karena tumor ini berasal dari epitel permukaan ovarium
(germinal epithelum), maka bentuk epitel pada papil dapat beraneka ragam, tetapi
sebagian besar terdiri atas epitel bulu getar seperti epitel tuba. Pada jaringan
papiler dapat ditemukan pengendapan kalsium dalam stromanya yang dinamakan
psamoma. Adanya psamoma menunjukkan bahwa kista adalah kistadenoma
ovarium serosum papiliferum, tetapi bukan ganas.
Tidak ada gejala klasik yang menyertai tumor serosa proliferatif.
Kebanyakan ditemukan pada pemeriksaan rutin dari pelvis. Kadang-kadang
pasien mengeluh rasa ketidaknyamanan daerah pelvis dan pada pemeriksaan
ditemukan massa abdomen atau pun ascites. Kelainan ekstra abdomen jarang
ditemukan pada keganasan ovarium kecuali pada stadium terminal.3,4,6
Apabila ditemukan pertumbuhan papiler, proliterasi dan stratifikasi epitel,
serta anaplasia dan mitosis pada sel-sel, kistadenoma serosum secara makroskopik
digolongkan ke dalam kelompok tumor ganas. 30-35% dari kistadenoma serosum
mengalami perubahan keganasan. Bila terdapat implantasi pada peritoneum
disertai dengan ascites, prognosis penyakit adalah kurang baik. Meskipun
diagnosis histopatologis pertumbuhan tumor tersebut mungkin jinak
(histopathologically benign), tetapi secara klinis harus dianggap sebagai
neoplasma ovarium ganas (clinicaly malignant).
Terapi pada umumnya adalah pengangkatan tumor. Tetapi oleh karena
berhubung dengan besarnya kemungkinan keganasan perlu dilakukan
pemeriksaan yang teliti terhadap tumor yang dikeluarkan.Bahkan kadang-kadang
perlu diperiksa sediaan yang dibekukan (frozen section) pada saat operasi, untuk
menentukan tindakan selanjutnya pada waktu operasi.3,5

Gambar 6 : Kista Ovarium Serosum

c. Kistadenoma Ovarii Musinosum

Asal tumor ini belum diketahui dengan pasti. Tumor ini mungkin muncul
sebagai tumor unilateral kista teratoma atau sebagai metaplasia mucinosum
dari mesothelium. Tumor mucinous yang berasal dari teratoid ditemukan pada
penderia yang muda.Paling sering pada wanita berusia antara 20-50 tahun dan
jarang sekali pada masa prapubertas. Tumor evarium ini terbanyak ditemukan
bersama-sama dengan kistadenoma ovarii serosum. Kedua  tumor ini
merupakan kira-kira 60% dari seluruh ovarium, sedang kistadenoma ovarii
musinosum nerupakan 40% dari seluruh kelompok neoplasma ovarium.
Kista ini biasanya mempunyai dinding yang licin, permukaan berbagala
(lobulated) dan umumnya multitokular dan odematosa; lokular yang
mengandung niukosa ini kelihatan biru dari peregangan kapsulnya. Kira-kira
10% dapat mencapai ukuran yang amat besar dan pada tumor ini tidak dapat
ditemukan jaringan yang normal lagi. Tumor biasanya unilateral, akan tetapi
dapat juga dijumpai yang bilateral (8-10%).

Dinding kista agak tebal dan berwarna putih keabuan terutama apabila
terjadi perdarahan atau perubahan degeneratif di dalam kista. Pada permukaan
terdapat cairan lendir yang khas, kental seperti gelatin, melekat dan berwarna
kuning sampai coklat tergantung dari percampurannya dengan darah.

Pemeriksaan mikroskopik : tampak dinding kista dilapisi oleh epital


torak tinggi dan sel-sel goblet yang terisi lendir. Sel-sel epitel yang terdapat
dalam satu lapisan bersifat odernatus dan mempunyai potensi untuk tumbuh
seperti struktur kelenjar, kelenjar-kelenjar menjadi kista-kista baru, yang
menyebabkan kista menjadi multilokuler. Jika terjadi suatu sobekan pada
dinding kista (spontan ataupun pada saat operasi), maka sel-sel epitel dapat
tersebar pada permukaan peritoneum rongga perut, dan sekresinya
menyebabkan pseudomiksoma peritonei. Akibat pseudorniksoma peritonei
timbul penyakit menahun dengan musin terus bertambah dan menyebabkan
banyak perlengketan. Akhirnya penderita meninggal karena ileus. Pada kista
kadang-kadang ditemukan daerah padat dan pertumbuhan papiler.3,5

d. Kista Endometroid

Terjadi karena lapisan didalam rahim (yang biasanya terlepas sewaktu


haid dan terlihat keluar dari kemaluan seperti darah); tidak terletak dalam
rahim tetapi melekat pada dinding luar ovarium. Akibat peristiwa ini setiap
kali haid, lapisan tersebut menghasilkan darah haid yang akan terus menerus
tertimbun dan menjadi kista. Kista ini bisa 1 pada dua indung telur. Timbul
gejala utama yaitu rasa sakit terutama sewaktu haid/ sexual intercourse.3,5
Gambar 7 :Kista Endometroid

e. Kista Dermoid

Tumor ini merupakan 10% dan seluruh neoplasma ovarium yang kistik, 
dan paling sering ditemukan pada wanita yang masih muda. 25% dari  semua
kista dermoid bilateral, lazimnya dijumpai pada masa reproduksi walaupun
dapat ditemukan pada anak kecil. Tumor ini dapat mencapai ukuran sangat
besar, sehingga beratnya mencapai beberapa kilogram.
Kista ini tumbuh akibat proses yang kurang sempurna saat pembentukan
lapisan embrional. Lapisan ektoderm yang saat dewasa akan menjadi sel sel
folikel rambut, tulang, serta gigi secara tidak sempurna tumbuh di sekitar
ovarium. Kista ini tidak mempunyai ciri yang khas. Dinding kista kelihatan
putih keabuan dan agak tipis. Konsistensi tumor sebagian kistik kenyal, di
bagian lain padat. Dapat ditemukan kulit, rambut kelenjer sebasea, gigi
(ektodermal), tulang rawan, serat otot jaringan ikat (mesodemal) dan mukosa
traktus gasttrointotinelis, epitel saluran kista terdapat produk kelenjer sebasea
berupa massa lembek seperti lemak, bercampur dengan rambut
Pada kista dermoid dapat terjadi torsio tangkai dengan gejala nyeri
mendadak di perut bagian bawah. Ada kemungkinan terjadinya sobekan
dinding kista dengan akibat pengeluaran isi kista dalam rongga  
peritoneum.Perubahan keganasan dari kista sangat jarang, hanya 1,5% dari
semua kista dermoid dan biasanya pada wanita lewat menopause.1,3
Gambar 8 : Kista Dermoid

f. PCOS (polikistik ovary sindrom)

PCOS merupakan salah satu penyebab dari kelainan endokrin yang


terjadi pada wanita usia reproduktif. Kelainan ini juga berakibat pada keadaan
infertilitas yang disebabkan oleh anovulasi,pada penyakit ini, terjadi gangguan
fungsi aksis hipotalamus-hipofisis-ovarium sehingga menyebabkan keadaan
anovulasi. Dengan gambaran klinis oligomenorea, hirsutisme, akne, infertilitas,
gambaran klinis lainnya yaitu obesitas. Pemeriksaan penunjang memakai usg
dengan gambaran roda pedati.

2. Solid
Semua tumor ovarium yang padat adalah neoplasma. Akan tetapi, ini tidak
berarti bahwa termasuk suatu neoplasma yang ganas, meskipun semuanya
berpotensi maligna. Potensi menjadi ganas sangat berbeda pada berbagai jenis,
umpamanya sangat rendah pada fibroma ovarium dan sangat tinggi pada teratoma
embrional yang padat.3,6
a. Fibroma ovarii
Potensi menjadi ganas sangat rendah pada fibroma ovarium, kurang dari
1%. Fibroma ovarii berasal dari elemen fibroblastik stroma ovarium atau sel
mesenkim yang multipoten. Tumor ini merupakan 5% dari semua neoplasma
ovarium dan paling sering ditemukan pada penderita menopause.
Tumor ini mencapai diameter 2 sampai 30 cm; dan beratnya 20 kg, dengan
90% uniteral. Permukaan tidak rata, konsistensi keras, warnanya merah jambu
keabuan. Apabila konsistensi sangat padat disebut fibroma durum, dan apabila
lunak disebut fibroma molle. Neoplasma ini terdiri atas jaringan ikat dengan sel-
sel di tengah jaringan kolagen. Apabila terdiri atas kelenjar-kelenjar kistik, maka
disebut kistadenofroma ovarii. Fibroma ovarii yang besar biasanya mempunyai
tangkai dan dapat terjadi torsi. Pada tumor ini  sering  ditemukan sindroma Meigs
(tumor ovarii, ascites, hidrotoraks). 3,5,6
b. Tumor Brenner
Merurupakan suatu neoplasma ovarium yang sangat jarang ditemukan,
biasanya pada wanita dekat atau sesudah menopause. Frekuensinya 0,5% dari
semua tumor ovarium.Besar tumor ini beraneka ragam, dari sangat kecil ke yang
beratnya beberapa kilogram. Lazimnya tumor ini unilateral. Pada pembelahan
berwarna kuning muda seperti fibroma, dengan kista-kista kecil. Kadang-kadang
pada tumor ini temukan sindroma Meigs. Gambar mikroskopis tumor ini sangat
khas, terdiri dari 2 elemen, yakni sarang-sarang yang terdiri atas epitel epitel,
yang dikelilingi jaringan ikat yang luas dan padat.
Tumor Brenner tidak menimbulkan gejala-gejala klinik yang khas, dan jika masih
kecil, biasanya ditemukan secara kebetulan pada pemeriksaan histopatologik
ovarium. Meskipun biasanya jinak, dalam beberapa kasus tumor ini menunjukkan
keganasan pada histopatologi dan klinisnya.3,5,6
c. Maskulinovoblastoma (adrenal cell rest tumor)
Tumor ini sangat jarang terjadi. Biasanya unilateral dan besarnya
bervariasi antara 0,5-16 cm. Beberapa dari tumor ini menyebabkan gejala
maskulinasi, terdiri atas hirsutisme, pembesaran klitoris, atrofi memmae, dan
perubahan suara.

2.5 Etiologi

Penyebab terjadinya kista ovarium yaitu terjadinya gangguan pembentukan


hormon pada hipotalamus, hipofise, atau ovarium itu sendiri. Kista ovarium
timbul dari folikel yang tidak berfungsi selama siklus menstruasi.3
Faktor resiko terjadinya kista ovarium.2

a. Riwayat kista ovarium sebelumnya


b. Siklus menstruasi yang tidak teratur
c. Meningkatnya distribusi lemak tubuh bagian atas
d. Menstruasi dini
e. Tingkat kesuburan
f. Hipotiroid atau hormon yang tidak seimbang
g. Terapi tamosifen pada kanker mammae.

Sedangkan pada tumor padat, etiologi pasti belum diketahui, diduga akibat
abnormalitas pertumbuhan sel embrional, atau sifat genetis kanker yang tercetus
oleh radikal bebas atau bahan bahan karsinogenik.

2.6 Patofisiologi

Setiap hari, ovarium normal akan membentuk beberapa kista kecil yang
disebut Folikel de Graff. Pada pertengahan siklus, folikel dominan dengan
diameter lebih dari 2.8 cm akan melepaskan oosit mature. Folikel yang ruptur
akan menjadi korpus luteum, yang pada saat matang memiliki struktur 1,5 – 2 cm
dengan kista ditengah-tengah. Bila tidak terjadi fertilisasi pada oosit, korpus
luteum akan mengalami fibrosis dan pengerutan secara progresif. Namun bila
terjadi fertilisasi, korpus luteum mula-mula akan membesar kemudian secara
gradual akan mengecil selama kehamilan.3,6
Kista ovari yang berasal dari proses ovulasi normal disebut kista fungsional
dan selalu jinak. Kista dapat berupa folikular dan luteal yang kadang-kadang
disebut kista theca-lutein. Kista tersebut dapat distimulasi oleh gonadotropin,
termasuk FSH dan HCG.3,5
Kista fungsional multiple dapat terbentuk karena stimulasi gonadotropin
atau sensitivitas terhadap gonadotropin yang berlebih. Pada neoplasia tropoblastik
gestasional (hydatidiform mole dan choriocarcinoma) dan kadang-kadang pada
kehamilan multiple dengan diabetes, hcg menyebabkan kondisi yang disebut
hiperreaktif lutein. Pasien dalam terapi infertilitas, induksi ovulasi dengan
menggunakan gonadotropin (FSH dan LH) atau terkadang clomiphene citrate,
dapat menyebabkan sindrom hiperstimulasi ovari, terutama bila disertai dengan
pemberian HCG.3,5
Kista neoplasia dapat tumbuh dari proliferasi sel yang berlebih dan tidak
terkontrol dalam ovarium serta dapat bersifat ganas atau jinak. Neoplasia yang
ganas dapat berasal dari semua jenis sel dan jaringan ovarium. Sejauh ini,
keganasan paling sering berasal dari epitel permukaan (mesotelium) dan sebagian
besar lesi kistik parsial. Jenis kista jinak yang serupa dengan keganasan ini adalah
kistadenoma serosa dan mucinous. Tumor ovari ganas yang lain dapat terdiri dari
area kistik, termasuk jenis ini adalah tumor sel granulosa dari sex cord sel dan
germ cel tumor dari germ sel primordial. Teratoma berasal dari tumor germ sel
yang berisi elemen dari 3 lapisan germinal embrional; ektodermal, endodermal,
dan mesodermal.Endometrioma adalah kista berisi darah dari endometrium
ektopik. Pada sindroma ovari pilokistik, ovarium biasanya terdiri folikel-folikel
dengan multipel kistik berdiameter 2-5 mm, seperti terlihat dalam sonogram.3,5

2.7 Tanda dan Gejala

Kebanyakan wanita dengan kanker ovarium tidak menimbulkan gejala dalam


waktu yang lama. Gejala umumnya sangat bervariasi dan tidak spesifik.4,6

Pada stadium awal gejalanya dapat berupa:

a. Gangguan haid
b. Jika sudah menekan rectum atau VU mungkin terjadi konstipasi atau
sering berkemih.
c. Dapat terjadi peregangan atau penekanan daerah panggul yang
menyebabkan nyeri spontan dan sakit diperut.
d. Nyeri saat bersenggama.
Pada stadium lanjut:

a. Asites
b. Penyebaran ke omentum (lemak perut) serta organ di dalam rongga perut
c. Perut membuncit, kembung, mual, gangguan nafsu makan
d. Gangguan buang air besar dan kecil.
e. Sesak nafas akibat penumpukan cairan di rongga dada.2

2.8 Diagnosis

Diagnosis kista ovarium dapat ditegakkan melalui pemeriksaan fisik.


Namun biasanya sangat sulit untuk menemukan kista melalui pemeriksaan fisik.
Maka kemudian dilakukan pemeriksaan penunjang untuk mendiagnosis kista
ovarium. Pemeriksaan yang umum digunakan adalah :
1. Ultrasonografi (USG)
Alat peraba (transducer) digunakan untuk memastikan keberadaan kista,
membantu mengenali lokasinya dan menentukan apakah isi kista cairan atau
padat. Kista berisi cairan cenderung lebih jinak, kista berisi material padat
memerlukan pemeriksaan lebih lanjut.5,6Dari gambaran USG dapat terlihat:
a. Akan terlihat sebagai struktur kistik yang bulat (kadang-kadang
oval) dan terlihat sangat echolucent dengan dinding yang
tipis/tegas/licin, dan di tepi belakang kista nampak bayangan echo yang
lebih putih dari dinding depannya.
b. Kista ini dapat bersifat unillokuler (tidak bersepta) atau
multilokuler (bersepta-septa).
c. Kadang-kadang terlihat bintik-bintik echo yang halus-halus
(internal echoes) di dalam kista yang berasal dari elemen-elemen darah
di dalam kista.
Gambar 9 : Gambaran Kista pada USG

2. Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium dapat berguna sebagai screening maupun
diagnosis apakah tumor tersebut bersifat jinak atau ganas. Berikut
pemeriksaan yang umum dilakukan untuk mendiagnosis kista ovarium.
a. Pemeriksaan Beta-HCG Pemeriksaan ini digunakan untuk screening
awal apakah wanita tersebut hamil atau tidak. Pemeriksaan ini dapat
menyingkirkan kemungkinan kehamilan ektopik.
b. Pemeriksaan Darah Lengkap Untuk sebuah penyakit keganasan,
dapat diperkirakan melalui LED. Parameter lain seperti leukosit, HB, HT
juga dapat membantu pemeriksa menilai keadaan pasien.
c. Urinalisis Urinalisis penting untuk mencari apakah ada kemungkinan
lain, baik batu saluran kemih, atau infeksi dan untuk menyingkirkan
diagnosis banding.
d. Pemeriksaan Tumor Marker Tumor marker spesifik pada keganasan
ovarium adalah CA-125. CEA juga dapat diperiksa, namun CEA kurang
spesifik karena marker ini juga mewakili keganasan kolorektal, uterus
dan ovarium.
e. AFP (alfa feto protein)
Mungkin meningkat pada tumor endodermal atau karsinoma sel
embrional
Kanker ovarium umumnya baru menimbulkan keluhan apabila telah
menyebar ke rongga peritoneum, atau organ visera lainnya. Pada tingkat ini
penyakit telah mencapai stadium lanjut sehingga tindakan pembedahan dan terapi
adjuvan seringkali tidak menolong (Rarung M, 2008).
Kadar CA 125 meningkat lebih dari 80% pada kanker ovarium tipe epitel
stadium lanjut dan meningkat hanya 50% pada kanker ovarium stadium awal.
Tetapi peningkatan kadar CA 125 juga diakibatkan oleh keadaan inflamasi
seperti endometriosis, penyakit radang panggul atau kehamilan dan pada
kanker-kanker non ginekologi seperti kanker payudara, kanker paru, dan kanker
gastrointestinal. Nilai diagnostik kadar CA 125 serum untuk memprediksi
keganasan ovarium mempunyai sensitivitas berkisar antara 56-100% dan
spesifisitas 60-92%. Tumor marker yang lain seperti CA 19-9 yang meningkat
pada beberapa kanker ovarium tipe musinosum, sementara carcinoembryonic
antigen (CEA) sangat kecil peranannya dalam memprediksi keganasan kanker
ovarium.

Saat ini, pemeriksaan kadar CA 125 sangat bermanfaat pada monitoring


respon pengobatan kanker ovarium pasca pembedahan, serta bermanfaat pada
penentuan prognosis penyakit. Tumor marker lainnya adalah human epidydimis
protein 4 (HE4). HE4 adalah glikoprotein famili whey acidic disulfide core
yang juga terekspresi pada jaringan normal seperti epididimis, trakea, dan
kelenjar air liur. Selain itu, juga terdapat dalam jumlah minimal pada
endometrium, tuba falopi, payudara, paru, prostat, dan kelenjar tiroid. Holcomb
dkk. dan Roggeri dkk. Membandingkan sensitivitas dan spesifisitas Ca125 dan
HE4 untuk membedakan massa pelvis jinak, boderline, dan ganas pada
premenopuse. Dipelajari 229 kasus yang terdiri atas 195 tumor jinak, 16
boderline, dan 18 kanker tipe epitel. Hasilnya, sensitivitas Ca125 dan HE4
masing-masing adalah 83,3% dan 88,9%; serta spesifisitasnya adalah 59,5% dan
91,8%. Apabila kedua modalitas tersebut digabung maka sensitivitas dan
spesifisitas berturut-turut adalah 94,4% dan 55,4% (Budiana IN, 2013).

Skrining membutuhkan sensitivitas tinggi untuk mendeteksi penyakit stadium


awal. Uji-uji ini juga harus memiliki kekhususan yang cukup untuk melindungi
pasien dengan hasil positif palsu dari evaluasi diagnostik. Sampai saat ini, tidak
ada tumor marker yang telah menunjukkan manfaat dalam meningkatkan
kelangsungan hidup pada penelitian-penelitian terkontrol dengan skrining pada
populasi umum. Namun demikian, tumor marker dapat memainkan peran
penting dalam mendeteksi penyakit dan menilai respon terhadap terapi. Dalam
pemantauan pasien dalam hal kekambuhan penyakit, kadar tumor marker harus
ditentukan bila ada potensi untuk pengobatan yang bermakna. Nilai normal
tumor marker dapat menunjukkan adanya resistensi terhadap obat jika dari
radiografi terlihat membesar. Dalam hal ini, sisa tumor sering nonviable.
Sebaliknya, kadar tumor marker akan naik setelah pengobatan yang efektif
(mungkin terkait dengan lisis sel), namun peningkatan tersebut tidak
meramalkan kegagalan pengobatan. Namun, peningkatan yang konsisten dari
kadar tumor marker, ditambah dengan kurangnya perbaikan klinis, dapat
menunjukkan kegagalan pengobatan. Elevasi kadar tumor marker setelah
pengobatan definitif biasanya menunjukkan penyakit yang persisten (Perkins
GL, et al, 2003).
Cancer Antigen 125 (Ca125)
Selama hampir 3 dekade, Ca125 telah digunakan sebagai tumor marker
untuk memantau jalannya kanker ovarium. Ca125 adalah musin berat molekul
tinggi (1 juta dalton) yang enzimatik dan dihasilkan dari permukaan sel-sel
kanker ovarium. Sekitar 80% dari kanker ovarium menghasilkan Ca125 (Moore
RG, et al, 2012).
Hanya beberapa jaringan normal menghasilkan Ca125 dengan kadar
rendah seperti endometrium, epitel tuba fallopi, parenkim paru, dan kornea.
Kadar Ca125 yang signifikan ditemukan dalam deposit endometriosis dan
dalam beberapa tumor ovarium jinak. Setiap kondisi yang mengiritasi
peritoneum, perikardium, atau pleura juga dapat meningkatkan kadar Ca125.
Akibatnya, tingkat Ca125 dapat meningkat pada penyakit radang panggul,
sirosis dengan ascites, dan gagal jantung kongestif dengan efusi pleura.
Peningkatan positif palsu dari Ca125 menjadi masalah khusus pada wanita
premenopause di antaranya dengan endometriosis yang lebih aktif dan Ca125 juga
dapat sedikit meningkat dengan menstruasi yang normal (Moore RG, et al,
2012).
Kadar Ca125 meningkat lebih dari 80% pada kanker ovarium tipe epitel
stadium lanjut dan meningkat hanya 50% pada kanker ovarium stadium awal.
Tetapi peningkatan kadar Ca125 juga diakibatkan oleh keadaan-keadaan
inflamasi seperti endometriosis, penyakit radang panggul atau kehamilan dan
pada kanker-kanker non ginekologi seperti kanker payudara, kanker paru, dan
kanker gastrointestinal. Nilai diagnostik kadar Ca125 serum untuk memprediksi
keganasan ovarium mempunyai sensitivitas berkisar antara 56-100% dan
spesifisitas 60- 92%
(Budiana IN, 2013).
Human Epididymis 4 (HE4)
HE4, Human Epididymis 4 protein, pertama kali diidentifikasi pada laki-laki
dalam epitel distal dari epididimis. Ini berfungsi sebagai inhibitor protease
penting untuk pematangan sperma. Kemudian ditemukan dalam jaringan epitel
yang sehat lainnya seperti saluran pernapasan dan organ reproduksi wanita,
termasuk ovarium dan uterus, di mana fungsinya tidak sepenuhnya dapat
dijelaskan. Hal ini biasanya dikeluarkan hanya dalam konsentrasi yang sangat
rendah pada ovarium yang sehat (Moore RG, et al, 2008).
HE4 ditemukan dalam kadar tinggi dalam serum wanita dengan KOE
serosa. Kadar serum HE4 tidak begitu terpengaruh oleh menstruasi, ovulasi dan
kondisi ovarium jinak lainnya (misalnya endometriosis) dibandingkan dengan
Ca125. Pada wanita pra-menopause, HE4 adalah tumor marker yang lebih
sensitif dan spesifik terhadap keganasan ovarium, termasuk kanker ovarium
stadium awal. Pada wanita pasca menopause dapat membantu dalam
menentukan apakah suatu massa ovarium ganas atau tidak dan terjadinya
peningkatan kadar yang minim pada kondisi ovarium jinak (Moore RG, et al,
2008).
Dalam sebuah penelitian yang mengevaluasi beberapa tumor marker
untuk kanker ovarium, kombinasi Ca125 dan HE4 unggul dibandingkan dengan
tumor marker lain atau 2 tumor marker dalam kombinasi (Moore RG, et al,
2008).
HE4 merupakan tumor marker pertama yang melengkapi Ca125 pada
pasien dengan kanker ovarium dengan peningkatan sensitivitas. Peningkatan
sensitivitas ini telah digunakan untuk mengembangkan algoritma ROMA yang
akan meningkatkan triase pada wanita dengan massa adneksa. Sehingga
kombinasi Ca125 dan HE4 memberikan peningkatan sensitivitas longitudinal.
Klinisi dapat menggunakan data tersebut untuk deteksi kanker ovarium dengan
konsentrasi Ca125 rendah atau tidak berubah (Moore RG, et al, 2009).
The Risk Of Malignancy Index (RMI)
The risk of malignancy index (RMI) adalah sistem penilaian dari kombinasi
berbagai fitur klinis. Ini telah dikembangkan untuk meningkatkan akurasi
diagnostik untuk keganasan ovarium. Jacob et al. (1990) awalnya
mengembangkan RMI berdasarkan temuan ultrasonografi, status menopause, dan
kadar serum Ca125. Dengan menggunakan RMI pada Cut off point 200 untuk
menunjukkan keganasan, disebut RMI 1, sensitivitas dan spesifisitas masing-
masing 85,4% dan 96,9% (Jacobs et al., 1990). Tingulstad et al. (1996)
kemudian mengembangkan RMI 2 Perbandingan langsung menunjukkan bahwa
RMI 2 secara signifikan lebih baik dalam memprediksi keganasan dari RMI 1 (p
value <0,001). RMI 2 memberikan sensitivitas 80%, spesifisitas 92% dan nilai
prediktif positif 83% sedangkan RMI 1 memberikan sensitivitas 71%,
spesifisitas 96%, dan prediktif positif 89% (Watcharada M and Pissamai Y,
2009).
Beberapa keuntungan potensial dari RMI meliputi klasifikasi cepat
pasien pada sistem rujukan dan beberapa operasi massa jinak dilakukan oleh
ahli onkologi. Selanjutnya, akan sedikit kebutuhan untuk operasi ulang pada
wanita yang tidak sepenuhnya kanker ovarium dini. Jika lebih banyak
perempuan yang dioperasi pada awal perjalanan kanker, ini dapat
mengakibatkan peningkatan kelangsungan hidup. RMI mudah digunakan
namun, belum secara rutin dilaksanakan di Amerika Utara (Clarke SE, et al,
2009).
The risk of malignancy index (RMI-1) menurut Jacob et al, dihitung
dengan menggunakan rumus : (Moore RG, et al, 2008; Anton C, et al, 2012;
Mofrilindo, 2014).

RMI 1 = U X M X Serum CA 125

Keterangan:
RMI 1 menurut Jacob dan kawan - kawan U
= hasil ultrasonografi
Dimana karakteristik ultrasonografi yang dijumpai:
 Multilokulare kista ovarium
 Komponen solid pada tumor ovarium
 Lesi bilateral
 Asites
 Adanya bukti metastasis intra abdomen
Nilai U = 0, jika tidak dijumpai karakteristik ultrasonografi di atas.

Nilai U = 1, jika dijumpai salah satu karakteristik ultrasonografi di atas

Nilai U = 3,jika dijumpai dua hingga lima karakteristik ultrasonografi di atas M =


status menopause
Nilai M = 1 jika belum menopause
Nilai M = 3 jika sudah menopause
Postmenopause : wanita yang sudah tidak haid selama 1 tahun atau lebih Serum
CA 125 = kadar serum penanda tumor CA 125 dalam U/ml Ganas :
jika RMI ≥ 200
Jinak : jika RMI < 200
Tabel 1.1. Perbedaan antara keempat RMI

M (Status Menopause) U (Skor ultrasonografi)


RMI 1 M = 1 jika belum menopause U = 0 jika (-) karakteristik
M = 3 jika sudah menopause U = 1 jika ada 1karakteristik
U = 3 jika ≥ 2 karakteristik
RMI 2 M = 1 jika belum menopause U = 1 jika ≤ 1 karakteristik
M = 4 jika sudah menopause U = 4 jika ≥ 2 karakteristik
RMI 3 M = 1 jika belum menopause U = 1 jika ≤ 1 karakteristik
M = 3 jika sudah menopause U = 3 jika ≥ 2 karakteristik
RMI 4 M = 1 jika belum menopause U = 1 jika ≤ 1 karakteristik
M = 4 jika sudah menopause U = 4 jika ≥ 2 karakteristik
Keterangan: RMI 1 menurut Jacob, et al,1990; RMI 2 (menurut Tingulstad et al,
1996); RMI 3 ( menurut Tingulstad et al, 1999), RMI 4 (Yamamoto et al, 2009)
penghitungan RMI 4 : U X M X Serum CA 125 x S, dimana S adalah diameter
terbesar dari tumor dengan S = 1 jika ukuran tumor < 7 cm dan S = 2 jika
ukuran tumor ≥ 7 cm
Sumber : (Jung-Woo P, et al, 2012; Putsarat I, et al, 2013)
Tabel 1.2. Sensitivitas, spesifisitas, nilai duga positif (NDP), nilai duga negatif
(NDN) pada keempat RMI
Sensitivitas Spesifisitas NDP NDN
RMI 1 62 % 80 % 66 % 77 %

RMI 2 71 % 71 % 61 % 80 %

RMI 3 64 % 76 % 62 % 77 %
RMI 4 69 % 78 % 66 % 80 %
Sumber : (Putsarat I, 2013)
Dari ke empat RMI (dengan cut off 150 pada RMI 1 dan RMI 3, 200 pada RMI
3 dan 400 pada RMI 4 dapat dijadikan diagnnostik yang signifikan untuk
kanker ovarium tipe epitel dan membedakan antara massa panggul jinak dan
ganas (Jung-Woo P, et al, 2012). RMI 4 tidak mengungkapkan perbedaan
statistik yang jelas antara sensitivitas dan spesifisitas dengan RMI yang lain.
Namun, dalam penelitian kami, RMI 4 memiliki sensitivitas dan spesifisitas
yang lebih baik dalam memprediksi keganasan dan kami telah memilih RMI 4
sebagai alat untuk seleksi pasien untuk rujukan ke ahli onkologi ginekologi di
unit kami (Putsarat I, 2013).
Risk Of Ovarian Malignancy Algorithm (ROMA)
The Risk of Ovarian Malignancy Algorithm (ROMA) adalah suatu tes
kualitatif yang menggabungkan hasil kadar serum HE4, kadar serum CA 125
dan status menopause dan menjadikannya skor numerik. ROMA dimaksudkan
untuk membantu dalam menilai apakah seorang wanita premenopause atau
menopause dengan massa adneksa ovarium dengan kemungkinan tinggi atau
rendah untuk menemukan keganasan pada pembedahan. ROMA diindikasikan
untuk wanita yang memenuhi kriteria sebagai berikut: di atas usia 18; ada massa
adneksa ovarium yang direncanakan akan operasi, dan belum dikonsulkan ke
onkologi. ROMA harus dikombinasikan dalam hubungannya dengan penilaian
klinis dan radiologi. Tes ini tidak dimaksudkan sebagai skrining atau berdiri
sendiri sebagai diagnostik (Fujirebio Diagnostics, 2011).

ROMA merupakan indeks prediksi yang dikembangkan dan divalidasi


dari dua studi terpisah yang pada dasarnya memperhitungkan konsentrasi serum
dari kedua tumor marker (CA 125 dan HE4) dan status menopause. Dalam
sebuah makalah yang baru-baru ini diterbitkan, ROMA dibandingkan dengan
indeks lain (RMI), untuk memprediksi KOE pada wanita dengan massa pada
organ panggul. RMI mencapai sensitivitas 84,6%, sedangkan ROMA mencapai
sensitivitas 94,3%, yang secara signifikan lebih tinggi. Secara khusus, ROMA
mencapai sensitivitas yang lebih tinggi untuk pasien dengan stadium I dan II
KOE invasif. Selain itu, ROMA lebih baik dari RMI untuk membedakan banyak
subkelompok tumor ganas dengan tumor jinak (Mario P, et al, 2011). Untuk
menghitung ROMA, indeks prediksi dihitung dengan menggunakan kadar
serum HE4 dan Ca125 dan memasukkan dalam salah satu persamaan berikut,
tergantung pada status menopause:
1. Premenopause :
Indeks prediktif (IP): -12,0 + 2.38 x LN [HE4] + 0,0626 x LN [Ca125]
2. postmenopause:
Indeks prediktif (IP): -8,09 + 1,04 x LN [HE4] + 0,732 x LN [Ca125] dimana
LN : Natural Logarithm. (jangan menggunakan LOG = Log10)
Dari persamaan ini didapatkan indeks prediktif untuk setiap pasien untuk
menghitung risiko skor keganasa kanker ovarium tipe epitel :
Skor ROMA (%) = exp (IP) / [1 + exp (IP)] x 100
Dimana, IP = exp(IP) = eIP (Roche Diagnostics Ltd., 2011; Anton C, et al,
2012; Chen WT, et al, 2014)
Interpretasi dari nilai ROMA dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 1.3
Interpretai hasil nilai ROMA
Elecsys HE4 EIA + HE4 ARCHITECT
HE4 + ARCHITECT ARCHITECT HE4 +
Elecsys II Ca125 + CanAg ARCHITECT
Ca125 Ca125 II Ca125
Premenopausal
High-risk ≥ 11,4 ≥ 13,1 ≥ 12,5 ≥ 7,4
Low-risk 11,4 13,1 12,5 7,4
Postmenopausal
High-risk ≥ 29,9 ≥ 27,7 ≥ 14,4 ≥ 25,3
Low-risk 29,9 27,7 14,4 25,3

Sumber : Anita, 2015


3. Pemeriksaan Patologi Anatomi
Merupakan pemeriksaan untuk memastikan tingkat keganasan dari
tumor ovarium. Pemeriksaan ini biasanya dilakukan bersama dengan
proses operasi, kemudian sampel difiksasi dan diperiksa dibawah
mikroskop.6

2.9 Penatalaksanaan

1. Observasi dan Manajemen Gejala


Jika kista tidak menimbulkan gejala, maka cukup dimonitor (dipantau)
selama 1-2 bulan, karena kista fungsional akan menghilang dengan sendirinya
setelah satu atau dua siklus haid. Tindakan ini diambil jika tidak curiga ganas.
Apabila terdapat nyeri, maka dapat diberikan obat-obatan simptomatik seperti
penghilang nyeri NSAID3,4,1
2. Operasi
Jika kista membesar, maka dilakukan tindakan pembedahan, yakni
dilakukan pengambilan kista dengan tindakan laparoskopi atau laparotomi.
Biasanya kista yang ganas tumbuh dengan cepat dan pasien mengalami
penurunan berat badan yang signifikan. Akan tetapi kepastian suatu kista itu
bersifat jinak atau ganas jika telah dilakukan pemeriksaan Patologi Anatomi
setelah dilakukan pengangkatan kista itu sendiri melalui operasi. Biasanya
untuk laparoskopi diperbolehkan pulang pada hari ke-3 atau ke-4, sedangkan
untuk laparotomy diperbolehkan pulang pada hari ke-8 atau ke-9.3,4,1
Indikasi umum operasi pada tumor ovarium melalu screening USG
umumnya dilakukan apabila besar tumor melebihi 5cm baik dengan gejala
maupun tanpa gejala. Hal tersebut diikuti dengan pemeriksaan patologi
anatomi untuk memastikan keganasan sel dari tumor tersebut. 3,4,1,6
2.10 Prognosis

Prognosis dari kista jinak sangat baik. Kista jinak tersebut dapat
tumbuh di jaringan sisa ovarium atau di ovarium kontralateral. Apabila sudah
dilakukan operasi, angka kejadian kista berulang cukup kecil yaitu 13%.
Kematian disebabkan karena karsinoma ovari ganas berhubungan dengan
stadium saat terdiagnosis pertama kali dan pasien dengan keganasan ini sering
ditemukan sudah dalam stadium akhir.1Angka harapan hidup dalam 5 tahun
rata-rata 41.6%. Tumor sel granuloma memiliki angka bertahan hidup 82%
sedangkan karsinoma sel skuamosa yang berasal dari kista dermoid berkaitan
dengan prognosis yang buruk.3,6
DAFTAR PUSTAKA

1. Medscape Reference, Ovarium Anatomy, Available at


http://emedicine.medscape.com/article/1949171-overview#aw2aab6b3, Last
Update October 3, 2013. Accessed on 27 June 2018
2. Medscape Reference, Ovarian Cyst
http://emedicine.medscape.com/article/255865-overview#a0101, Last Update
August 19, 2013. Accessed on 27 June 2018 .
3. Wiknjosastro H. Buku Ilmu Kandungan Edisi ketiga., cetakan pertama.,
editor: Saifuddin A.B,dkk. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo. 2011
4. Sjamsuhidayat, Buku Ajar Ilmu Bedah, Edisi Revisi, penerbit EGC; Jakarta,
2015
5. Mansjoer, Arif dkk. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 5. Jilid 2. Jakarta:
Media Aesculapius. 2013
6. Schorge et al. William’s Gynecology [Digital E-Book] Gynecologic
Oncology Section. Ovarian Tumors and Cancer. McGraw-Hills..2008

Anda mungkin juga menyukai