Kelas Gulma Sawit
Kelas Gulma Sawit
TINJAUAN PUSTAKA
Gulma adalah jenis tumbuhan yang individu-individunya sering kali tumbuh pada
tempat-tempat dimana mereka menimbulkan kerugian pada manusia. Gulma adalah
tumbuhan vegetasi yang menimbulkan gangguan-gangguan pada lokasi tertentu terhadap
tujuan yang diinginkan manusia. Gulma di definisikan sebagai tanaman pengganggu.
Definisi gulma antar lain :
Banyak faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan produksi kelapa sawit, antara lain
adalah bahan tanaman (bibit), kondisi iklim dan pemeliharaan tanaman (pemupukan,
proteksi tanaman). Proteksi tanaman adalah upaya melindungi dan mengurangi pengaruh
negatif jasad pengganggu (hama, penyakit, dan gulma) terhadap tanaman. Dari beberapa
faktor yang berpengaruh tersebut, pengendalian gulma merupakan pekerjaan yang
penting karena secara langsung gulma dapat mengganggu proses pertumbuhan dan
produksi tanaman, sehingga pengendalian gulma harus dilakukan secara rutin sepanjang
umur tanaman di pelihara ada dua komponen persaingan tanaman yang dapat diutarakan,
yaitu:
Hampir semua komunitas tumbuhan mengalami persaingan untuk cahaya, kecuali bila
bibit dari biji mulai tumbuh pada saat awal. Hal ini terjadi karena daun masing-masing
tumbuh saling menutup satu dengan lainnya. Dengan sendirinya secara sederhana dapat
digambarkan bahwa tumbuhan yang pendek akan ternaungi oleh tumbuhan yang tinggi.
Suatu jenis gulma dan tanaman tumbuh bersama. Bila gulma tersebut tidak di
kendalikan, maka akan terjadi persaingan nutrisi: Nutrisi yang di persaingkan disini
adalah nitrogen.
Bila perakaran gulma dan tanaman budidaya sangat berdekatan dan bahkan saling
berdesakan dalam keadaan kekurangan air, maka akan terjadi persaingan terhadap air.
Keterbatasan kadar air dalam sautu volume yang dihuni oleh dua jenis perakaran tersebut
mengakibatkan persaingan air
2.2.4. Allelopat
Dalam peristiwa persaingan selain adanya interaksi mekanik juga terjadi interaksi
kimiawi antar tumbuhan yang bersaing. Ada beberapa jenis tumbuhan yang dapat
mengeluarkan eksudat lewat akar yang dapat meracuni tumbuhan lain yang ada
disekitarnya. Peristiwa tersebut disebut dengan alleopati dan zat kimianya adalah
alleopat (Moenandir, 1998).
Circle weeding adalah pekerjaan membersihkan piringan pohon yang bertujuan kelapa
sawit untuk mengurangi persaingan gulma dengan tanaman. Piringan pohon seharusnya
bersih dari gulma karena piringan pohon merupakan tempat penaburan pupuk,
mempermudah proses panen, dan pengawasan.
Pasar pikul merupakan jalan yang digunakan untuk mengantarkan buah sawit yang
dipanen ke tempat pemungutan hasil (TPH) serta untuk mempermudah kegiatan
pemeliharaan lainnya. Fungsi pasar pikul tersebut mendorong untuk melakukan kegiatan
pemeliharaan yang lainnya. Kegiatan pemeliharaan yang harus dilakukan adalah
membersihkan vegetasi/gulma yang berada di area pasar pikul baik secara manual
maupun secara kimia.
Pasar tengah adalah jalan yang dibuat blok menjadi dua bagian sama besar mengarah ke
timur sampai dengan barat dengan lebar 1,0 - 1,5 m. Pasar tengah berfungsi sebagai jalan
untuk pengawasan. Pemeliharaan dilakukan bersamaan dengan pemeliharaan pasar pikul.
Tempat Pengumpulan Hasil (TPH) dibuat untuk memudahkan pengangkutan hasil dari
blok, sehingga hasil panen terkumpul dan mempercepat pengangkutan standart TPH :
Gulma rerumputan atau berdaun sempit adalah gulma yang berdaun pita,
kebanyakan dari golongan monokotil. Ciri-cirinya: perakaran serabut,
batang bulat ada juga yang pipih, lidah daun sering terlihat jelas dan tepi
daun rata. Contohnya: alang-alang (Imperata cylindrica).
Gulma berdaun lebar adalah gulma yang berdaun lebar yang berasal dari
tumbuhan berkeping dua (dikotil) dan paku-pakuan. Titik tumbuh tersebut
di luar dan setiap cabang ada titik tumbuhnya. Ciri-cirinya: tepi daun ada
yang rata dan bergerigi, daun ada yang berbulu dan tidak berbulu, memiliki
tulang berbentuk jari atau sirip. Contohnya antara lain: wedusan atau
babandotan (Ageratum conyzoides).
Gulma pakisan adalah gulma yang berasal dari pakisan. Misalnya pakis
kadal (Dyropteris aridus) dan pakis kinca (Neoprolepsis biserata).
berdasarkan siklus hidup atau daur hidupnya gulma digolongkan ke dalam: gulma
semusim (annual weed) gulma dua musim (bi-annual weed) dan gulma tahunan
(prennial weed).
1. Gulma semusim (annual weed)
Gulma semusim adalah gulma yang daur hidupnya kurang dari satu tahun,
kemudian gulma akan mati. Misalnya antara lain ceplukan (Physalis
angulata) dan wedusan atau babandotan (Ageratum conyzoides).
Gulma dua musim adalah gulma yang tumbuh di daerah subtropika pada
dua musim. Gulma dua musim memerlukan dua musim pertumbuhan
menyelesaikan siklus hidupnya biasanya berbentuk roset pada tahun kedua
menghasilkan bunga, memproduksi biji dan mati. Misalnya antara lain:
Lactuta canadensis, Daucus carota dan Sonchus arvensis.
Gulma tahunan adalah gulma yang dapat hidup lebih dari dua tahun atau
hampir tidak ada batasnya. Misalnya antara lain: alang-alang (Imperata
cylindrica), teki (cyperus rotundus) dan sambung rambat (Mikania
michrantha).
1. Gulma obligat adalah gulma yang hanya di jumpai di daerah yang sudah
ada campur tangan manusia, misalnya, di lahan pertanian.
2. Gulma fakultatif adalah gulma yang dijumpai di dalam hutam alamiah di
daerah yang belum atau sudah ada campur tangan manusia (Triharso, 2004).
2.5.4. Gulma menumpang pada tumbuhan lain (Arial weeds)
Gulma golongan ini bersifat epifit atau parasit dengan cara tumbuh menempel pada
tumbuhan lain. Contoh gulma yang tergolong dalam areal weeds adalah tali putri (Cusuta
sp.) duduitan (Desmodium).
Secara garis besar jenis-jenis gulma yang dijumpai pada perkebunan kelapa sawit dapat
digolongkan menjadi :
1. Gulma lunak
2. Gulma berbahaya
Gulma lunak adalah gulma yang keberadaannya dalam budidaya tanaman kelapa sawit
dapat di toleransi. Jenis gulma ini dapat menahan erosi tanah namun pertumbuhannya
harus di kendalikan. Yang termasuk gulma lunak antara lain: wedusan atau babandotan
(Ageratum conyzoides), rumput kipahit (Paspalum conjungatum), pakis (Nephorolepis).
Gulma berbahaya adalah gulma yang memiliki daya saing tinggi terhadap tanaman
pokok misalnya: lalang (Imperata cylindrica), sembung rambat (Mikania cordata dan
Mikania Micrantha), lempayungan (Picanium repens), teki (Cyperus rotundus), serta
tumbuhan berkayu seperti putihani atau krinyuh (Eupathorium odoratum), harendong
(Melastoma malabtrichum) dan tembelekan (Lantana camara) (Hartanto,2011).
Berdasarkan pengaruhnya terhadap tanaman kelapa sawit, gulma dibedakan menjadi lima
tingkatan sebagai berikut:
1. Gulma kelas A
2. Gulma kelas B
3. Gulma kelas C
4. Gulma kelas D
Gulma yang digolongkan kelas D, yaitu jenis-jenis gulma yang tidak begitu
merugikan tanaman perkebunan, akan tetapi memerlukan tindakan
pengendalian. Contoh jenis-jenis gulma kelas D, yaitu Ageratum conyzoide
dan Digitaria sp.
5. Gulma kelas E
Tabel 3.1. Klasifikasi Gulma Dan Tindakan Pengendalian Dikebun Kelapa Sawit.
Mimosa
Penghambat.
sp.(kucingan)
Brachiaria nutica
(sukat kelanjang) Pesaing
Clidemia
hirta(harendong)
Pesaing
Stachytarpeta
indicate Pesaing
Colocasia sp.(keladi)
Pesaing
(sarang buaya)
Elusina indica
(r.belulang)
2.5. Persaingan Tanaman Utama
Gulma adalah tumbuhan yang tumbuhnya salah tempat. Sebagai tumbuhan, gulma
selalu berada di sekitar tanaman utama yang dibudidayakan. Gulma mudah tumbuh
pada tempat yang miskin nutrisi sampai yang kaya nutrisi. Umumnya, gulma mudah
melakukan regrenerasi sehingga unggul dalam persaingan dengan tanaman utama
budi daya. Secara fisik, gulma bersaing dengan tanaman budi daya. Secara fisik
gulma bersaing dengan tanaman utama dalam hal perolehan ruang, cahaya, air,
nutrisi, serta zat (alelopati)`
Dengan makin banyaknya kesulitan yang di hadapi dalam pemeliharaan tanaman, seperti
sulitnya mendapatkan tenaga kerja untuk menyiang, cara pengendalian tumbuhan
pengganggu yang masih tradisional dan tidak praktis, maka timbullah cara-cara
pengendalian tumbuhan pengganggu yang lebih modern dan praktis dengan bahan kimia.
Herbisida adalah senyawa atau material yang disebarkan pada lahan pertanian untuk
menekan atau membrantas tumbuhan yang menyebabkan penurunan hasil yang
disebabkan gulma. Semua bahan kimia yang digunakan untuk mengendalikan tanaman
pengganggu disebut herbisida. Pada umumnya Metode ini yang digunakan di
perkebunan-perkebunan pengendalian dengan herbisida, mempunyai keuntungan antara
lain :
Mengingat keuntungan dan kebaikan dari pemakaian herbisida tersebut, maka pada
tanaman kelapa sawit telah pula digunakan untuk mengendalikan gulma pengganggu.
Herbisida kontak adalah herbisida yang langsung mematikan bagian tumbuhan yang
terkena bahan kimia tersebut dengan cara langsung mematikan jaringan-jaringan gulma,
terutama bagian gulma yang berwarna hijau. Herbisida ini bereaksi sangat cepat dan
efektif jika digunakan pada pemberantasan gulma yang masih muda dan bewarna hijau
serta gulma yang memiliki sistem perakaran tidak meluas. Herbisida kontak memerlukan
dosis dan air pelarut yang lebih besar agar bahan aktifnya merata keseluruh permukaan
gulma dan di peroleh efek pengendalian yang lebih baik.
1. Gramoxone
2. Herbatop
3. Paracol
Herbisida sistemik adalah herbisida yang cara kerjanya di translokasikan keseluruh tubuh
atau bagian jaringan gulma, mulai dari daun sampai ke perakaran atau sebaliknya. Reaksi
kematian gulma terjadi sangat lambat, karena tidak langsung mematikan jaringan
tanaman yang terkena tapi dengan cara mengganggu proses fisiologi jaringan tersebut
lalu dialirkan kedalam jaringan tanaman gulma dan mematikan jaringan sasarannya
seperti daun, titik tumbuh, tunas, sampai ke perakaran. Dengan demikian proses
pertumbuhan kembali juga terjadi sangat lambat sehingga rotasi pengendalian dapat lebih
lama (panjang).
Cara kerja selektif ini merupakan faktor yang paling penting bagi keberhasilan herbisida,
ada beberapa faktor yang mempengaruhi keberhasilan yaitu :
1. Faktor tumbuhan
Struktur luar seperti bentuk daun (ukuran dan permukaan), kedalaman
akar, lokasi titik tumbuh dan lain-lain. Proses-proses biosofil, seperti
bahan-bahan yang dapat mengaborsi didalam sel dan proses-proses
biokimia seperti pengaktifan enzim, herbisida dan lain-lain.
2. Faktor herbisida
Struktur, formulasi dan dosis.
3. Faktor lingkungan
Tempratur, cahaya, hujan dan faktor tanah
4. Cara pemakaian
Tipe herbisida, volume penyemprotan. Teknik aplikasi dapat dijabarkan
dengan pemakaian herbisida campuran dan pemakaian herbisida bukan
campuran (berbahan aktif tunggal). Secara umum, pencampuran herbisida
diarahkan keapada tiga pengaruh, yaitu aditif (penambahan cakrawala
pengendalian gulma), pengaruh sinergis (pengaruh yang di dapat adalah
lebih tingginya daya hasil pengendalian gulma dari pencampuran dua
herbisida yang kompetibel), dan pengaruh antagonis yaitu pengaruh yang
saling meniadakan dalam pengendalian gulma akibat pencampuran
herbisida (Hakim,2007).