Anda di halaman 1dari 12

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Definisi Gulma

Definisi gulma yang bersifat umum yaitu :

Gulma adalah jenis tumbuhan yang individu-individunya sering kali tumbuh pada
tempat-tempat dimana mereka menimbulkan kerugian pada manusia. Gulma adalah
tumbuhan vegetasi yang menimbulkan gangguan-gangguan pada lokasi tertentu terhadap
tujuan yang diinginkan manusia. Gulma di definisikan sebagai tanaman pengganggu.
Definisi gulma antar lain :

1. Tumbuhan yang belum di ketahui manfaatnya


2. Semua tumbuhan selain tanaman budidaya
3. Tumbuhan yang hidup di tempat yang tidak di inginkan
4. Tumbuhan salah tempat
5. Tumbuhan yang tidak di kehendaki manusia

2.2. Persaingan Tanaman

Banyak faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan produksi kelapa sawit, antara lain
adalah bahan tanaman (bibit), kondisi iklim dan pemeliharaan tanaman (pemupukan,
proteksi tanaman). Proteksi tanaman adalah upaya melindungi dan mengurangi pengaruh
negatif jasad pengganggu (hama, penyakit, dan gulma) terhadap tanaman. Dari beberapa
faktor yang berpengaruh tersebut, pengendalian gulma merupakan pekerjaan yang
penting karena secara langsung gulma dapat mengganggu proses pertumbuhan dan
produksi tanaman, sehingga pengendalian gulma harus dilakukan secara rutin sepanjang
umur tanaman di pelihara ada dua komponen persaingan tanaman yang dapat diutarakan,
yaitu:

1. Interaksi tanaman dengan lingkungan


2. Sumber lingkungan terbatas
Komponen ketiga yang ada namun jarang dibahas dan saat ini sudah ada mulai dikenal,
yaitu adanya bahan kimia yang dikeluarkan oleh tumbuhan (gulma) yang disebut
allelopat. Beberapa persaingan tanaman antara lain, yaitu:

2.2.1 Persaingan cahaya

Hampir semua komunitas tumbuhan mengalami persaingan untuk cahaya, kecuali bila
bibit dari biji mulai tumbuh pada saat awal. Hal ini terjadi karena daun masing-masing
tumbuh saling menutup satu dengan lainnya. Dengan sendirinya secara sederhana dapat
digambarkan bahwa tumbuhan yang pendek akan ternaungi oleh tumbuhan yang tinggi.

2.2.2. Persaingan nutrisi

Suatu jenis gulma dan tanaman tumbuh bersama. Bila gulma tersebut tidak di
kendalikan, maka akan terjadi persaingan nutrisi: Nutrisi yang di persaingkan disini
adalah nitrogen.

2.2.3. Persaingan air

Bila perakaran gulma dan tanaman budidaya sangat berdekatan dan bahkan saling
berdesakan dalam keadaan kekurangan air, maka akan terjadi persaingan terhadap air.
Keterbatasan kadar air dalam sautu volume yang dihuni oleh dua jenis perakaran tersebut
mengakibatkan persaingan air

2.2.4. Allelopat

Dalam peristiwa persaingan selain adanya interaksi mekanik juga terjadi interaksi
kimiawi antar tumbuhan yang bersaing. Ada beberapa jenis tumbuhan yang dapat
mengeluarkan eksudat lewat akar yang dapat meracuni tumbuhan lain yang ada
disekitarnya. Peristiwa tersebut disebut dengan alleopati dan zat kimianya adalah
alleopat (Moenandir, 1998).

2.3. Pemeliharaan Areal

2.31. Circle weeding (piringan)

Circle weeding adalah pekerjaan membersihkan piringan pohon yang bertujuan kelapa
sawit untuk mengurangi persaingan gulma dengan tanaman. Piringan pohon seharusnya
bersih dari gulma karena piringan pohon merupakan tempat penaburan pupuk,
mempermudah proses panen, dan pengawasan.

2.3.2. Pasar pikul

Pasar pikul merupakan jalan yang digunakan untuk mengantarkan buah sawit yang
dipanen ke tempat pemungutan hasil (TPH) serta untuk mempermudah kegiatan
pemeliharaan lainnya. Fungsi pasar pikul tersebut mendorong untuk melakukan kegiatan
pemeliharaan yang lainnya. Kegiatan pemeliharaan yang harus dilakukan adalah
membersihkan vegetasi/gulma yang berada di area pasar pikul baik secara manual
maupun secara kimia.

2.3.3. Pasar tengah

Pasar tengah adalah jalan yang dibuat blok menjadi dua bagian sama besar mengarah ke
timur sampai dengan barat dengan lebar 1,0 - 1,5 m. Pasar tengah berfungsi sebagai jalan
untuk pengawasan. Pemeliharaan dilakukan bersamaan dengan pemeliharaan pasar pikul.

2.3.4. Perawatan TPH

Tempat Pengumpulan Hasil (TPH) dibuat untuk memudahkan pengangkutan hasil dari
blok, sehingga hasil panen terkumpul dan mempercepat pengangkutan standart TPH :

1. Harus bersih dari gulma


2. Rawat TPH dilakukan bersamaan dengan kegiatan rawat piringan dan
jalan panen.

2.3.5. Perawatan gawangan


Rawat gawangan adalah membersihkan gulma dari kelompok anak kayu yang ada di
gawangan pohon termasuk path, piringan dan sekitar parit sungai

1. Perawatan dengan kimia, pemilihan herbisida dan dosis harus tepat.


2. Gulma anak kayu, keladi, pisang, harus dicabut tidak boleh dibabat.
3. Pada TBM I/II, gawangan harus di penuhi LCC (kacangan) 100%.
4. Pada TBM III, selain LCC diperbolehkan adanya rumput lunak (paitan).

2.4. Klafisikasi Gulma


Berdasarkan morfologi daun dan respon terhadap herbisida, gulma dapat dibedakan
menjadi gulma rerumputan atau gulma berdaun sempit (grases). Dan gulma berdaun
lebar (broad leaves), gulma tekian (sadges), dan gulma pakisan (fern).

1. Gulma rerumputan atau berdaun sempit (grases)

Gulma rerumputan atau berdaun sempit adalah gulma yang berdaun pita,
kebanyakan dari golongan monokotil. Ciri-cirinya: perakaran serabut,
batang bulat ada juga yang pipih, lidah daun sering terlihat jelas dan tepi
daun rata. Contohnya: alang-alang (Imperata cylindrica).

2. Gulma berdaun lebar (broad leaves)

Gulma berdaun lebar adalah gulma yang berdaun lebar yang berasal dari
tumbuhan berkeping dua (dikotil) dan paku-pakuan. Titik tumbuh tersebut
di luar dan setiap cabang ada titik tumbuhnya. Ciri-cirinya: tepi daun ada
yang rata dan bergerigi, daun ada yang berbulu dan tidak berbulu, memiliki
tulang berbentuk jari atau sirip. Contohnya antara lain: wedusan atau
babandotan (Ageratum conyzoides).

3. Gulma tekian (sedges)

Gulma tekian adalah gulma yang berasal dari keluarga Cyperaceae


tergolong monokotil, perakaran serabut, berdaun pitabatang bulat, segitiga,
pipih dan masif. Daun tidakmempunyai lidah daun titik tumbuhnya
tersembunyi. Contohnya: teki, udelan (Cyperus kyllingia) (Triharso, 2004).

4. Gulma pakisan (fern)

Gulma pakisan adalah gulma yang berasal dari pakisan. Misalnya pakis
kadal (Dyropteris aridus) dan pakis kinca (Neoprolepsis biserata).

2.5.1. Berdasarkan siklus hidap tanaman

berdasarkan siklus hidup atau daur hidupnya gulma digolongkan ke dalam: gulma
semusim (annual weed) gulma dua musim (bi-annual weed) dan gulma tahunan
(prennial weed).
1. Gulma semusim (annual weed)

Gulma semusim adalah gulma yang daur hidupnya kurang dari satu tahun,
kemudian gulma akan mati. Misalnya antara lain ceplukan (Physalis
angulata) dan wedusan atau babandotan (Ageratum conyzoides).

2. Gulma dua musim (bi-annual weed)

Gulma dua musim adalah gulma yang tumbuh di daerah subtropika pada
dua musim. Gulma dua musim memerlukan dua musim pertumbuhan
menyelesaikan siklus hidupnya biasanya berbentuk roset pada tahun kedua
menghasilkan bunga, memproduksi biji dan mati. Misalnya antara lain:
Lactuta canadensis, Daucus carota dan Sonchus arvensis.

3. Gulma tahunan (prennial weed)

Gulma tahunan adalah gulma yang dapat hidup lebih dari dua tahun atau
hampir tidak ada batasnya. Misalnya antara lain: alang-alang (Imperata
cylindrica), teki (cyperus rotundus) dan sambung rambat (Mikania
michrantha).

2.5.2. Gulma berdasarkan habitatnya

Menurut habitatnya gulma digolongkan ke dalam:

1. Gulma obligat adalah gulma yang hanya di jumpai di daerah yang sudah
ada campur tangan manusia, misalnya, di lahan pertanian.
2. Gulma fakultatif adalah gulma yang dijumpai di dalam hutam alamiah di
daerah yang belum atau sudah ada campur tangan manusia (Triharso, 2004).
2.5.4. Gulma menumpang pada tumbuhan lain (Arial weeds)

Gulma golongan ini bersifat epifit atau parasit dengan cara tumbuh menempel pada
tumbuhan lain. Contoh gulma yang tergolong dalam areal weeds adalah tali putri (Cusuta
sp.) duduitan (Desmodium).

Secara garis besar jenis-jenis gulma yang dijumpai pada perkebunan kelapa sawit dapat
digolongkan menjadi :

1. Gulma lunak
2. Gulma berbahaya

Gulma lunak adalah gulma yang keberadaannya dalam budidaya tanaman kelapa sawit
dapat di toleransi. Jenis gulma ini dapat menahan erosi tanah namun pertumbuhannya
harus di kendalikan. Yang termasuk gulma lunak antara lain: wedusan atau babandotan
(Ageratum conyzoides), rumput kipahit (Paspalum conjungatum), pakis (Nephorolepis).

Gulma berbahaya adalah gulma yang memiliki daya saing tinggi terhadap tanaman
pokok misalnya: lalang (Imperata cylindrica), sembung rambat (Mikania cordata dan
Mikania Micrantha), lempayungan (Picanium repens), teki (Cyperus rotundus), serta
tumbuhan berkayu seperti putihani atau krinyuh (Eupathorium odoratum), harendong
(Melastoma malabtrichum) dan tembelekan (Lantana camara) (Hartanto,2011).

Berdasarkan pengaruhnya terhadap tanaman kelapa sawit, gulma dibedakan menjadi lima
tingkatan sebagai berikut:

1. Gulma kelas A

Gulma yang digolongkan kelas A yaitu jenis-jenis gulma yang sangat


berbahaya bagi tanaman perkebunan sehingga harus diberantas secara
tuntas. Contoh jenis gulma kelas A, yaitu lalang (Imperata cylindrica) dan
mikania (Mikania micrantha).

2. Gulma kelas B

Gulma yang digolongkan kelas B yaitu jenis-jenis gulma yang merugikan


tanaman sehingga perlu dilakukan tindakan pengendalian. Contoh jenis
gulma kelas B, antara lain seduduk (Melastoma malabatharicum).

3. Gulma kelas C

Gulma yang digolongkan kelas C yaitu jenis-jenis gulma yang merugikan


tanaman perkebunan. Gulma tersebut memerlukan tindakan pengendalian,
tetapi tindakan pengendalian tersebut tergantung pada keadaan, misalnya
ketersediaan biaya atau pertimbangan segi estetika (kebersihan kebun).
Contoh gulma kelas C yaitu pakis (Paspalum conjugatum).

4. Gulma kelas D
Gulma yang digolongkan kelas D, yaitu jenis-jenis gulma yang tidak begitu
merugikan tanaman perkebunan, akan tetapi memerlukan tindakan
pengendalian. Contoh jenis-jenis gulma kelas D, yaitu Ageratum conyzoide
dan Digitaria sp.

5. Gulma kelas E

Gulma yang digolongkan kelas E merupakan jenis-jenis gulma yang pada


umumnya bermanfaat bagi tanaman perkebunan karena dapat berfungsi
sebagai pupuk hijau. Gulma ini dibiarkan tumbuh menutupi gawangan
tanaman, tetapi perlu tindakan pengendalian jika pertumbuhannya sudah
menutupi piringan atau jalur tanaman. Contoh gulma kelas E antara lain
Colopogonium caeruleum, Pueraria javanica, dan Centrosema pubersens
(Raharja,2011).

Menurut (Lubis,2008), gulma dapat diklasifikasikan berdasarkan kerugian yang


ditimbulkan dan tindakan di perkebunan. Kelasifikasi tersebut di sajikan pada tabel 1.

Tabel 3.1. Klasifikasi Gulma Dan Tindakan Pengendalian Dikebun Kelapa Sawit.

Tindakan dilakukan Nama botani Kerugian yang


ditimbulkan
(nama local)

1. Pemberantasan Lcylindrica(lalang) Pesaing/alleopati


menyeluruh
Mikania sp.(S. Pesaing/alleopati
rambat)

Mimosa
Penghambat.
sp.(kucingan)

2. Pemberantasan Melatoma sp. Pesaing


pengendalian (senduduk)
menyeluruh
Lantana
Pesaing
cemara(temblekan)
Charomolaena
ordorata
Pesaing
(babanjaran)

Brachiaria nutica
(sukat kelanjang) Pesaing

Clidemia
hirta(harendong)
Pesaing
Stachytarpeta
indicate Pesaing

Colocasia sp.(keladi)

Pesaing

3. Pemberantasan Cylosorus Pesaing


piringan dan jalan aridus(pakis kadal)
pikul Nephhrolrpis
biserata(paku Pesaing
harupat)
Ottochloa nodosa Pesaing

(sarang buaya)

4. Pemberantasan di Axonopus sp. Pesaing/penghambat


piringan (paitan)

Elusina indica
(r.belulang)
2.5. Persaingan Tanaman Utama

Gulma adalah tumbuhan yang tumbuhnya salah tempat. Sebagai tumbuhan, gulma
selalu berada di sekitar tanaman utama yang dibudidayakan. Gulma mudah tumbuh
pada tempat yang miskin nutrisi sampai yang kaya nutrisi. Umumnya, gulma mudah
melakukan regrenerasi sehingga unggul dalam persaingan dengan tanaman utama
budi daya. Secara fisik, gulma bersaing dengan tanaman budi daya. Secara fisik
gulma bersaing dengan tanaman utama dalam hal perolehan ruang, cahaya, air,
nutrisi, serta zat (alelopati)`

Gulma sering dikonotasikan kedalam kompetisi terhadap aktivitas


manusia/pertanian. Kehadiran gulma dalam perkebunan kelapa sawit tidak
dikehendaki karena dapat mengakibatkan hal berikut ini:

1. Menurunkan produksi akibat bersaing dalam pengambilan unsur hara,


air, sinar matahari, dan ruang hidup.
2. Menurunkan produksi akibat terkontaminasi oleh bagian-bagian gulma.
3. Mengeluarkan zat alelopati yang dapat mengganggu pertumbuhan
tanaman.
4. Menjadi inang (host) bagi hama, di samping bersifat patogen yang
menyerang tanaman.
5. Mengganggu tata guna air.
6. Secara umum, kehadiran gulma akan meningkatkan biaya usaha tani
karena adanya penambahan kegiatan di perkebunan (Iyung,2012).

2.6. Pengendalian Gulma Secara Kimiawi


Pengertian dari pengendalian gulma (control) harus dibedakan dengan pemberantasan
(eradicition). Pengendalian gulma (weed control) dapat didefenisikan sebagai proses
membatasi gulma sedemikian rupa sehingga tanaman dapat dibudidayakan secara
produktif dan efesien. Dalam pengendalian gulma tidak ada keharusan untuk membunuh
seluruh gulma, melainkan cukup menekan pertumbuhan dan mengurangi populasinya
sampai pada tingkat dimana penurunan produksi yang terjadi tidak berarti atau
keuntungan yang diperoleh dari penekanan gulma sedapat mungkin seimbang dengan
usaha ataupun biaya yang dikeluarkan. Dengan kata lain pengendalian bertujuan hanya
menekan populasi gulma sampai tingkat populasi yang tidak merugikan secara ekonomi
atau tidak melampaui ambang batas ekonomi (Sukman dan Yakup,2002).

2.6.1. Metode pengendalian kimia (khemis)

Dengan makin banyaknya kesulitan yang di hadapi dalam pemeliharaan tanaman, seperti
sulitnya mendapatkan tenaga kerja untuk menyiang, cara pengendalian tumbuhan
pengganggu yang masih tradisional dan tidak praktis, maka timbullah cara-cara
pengendalian tumbuhan pengganggu yang lebih modern dan praktis dengan bahan kimia.
Herbisida adalah senyawa atau material yang disebarkan pada lahan pertanian untuk
menekan atau membrantas tumbuhan yang menyebabkan penurunan hasil yang
disebabkan gulma. Semua bahan kimia yang digunakan untuk mengendalikan tanaman
pengganggu disebut herbisida. Pada umumnya Metode ini yang digunakan di
perkebunan-perkebunan pengendalian dengan herbisida, mempunyai keuntungan antara
lain :

1. Pekerjaan lebih cepat dan efektif dengan tenaga yang sedikit


2. Kerusakan alat dapat dihindari

Mengingat keuntungan dan kebaikan dari pemakaian herbisida tersebut, maka pada
tanaman kelapa sawit telah pula digunakan untuk mengendalikan gulma pengganggu.

Herbisida kontak adalah herbisida yang langsung mematikan bagian tumbuhan yang
terkena bahan kimia tersebut dengan cara langsung mematikan jaringan-jaringan gulma,
terutama bagian gulma yang berwarna hijau. Herbisida ini bereaksi sangat cepat dan
efektif jika digunakan pada pemberantasan gulma yang masih muda dan bewarna hijau
serta gulma yang memiliki sistem perakaran tidak meluas. Herbisida kontak memerlukan
dosis dan air pelarut yang lebih besar agar bahan aktifnya merata keseluruh permukaan
gulma dan di peroleh efek pengendalian yang lebih baik.

Contoh herbisida kontak:

1. Gramoxone
2. Herbatop
3. Paracol

Herbisida sistemik adalah herbisida yang cara kerjanya di translokasikan keseluruh tubuh
atau bagian jaringan gulma, mulai dari daun sampai ke perakaran atau sebaliknya. Reaksi
kematian gulma terjadi sangat lambat, karena tidak langsung mematikan jaringan
tanaman yang terkena tapi dengan cara mengganggu proses fisiologi jaringan tersebut
lalu dialirkan kedalam jaringan tanaman gulma dan mematikan jaringan sasarannya
seperti daun, titik tumbuh, tunas, sampai ke perakaran. Dengan demikian proses
pertumbuhan kembali juga terjadi sangat lambat sehingga rotasi pengendalian dapat lebih
lama (panjang).

Contoh herbisida sistemik:


1. Glifosat
2. Sulfosat
3. Polaris

Meningkatkan penggunaan herbisida di perkebunan mungkin disebabkan oleh beberapa


faktor sebagai berikut : perkebunan mempunyai nilai ekonomi yang tinggi sehingga
dapat mendukung biaya yang dibutuhkan bagi pengendalian kimiawi, herbisida-herbisida
yang mendapat persetujuan, cukup memberikan hasil yang baik dan pegawai perkebunan
dapat diberikan pendidikan dan pelatihan tentang cara-cara penggunaan herbisida dengan
biaya yang cukup tersedia. Penggunaan yang berhasil sangat tergantung akan
kemampuannya membasmi beberapa jenis tumbuhan (gulma) dan tidak membasmi jenis
tanaman lainnya (tanaman budidaya).

Cara kerja selektif ini merupakan faktor yang paling penting bagi keberhasilan herbisida,
ada beberapa faktor yang mempengaruhi keberhasilan yaitu :

1. Faktor tumbuhan
Struktur luar seperti bentuk daun (ukuran dan permukaan), kedalaman
akar, lokasi titik tumbuh dan lain-lain. Proses-proses biosofil, seperti
bahan-bahan yang dapat mengaborsi didalam sel dan proses-proses
biokimia seperti pengaktifan enzim, herbisida dan lain-lain.
2. Faktor herbisida
Struktur, formulasi dan dosis.
3. Faktor lingkungan
Tempratur, cahaya, hujan dan faktor tanah
4. Cara pemakaian
Tipe herbisida, volume penyemprotan. Teknik aplikasi dapat dijabarkan
dengan pemakaian herbisida campuran dan pemakaian herbisida bukan
campuran (berbahan aktif tunggal). Secara umum, pencampuran herbisida
diarahkan keapada tiga pengaruh, yaitu aditif (penambahan cakrawala
pengendalian gulma), pengaruh sinergis (pengaruh yang di dapat adalah
lebih tingginya daya hasil pengendalian gulma dari pencampuran dua
herbisida yang kompetibel), dan pengaruh antagonis yaitu pengaruh yang
saling meniadakan dalam pengendalian gulma akibat pencampuran
herbisida (Hakim,2007).

Anda mungkin juga menyukai