Anda di halaman 1dari 11

KEGAWATDARURATAN THT Sumber perdarahan epistaksis :

(Syafira Wirna & Halwa N I)  Epistaksis anterior  dari pleksus kiesselbach (banyak
terjadi pada anak-anak)
 Epistaksis posterior  arterisfenopalatina dan
arterietmoidalis posterior (contoh disebabkan o/
hipertensi)  ciri : perdarahan tidak hanya keluar dari
hidung tapi juga dari mulut
Penatalaksanaan

Kegawatdaruratan indra itu tudak hanya menyangkut keadaan


yang mengancam nyawa saja, juga menyangkut kerusakan
fungsi serta estetiknya. Pada pasien epistaksis karena hipertensi  hati-hati jangan
dikasih obat adrenergik (adrenalin)  pasang tampon sementara
EPISTAKSIS
biasa yang dibasahi NaCl sambil menunggu u/ dilakukan
Etiologi epistaksis : pemasangan tampon definitif, perujukan, serta penanganan
penyebabnya
1. Lokal
Infeksi (Rhinitis, Sinusitis), trauma, tumor, pengaruh Tampon anterior u/ epistaksis anterior
lingkungan, benda asing.
 Anak-anak tampon kapas  menekan hidung dari luar
2. Kelainan sitemik
 10-15 menit
 Hipertensi
 Bila sumber perdarahan dapat terlihat,tempat asal
 Kelainan darah
perdarahan dikaustik dengan larutan Nitras Argenti
 Infeksi sistemikdemam berdarah, demam
(AgNO3) 25-30 %. Kemudian area tersebut diberi krim
tifoid,influenza dan morbili
antibiotik.
 Apabila perdarahan masih terus berlangsung pasang
tampon anterior yang dibuat dari kapas atau kasa yang
diberi pelumas vaselin (agar tampon mudah dimasukkan  Leher Kaku
dan tidak menimbulkan perdarahan baru saat dimasukkan
Abses leher dalam dapat mengancam nyawa  karena apabila
atau dicabut) atau salep.
sudah ada trismus dan leher kaku dapat menyebabkan
 Tampon dipertahankan selama 2 x 24 jam, harus gangguan otot-otot pernapasan  menurunkan proses
dikeluarkan untuk mencegah infeksi hidung. pernapasan
Tampon posterior/ tampon belok u/ epistaksis posterior  ⬇
Pake balon kateter yang sudah diberi pelumas masuk lewat Pertahankan patensi airway dan breathing
hidung  sampe tenggorokan nanti diambil tarik keluar dari
mulut  sampe nyangkut dikoana  pertahannkan 2-3 hari  ⬇
THT lebih menyarankan trakeostomi
Sebelum pemasangan tampon wajib memastikan pasien
bebas sumbatan  tumor, massa, atau benda asing (kalau Etiologi :
dilakukan pemasangan tampon malah bisa bikin makin
Abses leher dalam terbentuk di dalam ruang potensial diantara
berdarah) fasia leher dalam, karena adanya infeksi pada
Komplikasi dan Pencegahan  Gigi
 aspirasi darah kedalam saluran napas bawah,  Mulut
 syok, anemia dan gagal ginjal  infus atau transfusi  Tenggorok
darah harus dilakukan secepatnya (makanya epistaksis  sinus paranasal
salah satu kegawatdaruratan THT yang dapat  telinga tengah dan leher
mengancam nyawa)
Prinsip penatalaksanaan abses leher dalam :
 Akibat pembuluh darah yang terbuka  infeksi  beri
antibiotik.  Menyelamatkan airway
 Pemasangan tampon dapat menyebabkan rinosinusitis,  Menghentikan infeksi (u/mencegah sepsis)
otitismedia, septikemia,atau toxic shock syndrome 
harus selalu diberikan antibiotik pada setiap pemasangan
tampon hidung,dan setelah 2-3 hari tampon harus
dicabut.
ABSES LEHER DALAM
Gejala :
 Nyeri tenggorok
 Demam
 Trismus
Lokasi yang dapat terbentuknya abses leher dalam  Palatum
mole

Abses Peritonsilar
Merupakan komplikasi dari tonsilis akut atau infeksi yang
bersumber dari kelenjar mukus Weber di kutub atas tonsil. membengkak dan menonjol ke depan
 Uvula membengkak dan terdorong ke kontra lateral
Biasanya pasien itu datang dengan kehilangan suara, airway
 Tonsil bengkak (salah satu) dan hiperemis
tidak clear  ada stridor, terus gambaran pembengkakan
tonsilnya tidak bilateral/hanya salah satu saja (kalau diaspirasi
bakal keluar nanah)
Gejala :
 Odinofagia hebat (sakit menelan  harus dipastikan
beneran sakit menelan atau sulit menelan) (tambahan :
kalau di lansia ada sulit menelan  cek refleks muntah
 bisa jadi tanda stroke awal)
 Otalgia (nyeri telinga)
 Muntah (regurgitasi) Terapi :
 Mulut berbau (foeter ex ore)
 Stadium infiltrasi dapat diberikan antibiotika dosis
 Hipersalivasi
tinggi, obat simtomatik, kumur2 dengan cairan hangat, &
 Suara sengau (rinolalia) kompres dingin pada leher.
 Sukar membuka mulut (trismus)  Bila telah terbentuk abses  pungsi di daerah abses
 Pembengkakan kelenjar submandibula dengan nyeri (pada bagian paling terendah dan paling menonjol) ,
tekan kemudian diinsisi untuk mengeluarkan pus
Pemeriksaan :  Tonsilektomi, pada umumnya dilakukan sesudah infeksi
tenang, 3-4 minggu setelah drainase abses
Gejala dan tanda klinis

Abses Retrofaringeal
Abses retrofaringeal terbagi 2 :
1. Akut
 Pada anak dibawah 4-5 tahun biasanya karena infeksi
saluran pernapasan atas seperti adenoid, nasofaring,
rongga hidung,sinus paranasal dan tonsil  meluas ke
kelenjar limfe retrofaring (limfaditinis)  menyebabkan
supurasi
 Pada dewasa biasanya akibat infeksi langsung karena
trauma setelah penggunaan instrumen (contoh : intubasi)
atau benda asing (contoh : tertusuk duri ikan  kalau
higienitas jelek + datang telat dapat terjadi abses)
 Trauma akibat pemasangan intubasi  biasanya muncul
setelah keluar dari ICU  gejala : sakit tenggorokan
(waktu pemasangan intubasi wajib informed consent Diagnosis
mengenai komplikasi ini)
2. kronik 1. Terdapat riwayat infeksi saluran napas/trauma
2. Gejala dan tanda klinik
 Biasanya terjadi pada orang dewasa atau anak-anak yang
3. Foto rontgen jaringan lunak leher lateral (jangan lupa saat
lebih tua.  tuberkulosis ( TBC ) pada vertebra.
permintaan rontgen harus menyertakan klinis pasien)
 Selain itu abses dapat terjadi akibat infeksi TBC pada
 Ruang retrofaring : >7 mm pada anak dan dewasa
kelenjar limfe retrofaring yang menyebar dari kelenjar
limfeservikal.  Ruang retrotrakeal : >14 mm pada anak dan >22mm
pada dewasa (diliat dari sini  abses retrofaringeal
lebih bahaya pada anak2  makin besar  makin
menyempit dan makin mudah pecah
 Selain itu juga dapat terlihat berkurangnya ordosis
vertebral servikal.
Tatalaksana
1. Mempertahankan jalan nafas yang adekuat :
 Posisi pasien supine dengan leher ekstensi
 pemberian O2
(gambar normal) (ada abses)
 intubasi endotrakea dengan visualisasi langsung /intubasi
fiber optik 
 trakeostomi / krikotirotomiI.
2. Medikamentosa (Antibiotik  broad spektrum luas)
3. Bila terdapat dehidrasi  beri cairan Contoh gambaran Ludwig angina
4. Pada infeksi Tuberkulosis diberikan obat tuberkulostatika
Pada abses retrofaring prognosisnya itu buruk  dubia ad
malam, karena :
 Menganggu jalan napas
 Secara infeksi dapat mengakibatkan sepsis sistemik
(absesnya tidak bisa kita lakukan aspirasi seperti
peritonsilar, hanya bisa mengandalkan antibiotik dan
atasi sumber penyebabnya)
 Dapat menyebabkan aspirasi
(Ada abses di retrofaringeal)
Komplikasi :
 Penjalaran ke ruang parafaring,
Permintaan rontgen : cervical AP lateral/soft tissue leher AP  Ruang vaskular visera
lateral
 Penjalaran ke madiastinum mediastinitis
 Obstruksi jalan napas asfiksia
 Abses pecah spontan pneumonia aspirasi dan abses paru
Ludwig Angina (Submandibula,Submental,Sublingual Abses)

Abses submandibula
Setelah ditatalaksana dan dipasang
Karet buat ngiket tubenya
trakeostomi biar ga bergerak

Epiglotitis
 INTINYA yg terpenting :
1. Tatalaksana airwaynya dulu : trakeostomi
2. Tatalaksana infeksi
 Kalo Ludwig angina biasanya infeksinya dari infeksi
geligi

Pada rontgen : epiglottis bengkak /


membesar

 Epiglottis itu kan yang bisa menutup atau membuka pada


saat bernapas maupun makan, jadi klo misalnya ada
radang di epiglottisnya, nanti pasien jadi gabisa makan
dan gabisa napas karena epiglotisnya terganggu ->  Sumbatan pada laring atau saluran napas atas dapat
TRAKEOSTOMI untuk buka airwaynya disebabkan oleh :
 Radang akut dan kronis
 Benda asing
 Trauma akibat kecelakaan
 Trauma akibat tindakan medis
Trakeostomi  Tumor saluran napas atas (tumor jinak maupun
ganas)
 Kelumpuhan nervus rekuren bilateral
 Manifestasi klinis :
 Serak (disfoni) sampai afoni
 Sesak napas (dispnea)
 Stridor (nafas berbunyi) yang terdengar pada waktu
inspirasi.
 Cekungan yangTracheostomy tube waktu inspirasi di
terdapat pada
suprasternal, epigastrium,supraklavikuladan
interkostal.
 Gelisah karena pasien kurang udara (air hunger )
Obstruksi Saluran Napas Atas  Warna muka pucat dan terakhir menjadi sianosis
 Obstruksi bisa sebagian/parsial atau total, contohnya karena hipoksi
obstruksi di laring. Prinsip penaggulangan obstruksi  Derajat OSNA (Kriteria Jackson)
laring ialah menghilangkan penyebab sumbatan dengan
 Stadium I:
cepat atau membuat jalan napas baru yang dapat
menjamin ventilasi. o Cekungan sedikit pada inspirasi didaerah
suprasternal, kadang-kadang belum ada
 Obstruksi ringan  sesak
stridor.
 Obtruksi yang lebih berat namun masih ada sedikit celah
menyebabkan  sianosis (berwarna biru pada kulit dan  Stadium II:
mukosa membran yang disebabkan kekurangan oksigen o Cekungan di suprasternal dan epigastrium
dalam darah), gelisah bahkan penurunan kesadaran. dan stridor mulai terdengar.
 Obstruksi total bila tidak ditolong dengan segera   Stadium III:
kematian .
o Cekungan terdapat di suprasternal,
epigastrium, intercostals, dan
suprakalvikula.Stridor jelas terdengar dan  Jadi trakeostomi dilakukan kalo udah terdengar stridor
pasien tampak gelisah. dan sesak pada pasien
 Stadium IV:
o Cekungan bertambah dalam,sianosis,pasien
yang mula-mula gelisah mulai tampak lemah Benda Asing Saluran Napas
dan akhirnya diam dan kesadaran menurun
 Respons pertama pasien yang tersedak pasti batuk-batuk,
 PP : jadi kalo ada pasien dateng dengan riwayat abis
 Pemeriksaan foto leher dengan posisi tegak untuk masukkin benda ke hidung atau mulut tapi pasien ga
menilai jaringan lunak leher serta thorak postero- batuk-batuk, insya Allah gapapa yaa guys insya Allah
anterior dan lateral masuk ke GIT bukan ke saluran respi, tapi tetep bilangin
 Endoskopi dilakukan atas indikasi diagnostic (untuk ke pasien atau keluarganya kalo udah ada keluhan batuk-
mencari bukti yang mengobstruksinya itu masih bisa batuk balik lagi ke RS
diambil Sp.THT atau engga, karena apa? Karena  Benda asing adalah benda yang berasal dari luar atau
Sp.THT Cuma bisa ngambil klo obstruksinya itu dalam tubuh yang pada keadaan normal tidak ada.
sampe laring, kalo udah sampe bronkus, udah  Eksogen
cakupannya Sp.P) dan terapi.  organik (kacang- kacangan, tulang),
 Pemeriksaan laboratorium darah berguna untuk  anorganik (paku, jarum, peniti <banyak pada
mengetahui gangguan keseimbangan asam basa wanita berhijab>, batu baterai dll), zat kimia cair,
(asidosis/alkalosis) dan tanda infeksi traktus makanan diesophagus). Hati-hati benda-benda
trakeobronkial kayak kayu, plastik gitu-gitu ga keliatan di
 Tatalaksana : rontgen
 Stadium I:  Endogen
o Tindakan konservatif dengan pemberian  (sekret kental, bekuan darah, membran difteri,
antiinflamasi, anti alergi, anti biotikserta mekonium dlm saluran nafas <pada bayi>)
pemberian oksigen intermiten jika  Gejala dan tanda :
disebabkanoleh peradangan.  Tergantung lokasi : Batuk hebat, rasa tercekik,
 Stadium II: tersumbat tenggorok,
o Intubasi endotrakea dan trakeostomi  Bicara gagapobstruksi jalan nafas yang terjadi
 Stadium III: segera
o Intubasi endotrakea dan trakeostomi  Nyeri daerah leher, rasa tidak enak di substernal,
 Stadium IV: nyeri punggung, disfagia, nyeri menelan
o Krikotiroidektomi perforasi esofagus
 Etiologi dan Faktor Predisposisi :
 Faktor yang mempermudah terjadinya aspirasi benda  PP ;  Pemeriksaan radiologik leher dalam posisi tegak
asing ke dalam saluran napas antara lain untuk menilai jaringan lunak leher dan pemeriksaan
 faktor personal (umur, jenis kelamin, pekerjaan, toraks postero anterior dan lateral
kondisi sosial, tempat tinggal)  Tatalaksana :
 kegagalan mekanisme proteksi yang normal (antara  Bronkoskop kaku
lain keadaan tidur,kesadarn menurun, alkoholisme,
dan epilepsi)
 faktor fisik (yaitu kelainan dan penyakit neurologik)
 proses menelan yang belum sempurna pada anak
 back blows
 faktor dental, medikal dan surgical(antara lain
tindakan bedah, ekstraksi gigi, belum tumbuhnya
gigi molar pada anak yang berumur < 4 tahun)
 faktor kejiwaan (antara lain emosi, gangguan psikis),
 ukuran dan bentukserta sifat benda asing,
 faktor kecerobohan (antara lain meletakkan benda
asing di mulut,persiapan makanan yang kurang baik,
makan atau minum tergesa-gesa, makan sambil
bermain, memberikan kacang atau permen pada anak
yang gigi molarnya belum lengkap
 Gejala awal respirasi akut :
 choking ‟ (rasatercekik), „
 gagging ‟ (tersumbat), „
 sputtering ‟ (gagap), „
 wheezing ‟ (napas berbunyi), 
 paroxysmal coughing 
 serak, disfonia sampai afonia
 sesak napas tergantung dari derajat sumbatan.
 Benda asing yang tersangkut di trakea akan
menyebabkan stridor, dapat ditemukan dengan auskultasi  abdominal thrusts 
(audible stridor) dan
 palpasi di daerah leher (palpatory thud ).
 Jika benda asing menyumbat total trakea akan timbul
sumbatan jalan napas akut yang memerlukan tindakan
segera untuk membebaskan jalan napas.
3.Trauma akibat radiasi pada pemberian radioterapi
tumor ganas leher. Ex/: karsinoma nasofaring (bukan Ca nya
yang emergency, tapi trauma akibat radiasi terapinya)
4.Traumaotogen akibat penggunaan suara yang
berlebihan (vocal abuse) misalnya akibat berteriak,menjerit
keras, atau bernyanyi dengan suara keras
 Pstofisiologi :
- Trauma dapat menyebabkan edem dan
hematoma plika ariepiglotika dan
ventrikularis oleh karena jaringan
submukosa di daerah ini mudah
membengkak.
- Selain itu Mukosa faring dan laring
 Heimlich  mudah robek kemudian diikuti
terbentuknya emfisema subkutis di daerah
leher yang akan menyebabkan infeksi
sekunder .
- Tulang rawan laring dan persendiannya
dapat mengalami fraktur dandislokasi.
 Manifestasi klinis :
- Stridor,
- suara serak,
- emfisema subkutis,
- krepitasi kulit,
Trauma Laring - hemoptisis,
- disfagia.
 Ballanger membagi penyebab trauma laring atas:  Tatalaksana :
1.Trauma mekanik eksternal (traumatumpul, trauma - Luka terbuka : asfiksia penanganan segera
tajam, komplikasi trakeostomi atau krikotirotomi) dan mekanik Adanya gelembung udara pada daerah
internal (akibat tindakan endoskopi, intubasi endotrakea atau luka .Tujuan : perbaiki saluran nafas
pemasangan pipa nasogaster). dan mencegah aspirasi darah ke paru
- Trakeostomi dengan kanul
2.Trauma akibat luka bakar oleh panas (gas atau cairan trakeaeksplorasi : jahit mukosa dan
yang panas) dan kimia(cairan alcohol, amoniak, natrium tulangrawan yang robek
hipoklorit dan lisol) yang terhirup. - Antibiotik
- Luka tertutup : fraktur & dislokasi tulang 3. CORPUS ALINEUM TELINGA
rawan, laserasi mukosa laring 4. BACA TATALAKSANA EMERGENCY NYA
- Konservatif : istirahat suara, humidifikasi,
kortikosteroid
- Indikasi untuk melakukan eksplorasi
ialah: sumbatan jalan napas yang
memerlukan trakesotomi, emfisema
subkutis progresif, laserasi mukosa luas,
tulang krikoid terbuka, paralisis bilateral
terbuka
- Eksplorasi dengan insisi kulit horisontal ,
untuk mereposisi tulang rawan atau sendi
yangmengalami fraktur atau dislokasi,
menjahit mukosa yang robek dan
menutup tulang rawan yang terbuka
 Komplikasi :
 Dapat terjadi apabila penatalaksanaannya kurang tepat
dan cepat. :
- Terbentuknya jaringan parut disekitar
luka dan terjadinya stenosis laring
- Paralisis nervus rekuren
- Infeksi luka dengan akibat terjadinya
perikondritis, jaringan parut, dan
stenosislaring dan trakea.

TERIMA KASIH
Maaf kalo masih banyak kekurangan  dokternya lumayan
banyak ngeskip slide gituu jadi tetep dibaca yaaa slide ppt
beliauu

BONUS KISI-KISI!
1. BACA EPISTAKSIS
2. SUDDEN DEAFNESS

Anda mungkin juga menyukai