Anda di halaman 1dari 14

SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN SAINS

“Peningkatan Kualitas Pembelajaran Sains dan Kompetensi Guru


melalui Penelitian & Pengembangan dalam Menghadapi Tantangan Abad-21”
Surakarta, 22 Oktober 2016

PENERAPAN DESAIN PEMBELAJARAN SISTEM RESPIRASI BERBASIS


GUIDED INQUIRY LEARNING DIPADU AfL UNTUK MENGUBAH
KEMAMPUAN BERARGUMENTASI SISWA KELAS XI SMA

Puji Hendarto1, Yudi Rinanto2, Murni Ramli3


1,2,3
Pendidikan Biologi FKIP Universitas Sebelas Maret, Surakarta, 57126

Email Korespondensi: hendartopuji@gmail.com

Abstrak
Tujuan dilaksanakan penelitian ini adalah untuk mengubah kemampuan berargumentasi siswa kelas XI SMA
melalui penerapan desain pembelajaran sistem respirasi berbasis guided inquiry learning diapadu assessment
for learning. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dalam 3 siklus, dari bulan
Februari hingga April 2016. Setiap siklus terdiri dari 4 tahap, yaitu perencanaan, tindakan, observasi, dan
refleksi. Subjek penelitian adalah siswa kelas XI SMA tahun ajaran 2015/2016 yang berjumlah 31 siswa.
Data penelitian diperoleh melalui tes essay, lembar observasi, dan wawancara. Data utama kemampuan
berargumentasi siswa diukur dengan indikator yaitu claim, reasoning dan evidence diukur menggunakan tes
argumentative skill berupa soal uraian yang disusun peneliti sesuai kecukupan setiap indikator. Teknik
analisis data adalah dengan teknik analisis deskriptif. Validasi data dengan menggunakan teknik triangulasi.
Prosedur penelitian menggunakan metode spiral Kemmis dan Mc.Taggart. Hasil penelitian menunjukan
penerapan desain pembelajaran sistem respirasi berbasis guided inquiry learning dipadu assessment for
learning dapat mengubah kemampuan berargumentasi siswa kelas XI SMA. Hasil kemampuan
berargumentasi siswa pra siklus pada aspek claim sebesar 42,9%, aspek reasoning sebesar 32,9% dan aspek
evidence sebesar 20,32%. Siklus I pada aspek claim sebesar 80,64%, aspek reasoning sebesar 64,51% dan
aspek evidence sebesar 45,16%. Siklus II pada aspek claim seebesar 100%, aspek reasoning sebesar 77,41%
dan aspek evidence sebesar 70,96%. Siklus III pada aspek claim sebesar 100%, aspek reasoning sebesar
90,32% dan aspek evidence sebesar 87,09%.

Kata Kunci : Desain Pembelajaran Berbasis Guided Inquiry Learning, Kemampuan Berargumentasi, Assessment
for Learning

Pendahuluan Kemampuan argumentasi memainkan


peran utama dalam mengembangkan
Kemampuan berargumentasi penting kemampuan berpikir kritis serta pemahaman
dikembangkan dalam proses pembelajaran terhadap permasalahan dan suatu gagasan.
biologi karena mampu mengubah Menurut Deane dan Song (2014),
pemahaman siswa. Proses pembelajaran kemampuan argumentasi merupakan salah
biologi memfasilitasi siswa untuk belajar satu kemampuan berpikir yang paling
menemukan konsep dengan menerapkan kompleks dalam proses pembelajaran. Salah
metode ilmiah. Kemampuan argumentasi satu tujuan pembelajaran dengan
diperlukan dalam memperbaiki dan mengembangkan kemampuan argumentasi
membangun kembali ide-ide ilmiah adalah untuk mengenalkan literasi sains yang
berdasarkan bukti untuk lebih memahami menyiapkan siswa untuk bertanggung jawab
realita yang terjadi di alam. Selain itu sebagai bagian dari masyarakat dan warga
kemampuan argumentasi juga diperlukan negara di masa depan (Ryu, Corrigan, Knight
dalam memberikan pernyataan atau & McNeill, 2013).
kesimpulan hasil penelitian yang diperkuat Kemampuan argumentasi menurut
dengan bukti dan data yang diperoleh di (McNeill & Krajcik,2006) memuat aspek
lapangan serta terdapat pembenaran terkait berupa claim, evidence dan reasoning. Claim
bukti yang digunakan untuk mendukung merupakan pernyataan yang menjawab
pernyataan. permasalahan. Evidence menurut Wilson,
Taylor, Kowalski & Carlson, (2010)
Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Sains (SNPS) 2016 | 317
merupakan data ilmiah yang mendukung berargumentasi siswa. Oleh karena itu perlu
suatu pernyataan. Reasoning merupakan diterapkan model pembelajaran yang
pembenaran terkait pernyataan dan bukti. melatihkan siswa untuk mandiri belajar
Suatu argumen yang berkualitas harus sehingga lebih menguasai konsep yang ada.
mampu menghadirkan komponen tersebut Penguasaan konsep mampu mambantu siswa
dengan jelas dan logis. Komponen dalam membangun kemampuan
argumentasi dapat dikembangkan melalui berargumentasinya. Proses pembelajaran
proses pembelajaran yang tepat. yang mampu melatihkan pembelajaran yang
Selama proses pembelajaran, guru mampu melatih siswa mengembangkan
cenderung mendominasi kelas dengan kemampuan berargumentasi salah satunya
mengajukan banyak pertanyaan, menjawab dengan menerapkan model inkuiri.
pertanyaan, mengarahkan dan memberikan Inkuiri merupakan model pembelajaran
penjelasan materi, sehingga peserta didik yang menerapkan pendekatan konstruktivis
kurang terlatih dalam berargumen. melalui pengajuan dan pengujian hipotesis
Pertanyaan yang diajukan guru hanya berupa untuk memperoleh informasi, sehingga
pertanyaan yang membutuhkan jawaban peserta didik membangun sendiri
singkat atau pertanyaan yang bersifat pengetahuannya dari berbagai tahap
mengulang (Almeida, 2010; Khan & (Coffman, 2009). Inkuiri secara umum
Inamullah, 2011), sehingga kurang menurut Gulo (2002) terdiri dari 5 tahap,
mengakomodasi kemampuan berpikir peserta yaitu: 1) merumuskan masalah: peserta didik
didik. mulai mengidentiikasi masalah dalam
Hasil observasi awal terhadap proses penelitian 2) mengembangkan hipotesis:
pembelajaran biologi di kelas XI SMA peserta didik diminta menyusun hipotesis
menunjukkan bahwa masih sedikit siswa yang relevan dengan permasalahan 3)
yang mampu berargumentasi. Begitu pula mengumpulkan bukti atau data: peserta didik
ketika guru memberikan pertanyaan, hanya menggunakan hipotesis untuk menuntun
sedikit siswa yang menjawab. Kegiatan proses pengumpulan data 4) menguji
diskusi serta interaksi antarsiswa maupun hipotesis: peserta didik menguji hipotesis
siswa dengan guru kurang intensif. Hasil dengan menganalisis data yang diperoleh 5)
yang diperoleh mengindikasikan bahwa menarik kesimpulan berdasarkan data yang
siswa kurang mampu berargumentasi. Hal ini diperoleh. Terdapat tiga level dalam
dibuktikan dengan rata-rata kemampuan pembelajaran inkuiri, salah satunya adalah
berargumentasi siswa adalah 32,04% dalam guided inquiry atau inkuiri terbimbing.
kegiatan pembelajaran. Jumlah siswa yang Guided inquiry atau inkuiri terbimbing
mengungkapkan pernyataan (claim) sebesar merupakan inkuiri yang memfasilitasi peserta
42,9%. Siswa yang menggunakan bukti didik mengembangkan keterampilan melalui
(evidence) sebesar 20,32%. Dan kemampuan penggunaan berbagai sumber informasi
dalam memberikan alasan (reasoning) (Kuhlthau, Maniotes & Caspary, 2007).
sebesar 32,9%. Hasil tersebut tergolong Informasi diperlukan peserta didik untuk
rendah. Sebagian besar siswa menjawab melakukan kegiatan penyelidikan yang
berupa pernyataan singkat. Menurut Okumus dikembangkan melalui pertanyaan dan
dan Unal (2012), argumentasi yang hanya pernyataan. Guru dalam inkuiri terbimbing
memuat claim atau pernyataan tanpa disertai bertugas membimbing kegiatan belajar
bukti dan penalaran merupakan argumentasi peserta didik dalam mengidentifikasi masalah
sederhana. dan menentukan cara penyelesaian. Model
Pelaksanaan pembelajaran yang terjadi pembelajaran dalam inkuiri terbimbing terdiri
manjadikan siswa tidak mampu menguasai dari tahapan yang identik dengan tahapan
konsep secara mandiri. Siswa tidak mampu inkuiri secara umum. Akan tetapi, pada
membangun pemahamannya dan hanya inkuiri terbimbing guru membantu siswa
menunggu mendapat informasi dari guru mengidentifikasi masalah dan menentukan
tanpa mencoba untuk mencari sendiri. cara pemecahan masalah tersebut.
Lemahnya penguasaan konsep menyebabkan Tahapan guided inquiry secara rinci
tidak berkembangnya kemampuan menurut Kuhlthau, Maniotes & Caspary
318 | Peningkatan Kualitas Pembelajaran Sains dan Kompetensi Guru Melalui Penelitian & Pengembangan
dalam Menghadapi Tantangan Abad-21
(2007) meliputi 7 tahap, yaitu: tahap sehingga perlu upaya untuk mengubah
perumusan masalah (inisiasi), membuat kemampuan berargumentasi. Untuk melatih
hipotesis (seleksi), merancang percobaan kemampuan berargumentasi siswa,
(eksplorasi), melaksanakan percobaan pembelajaran perlu disertai dengan teknik
(formulasi), membuat kesimpulan (koleksi), asesmen yang tepat. Salah satunya adalah
mengkomunikasikan hasil percobaan dengan assessment for learning (AfL).
(presentasi), dan tahap penilaian Assessment for learning (AfL)
(assessment). Tahap inisiasi merupakan merupakan penilaian formatif. Penilaian
tahapan penyusunan pertanyaan. Serangkaian formatif adalah penilaian yang bertujuan
pertanyaan mampu mengarahkan peserta untuk memberikan balikan kepada siswa
didik dalam menentukan topik penelitian. terkait dengan perkembangan proses
Topik berupa permasalahan memberikan pembelajaran yang dirancangnya. Penilaian
kesempatan kepada peserta didik untuk AfL melalui strategi pemberian balikan
memunculkan pertanyaan yang penting dan kepada siswa dimungkinkan dapat
menarik (Kuhlthau, et.al., 2007). Pertanyaan memperbaiki proses pembelajaran. Siswa
yang disusun menjadi dasar perumusan yang mendapatkan balikan akan mengetahui
masalah yang mengacu pada pengalaman, kesalahan yang telah dilakukan dan berusaha
bukti atau teori pembelajaran (Chang, Guo, untuk memperbaiki kesalahannya. Pemberian
Cheng, Lin, & Jen, 2010). Tahap seleksi balikan dilakukan dalam bentuk
merupakan kegiatan penyusunan jawaban pemberitahuan dari guru kepada siswa
sementara berdasarkan masalah yang telah tentang kekurangan atau kesalahan terhadap
disusun. Jawaban sementara dibangun dari hasil pekerjaannya dalam menjawab tes atau
pernyataan dan pemahaman yang telah latihan setelah selesai mengikuti kegiatan
diketahui. pembelajaran. Pemberian tes AfL dengan
Tahap eksplorasi merupakan tahapan memperhatikan prinsip kemampuan siswa
penyusunan rancangan dan pelaksanaan melakukan claim, memberikan reasoning dan
penyelidikan. Penyelidikan diawali dengan menunjukkan evidence merupakan penilaian
merencanakan strategi dan sumber belajar yang dapat melatih kemampuan
yang tepat untuk menyelesaikan masalah berargumentasi siswa.
melalui pengajuan pertanyaan dan pernyataan Berdasarkan latar belakang seperti yang
atau berargumentasi (Carnesi & DiGiorgio, diuraikan di atas, maka peneliti berinisiatif
2009). Tahap formulasi merupakan tahapan untuk melakukan penelitian tindakan kelas
melaksanakan percobaan yang telah dengan judul “Penerapan Desain
dirancang. Tahap koleksi merupakan tahapan Pembelajaran Sistem Respirasi Berbasis
menganalisis data hasil penyelidikan. Data Guided Inquiry Learning dipadu AfL untuk
dianalisis berdasarkan hipotesis penyelidikan Mengubah Kemampuan Berargumentasi
yang telah disusun melalui kegiatan Siswa Kelas XI SMA”
mengajukan pertanyaan dan pernyataan yang Penelitian ini bertujuan untuk mengubah
kemudian disimpulkan. Penyelesaian kemampuan berargumentasi siswa kelas XI
permasalahan berdasarkan hasil penyelidikan SMA melalui penerapan desain pembelajaran
mendukung penarikan kesimpulan. sistem respirasi berbasis guided inquiry
Kesimpulan disusun melalui pemahaman learning dipadu AfL.
yang telah diketahui dan pengembangan Hasil penelitian diharapkan dapat
argumen (Chang et al., 2010). Tahap memberikan gambaran yang jelas pada guru
presentasi merupakan tahapan tentang desain pembelajaran berbasis model
mengkomunikasikan hasil penyelidikan. guided inquiry learning dipadu assessment
Tahap penilaian merupakan tahap guru for learning sehingga mampu diaplikasikan
melakukan penilaian. dengan optimal dan mengubah kemampuan
Semua tahap guided inquiry learning berargumentasi siswa.
mengakomodasi kemampuan berargumentasi.
Kemampuan menyampaikan argumen
merupakan bagian penting dalam
pembelajaran aktif dan berpikir kritis,
Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Sains (SNPS) 2016 | 319
Metode Penelitian berargumentasi siswa dengan guru dan siswa
sebagai narasumber, dan dokumen berupa
Penelitian dilakukan di SMA, yang hasil belajar siswa sebelum dilakukan
terdiri dari 27 kelas, yakni kelas X MIPA tindakan, hasil pekerjaan lembar kerja siswa
berjumlah 5 dan X IPS berjumlah 4 kelas, dan dokumentasi selama kegiatan
kelas XI MIPA ada 5 kelas dan kelas XI IPS pembelajaran berlangsung.
ada 4 kelas. Selain itu, kelas XII ada 5 kelas Teknik yang digunakan untuk
MIPA dan 4 kelas IPS. Penelitian mengumpulkan data peningkatan
dilaksanakan pada semester genap, yaitu kemampuan berpikir kritis meliputi teknik tes
bulan Februari-Maret tahun pelajaran dengan tes essay argumentative skill yang
2015/2016. Pelaksanaan penelitian dilakukan dipadu assessment for learning dan teknik
secara bertahap, secara garis besar dapat non tes dengan lembar observasi, wawancara,
dibagi menjadi tiga tahap yakni tahap dan metode dokumentasi. Teknis analisis
persiapan, pelaksanaan, dan penyusunan yang digunakan dalam penelitian adalah
laporan. Metode penelitian yang digunakan deskriptif kualitatif berdasarkan hasil
adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). observasi dan refleksi dari tiap-tiap siklus.
PTK terdiri dari 4 tahapan dasar yang saling Prosedur dan langkah-langkah dalam
terkait dan berkesinambungan, yaitu penelitian tindakan kelas ini mengikuti model
perencanaan (planning), pelaksanaan yang dikembangkan oleh Kemmis dan Mc.
(acting), pengamatan (observing) dan refleksi Taggart yang berupa model spiral yaitu
(reflecting). Penelitian ini menerapkan dalam satu siklus terdiri dari tahap
tindakan penerapan desain pembelajaran perencanaan, tindakan, observasi dan refleksi
berbasis guided inquiry learning dipadu (Arikunto, dkk., 2011). Indikator
assessment for learning untuk mengubah ketercapaian dari penelitian ini adalah adanya
kemamuan berargumentasi siswa kelas XI perubahan positif terhadap kemampuan
SMA. Tindakan berlangsung selama 3 siklus berargumentasi siswa.
pada materi Sistem Respirasi. Sebelum
pelaksanaan tindakan, didahului oleh
observasi awal untuk mengetahui keadaan Hasil Penelitian dan Pembahasan
awal proses pembelajaran. Penelitian ini
bertujuan untuk memecahkan masalah yang Hasil Penelitian
timbul dalam kelas. Penelitian dilaksanakan
dengan berkolaborasi bersama guru bidang
studi. Permasalahan kelas pada penelitian
ditangani dengan tindakan berupa aplikasi
desain pembelajaran sistem respirasi berbasis
guided inquiry learning dipadu AfL untuk
mengubah kemampuan berargumentasi siswa
kelas XI SMA.
Data yang dikumpulkan dalam
penelitian penerapan desain pembelajaran
sistem respirasi berbasis guided inquiry Gambar 1. Perbandingan pencapaian persentase
learning dipadu AfL berupa data primer dan kemampuan berargumentasi masing – masing aspek
data sekunder. Data primer yang pada profil awal, siklus I, dan siklus II.
dikumpulkan merupakan data hasil tes
agumentative skill siswa dengan aspek Berdasarkan Gambar 1. terlihat
meliputi claim, reasoning dan evidence yang perubahan yang berbeda untuk setiap aspek
disusun peneliti kemudian dikerjakan secara kemampuan berargumentasi siswa dari Pra
mandiri oleh siswa sebagai sumber primer. Siklus hingga Siklus III. Perubahan pada
Data sekunder berupa hasil pengamatan aspek claim dari Pra Siklus hingga Siklus I
menggunakan Lembar Observasi yang sebesar 37,74%. Siklus I hingga Siklus II
dilakukan oleh observer partisipan, sebesar 19,36%. Siklus II ke Siklus III
wawancara terkait kemampuan sebesar 0%. Total perubahan untuk aspek
320 | Peningkatan Kualitas Pembelajaran Sains dan Kompetensi Guru Melalui Penelitian & Pengembangan
dalam Menghadapi Tantangan Abad-21
claim sebesar 57,1%. Perubahan pada aspek Pembahasan
reasoning dari Pra Siklus hingga Siklus I Argumentasi yang baik adalah apabila
sebesar 31,61%. Siklus I hingga Siklus II memuat pernyataan disertai bukti dan alasan
sebesar 12,9%. Siklus II ke Siklus III sebesar yang menghubungkan pernyataan dengan
12,91%. Total perubahan untuk aspek bukti. McNeill dan Krajcik (2011) membagi
reasoning sebesar 57,42%. Perubahan pada kemampuan argumentasi menjadi tiga aspek.
aspek evidence dari Pra Siklus hingga Siklus Aspek kemampuan argumentasi dapat
I sebesar 24,84%. Siklus I hingga Siklus II dikategorikan menjadi claim, evidence dan
sebesar 25,8%. Siklus II ke Siklus III sebesar reasoning. Claim merupakan pernyataan
16,13%. Total perubahan untuk aspek yang menjawab suatu pertanyaan atau
evidence sebesar 66,77%. permasalahan. Kebenaran claim ditentukan
Data perbandingan rata-rata capaian oleh evidence dan reasoning yang digunakan.
aspek kemampuan berargumentasi siswa Claim dianggap benar ketika mampu
menunjukkan bahwa dengan penerapan menjawab pertanyaan, disertai evidence yang
desain pembelajaran sistem respirasi berbasis mendukung serta reasoning yang
guided inquiry learning dipadu AfL memberikan pembenaran atau alasan.
mengalami perubahan seiring dengan Evidence merupakan bukti atau data ilmiah
perbaikan yang dilakukan. yang mendukung claim. Evidence dapat
berupa data hasil pengukuran, hasil
Tabel 1. Persentase Perubahan Capaian Aspek penelitaian, observasi, dan lain-lain. Claim
Kemampuan Berargumentasi dalam argumentasi harus didukung dengan
Perubahan (%) bukti yang spesifik dan sistematis.
Aspek Argumentasi tingkat sederhana memuat bukti
Pra Siklus Siklus
Siklus I
Siklus II III yang cukup mendukung claim yang dibuat,
Claim 42,9 80,64 100 100 namun pada tingkatan yang lebih kompleks
bukti yang digunakan bukan hanya
Reasoning 32,9 64,51 77,41 90,32
mendukung claim, tetapi harus tepat dan
sesuai. Semakin tinggi tingkatan argumentasi
yang dibuat, bukti yang disajikan lebih detail.
Evidence 20,32 45,16 70,96 87,09
Reasoning merupakan pembenaran atau
alasan yang menghubungkan evidence yang
Rata – rata 32,04 63,436 82,79 92,47
digunakan dengan claim yang dibuat.
Reasoning berisi penjelasan secara logis
Tabel 1 menunjukkan perubahan yang hubungan antara bukti yang digunakan
berbeda untuk setiap aspek kemampuan dengan pernyataan. Reasoning berisi prinsip-
berargumentasi siswa dari Pra Siklus hingga prinsip ilmiah yang menjelaskan hubungan
Siklus III. Total perubahan untuk aspek claim evidence dengan claim (McNeill &Krajcik,
sebesar 57,1%. Total perubahan untuk aspek 2012)
reasoning sebesar 57,42%. Total perubahan Analisis data mengenai skor capaian
untuk aspek evidence sebesar 66,77%. Data pada setiap indikator kemampuan
perubahan capaian aspek kemampuan berargumentasi siswa yang didukung oleh
berargumentasi dari profil awal hingga siklus beberapa teori mengindikasikan bahwa
III menunjukkan semua aspek kemampuan penerapan desain pembelajaran berbasis
berargumentasi telah mengalami perubahan guided inquiry learning dipadu assessment
positif. for learning memberikan pengaruh positif
Perubahan positif kemampuan terhadap perubahan kemampuan
berargumentasi tersebut juga didukung oleh berargumentasi siswa. Pelaksanaan penelitian
pengamatan yang dilakukan oleh observer. tindakan kelas yang dilakukan sebanyak tiga
Hasil wawancara juga menunjukan bahwa siklus menghasilkan perubahan terhadap
siswa mulai terbiasa berargumentasi dengan setiap aspek kemampuan berargumentasi.
cara memberikan claim disertai reasoning Berdasarkan capaian yang diperoleh,
dan evidence. diketahui bahwa aspek claim selalu
menempati perolehan tertinggi, kemudian
Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Sains (SNPS) 2016 | 321
aspek reasoning dan yang paling rendah hasil terendah pada akhir Siklus
adalah aspek evidence. dibandingkan aspek claim dan reasoning
Berdasarkan hasil tes diketahui bahwa yaitu sebesar 87,09%. Hal tersebut didukung
total perubahan yang diperoleh aspek claim oleh Mc.Neill dan Kracjik (2011) yang
dari Pra Siklus hingga Siklus III adalah menyatakan bahwa siswa memiliki kesulitan
57,1%. Data hasil penelitian menunjukkan dalam menentukan data yang dianggap
bahwa pencapaian siswa pada aspek claim sebagai bukti dan tidak mampu menggunakan
dari Pra Siklus hingga Siklus III merupakan bukti dengan tepat. Siswa pada akhirnya
pencapaian tertinggi dibandingkan menggunakan data yang tidak dapat
pencapaian pada aspek reasoning dan mendukung atau tidak relevan dengan
evidence. Hasil yang diperoleh tersebut pernyataan yang dibuat.
didukung oleh hasil penelitian Cho dan Berdasarkan hasil yang diperoleh pada
Jonassen (2002) yang menyatakan bahwa ketiga aspek argumentasi diketahui bahwa
siswa lebih fokus dalam membuat claim telah terjadi perubahan positif. Setiap aspek
(pernyataan) karena merupakan bagian dasar kemampuan berargumentasi mengalami
dari solusi suatu permasalahan. perubahan positif. Berdasarkan perolehannya
Pencapaian aspek reasoning juga terus kemampuan argumentasi siswa dikategorikan
mengalami perubahan dari Pra Siklus hingga tinggi. Dilihat dari nilai tiap siswa terdapat
Siklus III. Total perubahan pada aspek perolehan yang bervariasi dari Pra Siklus
reasoning sebesar 57,42%. Pada awal Pra hingga Siklus III. Semua siswa terus
Siklus, reasoning hanya mencapai nilai mengalami perubahan nilai yang diperoleh
32,9%. Hasil itu didapatkan karena siswa pada setiap siklusnya.
memang kurang terbiasa memberikan Hasil kemampuan berargumentasi
reasoning. Akan tetapi dengan evaluasi dan selama proses pembelajaran didukung oleh
refleksi dari guru beserta pembiasaan dari hasil observasi kegiatan berargumentasi
guru. Hasil reasoning siswa terus mengalami siswa selama pembelajaran, yaitu melalui
perubahan positif. Assessment for learning dialog atau oral activities. Hasil analisa
berupa komentar yang diberikan juga observasi menunjukkan adanya perbaikan
mempengaruhi perubahan kemampuan aspek dan perubahan positif pada setiap siklusnya.
reasoning siswa. Ada beberapa alasan mengapa desain
Aspek evidence mengalami perubahan pembelajaran berbasis guided inquiry
paling besar dibandingkan claim dan learning dipadu assessment for learning
reasoning jika dihitung dari perolehan Pra mampu Mengubah kemampuan
Siklus hingga Siklus III. Pada Pra Siklus berargumentasi siswa kelas XI SMA.
aspek evidence hanya 20,32% dan Siklus III Beberapa alasan atau tinjuan tersebut yaitu,
mencapai 87,09%. Total perubahan yang pertama dilihat dari desain pembelajaran,
diperoleh adalah sebesar 66,77%. Besar kedua dilihat dari kegiatan pembelajaran
perubahan yang diperoleh dipengaruhi oleh guided inquiry learning, ketiga berdasarkan
pelaksanaan proses pembelajaran yang sintaks guided inquiry learning dan keempat
semakin baik. Selain itu juga dipengaruhi assessment for learning.
oleh materi yang sedang dipelajari. Kegiatan Tinjauan pertama yang menyebabkan
diskusi kelompok membiasakan siswa dalam kemampuan berargumentasi siswa
bertukar pikiran sehingga lebih baik dalam mengalami perubahan adalah dilihat dari
memahami materi pembelajaran. Menurut desain pembelajaran. Desain pembelajaran
Mc.Neill (2011), mengembangkan berbasis guided inquiry learning pada
pemahaman dan kemampuan dalam penelitian ini telah terbukti efektif Mengubah
menggunakan bukti merupakan komponen kemampuan berargumentasi siswa. Esensi
penting dalam berargumentasi dan perencanaan desain pembelajaran berbasis
melatihkan penggunaan seluruh bidang guided inquiry learning mengacu pada
pengetahuan pada siswa. topik/materi dan tujuan pembelajaran yang
Aspek evidence mengalami perubahan didukung dengan keberadaan media. Desain
berdasarkan analisis terhadap hasil tes topik sistem respirasi yang telah diterapkan,
argumentasi siswa. Aspek evidence memiliki dipilih dan dimulai dari pokok bahasan alat
322 | Peningkatan Kualitas Pembelajaran Sains dan Kompetensi Guru Melalui Penelitian & Pengembangan
dalam Menghadapi Tantangan Abad-21
sistem respirasi, dilanjut dengan mekanisme Selain kegiatan apersepsi dan motivasi,
respirasi dan kelainan sistem respirasi. kegiatan guided inquiry learning tidak lepas
Pembagian materi itu juga disesuaikan dari kegiatan inti. Kegiatan inti terdiri dari
dengan tujuan pembelajarannya. Desain fase-fase yang ada dalam sintaks guided
pembelajaran telah terbukti dapat inquiry learning yang terdiri dari tahap
mengembangkan kompetensi atau kinerja perumusan masalah (inisiasi), membuat
peserta didik terkait dengan konsep respirasi. hipotesis (seleksi), merancang percobaan
Selain itu, tujuan pembelajaran tersebut dapat (eksplorasi), melaksanakan percobaaan
berhasil karena ditunjang dengan pemilihan (formulasi), koleksi, mengkomunikasikan
media yang sesuai dengan materi dan hasil percobaan (presentasi), dan tahap
karakteristik siswa. Pemilihan media yang penilaian menurut sintaks Kuhltau, Maniotes
tepat, yang meliputi gambar organ-organ & Caspary (2007). Kegiatan inti dalam model
sistem respirasi, alat peraga mekanisme guided inquiry learning dipadu Assessment
sistem respirasi dan jurnal macam-macam for learning mendorong siswa untuk
kelainan pada sistem respirasi yang berbeda berargumentasi.
pada setiap pertemuan menjadikan siswa Dalam kegiatan inti guided inquiry
semakin tertarik, merasa senang, dan learning dipadu assessment for learning,
semangat belajar. Jadi, dapat disimpulkan siswa diminta bekerja dalam sebuah
bahwa penyusunan desain pembelajaran yang kelompok melalui kegiatan pengamatan,
didukung dengan adanya media yang tepat mengkaji literature dan melakukan tanya
telah terbukti memfasilitasi siswa dalam jawab antarteman satu kelompok,
Mengubah kemampuan berargumentasi antaranggota kelompok lain ataupun dengan
siswa. guru pengampu mata pelajaran biologi.
Tinjauan kedua yang menyebabkan Sintaks guided inquiry learning yang terdiri
perubahan positif kemampuan dari tahap perumusan masalah (inisiasi),
berargumentasi siswa adalah dilihat dari membuat hipotesis (seleksi), merancang
kegiatan guided inquiry learning. Guided percobaan (eksplorasi), melaksanakan
inquiry learning terdiri dari 3 hal yang tidak percobaaan (formulasi), koleksi,
pernah terlewatkan, yaitu kegiatan awal, inti mengkomunikasikan hasil percobaan
dan penutup. Kegiatan awal guided inquiry (presentasi), dan tahap penilaian sangat
learning diawali dengan apersepsi dan sesuai untuk Mengubah kemampuan
motivasi, yang tidak ada pada model berargumentasi siswa. Menurut pendapat
konvensional metode ceramah. Kegiatan DePorter (2014), belajar itu 10% dari apa
apersepsi dilakukan supaya siswa merasa yang kita abaca, 20% dari apa yang kita
lebih siap dan fokus untuk belajar mengenai dengar, 30% dari apa yang kita lihat, 50%
materi sistem respirasi pada setiap dari apa yang kita lihat dan apa yang kita
pertemuannya. Kegiatan apersepsi bertujuan dengar, 70% dari apa yang kita katakan, 90%
untuk mengetahui konsep awal siswa dari apa yang kita katakan dan lakukan.
mengenai materi yang akan dipelajari. (DePorter, Reardon, & Singer-Nourie). Pada
Motivasi tidak kalah penting dari apersepsi. sintaks presentasi, siswa diminta
Motivasi harus ditanamkan guru kepada mengkomunikasikan hasil dengan cara
siswa untuk menjawab pertanyaan mengapa menyampaikan claim, reasoning dan
kita harus belajar topik pembelajaran ini. evidence. Jadi, dapat disimpulkan bahwa
Siswa hanya belajar karena perintah dirinya dalam kegiatan inti guided inquiry learning
sendiri, melalui motivasi siswa memerintah setiap siswa selalu dilibatkan secara aktif
dirinya sendiri untuk belajar. Di sisi lain, yang dapat Mengubah kemampuan
model konvensional metode ceramah yang berargumentasi siswa.
biasa diterapkan oleh guru tidak diawali Selain itu melalui kegiatan inti pula,
dengan apersepsi dan motivasi sehingga siswa dapat menuliskan konsep yang telah
kemungkinan besar proses belajar ditemukan dalam LKS melalui proses
sesungguhnya tidak terjadi pada model bertanya, menjawab, berkomentar, ataupun
pembelajaran konvensional metode ceramah. berpendapat sehingga konsep yang
didapatkan lebih bertahan lama. Kegiatan
Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Sains (SNPS) 2016 | 323
terakhir yang selalu ada di dalam kegiatan Siklus III. Dari segi siswa, siswa mengalami
guided inquiry learning adalah kegiatan perubahan positif. Siswa menjadi semakin
penutup yang terdiri dari kegiatan evaluasi aktif dalam menjawab pertanyaan dari guru.
dan penugasan. Selain itu siswa juga sudah mampu membuat
Tinjauan ketiga adalah dilihat dari rumusan masalah yang baik dan benar pada
sintaks Guided inquiry learning. Sintaks Siklus III, dibandingkan Siklus II dan Siklus
inisiasi, yaitu tahap menyajikan suatu I. Guru juga mengalami perubahan positif
fenomena atau masalah. Pada tahap ini siswa dari Siklus I sampai Siklus III. Guru semakin
mengamati dan mengidentifikasi fenomena banyak memberikan pertanyaan pancingan
atau masalah yang disajikan oleh guru kepada siswa untuk bisa berargumentasi
kemudian merumuskan masalah. Fenomena setiap siklusnya.
yang disajikan pada Siklus I berupa gambar Sintaks seleksi, tahapan ini tidak
organ saluran respirasi. Pada sintaks inisiasi terlepas dari kegiatan sebelumnya. Hipotesis
guru memberikan pancingan pertanyaan disusun berdasarkan rumusan masalah yang
terkait gambar yang diamati. Pada Siklus II telah ditentukan. Menurut Trianto (2010),
fenomena yang disajikan berupa video dan pada tahap ini guru menanyakan kepada
pertanyaan pancingan setelah siswa diminta siswa gagasan mengenai hipotesis yang
melakukan proses bernapas secara perlahan. mungkin. Dari semua yang ada, dipilih salah
Sedangkan pada Siklus III, fenomena atau satu hipotesis yang relevan dengan
masalah yang disajikan berupa video dan permasalahan yang diberikan. Tahap ini juga
jurnal gangguan atau kelainan pada sistem melatih siswa untuk berpikir kritis dan
respirasi manusia. Menurut Lee (2010), menguji pemahaman mereka (Venditti &
pertanyaan-pertanyaan yang diberikan Surmacz, 2012). Sintaks seleksi mengalami
membantu siswa untuk mengumpulkan perubahan positif dari Siklus I sampai Siklus
informasi dan membangun argumen III. Pada Siklus I siswa masih mengalami
berdasarkan bukti atau fenomena yang kebingungan dalam merumuskan hipotesis.
diamati. Tahap ini memberikan dampak Sedangkan guru belum memancing siswa
positif bagi siswa, yaitu siswa dapat dalam memberikan hipotesis. Pada Siklus II
menggunakan berbagai sudut pandang daya guru mengalami perubahan positif dengan
pikir mereka. Tujuan dari tahap inisiasi memancing siswa dalam memberikan
adalah untuk menarik perhatian siswa dan hipotesis. Guru juga menekankan siswa
memberikan wadah bagi siswa untuk dalam memberikan hipotesis. Guru meminta
mengemukakan pendapat atau siswa memilih satu saja hipotesis. Apakah
berargumentasi (Sampson, 2013). ada pengaruh atau tidak ada pengaruh.
Pada inisiasi, siswa juga merumuskan Sehingga pada Siklus II siswa juga sudah
masalah berdasarkan hasil pengamatan. Pada mengalami perubahan positif dari Siklus I.
tahap ini setiap kelompok berdiskusi untuk Siswa sudah mampu memberikan hipotesis
merumuskan masalah. Guru secara aktif yang lebih baik dibandingkan saat Siklus I.
membimbing siswa untuk menyusun sedangkan pada Siklus III, siswa sudah lancar
rumusan masalah setiap kelompok dan dan terbiasa dalam membuat hipotesis.
melakukan pembatasan masalah yang dapat Sintaks selanjutnya adalah eksplorasi,
dibuktikan kebenarannya melalui yaitu penyusunan rancangan penyelidikan.
penyelidikan. Menurut Topen (2014), pada Pada tahap ini masing-masing kelompok
tahap ini siswa menulis pertanyaan mengenai menyusun rancangan penyelidikan yang
fenomena yang sedang mereka amati dan berbeda sesuai dengan ide dan kreatifitas
mendiskusikan ide mereka dengan anggota mereka. Kemudian siswa menuliskan
kelompok. Pada tahap ini siswa dilatih untuk rancangan penyelidikan pada lembar kerja
mengemukakan ide dengan kreatif, kemudian masing-masing. Siswa mencatat ide untuk
menuliskan ide mereka ke dalam lembar prosedur penyelidikan mereka dan bekerja
kerja dengan memperhatikan aturan dengan anggota kelompok untuk
penulisan kalimat tanya sesuai dengan aturan menciptakan prosedur penyelidikan
5W+1H. Sintaks inisisasi mengalami kelompok (Toppen, 2014). Guru
perubahan positif dari Siklus I sampai dengan membimbing setiap kelompok dan
324 | Peningkatan Kualitas Pembelajaran Sains dan Kompetensi Guru Melalui Penelitian & Pengembangan
dalam Menghadapi Tantangan Abad-21
memeriksa tulisan hasil rancangan berkomunikasi dengan ahli untuk
penyelidikan yang dibuat. Sintaks eksplorasi meningkatkan pemahaman tentang fenomena
menunjukkan adanya perubahan positif dari yang sedang dipelajari. Guru membimbing
Siklus I sampai Siklus III. Perubahan positif siswa dalam menganalisis data. Hasil dari
dibuktikan pada saat Siklus I siswa masih penyelidikan membuat siswa dalam
bingung dalam melakukan desain kelompok mulai menyusun dan
penyelidikan dan pada Siklus II dan Siklus III mengumpulkan data, dan membuat
siswa semakin terbiasa dalam membuat kesimpulan awal berdasarkan bukti
desain penyelidikan. investigasi. Siswa mulai belajar dan
Rancangan penyelidikan yang disusun menggunakan strategi untuk menyusun ide
siswa tidak terjamin kebenarannya, sehingga menjadi argumen yang lebih logis (Toppen,
perlu adanya pelaksanaan penyelidikan 2014). Pada tahap formulasi dan koleksi
(formulasi). Siswa harus dilatih untuk kemampuan berargumentasi siswa
membangun bukti berdasarkan argumen yang mengalami perubahan positif dari Siklus I
telah diajukan oleh mereka dan mengevalusai sampai Siklus III. Perubahan positif
bukti tersebut (Sampson et al, 2013). Pada kemampuan berargumentasi tiap siklus
tahap ini siswa melakukan penyelidikan ditunjukkan adanya perubahan siswa dalam
sesuai dengan rancangan yang dibuat sesuai memberikan claim, reasoning dan evidence.
dengan kelompoknya masing-masing. Pada Perubahan yang terjadi adalah perubahan
Siklus I siswa melakukan penyelidikan untuk positif. Siswa semakin terbiasa memberikan
mengetahui hubungan antara organ, struktur claim disertai reasoning dan evidence.
organ dan fungsi organ pada sistem respirasi. Sintaks presentasi, yaitu
Siswa masih terlihat bingung dan kurang mengkomunikasikan hasil penyelidikan
mengetahui tugas mereka selama siswa. Proses saat mengkomunikasikan
penyelidikan dikarenakan belum terbiasa dalam pembelajaran inkuiri dapat berupa
melakukan penyelidikan secara mandiri. Pada komunikasi lisan, komunikasi tertulis,
Siklus II siswa melakukan penyelidikan maupun komunikasi visual (Rezba et.al.,
dengan membuat alat peraga saluran respirasi 2007). Pada tahap ini siswa melakukan
untuk mengetahui mekanisme respirasi. presentasi di depan kelas. Presentasi
Beberapa siswa terlihat sudah cukup mandiri memiliki beberapa keuntungan, yaitu siswa
dan aktif dalam melakukan penyelidikan. menjadi lebih paham mengenai materi yang
Siklus III siswa melakukan penyelidikan dibahas dan melatih proses berpikir kritis
dengan studi literatur. Siswa mencari mereka, seperti mengemukakan ide di depan
jawaban permasalahan berbasis jurnal yang umum, menanggapi pertanyaan dan kritik
diberikan guru. Pada Siklus III siswa terlihat dari siswa lain, dan mengevaluasi ide-ide
sudah aktif dan terampil dalam melakukan yang muncul saat presentasi (Sampson,
penyelidikan. Guru membimbing dan 2013). Siswa berlatih mengkomunikasikan
memfasilitasi siswa dalam melaksanakan ide mereka secara lisan dan guru memandu
penyelidikan. Pada sintaks ini guru diskusi kelas tersebut. Mengacu pada aspek
mendorong siswa untuk menulis data dan kemampuan berargumentasi siswa, presentasi
pemahaman dalam tulisan singkat, tetapi siswa dilakukan dengan memberikan claim
dengan cara yang akurat (Toppen, 2014). atau menyebutkan hipotesis, kemudian
Selanjutnya, sintaks dalam model guided memberikan reasoning dan evidence. Terjadi
inquiry learning adalah koleksi, yaitu perubahan positif dari Siklus I sampai Siklus
menganalisis data hasil penyelidikan dan III.
mencocokannya dengan hipotesis yang telah Pada sintaks penilaian, guru
dibuat untuk menarik suatu kesimpulan. memberikan nilai presentasi dan diskusi.
Dalam menganalisis data siswa diberi Setelah itu di akhir pembelajaran guru
kesempatan untuk mencari referensi dari membagikan soal argumentative skill yang
berbagai macam sumber literatur. Tahap ini harus dikerjakan siswa dan dikumpulkan
adalah waktu yang tepat bagi siswa untuk keesokan harinya. Setelah itu guru akan
membaca buku atau berbagai teks, untuk memberikan assessment for learning berupa
menggunakan internet, atau untuk komentar pada lembar soal argumentative
Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Sains (SNPS) 2016 | 325
skill masing-masing siswa yang akan (negative reinforcement) atau hukuman
dijadikan evaluasi juga pada pertemuan (punishment) akan membuat perilaku
kedua. dihindari. (Yaumi, 2013).
Tinjauan keempat adalah dari Pemberian AfL secara continue di setiap
assessment for learning. Pemberian pertemuan menunjukkan hasil bahwa rata-
assessment for learning (AfL) secara kontinue rata nilai AfL di setiap pertemuan mengalami
ikut berperan dalam mengembangkan perubahan. Relevan dengan teori Gagne
kemampuan berargumentasi siswa. Evaluasi (dalam Sagala, 2009) yang menyatakan
berupa tes AfL di setiap akhir pembelajaran bahwa belajar merupakan perubahan yang
akan melatih siswa dalam mengungkapkan terjadi dalam kemampuan manusia akibat
argumennya secara tertulis. Berdasarkan proses belajar secara terus menerus, bukan
Gambar 4.35. terlihat bahwa nilai tes AfL hanya disebabkan oleh proses pertumbuhan
siswa setiap pertemuan selalu mengalami saja. Berdasarkan teori tersebut, pemberian
perubahan ke arah yang lebih positif, hal ini AfL yang dilakukan secara terus menerus
berkaitan dengan sistem feedback yang dapat memberikan perubahan positif terhadap
diberikan. Pemberian feedback atau balikan kemampuan berargumentasi siswa.
pada setiap pekerjaan yang dilakukan siswa Hal ini sejalan dengan teori belajar
di setiap akhir pembelajaran menjadikan behavioristik, yang menyebutkan bahwa
siswa tahu letak kesalahan mereka. Sehingga tingkah laku manusia tidak lain merupakan
dapat digunakan untuk memperbaiki suatu hubungan antara stimulus-respon yang
kesalahan secara tepat. Langkah tersebut terjadi sebanyak-banyaknya. Pemberian
dapat membantu siswa dalam Mengubah stimulus dan respon dalam research ini
pemahaman terhadap materi yang diberikan. dilakukan dengan latihan soal-soal AfL.
Menurut Rahmawati (2013), pemberian Thomdike mengungkapkan bahwa salah satu
feedback atau balikan adalah pemberian dari prinsip belajar adalah law of exercise,
informasi dari guru kepada siswa tentang yaitu belajar akan berhasil apabila banyak
hasil kerjanya dalam mengerjakan suatu tes ulangan atau latihan (Sagala, 2009)
atau latihan. Pemberian feedback atau balikan Hasil research ini sejalan dengan
digunakan untuk mengetahui kesalahan atau penelitian Stinggins & Chappuis (2006)
kekurangan siswa dalam mengerjakan tes menyatakan bahwa AfL dapat meningkatkan
atau latian serta memberikan komentar kesuksesan siswa. Kirbani, Budiyono, dan
dengan maksud agar siswa mudah dalam Sutanto (2002), menyatakan bahwa siswa
memperbaiki kesalahan atau kekurangannya. dengan pembelajaran yang menerapkan AfL
Pemberian feedback dalam research ini mempunyai prestasi belajar yang lebih baik
dengan memberikan komentar pada lembar disbanding siswa dengan pembelajaran
pekerjaan siswa. Feedback AfL yang langsung. Hal ini juga didukung pleh
diberikan berupa komentar yang bersifat penelitian Purnamasari (2014) yang
positif. Menurut Sagala (2009), penguatan menunjukkan hasil bahwa model direct
(reinforcement) yang bersifat positif akan instruction dengan AfL menghasilkan prestasi
lebih baik karena memberikan pengalaman belajar matematika yang lebih baik daripada
yang menyenangkan bagi siswa, sehingga model direct instruction tanpa AfL. Peneliti-
siswa ingin mengulang kembali respon yang peneliti di atas melakukan pengukuran AfL
telah diberikan. Relevan dengan teori operant terhadap hasil belajar, sedangkan pada
conditioning dari Skinner yang menyatakan research ini tindakan atau interfensi AfL
bahwa perilaku dalam proses belajar dilakukan untuk Mengubah kemampuan
terbentuk oleh sejauh mana konsekuensi yang berargumentasi siswa. Sehingga fungsi AfL
ditimbulkan. Jika konsekuensinya bertambah lagi, yaitu bisa meningkatkan
menyenangkan, maka akan terjadi penguatan argumentasi selain dari yang telah disebutkan
positif (positive reinforcement), seperti oleh peneliti sebelumnya, yaitu
pemberian hadiah atau (reward) akan meningkatkan hasil belajar.
membuat perilaku yang sama terulang lagi, Perubahan yang diperoleh dipengaruhi
sebaliknya apabila konsekuensinya tidak proses pembelajaran yang terlaksana dengan
menyenangkan yaitu penguatan negatif baik dan keberhasilan siswa tersebut dalam
326 | Peningkatan Kualitas Pembelajaran Sains dan Kompetensi Guru Melalui Penelitian & Pengembangan
dalam Menghadapi Tantangan Abad-21
mengikuti proses pembelajaran dengan baik. Elementary Education, Kocaeli
Terdapat juga siswa yang mengalami University, Koceli, Turkey.
perubahan namun mempunyai nilai terendah. Alberta. (2004). Focus on Inquiry. Alberta
Beberapa faktor yang mempengaruhi Learning Cataloguing in Publication
diantaranya kondisi siswa yang kurang baik Data. Alberta Learning. Learning and
selama proses pembelajaran. Hasil Teaching Resources Branch.
wawancara terhadap siswa yang memiliki Anitah, Sri. (2009). Teknologi Pembelajaran.
nilai rendah juga dilakukan. Siswa yang Surakarta : UNS press.
mengalami perubahan paling sedikit Annurahman. (2009). Belajar dan
mempunyai cara belajar yang berbeda. Siswa Pembelajaran. Bandung: Penerbit
hanya belajar saat ada tugas saja. Selain itu Alfabeta.
siswa juga tidak mengikuti bimbingan belajar Berland, Leema., & Mc Neill. (2009).
di luar sekolah. Hal ini bertolak belakang Making Sense of Argumentation and
dengan siswa yang memiliki perubahan nilai Explanation. Wiley InterScience. School
tertinggi. Siswa memiliki nilai tertinggi of Education and Social Policy,
memiliki jam waktu belajar biologi selama 3 Northwestern University, 2120 Campus
jam. Waktu belajar dilakukan jam setelah Dr., Evanston, IL 60208, USA.
waktu shalat subuh. Selain itu, siswa yang Bilgin, Pinar. (2009). Securing Turkey
memiliki perubahan nilai tertinggi mengikuti through western-oriented foreign policy.
bimbingan belajar di luar sekolah New Perspectives on Turkey, no. 40
(2009): 105-125.. Department of
International Relations, Bilkent
Simpulan, Saran, dan Rekomendasi University, 06800, Ankara.
Brickman et. al. (2009). Effects of Inquiry-
Berdasarkan hasil penelitian dapat
based Learning on Students’ Science
disimpulkan bahwa penerapan desain
Literacy Skills and Confidence.
pembelajaran sistem respirasi berbasis guided
International Journal for the
inquiry learning dipadu assessment for
Scholarship of Teaching and Learning.
learning dapat Mengubah kemampuan
University of Georgia.
berargumentasi siswa pada pembelajaran
Carol C. Kuhltau, Leslie K. Maniotes, and
biologi di kelas XI SMA.
Ann K. Caspari. (2007). Guided Inquiry
Hasil penelitian ini secara teoritis dapat
: learning in the 21st century school
dijadikan sebagai referensi dalam
Chang, et. al. (2010). What Matters in
pengembangan penelitian tindakan kelas
College for Retaining Aspiring
lebih lanjut dalam rangka meningkatkan
Scientists and Engineers. Retaining
kemampuan berargumentasi. Secara praktis
Aspiring Scientists 2. University of
dapat diterapkan pada proses pembelajaran
California Los Angeles.
biologi dalam rangka meningkatkan
Deane, Paul., & Song. (2014). Empirical
kemampuan berargumentasi siswa.
recovery of argumentation learning
progressions in scenario-based
Daftar Pustaka assessments of English language arts.
Psicología Educativa 20 (2014) 109-
Acar, Omar. (2008). Argumentation Skills 115. Educational Testing Service
And Conceptual Knowledge Of Global, Amsterdam, The Netherlands.
Undergraduate Students In A Physics By Douglas, Elliot., & Chiu, Chu-Chuan. (2009).
Inquiry Class. Dissertation. The Ohio Use of guided inquiry as an active
State University. learning technique in engineering .
Acar, Omar., & atton, Robert. (2012). Research in Engineering Education
Argumentation and Formal Reasoning Symposium 2009. Palm Cove, QLD.
Skills in an Argumentation-based E Kosasih (2015). Strategi Belajar Dan
Guided Inquiry Course. Procedia - Pembelajaran Implementasi Kurikulum
Social and Behavioral Sciences 46 ( 2013. Bandung : Yrama widya.
2012 ) 4756 – 4760. Department of
Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Sains (SNPS) 2016 | 327
Erduran, Sibel., & Jimenez-Alexandre, Maria No. 7; 2013. Canadian Center of Science
P. (2007). Argumentation in Science and Education.
Education: Perspectives from Majid, Abdul. (2007). Perencanaan
Classroom-Based Research. Science & Pembelajaran. Bandung : Remaja
Technology Education Library. Rosdakarya.
University of Bristol. Markaban. (2008). Model Penemuan
Facione, P.A. (2013). Critical Thinking: Terbimbing pada Pembelajaran
What It Is and Why It Counts. Meas- Matematika SMK. Yogyakarta : Pusat
ured reason and the California Aca- Pengembangan dan Pemberdayaan
demic Press: California Pendidikdan Tenaga Kependidikan
Fisher, Alec. (2001). Critical Thinking An Matematika.
Introduction. Cambridge : Cambridge McNeill, K. L. & Krajcik, J. (2006).
University Press. Supporting Students Construction of
Hamalik, O. (2001). Proses Belajar Scientific Explanation through Generic
Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara. Versus Context-Specific Written
Herlanti, Yanti. (2006). Tanya Jawab Seputar Scaffolds.University of Michigan.
Penelitian Pendidikan Sains. Jakarta : McNeill, K. L. & Krajcik, J. (2009).
UIN press. Designing Instructional Materials to
Iqbal, Muhammad Z., & Khan, Rashid K. Support Student’s In Writing Scientific
(2011). The growing concept and uses Explanations : Using Evidence and
oftraining needs assessment. Journal of Reasoning Across the Middle School
European Industrial Training. Years. 2009.
Department of Management Sciences, McNeill, K. L. & Krajcik, J. (2011).
COMSATS Institute of Information Assessing Middle School Students’
Technology, Islamabad, Pakistan. Content Knowledge and Scientific
Ismaimuza ,Dasa & Musdalifah ,Selvy. Reasoning Through Written
(2013). Pengembangan Instrumen Explanations. Journal Assessment &
Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Scientific Explanation. 2011.
Untuk Siswa SMP. Prosiding Seminar McNeill, K. L. & Krajcik, J. (2011).
Nasional Sains dan Matematika II Supporting Students Construction of
Jurusan Pendidikan MIPA FKIP Scientific Explanations by Fadding
UNTAD 2013 Scaffolds In Instructional Materials. The
Jonassen, David., & Cho, Kyoo-Lak. (2002). Journal of the Learning Sciences.
The Effects of Argumentation Scaffolds Moore, Alex. (2003). Teaching And
on Argumentation and Problem Solving. Learning. Reading Educational
ETR&D, Vol. 50, No. 3, 2002, pp. 5–22. Research and Policy. Routledge Falmer.
Paper presented at the annual meeting of Nasution, S. (2011). Metode Research.
Computer Support for Collaborative Jakarta : Bumi Aksara.
Learning, Boulder, CO. Nugroho, Purwo Adi, et.al. (2012).
Khusnayain, Arina. (2014). Pengaruh Skill Penerapan Guided Inquiry disertai Mind
Argumentasi Menggunakan Model Mapping untuk Meningkatkan Motivasi
Pembelajaran Problem Based Learning Hasil Belajar Biologi Siswa SMA
(PBL) Terhadap Literasi Sains Siswa Negeri 1 Ngemplak Boyolali Tahun
SMP. Skripsi. Universitas Lampung. Pelajaran2011/2012.
Lu, Chiu & Law. (2011). Statistical Okumus, Seda., & Unal, Suat. (2012). The
Discourse Analysis: A Method for effects of argumentation models on
Modelling Online Discussion Processes. students achievments argumentation
Journal of Learning Analytics, 1(3), 61– skills in science. Procedia - Social and
83. Purdue University, USA. Behavioral Sciences 46 ( 2012 ) 457 –
Lu, Jingyan., & Zhang, Zhidong. (2013). 461. Fatih Education Faculty, Karadeniz
Assessing and Supporting Technical University, Trabzon, 61100,
Argumentation with Online Rubrics. Turkey.
International Education Studies; Vol. 6,
328 | Peningkatan Kualitas Pembelajaran Sains dan Kompetensi Guru Melalui Penelitian & Pengembangan
dalam Menghadapi Tantangan Abad-21
Prawiradilaga, Dewi S. (2009). Prinsip Terbimbing untuk Meningkatkan Minat
Desain Pembelajaran. Jakarta : Prenada dan Pemahaman Siswa. Jurnal
Media Group. Pendidikan 6 (2010) 58-62. Semarang.
Purnamasari, Yanti. (2014). Pengaruh Model 2010
Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Tsai et. al. (2013). Effects of prompting
Games Tournament (Tgt) Terhadap critical reading of science news on
Kemandirian Belajar Dan Peningkatan seventh graders’ cognitive achievement.
Kemampuan Penalaran Dan Koneksi International Journal of Environtmental
Matematik Peserta Didik SMPN 1 Kota & Science Education. IJESE.
Tasikmalaya. Jurnal Pendidikan dan Ucar, S., & Demircioglu, T. (2011). Changes
Keguruan Vol. 1 No. 1, 2014. in Preservice Teacher Attitudes Toward
Universitas Terbuka. Astronomy Within a Semester-Long
Rahmawati, Januar DW. (2013). Pengaruh Astronomy Instruction and Four-Year-
Kompetensi Dan Independensi Terhadap Long Teacher Training Programme.
Kualitas Audit. Jurnal Pendidikan dan Journal of Science Education and
Keguruan Vol. 1 No. 1, 2013. Technology. Department of Elementary
Universitas Negeri Semarang. Science Education, Faculty of
Rusman. (2012). Model-model Pembelajaran. Education, Cukurova University,
Depok : PT. Rajagrafindo Persada Balcali, Adana, Turkey.
Sampson, Robert., & Kirk, David. (2013). Wenning ,Carl J. (2010). The Levels of
Juvenile Arrest and Collateral Inquiry Model of Science Teaching. J.
Educational Damage in the Transition to Phys. Tchr. Educ. Online, 6(2), Summer
Adulthood. Sociology of Education 2011. Illinois: Illinois State University
86(1) 36–62. American Sociological Physics Dept.2010.
Association 2013. Wijayanti, Arinda Dian. (2014). Penerapan
Sanjaya,Wina (2006). Strategi Pembelajaran Pembelajaran Group Investigation
Berorientasi Standar Proses Berbasis Inkuiri Terbimbing untuk
Pendidikan. Jakarta: Prenada Media Meningkatkan Hasil Belajar Koloid.
Group Jurnal Inovasi. Volume 8. Nomer 1,
Saraswati. (2008). Upaya Guru untuk 2014.\
Meningkatkan Keberanian Siswa SMP
dalam Mengajukan Pertanyaan dan Daftar Pertanyaan
Mengemukakan Gagasan Melalui Modul Septi Aprilia
Latihan Inkuiri. Artikel Ilmiah Pertanyaan :
Mahasiswa, 2015, I (1): 1-4. Universitas 1. Apakah setiap siswa mempunyai soal
Jember. yang sama untuk evaluasinya?
Sudjana. (2000). Metoda Sattistika. Bandung 2. Bagaimana teknis feedback yang ada?
: Transito
Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Jawaban:
Pendidikan. Bandung: Alfabeta. 1. Soal untuk evaluasi sama akan tetapi
Sukimarwati, Juli. et. al. (2013). setiap argumen siswa berbeda-beda.
Pembelajaran Biologi dengan Guided Ada, feedback berupa komentar dari siswa.
Inquiry Model Menggunakan LKS
Terbimbing dan LKS Bebas
Termodifikasi Ditinjau dari Kreativitas
dan Motivasi Berprestasi Siswa, Volume
2, Number 2, UNS, 2013
Sukmadinata, Nana Syaodih. (2012). Metode
Penelitian Pendidikan. Bandung : PT
Remaja Rosdakarya.
Sutikno, Wahyudin, et.al. (2010). Keefektifan
Pembelajaran Berbantuan Multimedia
Menggunakan Metode Inkuiri
Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Sains (SNPS) 2016 | 329
330 | Peningkatan Kualitas Pembelajaran Sains dan Kompetensi Guru Melalui Penelitian & Pengembangan
dalam Menghadapi Tantangan Abad-21

Anda mungkin juga menyukai