Anda di halaman 1dari 7

Jurnal Pendidikan Fisika dan Teknologi Volume 4 No.

1, Juni 2018

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING TERHADAP


KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS PESERTA DIDIK

Lia Nurmayani*, Aris Doyan, Ni Nyoman Sri Putu Verawati


Program Studi Pendidikan Fisika, Universitas Mataram
*Email: liyaanurmayani@gmail.com

Abstract - This study aims to determine the effect of guided inquiry learning model toward critical
thinking skills of students. This type of research is quasi experiment with non-equivalent group design.
Sampling using purposive sampling technique, so that obtained class XI MIA 1 as experiment class and
class XI MIA 2 as control class. The research instrument is a essay test of 5 questions that have been
tested for validity, reliability, level of difficulty, and different power of problems. The learning data of
the two classes is normally distributed. Based on the homogenity data obtained both homogeneous. Data
were analyzed by MANOVA test. Result of data analysis show significance 0,021 if determined the level
of significance 0,05 then 0,021<0,05. Based on these facts it can be concluded that there is influence of
guided inquiry learning model toward critical thinking skills of students.

Keywords: guided inquiry learning model, critical thinking skills.

PENDAHULUAN berkemampuan rendah saja tetapi juga


Fisika merupakan salah satu cabang dialami oleh peserta didik yang pandai.
dari IPA, dan merupakan ilmu yang Berdasarkan hasil observasi yang telah
berkembang melalui langkah-langkah dilakukan, di SMAN 6 Mataram khususnya
observasi, perumusan masalah, penyusunan di kelas XI, terdapat beberapa masalah
hipotesis, pengujian hipotesis melalui dalam kegiatan pembelajaran antara lain
eksperimen, penarikan kesimpulan, serta pembelajaran yang masih bersifat teacher
penemuan teori dan konsep. Hakikat fisika center, cara mengajar guru yang terkesan
adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari monoton bagi peserta didik karena kurang
gejala-gejala melalui serangkaian proses menggunakan model yang bervariasi dalam
yang dikenal dengan proses ilmiah yang proses pembelajaran, peserta didik
dibangun atas dasar sikap ilmiah dan cenderung dituntut untuk mengasah aspek
hasilnya terwujud sebagai produk ilmiah ingatan, tanpa diajak untuk berpikir, kurang
yang tersusun atas tiga komponen terpenting melatih peserta didik untuk
berupa konsep, prinsip, dan teori yang mengembangkan daya nalarnya dalam
berlaku secara universal. mengaplikasikan konsep-konsep yang telah
Pada umumnya, peserta didik dipelajari dalam kehidupan nyata sehingga
mengalami kesulitan dalam mempelajari kemampuan berpikir kritis peserta didik
fisika. Hal ini merupakan masalah dalam kurang dapat berkembang dengan baik.
proses belajar. Masalah belajar yang dialami Berpikir kritis dalam pembelajaran
oleh peserta didik akan menghambat sangat diperlukan karena berpikir kritis
kelancaran dalam proses belajarnya. Kondisi merupakan modal bagi peserta didik untuk
ini dapat berkenaan dengan keadaan dirinya dapat mengembangkan pengetahuan secara
yaitu berupa kelemahan-kelemahan yang luas. Kemampuan berpikir juga merupakan
dimiliki dan dapat juga dipengaruhi dari dasar dalam suatu proses pembelajaran.
lingkungan yang tidak menguntungkan bagi Pembelajaran dalam kurikulum 2013 peserta
dirinya. Permasalahan dalam belajar tidak didik dituntut untuk mengembangkan
hanya dialami oleh peserta didik yang kemampuan berpikir kritisnya, hal ini

98
Jurnal Pendidikan Fisika dan Teknologi Volume 4 No.1, Juni 2018

dijelaskan pada salah satu indikator pada informasi atau data, mengumpulkan dan
Standar Kompetensi Lulusan (SKL) menganalisis data, dan membuat simpulan.
Kurikulum 2013 yaitu peserta didik dituntut Model pembelajaran ini membuat
untuk memiliki (melalui mengamati, peran guru tidak terlihat dominan, guru
menanya, mencoba, mengolah, menyaji, bertindak sebagai organisator dan fasilitator.
menalar, dan mencipta) kemampuan berpikir Guru tidak memberitahukan konsep-konsep
dan bertindak yang efektif dan kreatif dalam tetapi membimbing peserta didik
ranah abstrak dan konkret sebagai menemukan konsep-konsep tersebut melalui
pengembangan dari yang dipelajari kegiatan belajar, sehingga konsep yang
disekolah secara mandiri (sesuai dengan didapat berdasarkan kegiatan dan
bakat dan minatnya). pengalaman belajar tersebut akan selalu
Menurut Ennis (2011:1) Berpikir kritis diingat peserta didik dalam waktu yang
adalah kemampuan berpikir reflektif yang lama. Tahapan-tahapan model pembelajaran
berfokus pada pola pengambilan keputusan inkuiri terbimbing dapat mengakomodasi
tentang apa yang harus diyakini dan harus kegiatan-kegiatan yang mengarah pada
dilakukan. Tujuan melatihkan kemampuan peningkatan keterampilan berpikir kritis
berpikir kritis kepada peserta didik adalah peserta didik.
untuk menyiapkan peserta didik menjadi Berdasarkan uraian di atas, perlu
seorang pemikir kritis, mampu memecahkan penelitian lebih lanjut tentang “Pengaruh
masalah, dan menjadi pemikir independen, Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing
sehingga mereka dapat menghadapi terhadap Kemampuan Berpikir Kritis
kehidupan, mengatasi setiap masalah yang Peserta Didik”.
dihadapi, dan membuat keputusan dengan
tepat dan bertanggung jawab. METODE PENELITIAN
Model pembelajaran inkuiri Jenis penelitian adalah quasi
terbimbing merupakan salah satu model eksperimen, dimana peneliti tidak memiliki
untuk mengembangkan kemampuan keleluasaan untuk memanipulasi subjek,
berpikir kritis peserta didik dalam artinya random kelompok biasanya dipakai
pembelajaran fisika. Model pembelajaran ini sebagai dasar untuk menetapkan sebagai
menuntut peserta didik untuk aktif selama kelompok perlakuan dan kontrol (Setyosari,
proses pembelajaran sekaligus mendorong 2015:149).
peserta didik untuk mengoptimalkan Desain penelitian yang diterapkan
keterampilan dan kemampuannya (Yeritia, dalam penelitian ini adalah nonequivalent
2017:182). Inkuiri terbimbing merupakan control group design. Desainnya dapat
suatu model pembelajaran yang melibatkan dilihat pada tabel di berikut ini.
seluruh kemampuan peserta didik untuk
mencari dan menyelidiki suatu Tabel 1. Desain Penelitian dengan
Nonequivalent Control Group Design
permasalahan secara kritis, logis, dan O1 X O2 (eksperimen)
analitis untuk mencari dan menemukan O3 O4 (kontrol)
sendiri jawaban dari suatu permasalahan Sumber: (Setyosari, 2015:211)
yang dipertanyakan dengan bimbingan guru Keterangan :
O1 = Kelas eksperimen sebelum diberikan perlakuan
dengan penuh percaya diri (Trianto, O2 = Kelas eksperimen setelah diberikan perlakuan
2010:166). Melalui kegiatan ini, peserta O3 = Kelas kontrol sebelum diberikan perlakuan
O4 = Kelas kontrol setelah diberikan perlakuan
didik dapat belajar untuk penyajian masalah, X = Perlakuan berupa model pembelajaran inkuiri
membuat atau menyajikan hipotesis, terbimbing
melakukan percobaan untuk memperoleh
99
Jurnal Pendidikan Fisika dan Teknologi Volume 4 No.1, Juni 2018

Penelitian ini dilakukan di SMAN 6 terdistribusi normal. Kemampuan berpikir


mataram Indonesia. Sampel dipilih secara kritis dianalisis yang mengacu pada
purposive sampling. Sampel penelitian persamaan:
terdiri dari dua kelas yaitu XI MIA 1 sebagai 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑝𝑒𝑟𝑜𝑙𝑒ℎ
𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖 = × 100
kelas eksperimen dan XI MIA 2 sebagai 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑎𝑙
kelas kontrol.
Tahap awal dari penelitian ini adalah
Adapun kategori kemampuan berpikir
memberikan pretest kepada peserta didik di
kritis dibedakan menjadi 4 kategori, yaitu
kelas kontrol dan kelas eksperimen untuk
sebagai berikut.
mengetahui kemampuan awal peserta didik.
Soal pretest yang diujikan berupa 10 soal Tabel 2. Pedoman Kategori Berpikir Kritis
uraian. Setelah diuji homogenitas dan Skala Perolehan Kategori
normalitas, kedua kelas memiliki 81,25 < 𝑥 ≤ 100 Sangat Kritis
62,50 < 𝑥 ≤ 81,25 Kritis
kemampuan awal homogen dan terdistribusi 43,75 < 𝑥 ≤ 62,50 Kurang Kritis
normal. 25,00 < 𝑥 ≤ 43,75 Sangat Kurang Kritis
Kegiatan pembelajaran pada kelas (Dikutip dari Yuliati, 2011:24)
eksperimen diberikan perlakuan berupa
model pembelajaran inkuiri terbimbing dan HASIL DAN PEMBAHASAN
kelas kontrol dengan pembelajaran yang Berdasarkan data kemampuan berpikir
diterapkan di sekolah. Setelah proses kritis peserta didik diperoleh nilai hasil tes
pembelajaran selesai, peserta didik diberikan awal dan tes akhir yang dilakukan pada
posttest pada kedua kelas untuk mengetahui kelas eksperimen dan kontrol. Adapun nilai
kemampuan akhir peserta didik setelah yang diperoleh masing-masing kelas untuk
diberikan perlakuan. Setelah diuji setiap indikator dapat dilihat pada Gambar 1
homogenitas dan normalitas, kedua kelas berikut.
memiliki kemampuan akhir homogen dan
80
68.38
70 63.97 61.84 63.97 63.97
57.35 55.92 55.92
60 53.95 54.61

50 42.05 41.18
39.47
40 34.56 34.21 34.21 36.03
30.88 32.89 32.24
30
20
10
0
1 2 3 4 5

Kelas Eksperimen Tes awal Kelas Eksperimen Tes akhir


Kelas Kontrol Tes awal Kelas Kontrol Tes akhir

Gambar 1. Nilai Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol Masing-masing Indikator


Kemampuan Berpikir Kritis
Keterangan:
(1) Klarifikasi dasar; (2) Keputusan dasar; (3) Inferensi; (4) Penjelasan lebih lanjut; (5) Menalar dan
pengintegrasian.

100
Jurnal Pendidikan Fisika dan Teknologi Volume 4 No.1, Juni 2018

Berdasarkan data pada Gambar 1 melainkan suatu pengetahuan yang


diketahui bahwa indikator kemampuan didapatkan secara langsung dan tersimpan
berpikir kritis pertama, yaitu klarifikasi dalam memori jangka panjang.
dasar. Pada kelas eksperimen setelah diberi Indikator ketiga yaitu inferensi
perlakuan diperoleh nilai 63,97 dengan merupakan indikator dengan nilai tertinggi
kategori kritis sedangkan untuk kelas kontrol pada kelas eksperimen diperoleh nilai 68,38
diperoleh nilai 61,84 dengan kategori kurang berkategori kritis. Lain halnya dengan kelas
kritis. Perbedaan hasil ini diakibatkan karena kontrol diperoleh nilai 55,92 dengan
salah satu tahap model pembelajaran inkuiri kategori kurang kritis. Nilai yang sangat
terbimbing yang digunakan pada kelas tinggi pada kelas eksperimen terjadi karena
eksperimen mendukung indikator tersebut. pada setiap pertemuan yang telah dirancang
Tahap yang dimaksud adalah tahap dengan percobaan peserta didik diarahkan
menyajikan masalah. Fase ini peserta didik untuk melakukan inferensi. Inferensi yaitu
menyampaikan pendapat mengenai membuat simpulan berdasarkan sesuatu
pengetahuan yang telah didapatkan yang dapat diukur dan diamati langsung.
sebelumnya. Melalui fase ini mereka Berbeda halnya dengan kelas eksperimen,
dituntut untuk dapat menganalisis pendapat kelas kontrol tidak melakukan inferensi
yang disampaikan dengan cara namun mereka melakukan kegiatan
mengidentifikasi alasan mengenai konsep menyimpulkan pada akhir proses
tertentu. pembelajaran dengan diberi umpan terlebih
Pada indikator kemampuan berpikir dahulu oleh guru. Hal tersebut yang
kritis selanjutnya yaitu keputusan dasar. menyebabkan perbedaan nilai pada indikator
Pada kelas eksperimen setelah diberi ini.
perlakuan diperoleh nilai 57,35 dengan Indikator yang keempat yakni
kategori kurang kritis sedangkan pada kelas penjelasan lebih lanjut pada kelas
kontrol diperoleh nilai 53,95 dengan eksperimen dan kelas kontrol berturut-turut
kategori kurang kritis. Meskipun nilai diperoleh nilai 63,97 dengan kategori kritis
klasikal yang diperoleh berbeda, namun dan 54,61 yang berkategori kurang kritis.
keduanya masih dalam ketegori sama. Hal Pada indikator ini guru menantang dan
ini disebabkan karena pada kelas eksperimen memperluas pengetahuan yang telah
masih belum aktif mencari informasi atau didapatkan sebelumnya melalui
pengetahuan dicari sendiri dengan pengalaman-pengalaman pengetahuan yang
menggunakan berbagai sumber. baru, mereka dapat menerapkan konsep
Kekurangaktifan peserta didik ini yang telah dimiliki ke dalam konteks yang
menimbulkan kesulitan dalam menguasai baru. Selain itu, pada indikator ini masing-
konsep dan mengembangkan kemampuan masing individu juga dapat mendefinisikan
berpikir kritisnya sehingga nilai peserta istilah dan mempertimbangkan suatu
didik berkategori kurang kritis. Berbeda definisi atau konsep dengan lebih jelas
halnya dengan kelas kontrol yang terbiasa karena mereka menentukan sendiri asumsi-
diberikan umpan terlebih dahulu oleh guru asumsi untuk konsep atau definisi tersebut.
sebelum bekerja mandiri. Peserta didik Pada kelas kontrol, efektifitas peserta didik
sebaiknya dibiasakan untuk mandiri sebatas mendengarkan penjelasan dari guru,
sehingga berpengaruh terhadap kemampuan guru masih mendominasi dalam
untuk mengingat suatu konsep dalam jangka pembelajaran sehingga belum melibatkan
waktu yang lama, karena konsep yang peran aktif siswa secara keseluruhan ketika
diperoleh bukan dalam bentuk hafalan kegiatan belajar berlangsung. Hal inilah
101
Jurnal Pendidikan Fisika dan Teknologi Volume 4 No.1, Juni 2018

yang menyebabkan nilai pada kelas kontrol 80


62.94
berkategori kurang kritis. 60
56.84

Indikator yang kelima yaitu menalar 36.76 34.87


40
dan pengintegrasian. pada kelas eksperimen
20
diperoleh nilai 63,97 dengan kategori kritis
sedangkan untuk kelas kontrol bernilai 55,92 0
Tes Awal Tes Akhir
dengan kategori kurang kritis. Pada kelas
eksperimen peserta didik dibiasakan belajar Kelas Eksperimen Kelas Kontrol
dengan penalaran yang diintegrasikan Gambar 2. Nilai rata-rata tes awal dan tes
dengan pemikiran pengandaian karena akhir kemampuan berpikir kritis kelas
dalam pembelajaran inkuiri terbimbing eksperimen dan kelas kontrol
ditekankan untuk berpikir, berdiskusi dalam
Berdasarkan data tes awal
pemecahan masalah, dan kebiasaan berpikir
mengindikasikan bahwa proses
yang mendorong peserta didik untuk
pembelajaran yang berlangsung selama ini
melakukan eksplorasi sehingga menemukan
belum mampu meningkatkan kemampuan
konsep secara bermakna. Lain halnya
berpikir kritis karena aspek kognitif hanya
dengan kelas kontrol, kurangnya penalaran
ditekankan pada hasil bukan pada aspek
yang diintegrasikan dengan pemikiran
proses yang melibatkan kemampuan
pengandaian pada proses diskusi sehingga
berpikir kritis, sehingga kemampuan
membuat nilai peserta didik termasuk dalam
berpikir kritis yang dimiliki menjadi rendah,
kategori kurang kritis.
karena berpikir kritis terdiri dari tiga bagian
Berdasarkan data penelitian
yaitu pertama, mengajukan pertanyaan
kemampuan berpikir kritis nilai rata-rata tes
berkaitan dengan apa yang perlu ditanyakan,
awal berpikir kritis peserta didik pada kelas
mengajukan pertanyaan yang baik,
eksperimen sebesar 36,76 berkategori sangat
pertanyaan yang masuk ke inti
kurang kritis dan kelas kontrol sebesar 34,87
permasalahan; kedua, usaha mencoba untuk
berkategori sangat kurang kritis. Setelah
menjawab pertanyaan melalui penalaran;
diberikan perlakuan pada kelas eksperimen
dan ketiga kepercayaan pada hasil penalaran
menggunakan model pembelajaran inkuiri
(Herayanti & Habibi, 2015:78). Selain itu,
terbimbing dan kelas kontrol menggunakan
penyebab lainnya dapat disebabkan karena
pembelajaran konvensional terlihat
kedua kelompok sampel belum memperoleh
perubahan yang signifikan terjadi pada kelas
materi yang sesuai dengan jenjangnya
eksperimen. Tes akhir yang didapatkan kelas
melainkan hanya materi pengenalan usaha
eksperimen sebesar 62,94 berada pada
dan energi pada jenjang SMP. Nilai rata-rata
kategori kritis, sedangkan untuk kelas
tes awal kemampuan berpikir kritis ini
kontrol tes akhir yang didapatkan sebesar
kemudian dijadikan sebagai tolak ukur untuk
56,84 masih berada pada kategori kurang
melihat peningkatan kemampuan berpikir
kritis, seperti yang ditampilkan pada
kritis peserta didik pada hasil tes akhir.
Gambar 2 berikut.
Nilai rata-rata tes akhir kelas
eksperimen sebesar 62,94 berkategori kritis
sedangkan kelas kontrol sebesar 56,84
berkategori kurang kritis. Peningkatan nilai
rata-rata ini menunjukkan bahwa penerapan
model pembelajaran inkuiri terbimbing
berpengaruh terhadap kemampuan berpikir

102
Jurnal Pendidikan Fisika dan Teknologi Volume 4 No.1, Juni 2018

kritis. Berdasarkan hasil uji multivariat REFERENSI


tersebut diperoleh taraf signifikansi sebesar Ennis, R. H. 2011. The Nature of Critical
0,021 < 0,050. Hal tersebut dapat terjadi Thinking: An Outline of Critical
karena model ini melibatkan peserta didik Thinking Disposition and Abilities.
aktif baik secara fisik maupun mental dalam University of Illinois. On line at
belajarnya. Peserta didik diajak berpikir http://faculty.education.illinois.edu/rh
ennis/documents/TheNatureofCritical
mengenali masalah, menyelidiki untuk
Thinking_51711_000.pdf [diakses
mencari jawaban terhadap masalah yang tanggal 5 Juli 2017].
dihadapi sampai pada penyusunan
kesimpulan. Hal tersebut membuat peserta Herayanti, L., & Habibi, H. (2015). Model
didik terlatih untuk berpikir kritis. Pembelajaran Berbasis Masalah
Hal ini sesuai dengan apa yang Berbantuan Simulasi Komputer untuk
dikemukakan oleh marjono, dkk (2012:21) Meningkatkan Keterampilan Berpikir
Kritis Calon Guru Fisika. Jurnal
bahwa pembelajaran dengan model inkuiri
Pendidikan Fisika dan Teknologi.
terbimbing menjadikan siswa belajar 1(1), 61-66.
sebagai pemikir, bukan hanya sebagai
penerima pasif pengetahuan. Pengenalan Latifa, B. R. A. 2017. Pengaruh Model
dan pemberian masalah yang relevan dengan Learning Cycle 5E (Engage, Explore,
kehidupan sehari-hari pada peserta didik, Explain, Elaboration, Evaluate)
terhadap Kemampuan Berpikir Kritis
analitis untuk mencari dan menemukan
Peserta Didik Kelas X MAN 1
sendiri jawaban dari suatu masalah yang Mataram. Jurnal Pendidikan Fisika
dipertanyakanyang didasarkan atas dan Teknologi. 3(1):61-68.
observasi yang siswa lakukan, menjadikan
siswa sebagai pembangun konsep secara Marjono, Sudarisman, S, & Hapsari, D. P.
ilmiah. Udayani, dkk (2014:6), bahwa 2012. Pengaruh Model Inkuiri
Terbimbing Dengan Diagram V (Vee)
kemampuan berpikir kritis akan berkembang
dalam Pembelajaran Biologi terhadap
jika selalu dihadapkan pada suatu Kemampuan Berpikir Kritis Dan Hasil
permasalahan. Pembelajaran yang menuntut Belajar Siswa. Pendidikan Biologi.
keterlibatan secara optimal dalam proses Vol. 4(3):16-28.
belajar dapat meningkatkan kemampuan
berpikir kritis, Latifa (2017:66). Hal tersebut Setyosari, P. 2015. Metode Penelitian
sejalan dengan Snyder & Snyder (2008:94) Pendidikan dan Pengembangan.
Jakarta: Kencana Prenadamedia
yang menyebutkan bahwa lingkungan
Group.
belajar yang melibatkan keaktifan dalam
penyelidikan suatu informasi dan Snyder, L.G. & Snyder, M.J. 2008. Teaching
mengaplikasikan pengetahuan mereka Critical Thinking and Problem
meningkatkan kemampuan berpikir kritis. Solving Skills. The Delta Pi Epsilon
Hal ini dapat disimpulkan bahwa dengan Journal. 1(2), Spring/Summer, 2008:
menggunakan model pembelajaran inkuiri 90-99. Diakses tanggal 15 Maret 2018.
terbimbing dapat lebih meningkatkan
Trianto. 2010. Mendesain Model
kemampuan berpikir kritis peserta didik. Pembelajaran Inovatif-Progresif.
Berdasarkan hasil penelitian dapat Jakarta: Kencana.
disimpulkan bahwa ada pengaruh model
pembelajaran inkuiri terbimbing terhadap Udayani, P.A., Kusmariyatni, N., &
kemampuan berpikir kritis peserta didik. Wibawa, I.M.C. 2014. Pengaruh
Model Siklus Belajar 5E Terhadap

103
Jurnal Pendidikan Fisika dan Teknologi Volume 4 No.1, Juni 2018
Kemampuan Berpikir Kritis IPA
Siswa Kelas IV SD di Desa
Kalibukbuk. e-Journal MIMBAR
PGSD Universitas Pendidikan
Ganesha Jurusan PGSD 1(2) : 1-10.

Yeritia, S., Rahayu, S. & Wahyudi. 2017.


Pengaruh Model Pembelajaran Inkuiri
Terbimbing terhadap Penguasaan
Konsep dan Kemampuan Berpikir
Kritis Fisika Peserta Didik Kelas X
SMAN 1 Kuripan Tahun Ajaran
2017/2018. Jurnal Pendidikan Fisika
dan Teknologi. 3(2):181-187.

Yuliati. D.I., Yulianti, D., & Khanafiyah, S.


2011. Pembelajaran Fisika Berbasis
Hands On Activities Untuk
Menumbuhkan Kemampuan Berpikir
Kritis dan Meningkatkan Hasil Belajar
Siswa SMP. Jurnal Pendidikan Fisika
Indonesia.7: 23-27.

104

Anda mungkin juga menyukai