Anda di halaman 1dari 70

PROPOSAL

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DIABETES


MELITUS DENGAN KETIDAKSEIMBANGAN NUTRISI
KURANG DARI KEBUTUHAN TUBUH
Di Ruang Mawar RSUD Harjono Ponorogo

Oleh :
GILANG PERDANA AULIA
NIM. 16612859

PRODI D III KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PONOROGO
2018
i

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DIABETES


MELITUS DENGAN KETIDAKSEIMBANGAN NUTRISI
KURANG DARI KEBUTUHAN TUBUH
Di Ruang Mawar RSUD Harjono Ponorogo

PROPOSAL
Diajukan Kepada Program Studi D III Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Ponorogo Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
Riset Keperawatan

Oleh :
GILANG PERDANA AULIA
NIM. 16612859

PRODI D III KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PONOROGO
2018
ii

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING

Karya Tulis Oleh : GILANG PERDANA AULIA

Judul : ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN


DIABETES MELITUS DENGAN
KETIDAKSEIMBANGAN NUTRISI KURANG
DARI KEBUTUHAN TUBUH

Telah disetujui untuk diujikan di hadapan Dewan Penguji Proposal pada


Tanggal ... Desember 2018

Oleh :

Pembimbing 1 Pembimbing 2

Sugeng Mashudi, S.Kep.,Ns., M.Kes Metti Verawati, S.Kep.,Ns., M.Kes

NIDN. 0731038002 NIDN. 0720058001

Mengetahui

Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan

Universitas Muhammadiyah Ponorogo

Sulistyo Andarmoyo, S.Kep., Ns., M.Kes

NIDN. 0715127903
iii

HALAMAN PENGESAHAN

Karya Tulis Oleh : GILANG PERDANA AULIA

Judul : ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN

DIABETES MELITUS DENGAN


KETIDAKSEIMBANGAN NUTRISI KURANG
DARI KEBUTUHAN TUBUH

Telah diuji dan disetujui oleh Tim Penguji pada Ujian Proposal di Program

Diploma III Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah

Ponorogo.

Tanggal ... Desember 2018

Tim Penguji

Tanda Tangan

Ketua :…………………. :………………………

Anggota : 1. …..…………. :………………………

2. …………….. :………………………

Mengetahui,

Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan

Universitas Muhammadiyah Ponorogo

Sulistyo Andarmoyo, S.Kep., Ns., M.Kes

NIDN. 0715127903
iv

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : GILANG PERDANA AULIA

NIM : 16612859

Instansi : Program Studi D III Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan

Universitas Muhammadiyah Ponorogo

Menyatakan bahwa Proposal yang berjudul :”Asuhan Keperawatan pada

Pasien Diabetes Melitus dengan Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang dari

Kebutuhan Tubuh di Ruang Mawar RSUD Harjono Ponorogo” adalah bukan

Karya Tulis Ilmiah orang lain baik sebagian maupun keseluruhan, kecuali dalam

bentuk kutipan yang telah disebut sumbernya.

Demikian surat pernyataan ini kami buat dengan sebenar-benarnya dan apabila

pernyataan ini tidak benar, kami bersedia mendapatkan sanksi.

Ponorogo, ... Desember 2018

GILANG PERDANA AULIA

NIM. 16612859
v

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT penulis panjatkan atas segala rahmat dan

anugerah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini

dengan judul “Asuhan Keperawatan pada Pasien Diabetes Melitus dengan

Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh di Ruang

Mawar RSUD Harjono Ponorogo”. Untuk memperoleh Gelar Ahli Madya

Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Ponorogo.

Penulis menyadari dengan sepenuh hati bahwa dalam rangka kegiatan

penelitian ini tidak akan terlaksana sebagaimana yang diharapkan tanpa adanya

bantuan dari berbagai pihak yang telah memberikan banyak bimbingan, arahan,

motivasi kepada penulis. Untuk itu dalam kesempatan ini penulis ingin

menyampaikan ucapan terima kasih yang tak terhingga kepada:

1. Drs. H. Sulton, M.Si selaku Rektor Universitas Muhammadiyah Ponorogo.

2. Sulistyo Andarmoyo, S.Kep.Ns., M.Kes selaku Dekan Fakultas Ilmu

Kesehatan Universitas Muhammadiyah Ponorogo.

3. Rika Maya Sari, S.Kep.Ns., M.Kep selaku Kepala Program Studi D-III

Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Ponorogo.

4. Sugeng Mashudi, S.Kep.Ns., M.Kes selaku pembimbing I yang telah banyak

memberikan bimbingan dan arahan selama penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.

5. Metti Verawati, S.Kep.Ns., M.Kes. selaku pembimbing II yang telah banyak

memberikan bimbingan dan arahan selama penyusunan Karya Tulis Ilmiah.


vi

6. Kepala Ruang Mawar RSUD Harjono Ponorogo yang telah memberikan ijin

kepada peneliti untuk mengambil data dan membantu dalam pelaksanaan

pengambilan data untuk penelitian ini.

Dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini, penulis meyadari bahwa Karya

Tulis Ilmiah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu penulis

mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun.

Akhirnya penulis berharap penelitian ini dapat bermanfaat khususnya bagi

bidang keperawatan.

Ponorogo, ... Desember 2018

Peneliti

Gilang Perdana Aulia

NIM. 16612859
vii

PERSEMBAHAN

Dengan setangkai bunga Al-fatihah saya persembahkan karya tulis ini

kepada semua pihak yang tak mungkin cukup untuk ditulis:

1. Allah SWT yang selalu memberikan peringatan dan kasih sayang-Nya kepada

seluruh makhluk-Nya. Rosulullsh SAW yang telah perkenalkan islam kepada

seluruh umatnya.

2. Orang tuaku tercinta, Bapak Muslich dan Ibu Fitri yang telah memberikan

dukungan, dan memberikan doa disepanjang harinya sehingga terselesaikan

Karya Tulis Ilmiah ini.

3. Sanak-saudara ku yang telah memberi motivasi dan masukan sehingga saya

lebih bersemangat dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini

4. Sahabat terdekatku Meido Dwi, Wahyu Septyan, Prio Pribadi, Chithah

Estariyan Ganesi, Reval Andy, Saputra Ali, Yusfa Fadlan Mufi, Elang

Rosmanda Bimasakti yang selalu memberikan dukungan, hiburan dikala rasa

malas datang, serta motivasi sehingga Karya Tulis Ilmiah ini dapat

terselesaikan.

5. Lutfi Nur M, Irvan Rhomdony, Lailatul Maghfirah, Vivie Aventa Ovilia Hana

Vara Sabela, Isnani Mujasyaroh, Lucky Kusambarwati, Husna Nur Afifah

teman yang sudah seperti keluarga di kelas yang senantiasa memberikan

teguran, saran dan kritik yang membangun, motivasi, dan semangat sehingga

saya dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.


viii

6. Teman-temanku kelas B D-III Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan

Universitas Muhammadiyah Ponorogo atas bantuannya dalam penyusunan

Karya Tulis Ilmiah ini.

7. Arisda Fahma Yogantara, Aris Priyanto, Azhittama Bastenjar, Irfan Risandi,

Febrian Hendra Bagus Setyadi. Terimakasih atas semangat yang kalian beri

kepada saya dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.

8. Indrianti Putri Cahya, Ayu Mei Dina teman yang senantiasa membantu dalam

memberi semangat, teguran yang positif, motivasi dalam penyusunan Karya

Tulis Ilmiah ini.


ix

DAFTAR ISI

HALAMAN COVER........................................................................................................i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING.............................................................ii
HALAMAN PENGESAHAN.........................................................................................iii
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN.......................................................................iv
KATA PENGANTAR......................................................................................................v
PERSEMBAHAN...........................................................................................................vii
DAFTAR ISI....................................................................................................................ix
DAFTAR TABEL............................................................................................................xi
DAFTAR GAMBAR......................................................................................................xii
BAB 1................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.............................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.......................................................................................................1
1.2 Batasan Masalah....................................................................................................5
1.3 Rumusan Masalah..................................................................................................6
1.4 Tujuan Penulisan...................................................................................................6
1.4.1 Tujuan Umum...................................................................................................6
1.4.2 Tujuan Khusus...................................................................................................6
1.5 Manfaat Penulisan.................................................................................................7
1.5.1 Manfaat Teoritis................................................................................................7
1.5.2 Manfaat Praktis.................................................................................................7
BAB 2................................................................................................................................9
TINJAUAN PUSTAKA...................................................................................................9
2.1 Konsep Diabete Melitus.........................................................................................9
2.1.1 Definisi..............................................................................................................9
2.1.2 Etiologi..............................................................................................................9
2.1.3 Manifestasi Klinis............................................................................................11
2.1.4 Patofisiologi....................................................................................................12
2.1.5 Penatalaksanaan..............................................................................................16
2.1.6 Uji Diagnostik dan Laboratorium....................................................................18
2.1.7 Komplikasi......................................................................................................20
2.1.8 Diet Diabetes Melitus (DM)............................................................................21
x

2.2 Konsep Asuhan Keperawatan Diabetes Melitus................................................28


2.2.1 Pengkajian.......................................................................................................28
2.3 Pathways...............................................................................................................37
2.4 Diagnosa Keperawatan........................................................................................38
2.5 Rencana Asuhan Keperawatan...........................................................................41
2.6 Implementasi........................................................................................................43
2.7 Evaluasi.................................................................................................................43
BAB 3..............................................................................................................................44
METODE PENELITIAN..............................................................................................44
3.1 Desain Penelitian..................................................................................................44
3.2 Teknik Penulisan..................................................................................................45
3.3 Lokasi dan Waktu................................................................................................45
3.4 Alur Kerja (Frame Work)...................................................................................46
3.5 Etika penelitian.....................................................................................................50
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................52
Lampiran 1.......................................................................................................................54
Lampiran 2.......................................................................................................................56
xi

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Jadwal makan standart untuk penderita DM 36

Tabel 2.2 Jenis diet DM 37

Tabel 2.3 Jumlah bahan makanan diet Diabetes Melitus 38

Tabel 2.4 Rencana Asuhan Keperawatan 51


xii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Pathways

Gambar 3.2 Kerangka Kerja Pasien Diabetes Melitus dengan Masalah

Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh


1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Diabetes mellitus (DM) adalah suatu penyakit dimana kadar glukosa (gula

sederhana) di dalam darah tinggi karena tubuh tidak dapat melepaskan atau

menggunakan insulin secara adekuat. Kadar gula darah sepanjang hari bervariasi

meningkat setelah makan dan kembali normal dalam waktu 2 jam. Kadar gula

darah yang normal pada pagi hari setelah malam sebelumnya berpuasa adalah 70-

110 mg/dL darah. Kadar darah biasanya kurang dari 120-140 mg/dL pada 2 jam

setelah makan atau minum cairan yang mengandung gula maupun karbohidrat

lainnya. Kadar gula darah yang normal cenderung meningkat secara ringan tetapi

progresif setelah usia 50 tahun, terutama pada orang-orang yang tidak aktif

(Utaminingsih, 2015).

Kebutuhan nutrisi adalah salah satu kebutuhan fisiologis manusia yang

memiliki prioritas tertinggi dalam hierarki maslow. Umumnya, seseorang yang

memiliki kebutuhan yang belum terpenuhi akan lebih dulu memenuhi kebutuhan

fisiologisnya dibandingkan kebutuhan yang lain. Kebutuhan fisiologis merupakan

hal yang mutlak dipenuhi untuk bertahan hidup (Ambarwati, 2014). Diabetes

Melitus (DM) merupakan sekelompok kelainan heterogen yang ditandai oleh

kenaikan gula darah dalam darah atau hiperglikemia. Pada DM kemampuan tubuh

untuk bereaksi terhadap insulin dapat menurunkan atau atau pankreas dapat

menghentikan sama sekali produksi insulin (Wijaya & Putri, 2013).


2

Menurut WHO (World Health Organization). Pada tahun 2015, terdapat

415 juta orang dewasa mengidap penyakit diabetes melitus. Hal tersebut

meningkat 4 kali lipat dari tahun 108 juta di tahun 1980an. Pada tahun 2040

diperkirakan jumlahnya akan meningkat menjadi 642 juta (IDF Atlas, 2015). Pada

tahun 2015, persentase orang dewasa dengan diabetes adalah 8,5% (1 diantara 11

orang orang dewasa menyandang Diabetes Melitus). Pada tahun 2012, diabetes

merupakan penyebab kematian ke delapan pada kedua laki-laki dan perempuan

dan penyebab kematian kelima pada perempuan. Prevalensi diabetes melitus di

antara orang dewasa di wilayah regional Asia Tenggara menigkat dari 4,1%

menjadi 8,6 di tahun 2014. Di Indonesia pada tahun 2015, Indonesia menempati

peringkat ke tujuh dunia di dunia untuk prevalensi penderita diabetes melitus

tertinggi di dunia bersama dengan China, India, Amerika Serikat, Brazil, Rusia,

dan Meksiko dengan jumlah estimasi orang diabetes melitus sebesar 10 juta (IDF

Atlas, 2015). Diabetes Melitus dengan komplikasi merupakan penyebab kematian

tertinggi ketiga di Indonesia (SRS, 2014). Persentase kematian akibat diabetes

melitus di Indonesia merupakan yang tertinggi kedua setelah SriLanka. Prevalensi

orang dengan diabetes melitus di Indonesia menunjukan kecenderungan

meningkat yaitu dari 5,7% (2007) menjadi 6,9% (2013), 2/3 orang dengan

diabetes di Indonesia tidak mengetahui dirinya memiliki diabetes, dan berpotensi

untuk mengakses layanan kesehatan dalam kondisi terlambat (sudah dengan

komplikasi). Angka kejadian penyakit Diabetes Melitus di Jawa Timur adalah

sekitar 1,01% dari jumlah penduduk yaitu lebih dari 222.430 penderita dari 3 juta

penduduk (Tjokroprwiro, 2008). Prevalensi DM menurut konsensus Perkeni 2015

pada penduduk umur >15 tahun adalah 10,9% (Riskesdas, 2018). Insiden DM di
3

Ruang Mawar RSUD Dr.Harjono Ponorogo, pada tahun 2014 jumlah pasien DM

baik tipe 1 maupun tipe 2 sejumlah 266 orang dengan rata-rata 22 pasien per

bulan. Sedangkan pada tahun 2015 jumlah pasien DM tipe 1 maupun tipe 2

sejumlah 321 orang dengan rata-rata 26 pasien per bulan. (Syahrul Munir, 2017).

Makhluk hidup membutuhkan nutrisi atau gizi untuk keberlangsungan

hidup. Karena nutrisi merupakan substansi organik yang berperan dalam semua

sistem kerja pada tubuh agar proses berlangsung secara normal (Graham, 2012).

Diabetes Melitus merupakan satu kelompok penyakit metabolisme dengan

karakterisitik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kinerja

insulin atau kedua-duanya. Malnutrisi atau kekurangan nutrisi dan obesitas atau

kelebihan gizi merupakan 2 dari beberapa faktor penyebab terjadinya penyakit

DM ini. Gejala klasik DM dengan glukosa darah sewaktu ≥ 200 mg/ dl (11.1

mmol/L) adalah poliuria, polydipsia dan berat badan turun tanpa sebab (ADA,

2010). Diet memegang peranan yang penting pada pasien DM. Banyak sekali

komplikasi yang bisa muncul jika pengendalian kadar gula darah pada penderita

Diabetes mellitus tidak segera dilakukan. Menurut (Sutrisno, 2012), komplikasi

dan penyakit serius yang dapat terjadi pada pasien DM yaitu jantung, stroke dan

gagal ginjal. Kepatuhan akan diet disini harus dilakukan seumur hidup secara

terus menerus dan rutin yang memungkinkan terjadinya kejenuhan pada pasien.

Pasien dengan DM membutuhkan perawatan oleh pelayanan kesehatan untuk

mendapat manajemen dan pencegahan terjadinya komplikasi seperti gangguan

pada sistem kardiovaskuler, sistem persyarafan, sistem integumen dan gangguan

pada ginjal (IDF, 2015).


4

Masalah nutrisi sangat berkaitan dengan penyakit dan pengobatan. Pada

pasien DM harus melakukan upaya pengendalian agar kadar gula darah terkendali.

Pengendalian kadar gula darah DM dapat dilakukan dengan menjalani lima pilar

yaitu edukasi, pengaturan makanan, olahraga, obat dan kontrol gula darah

mandiri. Pada upaya kendali DM yaitu mengatur pola makan dengan prinsip 3J

yaitu tepat jadwal, tepat jenis, dan tepat jumlah maka (Garnadi, 2012). Komplikasi

pada penderita diabetes mellitus dapat dilakukan pencegahan dengan melakukan

kontrol kadar gula darah, periksa rutin gula darah, konsumsi obat hipoglikemi,

olahraga dan patuh dalam diet (Riyadi dan Sukarmin, 2008). Kontrol kadar gula

darah bagi penderita diabetes mellitus sangatlah penting untuk menentukan

penanganan medis yang tepat. Sehingga mengurangi komplikasi dan membantu

penderita menyesuaikan atau mengatur pola makan, aktivitas fisik dan juga

kebutuhan kadar insulin untuk memperbaiki kadar gula darah sehari-hari

(Benjamin, 2010).

Mengingat jumlah penderita diabetes mellitus yang semakin meningkat,

upaya pencegahan yang dapat dilakukan perawat terutama pada penderita

diabetes mellitus dengan masalah ketidakseimbangan nutrisi kurang dari

kebutuhan yaitu memonitor asupan nutrisi pasien diabetes mellitus, memberikan

motivasi kepada pasien dan keluarga agar pasien selalu melaksanakan diit yang

diberikan dan memberikan edukasi kepada pasien dan keluarga tentang

pentingnya kebiasaan makan dan jumlah karbohidrat dan kalori yang konsisten,

keterkaitan makanan dan insulin, manajemen makanan serta menyesuaikan

rencana makan pada pasien diabetes mellitus (Smeltzer, 2015). Diabetes mellitus

juga dapat dicegah dengan cara melakukan olahraga secara rutin dan
5

mempertahankan BB yang ideal, mengurangi konsumsi makanan yang banyak

mengandung gula dan karbohidrat, jangan menguarangi jadwal makan atau

menunda waktu makan karena hal ini akan menyebabkan fluktuasi

(ketidakseimbangan) kadar gula, perbanyak konsumsi makanan yang banyak

mengandung serat seperti sayuran dan sereal, menghindari makanan tinggi lemak

dan dan yang mengandung tinggi kolesterol, dan hindari minuman yang

beralkohol dan kurangi konsumsi garam (Nurarif dan Kusuma, 2015).

Peran perawat untuk mengatasi masalah ketidakseimbangan nutrisi kurang

dar kebutuhan tubuh adalah dengan memberikan asuhan keperawatan pada pasien

Diabetes Melitus secara komprehensif, asuhan keperawatan yang akan diberikan

tersebut dapat meningkatkan kualitas hidup pasien menurut NOC (Nursing

Outcome Classification) (Mooerhad, 2013) dan NIC (Nursing Intervension

Classification) (Bullecheck, 2013). Tjokopurwo,(2012) Mengatakan bahwa diet

diabetes melitus adalah pengturan makanan yang diberikan kepada penderita DM

dimana diet yang dilakukan harus tepat jumlah energi yang harus dikonsumsi

dalam hitugan perhari, tepat jadwal sesuai 3 kali makanan utama dan 3 kali

makanan selingan dengan interval waktu 3 jam antara makan utama dan makan

selingan serta tepat jenis yaitu menghindari makanan yang tinggi kalori.

1.2 Batasan Masalah

Masalah dari studi kasus ini dibatasi pada Asuhan Keperawatan Diabetes

Melitus dengan Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh di

ruang Mawar RSUD Dr.Harjono Ponorogo.


6

1.3 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian dalam latar belakang masalah diatas maka rumusan

masalah studi kasus ini adalah “Bagaimanakah Asuhan Keperawatan pada pasien

Diabetes Melitus dengan Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang Dari Kebutuhan

Tubuh di ruang Mawar RSUD Dr.Harjono Ponorogo ?”

1.4 Tujuan Penulisan

1.4.1 Tujuan Umum

Melakukan asuhan keperawatan pada pasien penderita Diabetes

Mellitus yang mengalami masalah ketidakseimbangan nutrisi kurang dari

kebutuhan.

1.4.2 Tujuan Khusus

1. Melakukan pengkajian keperawatan pada pasien pasien Diabetes

Melitus dengan Masalah Keperawatan Ketidakseimbangan Nutrisi

Kurang Dari Kebutuhan Tubuh di ruang Mawar RSUD Dr.Harjono

Ponorogo.

2. Menetapkan Diagnosis pada pasien Diabetes Melitus dengan

Masalah Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang Dari Kebutuhan Tubuh

Menyusun perencanaan pada pasien Diabetes Melitus dengan

Masalah Keperawatan Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang Dari

Kebutuhan Tubuh ruang Mawar RSUD Dr.Harjono Ponorogo.


7

3. Merencanakan tindakan keperawatan pada pasien penderita diabetes

mellitus, terutama pada masalah ketidakseimbangan nutrisi kurang

dari kebutuhan

4. Melaksanakan tindakan keperawatan pada pasien Diabetes Melitus

dengan Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang Dari Kebutuhan Tubuh

di ruang Mawar RSUD Dr.Harjono Ponorogo.

5. Melakukan evaluasi keperawatan pada pasien Diabetes Melitus

dengan Masalah Keperawatan Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang

Dari Kebutuhan Tubuh di ruang Mawar RSUD Dr.Harjono

Ponorogo.

1.5 Manfaat Penulisan

1.5.1 Manfaat Teoritis

1. Hasil penelitian dapat menambah pengetahuan dan wawasan dalam

keperawatan tentang penanganan pasien dengan Diabetes Melitus

dengan Masalah Keperawatan Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang Dari

Kebutuhan Tubuh

2. Hasil penelitian ini bermanfaat untuk informasi dan penjelasan tentang

masalah Diabetes Melitus dengan Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang

Dari Kebutuhan Tubuh, sehingga Nutrisi pasien DM tercukupi..

1.5.2 Manfaat Praktis

1. Bagi Pasien

Mendapat layanan kesehatan berupa asuhan keperawatan yang tepat

dan benar serta mendapatkan pengetahuan yang baik tentang asuhan


8

keperawatan dan menambah wawasan tentang pemenuhan nutrisi bagi

pasien.

2. Bagi keluarga

Keluarga mendapatkan informasi tentang pemenuhan nutrisi DM guna

mempercepat proses penyembuhan.

3. Bagi profesi keperawatan

Sebagai ilmu keperawatan yang dapat digunakan sebagai referensi

landasan dan pedoman dalam melakukan tindakan keperawatan yang

efektif dan komperhensif pada pasien Diabetes Melitus dengan

Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang Dari Kebutuhan Tubuh.

4. Bagi Rumah Sakit

a) Sebagai masukan untuk meningkatkan asuhan keperawatan kepada

klien dengan dengan Masalah Keperawatan Ketidakseimbangan

Nutrisi Kurang Dari Kebutuhan Tubuh khususnya di Rumah sakit

untuk menjadikan asuhan keperawatan yang profesional dalam

lingkungan rumah sakit.

b) Sebagai bahan pertimbangan dalam upaya pemberian asuhan

keperawatn pada pasien Diabetes Melitus dengan Masalah

Keperawatan Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang Dari Kebutuhan

Tubuh di ruang Mawar RSUD Dr.Harjono Ponorogo.

5. Bagi Institusi Pendidikan

Menambah kepustakaan tentang kajian praktik intervensi keperawatan

yang dapat menambah ilmu keperawatan serta memberikan gambaran

dan sumber data serta informasi penulis Karya Tulis Ilmiah.


9

6. Bagi Penulis

Menerapkan ilmu yang telah didapatkan dalam pengembangan ilmu

keperawatan khususnya dalam pemberian diet pada pasien Diabetes

Melitus dengan Masalah Keperawatan Ketidakseimbangan Nutrisi

Kurang Dari Kebutuhan Tubuh


10

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Diabete Melitus

2.1.1 Definisi

Diabetes melitus merupakan penyebab hiperglikemi. Hiperglikemi

disebabkan oleh berbagai hal, namun hiperglikemi paling sering disebabkan oleh

diabetes melitus. Pada diabetes melitus gula menumpuk dalam darah sehingga

gagal masuk ke dalam sel. Kegagalan tersebut terjadi akibat hormon insulin

jumlahnya kurang atau cacat fungsi. Hormon insulin merupakan hormon yang

membantu masuknya gula darah (WHO, 2016).

Menurut International Diabetes Federation-7 tahun 2015, dalam

metabolisme tubuh hormon insulin bertanggung jawab dalam mengatur kadar

glukosa darah. Hormon ini diproduksi dalam pankreas kemudian dikeluarkan

untuk digunakan sebagai sumber energi. Apabila di dalam tubuh kekurangan

hormone insulin maka dapat menyebabkan hiperglikemi (IDF, 2015).

2.1.2 Etiologi

Penyebab resistensi insulin pada DM sebenarnya tidak begitu jelas, tetapi

faktor yang banyak berperan antara lain :

a. Faktor genetik

Penderita diabetes tidak mewarisi DM tipe itu sendiri, tetapi mewarisi

suatu predisposisi atau kecenderungan genetik kearah terjadinya Dm tipe

1. Kecenderungan genetik ini ditentukan pada individu yang memiliki tipe


11

antigen HLA (human leucocyte Antigen). HLA merupakan kumpulan gen

yang bertanggung jawab atas antigen transplantasi dan proses imun lainya

(Rendy & Margareth, 2012).

b. Faktor-faktor imunologi

Adanya respons otoimun yang merupakan respons abmormal dimana

antibody terarah pada jaringan normal tubuh dengan cara bereaksi

terhadap jaringan tersebut yang dianggap seolah-olah sebagai jaringan

asing. Yaitu otoantibodi terhadap sel-sel pulau langerhans dan insulin

endogen (Padila, 2012).

c. Faktor lingkungan

Virus atau toksin tertentu dapat memicu proses otoimun yang

menimbulkan destruksi sel b (Padila, 2012).

d. Gaya hidup stress

Stress kronis cenderung membuat seseorang mencari makanan yang cepat

saji yang kaya pengawet, lemak dan gula. Makanan seperti ini

berpengaruh besar terhadap kerja pankreas. Stress juga akan meningkatkan

kerja metabolisme dan juga meningkatkan kebutuhan sumber energi yang

berakibat pada kenaikan kerja pankreas. Beban yang tinggi membuat

pankreas mudah rusak sehingga berdampak pada penurunan insulin.

(Hasdinah, 2012).

e. Usia

Resistensi insulin cenderung meningkat pada usia diatas 65 tahun (Padila,

2012).
12

f. Obesitas

Obesitas mengakibatkan sel-sel b pankreas mengalami hipertrofi yang

akan berpengaruh pada penurunan produksi insulin. Hipertrofi pankreas

disebabkan karena peningkatan beban metabolisme glukosa pada penderita

obesitas untuk mencukupi energi sel yang terlalu banyak (Riyadi, Sujono,

Sukarmin, 2008).

2.1.3 Manifestasi Klinis

Menurut (Restiyana, 2015) gejala diabetes melitus dibedakan menjadi 2

yaitu akut dan kronik.

1. Gejala akut diabetes melitus yaitu: Poliphagia (banyak makan)

polidipsia (banyak minum), Poliuria (banyak kencing/sering kencing di

malam hari), nafsu akan bertambah namu berat badan turun dengan cepat

(5-10 kg dalam waktu 2-4 minggu), mudah lelah.

1) Poliuria (banyak kencing)

Sering buang air kecil, terjadi karena tingginya kadar gula

dalamdarah yang dikeluarkan lewat ginjal selalu diiringi oleh air

atau cairan tubuh makan buang air kecil menjadi lebih banyak,

bakhan tidur malam hari sering terganggu karena harus bolak–

balik ke kamar mandi.

2) Polidipsia (banyak minum)

Banyak urin yang keuar sehingga menyebabkan cairan dalam

tubuh berkurang sehingga kebutuhan minum meningkat.


13

3) Polifagia (banyak makan)

Rasa lapar yang berelebihan terjadi karena tubuh tidak mampu

lagi memindahkan energi ke dalam sel, menyebabkan sel menjadi

kelaparan. Dari sel–sel itu sendiri tidak memiliki kemampuan

untuk menghasilakn energi.

2. Gejala kronik diabetes melitus yaitu: Kesemutan, kulit terasa panas atau

seperti tertusuk tusuk jarum, rasa kebas di kulit, kram, kelelahan, mudah

mengantuk, pandangan mulai kabur, gigi mudah goyah dan mudah lepas,

kemampuan seksual menurun bahkan pada pria bisa terjadi impotensi,

pada ibu hamil sering terjadi keguguran atau kematian janin dalam

kandungan atau dengan bayi berat lahir lebih dari 4kg.

2.1.4 Patofisiologi

Apabila jumlah atau dalam fungsi/aktivitas insulin mengalami defisiensi

(kekurangan) insulin, hiperglikemia akan timbul dan hiperglikemia ini adalah

diabetes. Kekurangan insulin ini bisa absolut apabila pankreas tidak bisa

menghasilkan insulin, tetapi dalam yang normal, tetapi insulinya tidak efektif.

Hal ini tampak pada NIDDM (DM tipe 1). Kekurangan insulin dikatakan relatif

apabila pankreas menghasilkan insulin dalam jumlah yang normal, tetapi

insulinya tidak efektif. Hal ini tampak pada NIDDM (DM tipe 2), ada resistensi

insulin. Baik kekurangan insulin absolut maupun relatif akan mengakibatkan

gangguan metabolisme bahan bakar, yaitu karbohidrat, protein, dan lemak.

Tubuh memerlukan bahan bakar untuk melangsungkan fungsinya, membangun

jaringan baru, dan memperbaiki jaringan. Penting sekali bagi pasien untuk

mengerti bahwa diabetes hanya gangguan “gula” walaupun kriteria


14

diagnostiknya memakai kadar glukosa serum. Perawat perlu menjelaskan pada

pasien bahwa diabetes mempengaruhi cara tubuh memakai karbohidrat, pritein,

dan lemak (Mary Baradeto, 2008).

Diabetes adalah salah satu penyakit yang sulit dimengerti oleh pasien dan

pemberi asuhan. Pengertian penyakit DM mungkin bisa dipermudah dengan

mempelajari “the star player” diabetes melitus. Hormon berfungsi sebagai

“board of directord” dalam kaitan dengan metabolisme, yaitu mengarahkan dan

mengendalikan kegiatan. Board of directors mempunyai representasi pankreas

(insulin dan glukagon), kelenjar hipofisis (GH dan ACTH), korteks adrenal

(kortisol), sistem saraf autonomik (norepinefrin), dan medula adrenal (epinefrin).

Dari semua hormon yang dalam metabolisme glukosa , hanya insulin yang bisa

menurunkan glukosa darah. Hormon yang lainya adalah “countrregulatory

hormones” karena bisa membuat gula darah meningkat. Insulin adalah hormon

yang kurang (absolut atau relatif) dalam penyakit DM. Hormon insulin disintesis

(dihasilkan) oleh sel beta langerhans yang terdapat pada pankreas. Peran insulin

adalah melihat bahwa sel tubula dapat memakai bahan bakar. Insulin berperan

sebagai kunci yang bisa membuka sel agar bahan bakar bisa masuk kedalam sel.

Pada permukaan setiap sel terdapat reseptor (oleh insulin), glukosa dan asam

amino bisa masuk kedalam sel tubuh (Mary Baradeto, 2008).

Glukosa, asam amino, dan produk metabolik lainya tidak bisa masuk ke

dalam sel sehingga sel tanpa hormon insulin tidak bisa memakainya untuk

memperoleh energi. Glukosa yang tidak bisa masuk ke dalam sel akan tertimbun

dalam darah. Bagian endokrin pankreas memproduksi, menyimpan, dan

mengeluarkan hormon dari pulau langerhans. Pulau langerhans mengandung


15

empat kelompok khusus, yaitu alfa, beta, delta, dan sel F. Sel alfa menghasilkan

glukagon, sedangkan sel beta menghasilkan insulin. Kedua hormon ini

membantu mengatur metabolisme. Sel delta menghasilkan somatostatin (faktor

pengahambat pertumbuhan hipotalamik) yang bisa mencegah sekresi glukagon

dan insulin. Sel F menyekresi polipeptida pankreas yang dikeluarkan dalam

darah setelah individu makan. Fungsi pankreas polipeptida belum diketahui

secara jelas (Mary Baradeto, 2008).

Penyebab gangguan endokrin utama pankreas adalah produksi dan

kecepatan pemakaian metabolik insulin. Kurangnya insulin secara relatif dapat

mengakibatkan peningkatan glukosa darah dan glukosa dalam urin. Dalam

keadaan normal, makanan yang telah dicerna dalam gastrointestinal diubah

menjadi glukosa, lemak, dan asam amino serta masuk ke dalam peredaran darah.

Dengan insulin, hepar dapat mengambil glukosa, lemak, dan asam amino dari

peredaran darah. Hepar menyimpan glukosa dalam bentuk glikogen, yang lalu

disimpan dalam sel otot dan sel lemak. Cadangan ini (glikogen) dapat diubah

kembali menjadi glukosa apbila diperlukan (Mary Baradeto, 2008).

Kurangnya insulin, baik relatif maupun absolut, akan mengakibatkan

hiperglikemia dan terganggunya metabolisme lemak. Setelah makan, karena

insulin tidak cukup atau insulin tidak efektif, glukosa tidak bisa ditarik dari

peredaran darah dan glikogenesis akan terhambat. Karena sel tidak dapat

memperoleh bahan bakar, hepar memproduksi glukosa dan mengirim glukosa ke

dalam peredaran darah. Keadaan ini akan memperberat hiperglikemia. Jaringan

perifer yang dependen pada insulin seperti otot dan jaringan lemak tidak bisa
16

mengambil bahan bakar dari darah, akan memetabolisme glikogen yang

tersimpan dalam otot dan jaringan lemak (Mary Baradeto, 2008).

Transport asam amino kedalam sel otot memerlukan insulin, tanpa insulin,

sintesis dan ambilan ke dalam sel akan terganggu. metabilsme trigliserida, asam

lemak, dan gliserol juga ikut terganggu. Seharusnya yang terjadi adalah

lipogenesis pembentukan trigliserida, tetapi yang terjadi adalah lipolisis. Oleh

karena itu, hepar akan meneruskan dan meningkatkan pembentukan badan keton

dari asam lemak (Mary Baradeto, 2008).

Perubahan pada metabolisme ini mengakibatkan glukosuria karena

glukosa darah sudah mencapai kadar “ambang ginjal”, yaitu 180/mg/dl pada

ginjal yang normal. Dengan kadar glukosa darah 180 mg/dl, ginjal sudah tidak

dapat mereabsorpsi glukosadari filtrat glumerulus sehingga timbul glikosuria.

Karena glukosa menarik air, osmotik diuretik akan terjadi dan akan

mengakibatkan poliuria. Poliuria akan mengakibatkan hilangnya banyak air dan

elektrolit melalui urine, terutama natrium, klorida, kalium, dan fosfat. Hilangnya

air dan natriun akan mengakibatkan sering merasa haus dan peningkatan asupan

air. Karena sel tubuh juga mengalami kekurangan bahan bakar, pasien akan

sering merasakan lapar dan ada peningkatan asupan makanan. Pada IDDM,

limhkaran setan dengan hilangnnya banyak glukosa (lewat urine) dan glukosa

yang tidak dapat dipakai (dalam darah) akan mengakibatkan banyak kalori yang

hilang dan berat badan pasien menurun walaupun ia banyak makan.

Pada pemeriksaan laboratoriun (darah), dapat tampak:

1. Peningkatan serum glukosa, trigliserida, kolesterol dan data keton.

2. Penurunan serum natriun, kalium, klorida, dan fosfat.


17

Defisit insulin yang ringan dapat menimbulkan hiperglikemia dan

glikosuria setelah makan. Akan tetapi, defisit yang berat bisa menimbulkan

hiperglikemia, glikosuria dan katabolisme protein setiap saat.

Apabila perubahan yang telah dibahas tidak ditangani, komlikasi DM

kronis dan akut bisa timbul. Pada komplikasi akut, pasien bisa mengalami mual,

muntah-muntah, memberatnya masalah cairan elektrolit bisa dengan cepat

berkembang ke coma hyperglycemia atau diabetic ketoacidosis (DKA). Pada

komplikasi kronis, pasien bisa mengalami gangguan mikrovaskular,

mirocaskular, atau neuropati (Mary Baradeto, 2008).

2.1.5 Penatalaksanaan

Tujuannya :

a. Jangka panjang : Mencegah komplikasi

b. Jangka pendek : Menghilangnya keluhan/gejala DM

Penatalaksanaan DM

1. Diet

Perhimpunan Diabetes Amerika dan Persatuan Dietetik Amerika

merekomendasikan 50-60% kalori yang berasal dari :

a. Karbohidrat : 60-70%

b. Protein : 12-20%

c. Lemak : 20-30%

2. Obat Hipoglikemik Oral (OHO)

a. Sulfonilurea : obat golongan sulfoniurea bekerja dengan cara

1) Menstimulus penglepasan insulin yang tersimpan


18

2) Menurunkan ambang sekresi insulin

3) Meningkatkan sekresi insulin sebagai akibat rangsangan glukosa

b. Binguanid : menurunkan kadar glukosa darah tapi tidak sampai dibawah

normal

c. Inhibitor glukosidase : menghambat kerja enzim glukosidase di dalam

saluran cerna, sehingga menurunkan penyerapan glukosa dan

menurunkan hiperglikemia pasca prandial

d. Insulin sensiting agent : thoazahdine dianose meningkatkan sensitivitas

insulin, sehingga bisa mengatasi masalah retensi insulin tanpa

menyebabkan hipoglikemia, tetapi obat ini belum beredar di Indonesia

e. Insulin

Indikasi gangguan :

1. DM dengan berat badan menurun dengan cepat

2. Ketoasidosis asidosis laktat dengan koma hiperosmolar

3. DM yang mengalami stress berat (infeksi sistemik, operasi barat, dll)

4. DM dengan kehamilan atau DM gestasional yang tidak terkendali

dalam pola makan

5. DM tidak berhasil dikelola dengan obat hipoglikemik oral dengan

dosis maksimal (kontadiksi dengan obat tersebut)

Insulin oral/suntikan dimulai dari dosis rendah, lalu dinaikan perlahan,

sedikit demi sedikit sesuai dengan hasil pemeriksaan gula darah pasien

3. Latihan

latihan dengan cara melawam tahanan dapat menambah laju metabolisme

istirahat, dapat menurunkan BB, stress dan menyegarkan tubuh. Latihan


19

menhindari kemungkinan trauma pada ekstremitas bawah, dan hindari

latihan dalam udara yang sangat panas/dingin, serta pada saat pengendalian

metabolik buruk. Gunakan alas kaki yang tepat dan periksa kaki setiap hari

sesudah melakukan latihan

4. Pemantauan kadar gula darah secara mandiri

5. Terapi (jika diperlukan)

6. Pendidikan

2.1.6 Uji Diagnostik dan Laboratorium

Kriteria diagnostik untuk DM, gangguan toleransi glukosa, dan diabetes

gestasional:

1. Dewasa tidak hamil. Diagnosis DM pada orang dewasa, tidak hamil,

dibatasi pada orang yang menunjukkan kelainan dari salah satu diantara

pemeriksaan ini:

a. Glukosa puasa >126 mg/dl.

b. Adanya gejala DM, misalnya poliuria, polidipsia, berat badan

menurun tanpa penyebab jelas, dengan glukosa plasma > 200 mg/dl

yang diambil pada sembarang waktu.

c. Glukosa plasma dua jam postpradial >200 mg/dl waktu uji toleransi

glukosa oral dilakukan sesuai kriteria WHO, yaitu memakai glukosa

anhidrase 75 g, dilarutkan dalam air dan diminumkan pada pasien.

2. Gangguan uji toleransi glukosa. Glukosa plasma 2 jam postpradial>140

mg/dl dan kurang dari atau sama denagn 200 mg/dl waktu uji glukosa

oral. Uji toleransi glukosa dilakukan sesuai kriteria WHO.


20

3. Diabetes gestasional (ibu hamil). Setelah diberikan glukosa oral 100 g,

diabetes gestasional dapat terdiagnosis apabila dua nilai glukosa plasma

sama atau lebih dari:

a. Puasa: 105 mg/dl

b. Satu jam: 190 mg/dl

c. Dua jam: 165 mg/dl

d. Tiga jam: 145 mg/dl

Uji toleransi glukosa sudah tidak dugunakan lagi untuk mendiagnosis

penyakit DM, kecuali apabila dicurigai adanya diabetes gestasi dan akromegali,

uji diagnostik penyakit DM yang digunakan saat ini adalah fasting serum

glucose. Menurut petunjuk dari American Diabetes Association, kadar lebih dari

126 mg/dl pada dua kali pemeriksaan terpisah menunjukkan adanya DM.

Uji peptida C dapat menunjukkan apakah ada sekresi insulin. Pemeriksaan

ini sangat bermanfaat bagi pasien yang menerima insulin eksogen karena insulin

eksogen tidak mengandung peptida C.

Uji hemoglobin glikosilat (HbAlc) dapat pula dipakai karena hemoglobin

bisa bekaitan pada glukosa. Pemeriksaan ini bermanfaat dalam mengevaluasi

apakah ada perubahan yang mencolok pada glukosa saat ini dengan glukosa

darah sebelumnya.

Perawat atau pasien sendiri dapat memantau glukosa darah melalui

tusukan pada ujung jari (darah kapiler). Pemeriksaan ini dapat dilakukan

beberapa kali sehari, biasanya dengan puasa, sebelum setiap makan dan sebelum

tidur.
21

2.1.7 Komplikasi

(Damayanti, 2015) menurut Black & Hawks (2005); Smeltzer, et al (2008)

mengklasifikasikan komplikasi DM menjadi 2 kelompok besar, yaitu komplikasi

akut dan komplikasi kronis:

1. Akut

Terjadi akibat ketidakseimbangan akut kadar glukosa darah, yaitu:

hipoglikemia, diabetik ketoasidosis dan hiperglikemia hyperosmolar non

ketosis (Black & Hawks, 2005). Hipoglikemia secara harfiah berarti kadar

glukosa darah dibawah normal. Hipoglikemia merupakan komplikasi akut

(DM) yang dapat terjadi secara berulang dan dapat memperberat penyakit

(DM), bahkan menyebabkan kematian (Cyer, 2005). Hipoglikemia diabetik

(insulin reaction) terjadi karena peningkatan insulin dalam darah dan

penurunan kadar glukosa darah yang di akibatkan oleh terapi insulin yang

tidak adekuat(Tomky, 2005).

Resiko hipoglikemia terjadi akibat ketidasempurnaan terapi saat ini,

dimana pemberian insulin masih belum sepenuhnya dapat menirukan

(mimicking) pola sekresi insulin yang fisiologis (Sudoyo, et al. 2006).

Hipoglikemia lebih sering terjadi pada pasien (DM) tipe 1 dari pada pasien

(DM) tipe 2, namu juga dapat terjadi pada pasien (DM) tipe 2 yang

mendapatkan terapi insulin, dan merupakan faktor penghambat utama dalam

penanganan (DM) (Gabriely & Shamsoon, 2004).

2. Kronis
22

Komplikasi kronis terdiri dari komplikasi makrovaskuler, mikrovaskuler

dan neuropati:

a. Komplikasi makrovaskuler

Komplikasi ini diakibatkan karena perubahan ukuran diameter

pembuluh darah. Pembuluh darah akan menebal, sclerosis dan timbul

sumbatan (occlusion) akibat plaque yang menempel. Komplikasi

makrovaskuler yang paling sering terjadi adalah: penyakit arteri koroner,

penyakit cerebrovaskuler dan penyakit vaskuler perifer (Smeltzer, et al

2008).

b. Komplikasi mikrovaskuler

Perubahan mikrovaskuler melibatkan kelainan struktur dalam

membrane pembuluh darah ini menyebabkan dinding pembuluh darah

meneba, dan mengakibatkan penurunan perfusi jaringan. Komplikasi

mikrovaskuler terjadi di retina yang menyebabkan retinopati diabetik dan

di ginjal menyebabkan nefropati diabetik (Sudoyo, et al. 2006).

c. Komplikasi neuropati

Neuropati diabetik merupakan sindroma penyakit yang

mempengaruhi semua jenis saraf, yaitu saraf perifer, otonom dan spinal

(Sudoyo, et al. 2006). Komplikasi neuropati perifer dan otonom

menimbulkan permasalahan di kaki, yaitu berupa kaki diabetik, pada

umumnya tidak terjadi dalam 5-10 tahun pertama setelah didiagnosis,

tetapi tanda-tanda komplikasi mungkin ditemukan pada saat mulai

terdiagnosis (DM) tipe 2 karena (DM) yang dialami pasien tidak

terdiagnosis selama beberapa tahun (Smeltzer, et al. 2008).


23

2.1.8 Diet Diabetes Melitus (DM)

1. Terapi Nutrisi Medis (TNM)/Diet

Terapi Nutrisi Medis (TNM)/diet merupakan hal yang

sangatpenting dalam pencegahab DM, mengelola DM jika sudah terjadi,

dan mncegah atau setidaknya memperlambat tingkat perkembangan

komlikasi DM (ADA, 2008). Tjokopurwo, 2012. Mengatakan bahwa diet

diabetes melitus adalah pengturan makanan yang diberikan kepada

penderita DM dimana diet yang dilakukan harus tepat jumlah energi yang

harus dikonsumsi dalam hitugan perhari, tepat jadwal sesuai 3 kali

makanan utama dan 3 kali makanan selingan dengan interval waktu 3 jam

antara makan utama dan makan selingan serta tepat jenis yaitu

menghindari makanan yang tinggi kalori.

2. Kebutuhan kalori

Cara untuk menentukan kebutuhn kalori pada penderita diabetes

melitus yaitu dengan memperhitungkan kebutuhan kalori basal yang

besarnya 25-30 kalori/KgBB ideal. Kebutuhan kalori ini dipengaruhi oleh

beberapa faktor (Perkeni, 2011), antara lain :

a) Jenis kelamin

Kebutuhan kalori pada wanita lebih kecil daripada pria. Kebutuhan

kalori wanita sebesar 26 kal/KgBB dan untuk pria 30 kal Kg/BB.

b) Usia

Penderita DM usia diatas 40 tahun, kebutuhan kalori dikurangi 5%

untuk dekade antara 40 dan 59 tahun, 10% untuk dekade antara 60 dan

69 tahun dan 20% untuk usia diatas 70 tahun.


24

c) Berat badan

Kebutuhan kalori pada penderita yang megalami kegemukan dikurangi

sekitar 20-30%, sedangkan pada penderita yang kurus ditambahi

sekitar 20-30% sesuai dengan kebutuhan untuk mningkatkan berat

badan. Makanan sejumlah kalori dengan komposisi tersebut dibagi

dalam 3 porsi besar untuk makan pagi (20%), siang (30%) dan sore

(25%) serta 2-3 porsi makanan ringan (10-15%).

d) Pemilihan Jenis Makanan

Penderita DM harus mengetahui dan memahami jenis makanan apa

yang boleh dimakan secara bebas, makanan yang harus dibatasi dan

makanan yang harus dibatasi sevara ketat (Almatsier, 2008). Makanan

yang dianjurkan adalah makanan yang mengandung sumber

karbohidrat kompleks (seperti nasi, roti.mie, kentang, singkong, ubi

dan sagu), mengandung protein rendah lemak (seperti ikan, ayam

tanpa kulit, tempe, tahu, dan kacang-kacangan) dan sumber lemak

dalam jumlah terbatas yaitu bentuk makanan yang diolah dengan cara

dipanggang.

Penderita DM juga harus membatasi makanan dari jenis gula,

minyak dan garam. Makanan untuk diet DM biasanya kurang

bervariasi, sehingga banyak penederita DM yang merasa bosan.hal itu

diperbolehkan asalkan penggunaan makanan penukar memiliki


25

kandungan gizi yang sama dengan makanan yang dihantikan (Suyono,

2011).

e) Pengaturan Jadwal Makan

Penderita DM makan sesuai jadwal, yaitu 3 kali makan utama dan

3 kali makan selingan dengan interval waktu 3 jam.

Jadwal makan standar untuk penerita DM yaitu :

Tabel 2.1 Jadwal makan standart untuk penderita DM

JENIS MAKANAN WAKTU TOTAL KALORI


MAKAN PAGI 07.00 20%
SELINGAN 10.00 10%
MAKAN SIANG 13.00 30%
SELINGAN 16.00 10%
MAKAN 19.00 20%

SORE/MALAM
SELINGAN 21.00 10%

f) Jenis diet dan indikasi pemberian

Diet yang digunakan sebagai bahan penatalaksanaan Diabetes

Melitus dikontrol berdasarkan kandungan energi, protein, lemak an

karbohidrat. Sebagai pedoman dipakai 8 jenis Diet Diabetes Melitus.

Jenis diet DM berdasarkan kandungan energi, protein, lemak dan

karbohidrat.

Tabel 2.2 Jenis diet DM


26

JENIS ENERGI PROTEIN LEMAK KARBOHIDRAT

DIET (KCAL) (GR) (GR) (GR)


I 1100 43 30 172
II 1300 45 35 192
III 1500 51,5 36,5 235
IV 1700 55,5 36,5 275
V 1900 60 48 299
VI 2100 62 53 319
VII 2300 73 59 369
VIII 2500 80 62 369
Sumber : penuntun Diet, Instalasi Gizi Perjan RS Dr. Cipto

Mangunkusumo

g) Bahan makanan sehari

Jumlah bahan makanan sehari untuk setiap standar diet Diabetes Melitus

dinyatakan dalam satuan penukar, dapat dijelaskan sebagai berikut:

Tabel 2.3 Jumlah bahan makanan diet Diabetes Melitus

STANDAR DIET (KCAL)


GAMBARA 1100 130 1500 170 1900 210 2300 2500

N BAHAN 0 0 0

MAKANAN
NASI 2,5 3 4 5 5,5 6 7 7,5

(PEMBERI)
IKAN 2 2 2 2 2 2 2 2

(PENUKAR)
DAGING 1 1 1 1 1 1 1 1

(PENUKAR)
TEMPE 2 2 2,5 2,5 3 3 3 3
27

(PENUKAR)
SAYURAN S S S S S S S S

(PENUKAR

A)
SAYURAN 2 2 2 2 2 2 2 2

(PENUKAR

B)
BUAH 4 4 4 4 4 4 4 4

(PENUKAR)
SUSU - - - - - - 1 1

(PENUKAR)
MINYAK 3 4 4 4 6 7 7 7

(PENUKAR)

h) Bahan Makanan yang dianjurkan

Bahan maknan yang dianjurkan untuk Diet DM adalah sebagai

berikut:

a. Sumber karbohidrat kompleks, seperti nasi, roti, mie, kentang,

singkong, ubi, dan sagu.

b. Sumber protein rendah lemak,seperti ikan,ayam tanpa kulit,

susu skim, tempe, tahu, kacang-kacangan.

c. Sember lemak dalam jumlah terbatas yaitu bentuk makanan

yang mudah di cerna. Makanan terutama diolah dengan cara

dipanggang, dikukus, disetup, direbus, dan dibakar.

i) Bahan makanan yang tidak dianjurkan (dibatasi/dihindari)

Bahan makanan yang tidak dianjurkan, dibatasi, atau dihindari

untuk diet DM, adalah :

a. Mengandung banyak gula sederhana, seperti :


28

1. Gula pasir, gula jawa

2. Sirop, jam, jeli, buah-buahan yang diawetkan dengan gula,

susu kental manis, minuman botol ringan,es krim

3. Kue-kue manis, dodol, cake, dan tarcis.

b. Megandung banyak natrium, seperti ikan asin, telur asin,

makanan yang diawetkan.

2.2 Konsep Asuhan Keperawatan Diabetes Melitus

2.2.1 Pengkajian

Menurut NANDA (2013), fase pengkajian merupakan sebuah komponen

utama untuk mengumpulkan informasi, data, menvalidasi data,

mengorganisasikan data, dan mendokumentasikan data. Pengumpulan data

antara lain meliputi :

A. Biodata

1. Identitas Pasien (nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan,

pekerjaan, agama, suku, alamat,status, tanggal masuk, tanggal pengkajian,

diagnose medis).

2. Identitas penanggung jawab (nama,umur,pekerjaan, alamat, hubungan

dengan pasien).

B. Riwayat kesehatan
29

1. Keluhan utama , biasanya keluhan utama yang dirasakan pasien saat

dilakukan pengkajian. Pada pasien post debridement ulkus kaki diabetik

yaitu nyeri 5 – 6 (skala 0 - 10).

2. Riwayat kesehatan sekarang

Data diambil saat pengkajian berisi tentang perjalanan penyakit pasien

dari sebelum dibawa ke IGD sampai dengan mendapatkan perawatan di

bangsal.

3. Riwayat kesehatan dahulu

Adakah riwayat penyakit terdahulu yang pernah diderita oleh pasien

tersebut, seperti pernah menjalani operasi berapa kali, dan dirawat di RS

berapa kali.

4. Riwayat kesehatan keluarga

Riwayat penyakit keluarga , adakah anggota keluarga dari pasien yang

menderita penyakit Diabetes Mellitus karena DM ini termasuk penyakit

yang menurun.

C. Pola Fungsional Gordon

1. Pola persepsi kesehatan: adakah riwayat infeksi sebelumnya,persepsi

pasien dan keluarga mengenai pentingnya kesehatan bagi anggota

keluarganya.

2. Pola nutrisi dan cairan : pola makan dan minum sehari – hari, jumlah

makanan dan minuman yang dikonsumsi, jeni makanan dan minuman,

waktu berapa kali sehari, nafsu makan menurun / tidak, jenis makanan

yang disukai, penurunan berat badan.


30

3. Pola eliminasi : mengkaji pola BAB dan BAK sebelum dan selama sakit ,

mencatat konsistensi,warna, bau, dan berapa kali sehari, konstipasi,

beser.

4. Pola aktivitas dan latihan : reaksi setelah beraktivitas (muncul keringat

dingin, kelelahat/ keletihan), perubahan pola nafas setelah aktifitas,

kemampuan pasien dalam aktivitas secara mandiri.

5. Pola tidur dan istirahat : berapa jam sehari, terbiasa tidur siang, gangguan

selama tidur (sering terbangun), nyenyak, nyaman.

6. Pola persepsi kognitif : konsentrasi, daya ingat, dan kemampuan

mengetahui tentang penyakitnya

7. Pola persepsi dan konsep diri : adakah perasaan terisolasi diri atau

perasaan tidak percaya diri karena sakitnya.

8. Pola reproduksi dan seksual

9. Pola mekanisme dan koping : emosi, ketakutan terhadap penyakitnya,

kecemasan yang muncul tanpa alasan yang jelas.

10. Pola hubungan : hubungan antar keluarga harmonis, interaksi ,

komunikasi, car berkomunikasi

11. Pola keyakinan dan spiritual : agama pasien, gangguan beribadah selama

sakit, ketaatan dalam berdo’a dan beribadah.

D. Pemeriksaan Fisik

1. Tingkat kesadaran

Normal, Letargi, Stupor, Koma (tergantung kadar glukosa yang dimiliki

dan kondisi fisiologis untuk melakukan kompensasi kelebihan gula).

2. Tanda-tanda vital
31

Frekuensi nadi dan tekanan darah takikardi (terjadi kekurangan energi

sehingga jantung melakukan kompensasi untuk meningkatkan

pengiriman), hipertensi (karena peningkatan vasokonstriksi oleh glukosa

sehingga terjadi peningkatan pada dinding pembuluh darah dan risiko

terbentuknya plak pada pembuluh darah, kondisi ini terjadi pada fase

Diabetes Melitus yang sudah lama atau penderita yang mempunyai bakat

hipertensi).

a) Frekuensi pernafasan : takipneu (pada kondisi ketoasidosis)

b) Suhu tubuh : demam (pada penderita dengan komplikasi infeksi pada

luka atau jarigan lain), hipotermia (pada penderita yang tidak

mengalami infeksi atau penurunanmetabolik akibat menurunya

masukan nutrisi secara drastis).

c) Berat badan melalui penampilan atau pengukuran : kurus ramping

(pada diabetes melitus fase lanjutan dan lama tidak terapi), gemuk,

padat, gendut (pada fase awal penyakit atau penderita lanjutan

dengan pengobatan yang rutin dan pola makan yang masih tidak

terkontrol).

3. Kulit

a) Warna : perubahan-perubahan pada melanin, keretonemia (pada

penderita yang mengalami peningkatan trauma mekanik yang

berkaitan dengan luka sehingga menimbulkan gangrene, tampak

warna kehitam-hitaman disekitar luka. Daerah yang sering terkena

luka adalah ekstremitas bawah).


32

b) Kelemahan : lembab (pada penderita yang tidak mengalami

diuresis, osmotik dan tidak mengalami dehidrasi).

c) Suhu : dingin (pada penderita yang tidak mengalami infeksi dan

menurunya masukan nutrisi, hangat (mengalami infeksi atau

kondisi intake nutrisi normal sesuai aturan diet).

d) Teksture : halus (cadangan lemak dan glikogen belum banyak

dibongkar.

e) Turgor : menurun pada dehidrasi

4. Kuku

Warna : pucat, sianosis (penurunan perfusi pada kondisi ketoasidosis

atau komplikasi infeksi saluran pernafasan).

5. Rambut

a. Kuantitas : tipis (banyak yang rontok karen buruknya sirkulasi),

lebat.

b. Penyebaran : jarang

c. Tekstur : halus dan kasar

6. Mata dan kepala

a) Kepala

1) Rambut : termasuk kuantitas, penyebaran dan tekstur antara :

kasar dan halus.

2) Kulit kepala : termasuk benjolan, lesi, antara lain : kista pilar dan

psoriasis (yang rentan terjadi pada penderita Diabetes Melitus

karena penurunan antibodi).

3) Tulang tengkorak : termasuk ukuran dan kontur.


33

4) Wajah : termasuk simetris dan ekspresi wajah, antara lain :

paralisis wajah (pada penderita dengan komplikasi stroke, dan

emosi.

b) Mata

Yang perlu dikaji yaitu lapang pandang dari masing-masing mata

(ketajaman menghilang).

Inspeksi :

a. Posisi dan kesejajaran mata : mungkin muncul eksoftalmikus,

strabismus.

b. Alis mata : dermatitis, seborea (penderita sangat berisiko

tumbuhnya mikroorganisme dan jamur pada kulit).

c. Kelopak mata

d. Aparatus akrimalis : mungkin ada pembengkakan sakus

lakrimalis.

e. Sklera dan konjungtiva : seklera mungkin ikterik. Konjungtiva

anemis pada penderita yang sulit tidur karena banyak kencing

pada malam hari.

f. Kornea, iris, dan lensa : opaksitas atau katarak (penderita

Diabetes Melitus sangat berisiko pada kekeruhan lensa mata).

g. Pupil : miosis, midriasis atau anisokor.

7. Telinga

a) Daun telinga dilakukan inspeksi : simetris kanan kiri.

b) Lubang telinga : produksi serumen tidak sampai mengganggu

diameter lubang.
34

c) Gendang telinga : kalau tidak tertutup serumen berwarna putih

keabuan dan masih dapat bervariasi dengan baik apabila tidak

mengalami infeksi sekunder.

d) Pendengaran : pengkajian ketajaman terhadap bisikan atau tes

garputala dapat mengalami penurunan.

8. Hidung

Jarang terjadi pembesaran polip dan sumbatan hidung kecuali ada infeksi

sekunder seperti influenza.

9. Mulut dan faring

a) Inspeksi

1) Bibir : sianosis, pucat (apabila mengalami asidosis atau penurunan

perfusi jaringan perifer pada stadium lanjut).

2) Mukosa oral : kering (dalam kondisi dehidrasi akibat diuresis

osmosis).

3) Gusi perlu diamati kalau ada ginggivitis karena penderita rentan

terhadap pertumbuhan mikroorganisme.

4) Langit-langit mulut : mungkin karena pasien mengalami

penurunan kemampuan personal hygiene akibat kelemahan fisik.

5) Lidah mungkin berwarna keputihan dan berbau akibat penurunan

oral hygiene.

6) Faring mungkin terlihat kemerahan akibat prses peradangan.

10. Leher

Pada infeksi jarang tampak distensi vena jugularis, pembesaran kelenjar

limfe leher dapat muncul apabila ada infeksi sitemik.


35

11. Toraks dan paru-paru

a) Inspeksi frekuensi : irama, kedalaman dan upaya bernafas antara lain :

takipneu, hipernea, dan pernafasan Chyne Stoke (pada kondisi

ketoasidosis).

b) Amati bentuk dada : normal atau dada tong.

c) Dengarkan pernafasan pasien

1) Stidor pada obstruksi jalan nafas

2) Mengi (apabila penderita sekaligus mempunyai riwayat astma atau

bronkitis kronik)

12. Dada

a) Dada posterior

1) Inspeksi antara lain : deformitas, atau asimetris dan retruksi

insipasi abdomen

2) Palpasi antara lain : adanya nyeri tekan atau tidak

3) Perkusi antara lain : pekak terjadi jika cairan atau jaringan padat

menggantikan bagian paru yang normalnya terisi udara

4) Auskultasi antara lain : bunyi nafas vesikuler, bronkovasikuler

b) Dada anterior

1) Inspksi antara lain : deformitas atau asimetris

2) Palpasi antara lain : adanya nyeri tekan, ekspansi pernafasan

3) Perkusi antara lain : pada penderita normal area paru terdengan

sonor

4) Auskultasi bunyi nafas vesikuler

13. Aksila
36

a) Inspeksi terhadap kemerahan, infeksi, dan pigmentasi

b) Palpasi kelenjar sentralis apakah ada limfodenopati

14. Sistem kardiovaskuler

Adanya riwayat hipertensi, infarkmiokard akut, takikardi, tekanan darah

yang cenderung meningkat, disritmia, nadi yang menurun, rasa

kesemutan dan kebas pada ekstremitas merupakan tanda dan gejala dari

penderita Diabetes Melitus.

15. Abdomen

a) Inspeksi : pada kulit apakah ada strie dan simetris adanya

pembesaran organ (pada penderita dengan penyerta penyakit sirosis

hepatis atau hepatomegali dan splenomegali).

b) Auskultasi : auskultasi bising usus apakah terjadi penurunan atau

peningkatan motilitas

c) Perkusi : perkusi abdomen terhadap proporsi dan pola tymphani serta

kepekaan

d) Palpasi : palpasi untuk mengetahui adanya nyeri tekan atau massa

16. Ginjal

Palpasi ginjal apakah ada nyeri tekan sudut kosta verbal.

17. Genetalia

Pada inspeksi apakah ada timosis pada preposium dan apakah ada

ipospadia pada meatus uretra, apakah ada kemerahan pada kulit skrotum.

18. Sistem muskuloskeletal

Inspeksi persendian dan jaringan sekitar saat anda memeriksa berbagai

kondisi tubuh. Amati kemudahan dan rentang gesekan kondisi jaringan


37

sekitar, setiap deformitas muskuloskeletal, termasuk karvatura abnormal

dari tulang belakang. Sering mengalami penurunan kekuatan

muskuloskeletal dibuktikan dengan skor kekuatan otot yang menurun

dari angka 5.

19. Sistem neurosensori

Penderita DM biasanya merasakan gejala seperti :

a) Pusing

b) Sakit kepala

c) Kesemutan, bebas kelemahan otot, parestesia

d) Gangguan penglihatan
38

2.3 Pathways

Gambar 2.1 Pathways

-Faktor genetik Gula dalam darah tidak dapat


Kerusakan sel beta Ketidakseimbangan
-Infeksi virus produksi insulin dibawa masuk dalam sel

-Pengrusakan
imunologik
Glukosuria Batas melebihi Hiperglikemia Anabolisme protein menurun
ambang ginjal

Dieresis osmotik Vikositas darah Syok Kerusakan pada antibody


meningkat ggghgggfdgsggggg

Poliuria – Retensi Aliran darah Koma diabetik Kekebalan tubuh menurun


urine lambat

Risiko infeksi Neurepati sensori perifer


Kehilangan Iskemik jaringan
elektrolit dalam sel

Dehidrasi Ketidakefektifsn perfusi Nekrosis luka Klien tidak merasa sakit


jaringan perifer

Gangrene Kerusakan integritas


Risiko syok
Kehilangan kalori jaringan

Merangsang Sel kekurangan bahan untuk Protein dan lemak BB menurun


hipotalamus metabolisme dibakar

Pusat lapar dan


Katabolisme lemak Pemecahan protein Keletihan
haus

Polidipsia Asam lemak


Keton Ureum
polipagia

Ketidakseimbang
an nutrisi kurang Keteasidosis
dari kebutuhan
tubuh
39

2.4 Diagnosa Keperawatan

1. Ketidakseibangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d gangguan

keseimbangan insulin, makanan, dan aktivitas jasmani.

2. Risiko syok b.d ketidakmampuan elektrolit kedalam sel tubuh,

hipovolemia.

3. Kerusakan integritas jaringan b.d nekrosis kerusakan jaringan (nekrosi

luka gangren).

4. Risiko infeksi b.d trauma jaringan, proses penyakit (diabetes melitus).

5. Retensi urine b.d inkomplit pengosongan kandung kemih, sfingter kuat

dan poliuri.

6. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer b.d penurunan sirkulasi darah ke

perifer, proses penyakit DM.

7. Risiko ketidak seimbangan elektrolit b.d gejala poliuria dan dehidrasi.

8. Keletih
2.5 Rencana Asuhan Keperawatan

Tabel 2.4 Rencana Asuhan Keperawatan

No Diagnosa Keperawatan NOC NIC


.
1. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari NOC NIC
kebutuhan tubuh : Asupan nutrisi tidak Nutritional status : Nutrition Manajemen
cukup untuk memenuhi kebutuhan 1. Nutritional status : food and fluid intake 1. Kaji adanya alergi makanan
metabolik 2. Nutritional status : nutrien intake 2. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
Batasan karakteristik : 3. Weight control menentukan jumlah kalori dan nutrisi
1. Kram abdomen Kriteria Hasil : yang dibutuhkan pasien
2. Nyeri abdomen 1. Adanya peningkatan BB sesuai dengan 3. Anjurkan pasien untuk meningkatkan
3. Menghindari makanan tujuan intake Fe
4. BB 20% atau lebih dibawah BB ideal 2. BB ideal sesuai dengan TB 4. Anjurkan pasien untuk meningkatkan
5. Kerapuhan kapiler 3. Mampu mengidentifikasi kebutuhan protein dan Vit C
6. Diare nutrisi 5. Berikan substansi gula
7. Kehilangan rambut berlebihan 4. Tidak ada tanda-tanda malnutrisi 6. Yakinkan diet yang dimakan
8. Bising usus hiperaktif 5. Menunjukan peningkatan fungsi mengandung tinggi serat untuk
9. Kurang makanan pengecap dari menelan mencegah konstipasi
10. Kurang informasi 6. Tidak terjadi penurunan BB yang berarti 7. Berikan makanan yang terpilih (sudah
11. Kurang minat pada makanan dikonsultasikan dengan ahli gizi)
12. Penurunan BB dengan asupan makanan 8. Ajarkan pasien bagaimana membuat
adekuat catatan makanan harian
13. Kesalahan konsepsi 9. Monitor jumlah nutrisi dan kandungan
14. Kesalahan informasi kalori
15. Membran mukosa pucat 10. Berikan informasi tentang kebutuhan
16. Ketidakmampuan memakan makanan nutrisi
17. Tonus otot menurun 11. Kaji kemampuan pasien untuk
18. Mengeluh gangguan sensasi rasa mendapatkan nutrisi yang dibutuhkan
19. Mengeluh asupan makanan kurang dari Nutrition Monitoring
RDA (Recomendeded Daily Allowed) 1. BB pasien dalam batas normal
20. Cepat kenyang setelah makan setelah 2. Monitor adanya penurunan BB
makan 3. Monitor tipe dan jumlah aktivitas yang
21. Sariawan rongga mulut bisa dilakukan
22. Steatorea 4. Monitor interaksi anak atau orang tua
23. Kelemahan otot pengunyah selama makan
24. Kelemahan otot untuk menelan 5. Jadwalkan pengobatan dan tindakan
Faktor-faktor yang berhubungan : tidak selama jam makan
1. Faktor biologis 6. Monitor kulit kering dan perubahan
2. Faktor ekonomi pigmentasi
3. Ketidakmampuan untuk mengabsorbsi 7. Monitor turgor kulit
nutrien 8. Monitor lingkungan selama makan
4. Ketidakmampuan untuk mencerna 9. Monitor kekeringan, rambut kusam, dan
makanan mudah patah
5. Ketidakmampuan menelan makanan 10. Monitor mual dan mutah
6. Faktor psikologis 11. Monitor kadar albumin, total protein,
Hb, dan kadar Ht
12. Monitor pertumbuhan dan
perkembangan
13. Menitor pucat, kemerahan, dan
kekeringan jaringan konjungtiva
14. Monitor kalori dan intake nutrisi
15. Catat adanya oedema, hiperemik,
hipertonik papila lidah dam cavitas oral
16. Catat bila lidah berwarna magenta,
scarlet
2.6 Implementasi

Implementasi adalah pelaksanaan dari rencana intervensi untuk mencapai

tujuan yang spesifik.Tahap implementasi dimulai setelah rencana intervensi

disusun dan ditujukan pada nursing orders untuk membantu klien mencapai

tujuan yang diharapakan.Oleh karena itu rencana intervensi yang spesifik

dilaksanakan untuk memodifikasi factor-faktor yang mempengaruhi masalah

kesehatan klien. Tujuan dari implementasi adalah membantu klien dalam

mencapai tujuan yang telah ditetapkan yang mencakup peningkatan kesehatan,

pencegahan penyakit, pemulihan kesehatan dan memfasilitasi koping (Nursalam,

2008).

2.7 Evaluasi

Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses keperawatan

yang menandakan keberhasilan dari diagnosis keperawatan, rencana intervensi,

dan implementasinya. Tahap evaluasi memungkinkan perawat untuk memonitor

kealpaan yang terjadi selama tahap pengkajian, analisis, perencanaan, dan

implementasi evaluasi (Nursalam, 2008).


BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian

Penelitian ini dirancang dengan bentuk studi kasus. Rancangan

penelitian adalah sesuatu yang sangat penting dalam penelitian,

memungkinkan pengontrolan maksimal beberapa faktor yang dapat

memengaruhi akurasi suatu hasil. Rancangan penelitian digunakan dalam

dua hal, yang pertama, rancangan penenlitian merupakan suatu strategi

penelitian dalam mengidentifikasi permasalahan sebelum perencanaan

akhir pengumpulan data dan kedua, rancangan penelitian digunakan untuk

mendefinisikan struktur penelitian yang akan dilaksanakan (Nursalam,

2016:157).

Studi kasus merupakan rancangan penelitian yang mencakup

pengkajian satu unit penelitian secara intensif. Sangat penting untuk

mengetahui variable yang berhubungan dengan masalah penelitian.

Rancangan dari suatu studi kasus bergantung pada keadaan kasus namun

tetap mempertimbangkan faktor prnrlitian waktu. Riwayat dan pola

perilaku sebelumnya biasanya dikaji secara rinci. Keuntungan yang paling

besar dari rancangan ini adalah pengkajian secara rinci meskipun jumlah

respondennya sedikit, sehingga akan didapatkan gambaran satu unit

subyek secara jelas (Nursalam, 2008:81).


Studi kasus ini adalah studi untuk mengeksplorasi masalah Asuhan

Keperawatan Diabetes Melitus dengan Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang

dari Kebutuhan Tubuh di ruang Mawar RSUD Dr.Harjono Ponorogo.

3.2 Teknik Penulisan

Teknik penulisan menggambarkan gaya penyajian informasi dalam

tulisan imiah. Teknik penulisan yang digunakan dalam penyusunan karya

tulis ilmiah ini adalah deskriptif.

Teknik penulisan dalam studi kasus ini adalah Diabetes Melitus

dengan Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh

tentang, maka penyusun studi kasus harus menjabarkan tentang konsep

Diabetes Melitus dan Asuhan keperawatan pada pasien dengan

Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh. Teknik

penulisan disusun secara naratif dan apabila diperlukan ditambahkan

informasi kualitatif sebagai penciri dari batasan yang dibuat oleh penulis.

3.3 Lokasi dan Waktu

a. Lokasi

Penelitian ini dilaksanakan di ruang Mawar RSUD Dr.Harjono

Ponorogo.

b. Waktu penelitian

Proses pembuatan studi kasus ini dimulai pada bulan Oktober 2018 sampai

pada bulan April 2019.


3.4 Alur Kerja (Frame Work)

Lokasi

Ruang Mawar RSUD Dr.Harjono Ponorogo.

Partisipant

Pemberian Inform Consent kepada Pasien Diabetes Melitus dengan

Masalah Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh.

Metode

Wawancara dan melakukan observasi

Pengambilan data

Pengambilan data dengan melakukan pengkajian, implementasi dan evaluasi

Hasil
Asuhan Keperawatan pada Pasien Diabetes Melitus dengan Masalah

Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh di Ruang Mawar

RSUD Dr.Harjono Ponorogo.

Gambar 3.1 Kerangka Kerja Pasien Diabetes Melitus dengan Masalah

Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh

1. Prosedur Penelitian

a. Pengajuan judul

b. Membuat latar belakang masalah yang diambil

c. Mengumpulkan data tentang nutrisi

d. Melakukan survey di RSUD Dr.Harjono Ponorogo

e. Membuat proposal

f. Melakukan pengkajian asuhan keperawatan

g. Menganalisis data

h. Merencanakan tindakan asuhan keperawatan

i. Melakukan tindakan asuhan keperawatan

j. Melakukan evaluasi kegiatan

2. Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data adalah suatu proses pendekatan kepada subyek dan

proses pengumpulan karakteristik subyek yang diperlukan dalam suatu

penelitian. Langkah-langkah dalam pengumpulan data bergantung pada

rancangan penelitian dan tehnik instrument yang digunakan. Selama proses

pengumpulan data, peneliti memfokuskan pada penyediaan subyek, melatih


tenaga pengumpulan data (jika diperlukan), memperhatikan prinsip-prinsip

validitas dan reliabilitas, serta menyelesaikan masalah-masalah yang terjadi

agar dapat terkumpul sesuai dengan rencana yang ditetapkan (Nursalam,

2008: 111).

1) Wawancara

Wawancara adalah suatu metode yang dipergunakan untuk

mengumpulkan data, dimana peneliti mendapatkan keterangan atau

informasi secara lisan dari seseorang sasaran penelitian (responde), atau

bercakap-cakap berhadapan muka dengan orang tersebut (face to face).

Data tersebut diperoleh secara langsung dari responden melalui suatu

pertemuan atau percakapan. Wawancara sebagai pembantu utama dari

metode observasi. Gejala-gejala sosial yang tidak dapat terlihat atau

diperoleh melalui observasi dapat digali dari wawancara.

Wawancara bukanlah sekedar memperoleh angka lisan saja, sebab

dengan wawancara peneliti akan dapat:

a) Memperoleh kesan langsung dari responden.

b) Menilai kebenaran yang dikatakan oleh responden.

c) Membaca air muka (mimik) dari responden.

d) Memberikan penjelasan bila pertanyaan tidak dimengerti responden.

e) Memancing jawaban apabila jawaban macet.

Dalam pelaksanaan penelitian, wawancara kadang bukan

merupakan hal yang terpisah khusus, melaikan merupakan pelengkap


atau suplemen bagi metode-metode yang lain. Diharapkan dengan

wawancara ini diperoleh suatu data yang lebih valid.

Dalam wawancara hendaknya antara pewawancara (interviewer)

dengan sasaran (interviewer):

a. Saling melihat, saling mendengar dan saling mengerti.

b. Terjadi percakapan biasa, tidak terlalu kaku (formal).

c. Mengadakan persetujuan atau perencanaan pertemuan dengan tujuan

tertentu.

d. Menyadari adanya kepentingan yang berbeda, antara pencari informasi

dan pemberi informasi.

2) Pengamatan (Observasi)

Dalam penelitian, pengamatan adalah suatu prosedur yang

berencana, yang antara lain meliputi melihat, mendengar, dan mencatat

sejumlah dan taraf aktivitas tertentu atau situasi tertentu yang ada

hubunganya dengan masalah yang diteliti. Jadi dalam melakukan

observasi bukan hanya mengunjungi, “melihat”, atau “menonton” saja,

tetapi disertai keaktifan jiwa atau perhatian khusus dan melakukan

pencatatan-pencatatan. Ahli lain mengatakan bahwa observasi adalah

study yang sengaja dan sistematik tentang venomenal social dan gejala-

gejala psychis dengan jalan “mengamati’ dan ’mencatat”. (Notoatmodjo,

2010: 131).

Observasi meliputi:

1. Tanda-tanda vital

2. Rentan gerak sendi


3. Gaya berjalan dan mobilisasi

4. Dokumentasi

Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode dokumentasi

karena penulis menggunakan asuhan keperawatan. Untuk memperoleh

data yang lebih akurat maka diperlukan pengkajian dan penilaian

risiko jatuh.

3.5 Etika penelitian

Menurut Nursalam (2008: 114-115) menyatakan secara umum prinsip

etika dalam penelitian atau pengumpulan data dapat dibedakan menjadi 3 bagian,

yaitu prinsip manfaat, prinsip menghargai hak-hak subyek, dan prinsip keadilan.

Selanjutnya diuraikan sebagai berikut:

1. Prinsip Manfaat

a. Bebas dari penderitaan

Penelitian harus dilaksanakan tanpa mengakibatkan penderitaan

kepada subjek, khususnya jika menggunakan tindakan khusus.

b. Bebas dari eksploitasi

Partisipasi subjek dalam penelitian, harus dihindari dari keadaan yang

tidak menguntungkan. Subjek harus diyakinkan bahwa partisipasinya

dalam penelitian atau informasi yang telah diberikan, tidak akan

dipengaruhi dalam hal-hal yang dapat merugikan subjek dalam bentuk

apa pun.

c. Risiko (benefits ratio)


Peneliti harus hati-hati mempertimbangkan resiko dan keuntungan

yang akan berakibat kepada subjek pada setiap tindakan.

2. Prinsip menghargai hak asasi manusia (human dignity)

a. Hak untuk ikut atau tidak menjadi responden (right to self

determinated).

Subjek harus diperlakukan secara manusiawi. Subjek mempunyai

hak memutuskan apakah mereka bersedia menjadi subjek ataupun

tidak, tanpa adanya sangsi apapun atau akan berakibat terhadap

kesembuhannya, jika mereka seorang klien.

b. Hak untuk mendapatkan jaminan dari perilaku yang diberikan (right to

full disclosure).

Seorang peneliti harus memberikan penjelasan secara rinci serta

bertanggung jawab jika ada sesuatu yang terjadi pada subjek.

c. Informed consent

Subjek harus mendapatkan informasi secara lengkap tentang tujuan

penelitian yang akan dilaksanakan, mempunyai hak untuk bebas

berpartisipasi atau menolak menjadi responden. Pada informed consent

juga perlu dicantumkan bahwa data yang diperoleh hanya akan

dipergunakan untuk mengembangkan ilmu.

3. Prinsip keadilan (right to justice)

a. Hak untuk mendapatkan pengobatan yang adil (right in fair treatment)

Subjek harus diperlakukan secara adil baik sebelum, selama dan

sesudah keikutsertaannya dalam penelitian tanpa adanya diskriminasi

apabila ternyata mereka tidak bersedia atau dikeluarkan dari penelitian.


b. Hak dijaga kerahasiannya (right to privacy)

Subjek mepunyai hak untuk meminta bahwa data yang diberikan

harus dirahasiakan, untuk itu perlu adanya tanpa nama (anonymity) dan

rahasia (confidentiality).
DAFTAR PUSTAKA

Bulechek, d. (2013). Nursing Interventions Classification (NIC) Edisi Bahasa


Indonesia, Edisi Keenam. Yogyakarta: Mocomedia.
C, H. A. (2011). Gambaran Klinis dan Laboratoris Diabetes Melitus Tipe-1 pada
Anak. Jurnal Kedokteran Brawijaya, 195-198.
Cleonara Yanuar Dini, M. S. (2017). Asupan Vitamin C dan E Tidak
Mempengaruhi Kadar Gula Darah Puasa Pasien DM Tipe 2. Indonesian
Journal of Human Nutrition, 65 - 78.
Herdman, T. (2015). Nanda International Inc. Diagnosis Keperawatan: Difinisi
& Klasifikasi 2015-2017. Edisi 10. Jakarta: EGC.
Ida Bagus Wayan Kardika, S. H. (2015). Preanalitik dan Intrepretasi Glukosa
Darah untuk Diagnosis Diabetes Melitus., 1-14.
Lathifah, N. L. (2017). Hubungan Durasi Penyakit dan Kadar Gula Darah dengan
Keluhan Subyektif Penderita Diabetes Melitus. Jurnal Berkala
Epidemiologi, 231-239.
Morhead, S. (2013). Nursing Outcomes Classification (NOC) Pengukuran
Outcomes Kesehatan Edisi Bahasa Indonesia, Edisi Kelima. Yogyakarta:
Moco Media.
Nadyah Awad, Y. A. (2013). Gambaran Faktor Resiko Pasien Diabetes Melitus
Tipe II di Poliklinik Eendokrin Bagian/SMF FK-UNSRAT RSU Prof. Dr.
R.D. Kandou Manado. Jurnal e-Biomedik (eBM), 45-49.
Nurarif, A. H., & Kusuma, H. (2015). Aplikasi Nanda Nic Noc. Yogyakarta:
MediAction.
Nursalam. (2008). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu
Keperawatan : Edisi 2. Jakarta: Salemba Medika.
Nursalam. (2016). Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan : Edisi 4. Jakarta:
Salemba Medika.
RI, P. D. (2013). Situasi dan Analisis Diabetes. infodatin-diabetes, 1-8.
Riskesdas. (2018). Hasil Utama Riskesdas. Riskesdas, 76-78.
SIMATUPANG, R. (2017). Pengaruh Pendidikan Kesehatan Melalui Media
Leaflet Tentang Diet DM Terhadap Pengetahuan Pasien DM di RSUD
Pandan Kabupaten Tapanuli Tengah Tahun 2017. Jurnal Ilmial Kohesi,
163-174.
Sofiani. (2016). Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Nutrisi pada
Keluarga Ny. R di Desa Wonokriyo Kecamatan Gombong.1-58.
WHO. (2016). Diabetes Fakta dan Angka. World Health Organization, 1-2.
Lampiran 1

PENJELASAN UNTUK MENGIKUTI PENELITIAN (PSP)

1. Kami adalah mahasiswa yang berasal dari institusi/ jurusan/ program studi

Universitas Muhammadiyah Ponorogo Fakultas Ilmu Kesehatan Diploma III

Keperawatan dengan ini meminta anda untuk berpartisipasi dengan sukarela

dalam penerapan asuhan keperawatan pada KTI yang berjudul Asuhan

Keperawatan pada Klien Diabetes Melitus dengan Ketidakseimbangan Nutrisi

Kurang Dari Kebutuhan Tubuh.

2. Tujuan dari pemberian asuhan keperawatan ini adalah untuk mengkaji,

menganalisis, merencanakan tindakan, melakukan tindakan dan melakukan

evaluasi yang dapat memberikan manfaat berupa memberi edukasi mengenai

cara menjaga nutrisi dan pengaturan makanan kepada penderita DM.

Pemberian asuhan keperawatan ini akan berlangsung selama minimal 3 hari.

3. Prosedur pengambilan bahan data dengan cara wawancara terpimpin dengan

menggunakan pedoman wawancara yang berlangsung kurang lebih 15-20

menit. Cara ini menyebabkan ketidaknyamanan tetapi anda tidak perlu

khawatir karena penelitian ini untuk kepentingan pengembangan asuhan

keperawatan/pelayanan keperawatan.

4. Keuntungan yang anda peroleh dalam keikutsertaan anda pada penelitian ini

adalah anda turut terlibat aktif mengikuti perkembangan asuhan/ tindakan

yang diberikan

5. Nama dan jati diri anda beserta seluruh informasi yang saudara sampaikan

akan tetap dirahasiakan.


6. Jika saudara membutuhkan informasi sehubungan dengan penelitian ini,

silakan menghubungi peneliti pada nomor HP : 085733072908

PENELITI

GILANG PERDANA AULIA

NIM. 16612859
Lampiran 2

INFORMED CONSENT

(Persetujuan Menjadi Partisipan)

Saya yang bertanda tangan dibawah ini menyatakan bahwa saya telah mendapat

penjelasan secara rinci dan telah mengerti mengenai pemberian asuhan

keperawatan yang akan dilakukan oleh Gilang Perdana Aulia dalam Studi Kasus

dengan judul Asuhan Keperawatan pada Klien Diabetes Melitus dengan

Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang Dari Kebutuhan Tubuh. Saya memutuskan

setuju untuk ikut berpartisipasi pada pemberian asuhan keperawatan ini secara

sukarela tanpa paksaan. Bila selama pemberian asuhan keperawatan ini saya

menginginkan mengundurkan diri, maka saya dapat mengundurkan sewaktu-

waktu tanpa sanksi apapun.

...................,

Saksi ..................., 20......

Yang memberikan Persetujuan

........................................ ........................................

..................., 20......

Peneliti

........................................

Anda mungkin juga menyukai