KEPUTUSAN
PENGAMPU
DISUSUN OLEH:
i
A. Beberapa teknik pengumpulan data secara umum:
1. Observasi (pengamatan)
Nasution (1998) menyatakan bahwa, observasi adalah dasar semua ilmu
pengetahuan.Para ilmuwan hanya da
pat bekerja berdasarkan data, yaitu fakta mengenai dunia kenyataan yang
diperoleh melalui observasi.Mursall (1995) menyatakan bahwa “through
observation, the researcher learn about behavior and the meaning attached to
those behavior” melalui observasi, peneliti belajar tentang perilaku, dan makna
dari perilaku tersebut.
Sanafiah Faisal (1990) membedakan observasi menjadi observasi
berpartisifasi (participant observastion), Observasi secara terang-terangan dan
tersamar (overt observastion and covert observastion), observasi yang tak
berstruktur (unstructured observation), masing-masing tipe dan jenis observasi
tersebut digunakan sesuai dengan karakteristik objek material sumber data
penelitian.
1
1) Peran serta lengkap, yaitu peran pengamat dalam hubungan ini menjadi
anggota penuh dari yang diamati. Pengamat akan memperoleh informasi
tentang apapun dari yang diamati, termasuk yang barang kali yang
dirahasiakan.
2) Peran serta sebagai pengamat, yaitu peneliti dalam hubungan ini
berperan sebagai pengamat (ply on the wall). Statusnya sebagai anggota
dalam hubungan ini sebenarnya hanya sebatas pura-pura saja, sehingga
tidak melebur secara fisik maupun psikis dalam pengertian yang
sesungguhnya.
3) Pengamat sebagai pemeran serta, dalam hubungan ini peneliti sebagai
pengamat ikut melakukan apa yang di lakukan oleh nara sumber sebagai
yang teramati meskipun belum sepenuhnya.
4) Pengamat penuh, dalam hubungan ini kedudukan pengamat dan yang
diamati terpisah, informasi diteruskan satu arah saja, sehingga subjek
tidak merasa diamati.
3
Kelebihan kuesioner terbuka; 1) Menyusun pertanyaan sangat mudah, 2)
Memberikan kebebasan kepada responden untuk menjawab dan
mencurahkan isi hati dan pemikirannya.
Kelemahan kusioner terbuka; 1) Untuk peneliti sangat sulit mengolah dan
mengelompokkan jawaban karena sangat bervariasinya jawaban yang
diberikan oleh responden, 2) Pengolahan jawaban memakan waktu yang
lama, satu dan lain hal peneliti harus membaca satu persatu, 3) Untuk
peneliti mungkin menimbulkan rasa bosan karena tulisannya sulit dibaca,
kalimat tidak jelas dari jawaban yang diberikan oleh responden, 4) Rasa
malas akan timbul pada responden yangtidak mempunyai banyak waktu
luang untuk menjawab.
4
Menurut Mishler (1986:82), ia mengungkapkan tentang wawancara lapangan
adalah “The field interview is a joint production of researcher and a member.
Member are active participant whose insights, feelings, and cooperation are
essential part of a discussion process that reveals subjective meanings. The
interviewer’s presence and from of involvement how she or he listens, attends,
encourages, interrupts, digresses, initiates topics, and terminates responses-is
integral to the respondent’s account”.
Wawancara lapangan adalah produksi bersama peneliti dan anggota.
Anggota yang peserta aktif yang wawasan, perasaan, dan kerjasama
merupakan bagian penting dari proses diskusi yang mengungkapkan makna
subjektif. Kehadiran pewawancara dan dari keterlibatan bagaimana dia
mendengarkan, menghadiri, mendorong, menyela, digresses, memulai topik,
dan berakhir tanggapan-merupakan bagian integral akun responden.
a. Macam-macam Interview/wawancara
Esterberg (2002) mengemukakan beberapa macam wawancara, yaitu;
Wawancara terstruktur (structured interview); Wawancara semiterstruktur
(semistructure Interview); Wawancara tak berstruktur (unstructured
Interview).
b. Langkah-langkah wawancara
c. Isi wawancara
d. Alat-alat wawancara
1. Tekstual
2. Tabulasi
Adalah penyajian data dalam bentuk tabel yang terdiri dari baris dan
kolom. Metode ini digunakan untuk memaparkan beberapa variabel hasil
penelitian, sehingga mudah dibaca dan dimengerti. Metode penyajian data ini
dapat memberikan gambaran perbandingan antar situasi /keadaan.
a. Kepala tabel : nomor tabel, judul tabel (termasuk tahun atau unit kerja)
b. Leher tabel : memuat keterangan atau judul kolom
c. Badan tabel : memuat data
d. Kaki tabel : memuat keterangan tambahan, sumber data
7
a. Judul tabel dibuat singkat dan jelas. Bila perlu diberi keterangan
yang dicantumkan di kaki tabel
b. Judul atau kepala kolom dibuat ringkas. Jika ada penjumlahan data dalam
baris, dimuat pada kolom terakhir, apabila jumlah kolom banyak, dapat diberi
nomor. Pencantuman unit ukuran tidak boleh dilupakan
c. Jika dianggap perlu, data dapat dikelompokan. Kelompok data yang akan
dibandingkan diletakan berdekatan. Penjumlahan data dalam kolom dimuat
pada baris paling bawah.
d. Keterangan di bawah (foot note) dimuat untuk memberi penjelasan mengenai
judul, kepala kolom atau angka - angka dalam tabel
e. Sumber data dicantumkan untuk mengetahui darimana data yang
bersankutan diperoleh, jika perlu dapat diadakan pengecekan dari sumber
aslinya.
3. Diagram / grafik
a. Histogram
Histogram adalah suatu bentuk grafik yang menunjukkan adanya dispersi
data. Histogram dikenal juga sebagai grafik distribusi frekuensi, salah satu
jenis grafik batang yang digunakan untuk menganalisa mutu dari sekelompok
8
data (hasil produksi), dengan menampilkan nilai tengah sebagai standar
mutu produk dari distribusi atau penyebaran datanya. Contoh Histogram :
Diagram atau grafik garis yaitu grafik berupa garis, diperoleh dari beberapa
ruas garis yang menghubungkan titik - titik pada batang bilangan. Contoh
Diagram garis :
Diagram atau grafik batang yaitu grafik data berbentuk persegi panjang yang
lebarnya sama dan dilengkapi dengan skala tertentu. (Grafik batang berupa
grafik batan tunggal, berganda).
9
d. Diagram pinca (pie diagram)
Diagram pinca atau pie diagram adalah grafik data berupa lingkaran yang
telah di bagi – bagi menjadi juring - juring sesuai dengan data tersebut.
f. Pictogram
Pictogram yaitu grafik yang menggunakan gambar atau lambang dari data
sendiri dengan skala tertentu. Contoh Pictogram :
g. Mapgram
10
Mapgram yaitu grafik berupa peta yang menunjukkan kepadatan penduduk,
curah hujan, hasil pertanian dan sebagainya. Contoh Mapgram :
C. Pengolahan Data
3 bentuk dasar ukuran epidemiologi yang paling sering dipakai mengukur, dan
menjelaskan peristiwa kesakitan, kematian, dan nilai statistik vital (vital statictics)
adalah angka (rate), rasio (ratio), dan proporsi.
1. Rate
Rate adalah bentuk perbandingan yang mengukur kemungkinan terjadinya
peristiwa/kejadian tertentu dengan suatu periode waktu.Rate dalam
epidemiologi adalah angka atau frekuensi suatu penyakit per besar unit
populasi. Besar unit populasi bisa dinyatakan dalam 100,1000 atau 10.000.
a
Rate =
a+b
Dimana pembilang (a) adalah jumlah kasus penyakit yang terdapat pada
populasi atau dalam subgrup suatu populasi. Penyebut (a+b) adalah populasi
atau subgrup di dalam populasi yang mempunyai risiko untuk mendapatkan
penyakit yang bersangkutan.
2. Rasio
11
Rasio adalah suatu pernyataan frekuensi nisbi kejadian suatu peristiwa
terhadap peristiwa lainnya.
a
Ratio =
b
3. Proporsi
Suatu bentuk khusus dalam perhitungan rasio adalah proporsi. Apabila
pembilang merupakan bagian dari penyebut, maka bentuk perbandingan
tersebut dinamakan proporsi. Jadi proporsi bisa diartikan sebagai
jumlah/frekuensi dari sifat tertentu dibanding dengan seluruh populasi dimana
sifat tersebut di dapatkan.
a
proporsi =
a+b x1
00
D. Penentuan Masalah
Masalah bisa diartikan sebagai penyimpangan antara yang seharusnya
(harapan) dengan apa yang benar - benar terjadi (kenyataan), antara aturan dan
pelaksanaan, antara teori dengan praktek, antara rencana dengan pelaksanaan.
Untuk mengetahui apakah itu masalah maka perlu diketahui mengenai pengertian
masalah yaitu adnya kesenjangan antara harapan / tujuan yang ingin dicapai
dengan kenyataan yang sesungguhnya sehingga menimbulkan rasa tidak puas
dan merasa bertanggung jawab untuk menanggulanginya. Dengan demikian untuk
memutuskan adanya masalah ada 3 syarat yang harus dipenuhi, yaitu :
1. Adanya kesenjangan
12
keadaan tersebut selanjutnya dibandingkan sehingga diketahui
kesenjangannya.
Contoh :
Keadaan yang diinginkan (target Imunisasi) = 80
%
Keadaan yang sebenarnya (cakupan Imunisasi)
= 60 % Kesenjangan = 80 % -‐ 60 % = 20 %
(Besarnya Masalah)
Selanjutnya untuk mengetahui rumusan masalahnya diperlukan konfirmasi
dengan menjawab pertanyaan 4w + 1 H
13
E. Penentuan Prioritas Masalah
1. Metode Delphi
Metode ini dikembangkan pertama kali oleh Rand Corporation pada tahun
1950an. Pada metode delphi, penetapan prioritas masalah tersebut dilakukan
melalui kesepakatan sekelompok orang yang sama keahliannya. Pemilihan
prioritas masalah dilakukan melalui pertemuan khusus. Setiap peserta yang sama
keahliannya dimintakan untuk mengemukakan beberapa masalah pokok, masalah
yang paling banyak dikemukakan adalah prioritas masalah yang dicari. Dimana
pada metode ini, sekelompok pakar atau orang yang dianggap memahami
permasalahan mengisi kuesioner, moderator menyimpulkan hasilnya dan
memformulasikan menjadi suatu kuesioner baru yang diisi kembali oleh kelompok
tersebut, demikian seterusnya. Hal ini merupakan proses pembelajaran (learning
process) dari kelompok tanpa adanya tekanan atau intimidasi individu.
14
e. Partisipan menelaah ulang hasil rangkuman, menetapkan skala
prioritas/memeringkat alternatif solusi yang dianggap terbaik dan
mengembalikan kepada pemimpin kelompok/pembuatan keputusan.
Langkah-langkah dalam menetapkan bobot masalah:
a. Kriteria yang sudah ditetapkan dikaji dan dibahas secara rinci sehingga
kesahihannya (validitas) setiap kriteria diterima oleh semua anggota.
b. Masing-masing anggota menentukan, memberikan bobot terhadap kriteria yang
ada. Biasanya bobot yang diberikan berkisar antara 1-5 atau 1-10 apabila ingin
memperoleh variasi nilai yang cukup luas.
1) Kriteria yang sangat penting : Skor 5
2) Kriteria yang penting : Skor 4
3) Kriteria yang cukup penting : Skor 3
4) Kriteria yang kurang penting : Skor 2
5) Kriteria yang tidak penting : Skor 1
c. Bobot yang telah ditentukan pada masing-masing criteria dijumlahkan untuk
mendapatkan nilai rata-ratanya sehingga didapatkan bobot sebenarnya.
d. Menetapkan skor
Menetapkan skor permasalahan yang dihadapi atas dasar kriteria
yang telah ditentukan. Caranya dengan menjumlahkan skor dari
setiap kriteria, sehingga didapatkan skor total bagi setiap masalah
yang ada. Dari total inilah diperoleh urutan atau prioritas masalah
kesehatan
2. Metode Delbeque
15
Adapun caranya adalah sebagai berikut:
16
c. Peraturan pemerintah yang relevan
d. Hasil rumusan analisa keadaan dan masalah kesehatan.
Langkah selanjutnya adalah :
a. Menginventarisir kriteria
b. Menginventalisir dan mengevaluasi criteria.
1. Metode Hanlon Kuantitatif merupakan salah satu cara untuk menetapkan urutan
pioritas masalah dengan memperhatikan 4 kriteria yaitu:
1. Kelompok kriteria A : besarnya masalah
2. Kelompok kriteria B : tingkat kegawatan masalah
3. Kelompok kriteria C : kemudahan penanggulangan masalah
4. Kelompok kriteria D : PEARL, dimana:
a) P : kesesuaian
b) E : secara ekonomi murah
c) A : dapat diterima
d) R : tersedia sumber
e) L : legalitas terjamin
Contoh metode hanlon kuantitatif:
17
F. Analisa Faktor Penyebab Masalah
Analisa factor penyebab masalah dilakukan dengan diskusi untuk menganalisis
penyebab masalah masing-masing kelompok antara 3-7 orang. Untuk analisadapat
dilakukan dengan memilih metode yang dipahamai antara lain diagram tulang ikan
atau dengan pendekatan sistem analisa masalah dan penyebabnya. Masalah selalu
dimunculkan pada output (prestasi kerja) hal ini dapat dilihat pada hasil penghitungan
cakupan dari standar pelayanan minimal yaituhasil kegiatan selama bulan berjalan
dibagi sasaran dikalikan 100 prosen pada variabel dan sub-‐sub variabel.
Analisa penyebab mencakup proses manajemen (p1, p2, p3),sumber daya dan
lingkungan dan sumber daya merupakan faktor yang berpengaruh dan perlu
dipertimbangkan dalam pemecahan masalah.
18
1. Penyaringn kegitan dengan criteria mutlak. Misalnya : hasil didapatkan dalam
waktu 4 bulan biaya dapat ditanggung, dan tekhnologi yang di kuasai. Berikan
nilai 1 bila dapat dilaksanakan dan nilai 0 bila tidak dapat dilaksanakan
2. Pemberian bobot pada criteria keinginan. Misalnya biaya rumah, mudah
dilaksanakan dan bersifat mendidik
3. Penilaian kegiatan dengan criteria keinginan.
G. Pemecahan Masalah
Pemecahan masalah adalah suatu proses terencana yang perlu dilaksanakan
agar memperoleh penyelesaian tertentu dari sebuah masalah yang mungkin tidak
didapat dengan segera (Saad & Ghani, 2008:120).
1. Penetapan Tujuan
Tujuan Pemecahan Masalah ini adalah menghilangkan / mengurangi faktor-‐
faktor penyebab.
Kegiatan yang dilakukan berupa :
1.Pencapaian tujuan dan sasaran.
2.Mencari alernatif Pemecahan Masalah.
Contoh penetapan tujuan khusus : Meningkatkan cakupan Imunisasi dari 60%
menjadi 80% dalam waktu satu tahun di Puskesmas Sukamaju
2. Penetapan sasaran
Contoh penetapan sasaran yaitu:
a. Sasaran terdapat factor manajemen (proses) menyusun POA
b. Sasaran terhadap factor sumber daya
Mengusahakan tenaga
c. Sasaran terhadap factor lingkungan
Meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang imunisasi
3. Pengembangan alternative
Pengembangan alternative adalah melaksanakan pencarian untuk kemungkinan
alternative untuk mempertimbangkan tindakan atau cara/langkah untuk mengatasi
sasaran. Contoh:
19
1. menyusun POA - Konsultasi dengan DINKES tk. ll
imunisasi - Mempelajari cara menyusun POA
- Menyusun POA
H. Pengambilan Keputusan
Pengambilan keputusan itu adalah suatu cara yang digunakan untuk
memberikan suatu pendapat yang dapat menyelesaikan suatu masalah dengan
cara / teknik tertentu agar dapat lebih diterima oleh semua pihak.
1. Langkah-langkah pengambilan keputusan
a. Langkah pertama = Penyaringan kegiatan dengan kriteria mutlak.
Masukkan kegiatan kekolom kegiatan kemudian disaring dengan Kriteria mutlak
berikan nilai I apabila dapat dilandaskan dan nilai O apabila tidak dapat
dilaksanakan, jika salah satu dari kegiatan tersebut tidak memenuhi
persyaratan criteria mutlak nilainya = 0
Penyaringan kegiatan yang akan dilaksanakan dalam rangka peningkatan
cakupan imunisasi
20
2 Penyusunan POA I I I I
bersama
3. . Usulan tenaga ke tk ll I I I I
4. Mengangkat tenaga I 0 - 0
honorer
5. Efesiensi kerja yang I I I I
ada
6. Kerja sama dengan I I I I
TOMA
7. Kerja sama dengan I 0 I 0
Lintas Sektor
8. Meningkatkan
penyuluhan terhadap I I I I
masyarakat
21
1. Biayanya murah Bobot 10
2. Mudah dilaksanakan oleh staf puskesmas Bobot 8
3. Bersifat mendidik Bobot 6
Dari hasil diatas maka keputusan yang diambil untuk kegiatan meningkatkan
cakupan imunisasi adalah
1) penyusunan POA di puskesmas
2) Konsultasi penyusunan POA di tk ll
3) Mengusulkan tenaga
4) Kerja sama dengan Lintas Sektor
5) Kerja sama dengan TOMA
6) Efisiensi tenaga
22
I. Pengambilan keputusan
Matrik rencana operasional
Kriteria : Adalah ciri dari subyek yang akan dinilai, bisa kriteria input, proses, output,
dampak.
Indikator : Variabel/subvariabel yang memberi petunjuk adanya perubahan dari
kriteria.
Standart : Tingkat / level yang dipakai untuk membanding dari variabel / sub variabel
pada Indikator.
Pengukuran : Perhitungan yang digunakan dapat berupa rate-‐ ratio
proporsi / presentasi atau rumus lain.
Data : Data yang diperoleh pada saat pelaksanaan evaluasi berupa keadaan yang
sebenarnya.
Hasil : Merupakan interprestasi dari data sesudah dibandingkan dengan standar yang
telah ditentukan berupa efektifitas atau efisiensi.
J. Penilaian
23
Contoh :
24
Pelaksana yang telah ditetapkan pada pengorganisasian, ditugaskan
menyelenggarakan kegiatan Puskesmas sesuai dengan rencana yang telah
ditetapkan.
a). Mengkaji ulang rencana pelaksanaan yang telah disusun terutama yang
menyangkut jadwal pelaksanaan, target pencapaian, lokasi wilayah kerja dan rincian
tugas penanggung jawab dan pelaksana.
b). Menyusun jadwal kegiatan bulanan untuk tiap petugas sesuai dengan rencana
pelaksanaan yang telah disusun. Beban kegiatan Puskesmas harus terbagi habis
dan merata kepada seluruh petugas.
c). Menyelenggarakan dan melaksanakan kegiatan sesuai dengan jadwal yang
telah ditetapkan.
3). Kendali Mutu
Prinsip program kendali mutu adalah kepatutan terhadap berbagai standart dan
pedoman pelayanan serta etika profesi, yang memuaskan pemakai jasa pelayanan
yang telah dilaksanakan setiap 6 bulan sekali.
4). Kendali Biaya
Penyelenggaraan kegiatan Puskesmas harus menerapkan program kendali biaya.
Prinsip program kendali biaya adalah kepatuhan terhadap rencana biaya yang telah
ditetapkan sesuai penetapan anggaran dan dapat dipertanggungjawabkan
akuntabilitas penggunaan anggaran dimaksud.
DAFTAR PUSTAKA
http://irsa22.blogspot.com/2016/03/penyajian-data-penelitian.html
http://dinus.ac.id/repository/docs/ajar/BAB_II.docx
25
https://fdokumen.com/document/prioritas-masalah-kelompok-3-569eb34ca6202.html
26