Anda di halaman 1dari 28

PEMECAHAN MASALAH KESEHATAN DAN PENGAMBILAN

KEPUTUSAN

PENGAMPU

Tri Ari Prasetyowati S.S.T. M. Kes

DISUSUN OLEH:

1. Lisa Fitriyani (201801010)

PROGRAM STUDI DIII KEBIDANAN

AKADEMI KEBIDANAN DUTA DHARMA PATI

TAHUN AJARAN 2020/2021


DAFTAR ISI

A. Teknik pengumpulan data ................................................................... 1


B. Metode Penyajian data ……………………………………………… 7
C. Pengolahan Data ……………………………………………………. 12
D. Penentuan Masalah ……………………………………………….... 13
E. Penentuan Prioritas Masalah ………………………………..……. 15
F. Analisa Faktor Penyebab Masalah ………………………….…… 19
G. Pemecahan Masalah …………………………………………..……. 20
H. Pengambilan Keputusan ………………………………..…………. 21
I. Pengambilan keputusan ………………………………...…………. 24
J. Penilaian …………………………………………………...………….. 26
Daftar Pustaka …………………………………………………………… 27

i
A. Beberapa teknik pengumpulan data secara umum:

1. Observasi (pengamatan)
Nasution (1998) menyatakan bahwa, observasi adalah dasar semua ilmu
pengetahuan.Para ilmuwan hanya da

pat bekerja berdasarkan data, yaitu fakta mengenai dunia kenyataan yang
diperoleh melalui observasi.Mursall (1995) menyatakan bahwa “through
observation, the researcher learn about behavior and the meaning attached to
those behavior” melalui observasi, peneliti belajar tentang perilaku, dan makna
dari perilaku tersebut.
Sanafiah Faisal (1990) membedakan observasi menjadi observasi
berpartisifasi (participant observastion), Observasi secara terang-terangan dan
tersamar (overt observastion and covert observastion), observasi yang tak
berstruktur (unstructured observation), masing-masing tipe dan jenis observasi
tersebut digunakan sesuai dengan karakteristik objek material sumber data
penelitian.

a. Observasi Partisipatif (participant observastion)

Observasi partisipatif merupakan seperangkat strategi dalam penelitian


yang tujuannya adalah untuk mendapatkan data yang lengkap.Hal ini
dilakukan dengan mengembangkan keakraban yang dekat dan mendalam
dengan satu kelompok orang dilingkungan alamiah mereka.Dalam penelitian
ini peneliti menetapkan sejumlah tujuan dan menempatkan dirinya sebagai
bagian dari objek yang sedang di telitinya.
Susan Stainback (1998), menyatakan bahwa “in participant observation,
the researcher observes what people do, listen to what they say, and
participates in their activities”. Dalam observasi partisipatif, peneliti
mengamati apa yang dikerjakan orang, mendengarkan apa yang mereka
ucapkan, dan berpartisipasi dalam aktivitas mereka.
Dalam observasi partisipatif terdapat beberapa kategori peran partisipan
yang terjadi di lapangan penelitian kualitatif. Menurut Junker terdapat
beberapa macam kategori peran partisipan dilapangan yaitu:

1
1) Peran serta lengkap, yaitu peran pengamat dalam hubungan ini menjadi
anggota penuh dari yang diamati. Pengamat akan memperoleh informasi
tentang apapun dari yang diamati, termasuk yang barang kali yang
dirahasiakan.
2) Peran serta sebagai pengamat, yaitu peneliti dalam hubungan ini
berperan sebagai pengamat (ply on the wall). Statusnya sebagai anggota
dalam hubungan ini sebenarnya hanya sebatas pura-pura saja, sehingga
tidak melebur secara fisik maupun psikis dalam pengertian yang
sesungguhnya.
3) Pengamat sebagai pemeran serta, dalam hubungan ini peneliti sebagai
pengamat ikut melakukan apa yang di lakukan oleh nara sumber sebagai
yang teramati meskipun belum sepenuhnya.
4) Pengamat penuh, dalam hubungan ini kedudukan pengamat dan yang
diamati terpisah, informasi diteruskan satu arah saja, sehingga subjek
tidak merasa diamati.

b. Observasi Terus Terang atau Tersamar

Pada uraian di atas telah dijelaskan bahwa ciri penelitian kualitatif


diantaranya adalah untuk menemukan dan mengungkap fakta yang ada di
lapangan secara alamiah (natural setting). Konsekuensinya peneliti harus
secara cermat dan bijaksana menerapkan teknik pengumpulan data di
lapangan pada nara sumber, agar benar-benar data diperolehnya bersifat
alamiah.
Oleh karena itu dalam observasi peneliti dalam pengumpulan data
“menyatakan terus terang kepada sumber data (kepada masyarakat yang
ditelitinya, bahwa peneliti sedang melakukan observasi dalam penelitian”.
Pada tipe ini semua proses yang dilakukan oleh peneliti diketahui semuanya
oleh orang yang diteliti. “Tapi dalam suatu saat peneliti tidak terus terang
atau tersamar dalam observasi, hal ini untuk menghindari kalau suatu data
yang dicari merupakan data yang masih dirahasiakan. Kemungkinan kalau
dilakukan dengan terus terang, maka peneliti tidak akan diijinkan untuk
melakukan observasi.

c. Observasi Tak Berstruktur


2
Dalam penelitian kualitatif dilakukan dengan tidak terstruktur, karena fokus
penelitian belum jelas. Fokus observasi akan berkembang selama kegiatan
observasi berlangsung. Kalau masalah penelitian sudah jelas seperti dalam
penelitian kuantitatif, maka observasi dapat dilakukan secara berstruktur
dengan menggunakan pedoman observasi.
Observasi tidak terstruktur adalah observasi yang tidak dipersiapkan
secara sistematis tentang apa yang akan di observasi. Hal ini dikarenakan
peneliti tidak tahu secara pasti tentang apa yang akan diamati. Dalam
melaksanakan penelitian tidak menggunakan instrumen yang telah baku, tapi
hanya berupa rambu-rambu pengamatan.
Selanjutnya Spradley (1980) mengatakan dalam penelitian kualitatif
memiliki tahapan dan objek yang observasi.Tahapan observasi, yaitu;
Observasi deskriftif, Observasi terfokus, dan Observasi terseleksi.Dan objek
yang diobservasi adalah ruang (tempat), pelaku (aktor) dan kegiatan
(aktivitas).
Dari ketiga objek tersebut dapat dikembangkan lagi menjadi beberapa
item pokok, yaitu; Ruang (tempat) dalam aspek fisiknya; Pelaku yaitu semua
orang yang terlibat dalam situasi; Kegiatan, yaitu apa yang dilakukan orang
dalam situasi itu; Objek, yaitu benda-benda yang terdapat di tempat itu;
Perbuatan, yaitu tindakan-tindakan tertentu; Kejadian atau peristiwa, yaitu
rangkaian kegiatan; Waktu, yaitu menyangkut urutan kegiatan, tujuan, yaitu
apa yang ingin dicapai dan emosi; Perasaan yang dirasakan dan dinyatakan.
2. Questioner (Kuesioner/Angket)
Questioner disebut pula angket atau self administrated questioner adalah
teknik pengumpulan data dengan cara mengirimkan suatu daftar pertanyaan
kepada responden untuk diisi.
Berdasarkan cara menyusun pertanyaan dalam teknik questioner ini dibagi
menjadi dua:
a. Kuesioner terbuka (Opene and Items)
Adalah suatu kuesioner dimana pertanyaan-pertanyaan yang dituliskan
tidak disediakan jawaban pilihan sehingga responden dapat bebas/terbuka
luas untuk menjawabnya sesuai dengan pendapat/pandangan dan
pengetahuannya.

3
Kelebihan kuesioner terbuka; 1) Menyusun pertanyaan sangat mudah, 2)
Memberikan kebebasan kepada responden untuk menjawab dan
mencurahkan isi hati dan pemikirannya.
Kelemahan kusioner terbuka; 1) Untuk peneliti sangat sulit mengolah dan
mengelompokkan jawaban karena sangat bervariasinya jawaban yang
diberikan oleh responden, 2) Pengolahan jawaban memakan waktu yang
lama, satu dan lain hal peneliti harus membaca satu persatu, 3) Untuk
peneliti mungkin menimbulkan rasa bosan karena tulisannya sulit dibaca,
kalimat tidak jelas dari jawaban yang diberikan oleh responden, 4) Rasa
malas akan timbul pada responden yangtidak mempunyai banyak waktu
luang untuk menjawab.

b. Koesioner tertutup (Closed and Items)

Adalah suatu kuesioner dimana pertanyaan-pertanyaan yang dituliskan telah


disediakan jawaban pilihan, sehingga responden tinggal memilih salah satu dari
jawaban yang telah disediakan.
Kelebihan kuesioner tertutup; 1) Untuk peneliti, mudah mengolah jawaban
yang masuk, 2) Untuk peneliti, waktu yang dimanfaatkan dalam
pengelompokkan jawaban menjadi singkat karena dapat memanfaatkan
bantuan enumerator, 3) Untuk responden, mudah memilih jawaban, 4) Untuk
responden, dalam mengisi jawaban mmerlukan waktu singkat.
Kelemahan kuestioner tertutup; 1) Untuk peneliti, dalam penyusunan
pertanyaan perlu berhati-hati agar tidak ditafsirkan lain (berarti ganda), 2) Untuk
responden, kebebasan menjawab merasa dibatasi.
3. Interview (Wawancara)
Wawancara adalah suatu tanya jawab secara tatap muka yang dilaksanakan
oleh pewawancara dengan orang yang diwawancarai untuk memperoleh
informasi yang dibutuhkan. Esterberg (2002) mendefinisikan interview sebagai
berikut: “a meeting of two persons to exchange information and idea through
question and responses, resulting in-communication and joint construction of
meaning about a particular topic”. Wawancara adalah merupakan pertemuan
dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga
dapat dikonstruksikan makna dalam topik tertentu.

4
Menurut Mishler (1986:82), ia mengungkapkan tentang wawancara lapangan
adalah “The field interview is a joint production of researcher and a member.
Member are active participant whose insights, feelings, and cooperation are
essential part of a discussion process that reveals subjective meanings. The
interviewer’s presence and from of involvement how she or he listens, attends,
encourages, interrupts, digresses, initiates topics, and terminates responses-is
integral to the respondent’s account”.
Wawancara lapangan adalah produksi bersama peneliti dan anggota.
Anggota yang peserta aktif yang wawasan, perasaan, dan kerjasama
merupakan bagian penting dari proses diskusi yang mengungkapkan makna
subjektif. Kehadiran pewawancara dan dari keterlibatan bagaimana dia
mendengarkan, menghadiri, mendorong, menyela, digresses, memulai topik,
dan berakhir tanggapan-merupakan bagian integral akun responden.
a. Macam-macam Interview/wawancara
Esterberg (2002) mengemukakan beberapa macam wawancara, yaitu;
Wawancara terstruktur (structured interview); Wawancara semiterstruktur
(semistructure Interview); Wawancara tak berstruktur (unstructured
Interview).

b. Langkah-langkah wawancara

Lincoln dan Guba dalam Sanapiah Faisal, mengemukakan ada tujuh


langkah dalam penggunaan wawancara untuk mengumpulkan data dalam
penelitian kualitatif, yaitu:
1) Menetapkan kepada siapa wawancara itu akan dilakukan.
2) Menyimpan pokok-pokok masalah yang akan menjadi bahan
pembicaraan.
3) Mengawali atau membuka alur wawancara.
4) Mengkonfirmasikan ikhtisar hasil wawancara dan mengakhirinya.
5) Menuliskan hasil wawancara ke dalam catatan lapangan.
6) Mengidentifikasikan tindak lanjut hasil wawancara yang telah diperoleh.

c. Isi wawancara

Beberapa jenis yang dapat dinyatakan dalam wawancara adalah:


5
1) Pengalaman dan perbuatan responden, yaitu apa yang telah
dikerjakannya atau yang lazim dikerjakannya.
2) Pendapat, pandangan, tanggapan, tafsiran atau perkiraanya tentang
sesuatu.
3) Perasaan, respons emosional, apakah ia merasa cemas, takut, senang,
gembira,curiga, jengkel dan sebagainya tentang sesuatu.
4) Pengetahuan, fakta-fakta, apa yang diketahuinya tentang sesuatu.
5) Penginderaan, apa yang dilihat, didengar, dirabah, dikecap atau
diciumnya, diuraikan secara deskriptif.
6) Latar belakang pendidikan, pekerjaan, daerah asal, tempat tinggal,
keluarga dan sebagainya.

d. Alat-alat wawancara

1) Buku catatan: berfungsi untuk mencatat semua pembicaraan atau


percakapan dengan sumber data, sekarang sudah banyak komputer-
komputer kecil, notebook yang dapat digunakan untuk mencatat hasil
pembicaraan.
2) Tape recorder: berfungsi untuk merekam semua percakapan atau
pembicaraan. Penggunaan tape recorder dalam wawancara perlu
memberi tahu kepada informan boleh atau tidak.
3) Kamera: untuk memotret kalau peneliti sedang melakukan pembicaraan
dengan informan/sumber data. Dengan adanya foto-foto ini dapat
meningkatkan keabsahan dan penelitian akan lebih terjamin, karena
peneliti betul-betul melakukan pengumpulan data.
4. Document (Dokumen)
Dokumen adalah merupakan catatan peristiwa yang telah lalu.Dokumen
dapat berbentuk tulisan, gambar, atau karya menumental dari seseorang
lainnya.Dokumen yang berbentuk tulisan, misalnya catatan harian, sejarah
kehidupan (life histories), cerita, biografi, peraturan, kebijakan.Dokumen yang
berbentuk gambar, misalnya foto, gambar hidup, sketsa, film, video, CD, DVD,
cassete, dan lain-lain.Dokumen yang berbentuk karya misalnya karya seni,
karya lukis, patung naskah, tulisan, prasasti dan lain sebagainya.
Secara interpretatif dapat diartikan bahwa dokumen merupakan rekaman
kejadian masa lalu yang ditulis atau dicetak, dapat merupakan catatan
6
anekdotal, surat, buku harian dan dokumen-dokumen. Dokumen digunakan
dalam penelitian sebagai sumber data sekunder
Jadi hasil penelitian dari observasi atau wawancara, akan dapat dipercaya
kalau didukung oleh sejarah pribadi kehidupan dimasa kecil, di sekolah, di
tempat kerja, di masyarakat, dan autobiografi. Hasil penelitian juga akan lebih
kredibel apabila didukung oleh foto-foto atau karya tulis akademik dan seni
yang telah ada.

B. Metode Penyajian Data

1. Tekstual

Adalah penyajian data dalam bentuk kalimat - kalimat / tulisan untuk


menerangkan kumpulan data yang diperoleh. Metode ini digunakan untuk data
yang jumlahnya kecil atau sedikit dan memerlukan suatu kesimpulan sederhana
oleh karena itu kemampuan metode penyajian ini sangat terbatas.

2. Tabulasi

Adalah penyajian data dalam bentuk tabel yang terdiri dari baris dan
kolom. Metode ini digunakan untuk memaparkan beberapa variabel hasil
penelitian, sehingga mudah dibaca dan dimengerti. Metode penyajian data ini
dapat memberikan gambaran perbandingan antar situasi /keadaan.

Sebuah tabel memuat bagian - bagian sebagai berikut :

a. Kepala tabel : nomor tabel, judul tabel (termasuk tahun atau unit kerja)
b. Leher tabel : memuat keterangan atau judul kolom
c. Badan tabel : memuat data
d. Kaki tabel : memuat keterangan tambahan, sumber data

7
a. Judul tabel dibuat singkat dan jelas. Bila perlu diberi keterangan
yang dicantumkan di kaki tabel
b. Judul atau kepala kolom dibuat ringkas. Jika ada penjumlahan data dalam
baris, dimuat pada kolom terakhir, apabila jumlah kolom banyak, dapat diberi
nomor. Pencantuman unit ukuran tidak boleh dilupakan
c. Jika dianggap perlu, data dapat dikelompokan. Kelompok data yang akan
dibandingkan diletakan berdekatan. Penjumlahan data dalam kolom dimuat
pada baris paling bawah.
d. Keterangan di bawah (foot note) dimuat untuk memberi penjelasan mengenai
judul, kepala kolom atau angka - angka dalam tabel
e. Sumber data dicantumkan untuk mengetahui darimana data yang
bersankutan diperoleh, jika perlu dapat diadakan pengecekan dari sumber
aslinya.

3. Diagram / grafik

Adalah penyajian atau presentasi data dalam bentuk diagram / grafik.


Metode ini dapat memberikan gambaran situasi yang telah terjadi melaui
perbandingan dan peramalan data sertamerupakan dasar untuk melakukan
analisis lebih lanjut.

Jenis - jenis Diagram / Grafik

a. Histogram
Histogram adalah suatu bentuk grafik yang menunjukkan adanya dispersi
data. Histogram dikenal juga sebagai grafik distribusi frekuensi, salah satu
jenis grafik batang yang digunakan untuk menganalisa mutu dari sekelompok

8
data (hasil produksi), dengan menampilkan nilai tengah sebagai standar
mutu produk dari distribusi atau penyebaran datanya. Contoh Histogram :

b. Diagram garis (line diagram)

Diagram atau grafik garis yaitu grafik berupa garis, diperoleh dari beberapa
ruas garis yang menghubungkan titik - titik pada batang bilangan. Contoh
Diagram garis :

c. Diagram batang (bar diagram)

Diagram atau grafik batang yaitu grafik data berbentuk persegi panjang yang
lebarnya sama dan dilengkapi dengan skala tertentu. (Grafik batang berupa
grafik batan tunggal, berganda).

Contoh Diagram Batang :

9
d. Diagram pinca (pie diagram)

Diagram pinca atau pie diagram adalah grafik data berupa lingkaran yang
telah di bagi – bagi menjadi juring - juring sesuai dengan data tersebut.

Contoh Pie Diagram :

e. Diagram tebar (scatter diagram)

Diagram scatter adalah alat untuk menganalisis hubungan antara dua


variabel. Satu variable diplot pada sumbu horizontal dan yang lainnya diplot pada
sumbu vertikal. Ketika diagram scater menunjukkan adanya hubungan, hal ini
belum tentu menunjukkan antara dua variable tersebut memiliki hubungan sebab
akibat.

f. Pictogram

Pictogram yaitu grafik yang menggunakan gambar atau lambang dari data
sendiri dengan skala tertentu. Contoh Pictogram :

g. Mapgram

10
Mapgram yaitu grafik berupa peta yang menunjukkan kepadatan penduduk,
curah hujan, hasil pertanian dan sebagainya. Contoh Mapgram :

C. Pengolahan Data
3 bentuk dasar ukuran epidemiologi yang paling sering dipakai mengukur, dan
menjelaskan peristiwa kesakitan, kematian, dan nilai statistik vital (vital statictics)
adalah angka (rate), rasio (ratio), dan proporsi.
1. Rate
Rate adalah bentuk perbandingan yang mengukur kemungkinan terjadinya
peristiwa/kejadian tertentu dengan suatu periode waktu.Rate dalam
epidemiologi adalah angka atau frekuensi suatu penyakit per besar unit
populasi. Besar unit populasi bisa dinyatakan dalam 100,1000 atau 10.000.

a
Rate =
a+b

Dimana pembilang (a) adalah jumlah kasus penyakit yang terdapat pada
populasi atau dalam subgrup suatu populasi. Penyebut (a+b) adalah populasi
atau subgrup di dalam populasi yang mempunyai risiko untuk mendapatkan
penyakit yang bersangkutan.

2. Rasio
11
Rasio adalah suatu pernyataan frekuensi nisbi kejadian suatu peristiwa
terhadap peristiwa lainnya.

a
Ratio =
b

3. Proporsi
Suatu bentuk khusus dalam perhitungan rasio adalah proporsi. Apabila
pembilang merupakan bagian dari penyebut, maka bentuk perbandingan
tersebut dinamakan proporsi. Jadi proporsi bisa diartikan sebagai
jumlah/frekuensi dari sifat tertentu dibanding dengan seluruh populasi dimana
sifat tersebut di dapatkan.
a
proporsi =
a+b x1
00

D. Penentuan Masalah
Masalah bisa diartikan sebagai penyimpangan antara yang seharusnya
(harapan) dengan apa yang benar - benar terjadi (kenyataan), antara aturan dan
pelaksanaan, antara teori dengan praktek, antara rencana dengan pelaksanaan.
Untuk mengetahui apakah itu masalah maka perlu diketahui mengenai pengertian
masalah yaitu adnya kesenjangan antara harapan / tujuan yang ingin dicapai
dengan kenyataan yang sesungguhnya sehingga menimbulkan rasa tidak puas
dan merasa bertanggung jawab untuk menanggulanginya. Dengan demikian untuk
memutuskan adanya masalah ada 3 syarat yang harus dipenuhi, yaitu :

1. Adanya kesenjangan

2. Adanya rasa tidak puas

3. Adanya rasa tanggung jawab untuk menanggulangi masalah

Didalam penetapan masalah harus diketahui keadaan yang diinginkan


berupa sesuatu yang ideal baik berupa Konsep, target, standar dan
keadaan sebenarnya, dari hasil pengumpulan data berupa
wawancara,observasi,pengukuran maupun angket. Hasil dari dari dua

12
keadaan tersebut selanjutnya dibandingkan sehingga diketahui
kesenjangannya.
Contoh :
Keadaan yang diinginkan (target Imunisasi) = 80
%
Keadaan yang sebenarnya (cakupan Imunisasi)
= 60 % Kesenjangan = 80 % -‐ 60 % = 20 %
(Besarnya Masalah)
Selanjutnya untuk mengetahui rumusan masalahnya diperlukan konfirmasi
dengan menjawab pertanyaan 4w + 1 H

1. Apa masalahnya (What) → Imunisasi

2. Siapa yang bermasalah (Who) → Petugas imunisasi

3. Dimana terjadinya masalah (Where) → Puskesmas X

4. Kapan terjadinya (When) → Januari 2003

5. Berapa besar masalahnya → 20 %

13
E. Penentuan Prioritas Masalah

Memilih prioritas masalah dengan mempergunakan berbagai parameter, dilakukan


bila tersedia data yang lengkap. Bila tidak tersedia data, maka cara menetapkan
prioritas masalah yang lazim digunakan adalah dengan menggunakan non scoring
technique, metode-metodenya terdiri atas:

1. Metode Delphi
Metode ini dikembangkan pertama kali oleh Rand Corporation pada tahun
1950an. Pada metode delphi, penetapan prioritas masalah tersebut dilakukan
melalui kesepakatan sekelompok orang yang sama keahliannya. Pemilihan
prioritas masalah dilakukan melalui pertemuan khusus. Setiap peserta yang sama
keahliannya dimintakan untuk mengemukakan beberapa masalah pokok, masalah
yang paling banyak dikemukakan adalah prioritas masalah yang dicari. Dimana
pada metode ini, sekelompok pakar atau orang yang dianggap memahami
permasalahan mengisi kuesioner, moderator menyimpulkan hasilnya dan
memformulasikan menjadi suatu kuesioner baru yang diisi kembali oleh kelompok
tersebut, demikian seterusnya. Hal ini merupakan proses pembelajaran (learning
process) dari kelompok tanpa adanya tekanan atau intimidasi individu.

Pemilihan prioritas masalah dilakukan melalui pertemuan khusus. Setiap


peserta yang sama keahliannya dimintakan untuk mengemukakan beberapa
masalah  pokok, masalah yang paling banyak dikemukakan adalah prioritas
masalah yang dicari. Adapun caranya adalah sebagai berikut:

a. Identifikasi masalah yg hendak/perlu diselesaikan;


b. Membuat kuesioner dan menetapkan peserta/para ahli yg dianggap
mengetahui dan menguasai permasalahan;
c. Kuesioner dikirim kepada para ahli, kemudian menerima kembali jawaban
kuesioner yang berisikan ide dan alternatif solusi penyelesaian masalah;
d. Pembentukan tim khusus untuk merangkum seluruh respon yang muncul dan
mengirim kembali hasil rangkuman kepada partisipan;

14
e. Partisipan menelaah ulang hasil rangkuman, menetapkan skala
prioritas/memeringkat alternatif solusi yang dianggap terbaik dan
mengembalikan kepada pemimpin kelompok/pembuatan keputusan.
Langkah-langkah dalam menetapkan bobot masalah:
a. Kriteria yang sudah ditetapkan dikaji dan dibahas secara rinci sehingga
kesahihannya (validitas) setiap kriteria diterima oleh semua anggota.
b. Masing-masing anggota menentukan, memberikan bobot terhadap kriteria yang
ada. Biasanya bobot yang diberikan berkisar antara 1-5 atau 1-10 apabila ingin
memperoleh variasi nilai yang cukup luas.
1) Kriteria yang sangat penting : Skor 5
2) Kriteria yang penting : Skor 4
3) Kriteria yang cukup penting : Skor 3
4) Kriteria yang kurang penting : Skor 2
5) Kriteria yang tidak penting : Skor 1
c. Bobot yang telah ditentukan pada masing-masing criteria dijumlahkan untuk
mendapatkan nilai rata-ratanya sehingga didapatkan bobot sebenarnya.
d. Menetapkan skor
Menetapkan skor permasalahan yang dihadapi atas dasar kriteria
yang telah ditentukan. Caranya dengan menjumlahkan skor dari
setiap kriteria, sehingga didapatkan skor total bagi setiap masalah
yang ada. Dari total inilah diperoleh urutan atau prioritas masalah
kesehatan
2. Metode Delbeque

Metode Delbeque adalah metode dimana penetapan prioritas masalah


dilakukan melalui kesepakatan sekelompok orang yang tidak sama keahliannya.
Oleh karena itu diperlukan penjelasan terlebih dahulu untuk meningkatkan
pengertian dan pemahaman peserta tanpa mempengaruhi peserta, sehingga
mereka mempunyai persepsi yang sama terhadap masalah-masalah yang akan
dibahas. Lalu diminta untuk mengemukakan beberapa masalah. Masalah yang
banyak dikemukakan adalah prioritas masalah.

15
Adapun caranya adalah sebagai berikut:

a. Peringkat masalah ditentukan oleh sekelompok ahli yang berjumlah antara 6


sampai 8 orang.
b. Mula-mula dituliskan pada white board masalah apa yang akan ditentukan
peringkat prioritasnya.
c. Kemudian masing-masing orang tersebut menuliskan peringkat atau urutan
prioritas untuk setiap masalah yang akan ditentukan prioritasnya.
d. Penulisan tersebut dilakukan secara tertutup.
e. Kemudian kertas dari masing-masing orang dikumpulkan dan hasilnya
dituliskan di belakang setiap masalah.
f. Nilai peringkat untuk setiap masalah dijumlahkan, jumlah paling kecil berarti
mendapat peringkat tinggi (prioritas tinggi). Delbeque menyarankan dilakukan
satu kali lagi pemberian peringkat tersebut, dengan harapan masing-masing
orang akan memertimbangkan kembali peringkat yang diberikannya setelah
mengetahui nilai rata-rata;Tidak ada diskusi dalam teknik ini,yaitu untuk
menghindari orang yang dominan memengaruhi orang lain.
3. Metode Hanlon
Metode ini memberikan cara untuk membandingkan berbagai masalah
kesehatan dengan cara yang relatif, tidak absolut/mutlak, memiliki kerangka,
sederajat, dan objektif.metode Hanlon memiliki tiga tujuan utama:
a. Memungkinkan para pengambil keputusan untuk mengidentifikasi faktor-faktor
eksplisit yang harus diperhatikan dalam menentukan prioritas
b. Untuk mengorganisasi faktor-faktor ke dalam kelompok yang memiliki bobot
relatif satu sama lain
c. Memungkinkan faktor-faktor agar dapat dimodifikasi sesuai dengan kebutuhan
dan dinilai secara individual.
Proses penentuan kriteria diawali dengan pembentukan kelompok yang akan
mendiskusikan, merumuskan dan menetapkan kriteria. Sumber informasi yang
dipergunakan dapat berasal dari :
a. Pengetahuan dan pengalaman individual para anggota
b. Saran dan pendapat nara sumber

16
c. Peraturan pemerintah yang relevan
d. Hasil rumusan analisa keadaan dan masalah kesehatan.
Langkah selanjutnya adalah :
a. Menginventarisir kriteria
b. Menginventalisir dan mengevaluasi criteria.
1. Metode Hanlon Kuantitatif merupakan salah satu cara untuk menetapkan urutan
pioritas masalah dengan memperhatikan 4 kriteria yaitu:
1. Kelompok kriteria A : besarnya masalah
2. Kelompok kriteria B : tingkat kegawatan masalah
3. Kelompok kriteria C : kemudahan penanggulangan masalah
4. Kelompok kriteria D : PEARL, dimana:
a) P : kesesuaian
b) E : secara ekonomi murah
c) A : dapat diterima
d) R : tersedia sumber
e) L : legalitas terjamin
Contoh metode hanlon kuantitatif:

n Investaris skor criteria Skor D NPD NPT Priorit


o masalah as
A B C P E A R L
1 Masalah tenaga 3 3 3 1 1 1 1 1 18 18 III
kesehatan
bidang P2P
pusk. x
2 Proses 4 3 3 1 1 1 1 1 21 21 II
pencatatan dan
pelaporan data
3 Kurangnya 4 4 3 1 1 1 1 1 24 24 I
pengetahuan dan
kesadaran
masyarakat

17
F. Analisa Faktor Penyebab Masalah
Analisa factor penyebab masalah dilakukan dengan diskusi untuk menganalisis
penyebab masalah masing-masing kelompok antara 3-7 orang. Untuk analisadapat
dilakukan dengan memilih metode yang dipahamai antara lain diagram tulang ikan
atau dengan pendekatan sistem analisa masalah dan penyebabnya. Masalah selalu
dimunculkan pada output (prestasi kerja) hal ini dapat dilihat pada hasil penghitungan
cakupan dari standar pelayanan minimal yaituhasil kegiatan selama bulan berjalan
dibagi sasaran dikalikan 100 prosen pada variabel dan sub-‐sub variabel.
Analisa penyebab mencakup proses manajemen (p1, p2, p3),sumber daya dan
lingkungan dan sumber daya merupakan faktor yang berpengaruh dan perlu
dipertimbangkan dalam pemecahan masalah.

Masalah (out put) Penyebab Masalah


Proses Sumber Daya Lingkungan
Cakupan Tidak ada POA Tenang Adanya
imunisasi Kurang kepercayaan yang
keliru terhadap
imunisasi

Kegiatan yang di lakukan untuk pemecahan masalah adalah penetapan tujuan


dan saran, serta mencari alternative pemecahan masalah. Misalnya, dari faktor-
faktor tersebut sasaran yang akan diperbaiki adalah:

1. Sasaran terhadap faktor manajemen (proses) menyusun POA.


2. Sasaran terhadap faktor sumber daya yang mengusahakan tenaga.
3. Sasaran terhadap factor lingkungan dengan meningkatkan pengetahuan
masyarakat tentang imunisasi.

Pengambilan keputusan dilakukan dengan:

18
1. Penyaringn kegitan dengan criteria mutlak. Misalnya : hasil didapatkan dalam
waktu 4 bulan biaya dapat ditanggung, dan tekhnologi yang di kuasai. Berikan
nilai 1 bila dapat dilaksanakan dan nilai 0 bila tidak dapat dilaksanakan
2. Pemberian bobot pada criteria keinginan. Misalnya biaya rumah, mudah
dilaksanakan dan bersifat mendidik
3. Penilaian kegiatan dengan criteria keinginan.

G. Pemecahan Masalah
Pemecahan masalah adalah suatu proses terencana yang perlu dilaksanakan
agar memperoleh penyelesaian tertentu dari sebuah masalah yang mungkin tidak
didapat dengan segera (Saad & Ghani, 2008:120).
1. Penetapan Tujuan
Tujuan Pemecahan Masalah ini adalah menghilangkan / mengurangi faktor-‐
faktor penyebab.
Kegiatan yang dilakukan berupa :
1.Pencapaian tujuan dan sasaran.
2.Mencari alernatif Pemecahan Masalah.
Contoh penetapan tujuan khusus : Meningkatkan cakupan Imunisasi dari 60%
menjadi 80% dalam waktu satu tahun di Puskesmas Sukamaju
2. Penetapan sasaran
Contoh penetapan sasaran yaitu:
a. Sasaran terdapat factor manajemen (proses) menyusun POA
b. Sasaran terhadap factor sumber daya
Mengusahakan tenaga
c. Sasaran terhadap factor lingkungan
Meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang imunisasi
3. Pengembangan alternative
Pengembangan alternative adalah melaksanakan pencarian untuk kemungkinan
alternative untuk mempertimbangkan tindakan atau cara/langkah untuk mengatasi
sasaran. Contoh:

Sasaran Alternative kegiatan

19
1. menyusun POA - Konsultasi dengan DINKES tk. ll
imunisasi - Mempelajari cara menyusun POA
- Menyusun POA

2. Mengusahakan tenaga -Mengusulkan tenaga ke DINKES tk. ll


- Mengangkat tenaga honorer
-Efesiensi kerja yang ada
3. Meningkatkan - Kerja sama dengan TOMA
pengetahuan - Kerja sama dengan Lintas Sektor
- Meningkatkan penyuluhan terhadap
masyarakat

H. Pengambilan Keputusan
Pengambilan keputusan itu adalah  suatu cara yang digunakan untuk
memberikan suatu pendapat yang dapat menyelesaikan suatu masalah dengan
cara / teknik tertentu agar dapat lebih diterima oleh semua pihak.
1. Langkah-langkah pengambilan keputusan
a. Langkah pertama = Penyaringan kegiatan dengan kriteria mutlak.
Masukkan kegiatan kekolom kegiatan kemudian disaring dengan Kriteria mutlak
berikan nilai I apabila dapat dilandaskan dan nilai O apabila tidak dapat
dilaksanakan, jika salah satu dari kegiatan tersebut tidak memenuhi
persyaratan criteria mutlak nilainya = 0
Penyaringan kegiatan yang akan dilaksanakan dalam rangka peningkatan
cakupan imunisasi

N Alternatif Kegiatan Kriteria


O. Hasil dpt Biaya dpt Teknologi Hasil
dlm wkt 4 ditanggung yg
bln pusk. dikuasai
1. Konsultasi I I I I
penyusunan POA
dengan dinkes tk. ll

20
2 Penyusunan POA I I I I
bersama
3. . Usulan tenaga ke tk ll I I I I
4. Mengangkat tenaga I 0 - 0
honorer
5. Efesiensi kerja yang I I I I
ada
6. Kerja sama dengan I I I I
TOMA
7. Kerja sama dengan I 0 I 0
Lintas Sektor
8. Meningkatkan
penyuluhan terhadap I I I I
masyarakat

Kegiatan yang memenuhi kriteria mutlak dari hasil penyaringan kegiatan


pada langkah diatas adalah:

1) Konsultasi penyusunan POA dengan dinkes tk. ll


2) Penyusunan POA bersama di puskesmas
3) Mengusulan tenaga jurim tambahan ke tk ll
4) Efesiensi tenaga yang ada
5) Kerja sama dengan TOMA
6) Meningkatkan penyuluhan terhadap masyarakat
Penyaringan kegiatan dengan criteria keinginan
Contoh kriteria keinginan:
1) Biayanya murah
2) Mudah dilaksanakan oleh staf puskesmas
3) Bersifat mendidik
b. Langkah kedua = Memberikan bobot pada kritria keinginan

21
1. Biayanya murah Bobot 10
2. Mudah dilaksanakan oleh staf puskesmas Bobot 8
3. Bersifat mendidik Bobot 6

c. Langkah ketiga = Penilaian kegiatan dengan menggunakan Kriteria keinginan

N Alternatif Kegiatan Kriteria keinginan


O. Biaya Mudah Bersifat hasil
murah dilaksanakan mendidik
(10) (8) (6)
1. Konsultasi POA 5x10 6x8 7x6 140
2. penyusunan POA 7x10 5x8 6x6 146
3. Usulan tenaga ke tk ll 7x10 6x8 6x8 136
4. . Efesiensi kerja yang 6x10 4x8 5x6 122
ada
5. Kerja sama dengan 5x10 5x8 6x6 126
TOMA
6. Kerja sama dengan 5x10 6x8 6x6 134
Lintas Sektor

Dari hasil diatas maka keputusan yang diambil untuk kegiatan meningkatkan
cakupan imunisasi adalah
1) penyusunan POA di puskesmas
2) Konsultasi penyusunan POA di tk ll
3) Mengusulkan tenaga
4) Kerja sama dengan Lintas Sektor
5) Kerja sama dengan TOMA
6) Efisiensi tenaga

22
I. Pengambilan keputusan
Matrik rencana operasional

kegiatan Tujuan sasaran Biaya/ waktu Penanggung- Renc. Ket.


sumber Jawab penilaian

Kriteria : Adalah ciri dari subyek yang akan dinilai, bisa kriteria input, proses, output,
dampak.
Indikator : Variabel/subvariabel yang memberi petunjuk adanya perubahan dari
kriteria.
Standart : Tingkat / level yang dipakai untuk membanding dari variabel / sub variabel
pada Indikator.
Pengukuran : Perhitungan yang digunakan dapat berupa rate-‐ ratio
proporsi / presentasi atau rumus lain.
Data : Data yang diperoleh pada saat pelaksanaan evaluasi berupa keadaan yang
sebenarnya.
Hasil : Merupakan interprestasi dari data sesudah dibandingkan dengan standar yang
telah ditentukan berupa efektifitas atau efisiensi.

J. Penilaian

23
Contoh :

kriteria indikator standar Pengukura data hasil


n
Output Jml bayi Jml bayi Jml bayi 300
cakupan yang yang diimunisasi -----x 100 130 %
Imunisasi diimunisa direncana dibanding 230 efektif
si kan jml bayi
mendapat yang ada
imunisasi

Input Dana yang Jumlah 24000


Transfor Dana tersedia dana yang 3000
masi yang ada tahun lalu dibagi -------x100% 80 %
input- tahun ini Rp. jumlah 23000
output Rp. 23.000,-‐ bayi yang 230
dana 24.000,-‐ diimunisasi
yang Output : tahun ini
tersedia Output : Jumlah
dibandin bayi yang Jml dana
g bayi Jumlah diimunisas dibagi jml
yang di bayi yang i th lalu : bayi yang
imunisasi diimunisa 230 diimunisasi
si th ini : tahun lalu
300

Rencana Pelaksanaan dan Pengendalian


Langkah-‐langkah pelaksanaan dan pengendalian adalah sebagai berikut : 1).
Pengorganisasian
Menetapkan para penanggung jawab dan para pelaksana untuk setiapkegiatan serta
untuk setiap satuan wilayah kerja.
2). Penyelenggaraan

24
Pelaksana yang telah ditetapkan pada pengorganisasian, ditugaskan
menyelenggarakan kegiatan Puskesmas sesuai dengan rencana yang telah
ditetapkan.
a). Mengkaji ulang rencana pelaksanaan yang telah disusun terutama yang
menyangkut jadwal pelaksanaan, target pencapaian, lokasi wilayah kerja dan rincian
tugas penanggung jawab dan pelaksana.
b). Menyusun jadwal kegiatan bulanan untuk tiap petugas sesuai dengan rencana
pelaksanaan yang telah disusun. Beban kegiatan Puskesmas harus terbagi habis
dan merata kepada seluruh petugas.
c). Menyelenggarakan dan melaksanakan kegiatan sesuai dengan jadwal yang
telah ditetapkan.
3). Kendali Mutu
Prinsip program kendali mutu adalah kepatutan terhadap berbagai standart dan
pedoman pelayanan serta etika profesi, yang memuaskan pemakai jasa pelayanan
yang telah dilaksanakan setiap 6 bulan sekali.
4). Kendali Biaya
Penyelenggaraan kegiatan Puskesmas harus menerapkan program kendali biaya.
Prinsip program kendali biaya adalah kepatuhan terhadap rencana biaya yang telah
ditetapkan sesuai penetapan anggaran dan dapat dipertanggungjawabkan
akuntabilitas penggunaan anggaran dimaksud.

DAFTAR PUSTAKA

Runjati. Asuhan kebidanan komunita. Jakarta: EGC.2010

http://irsa22.blogspot.com/2016/03/penyajian-data-penelitian.html

http://dinus.ac.id/repository/docs/ajar/BAB_II.docx

25
https://fdokumen.com/document/prioritas-masalah-kelompok-3-569eb34ca6202.html

Prof. Dr. Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Pendidikan (pendekatan kualitatif,


kuantitatif dan R dan D). ALFABETA: Bandung
Purwanto, M. Pd . 2010. Metodologi penelitian kuantitatif untuk Psikologi dan
Pendidikan. Pustaka pelajar: Yogyakarta

Saad,N.Ghani,S&Rajendran N.S 2005. The Sources of Pedagogical Content


Knowledge (PCK) Used by Mathematics Teacher During Instructions: A Case Study.
Departement of Mathematics. Universiti Pendidikan Sultan Idris.

26

Anda mungkin juga menyukai