Laporan Identifikasi Senyawa Flavoniolid Fix
Laporan Identifikasi Senyawa Flavoniolid Fix
DISUSUN OLEH :
NIM : 1948201006
Laboratorium Farmakognosi
PROGRAM STUDI S1 FARMASI
STIKES MUHAMMADIYAH KUNINGAN
2019
I. TUJUAN PERCOBAAN
Melakukan pengujian fitokimia terhadap beberapa simplisia
tumbuhan obat sehingga diketahui golongan metabolit sekunder
yang terkandung dalam simplisia tersebut.
II. TINJAUAN TEORI
Fitokimia atau kimia tumbuhan mempelajari aneka ragam senyawa
organik yang dibentuk dan ditimbun oleh tumbuhan yaitu mengenai struktur
kimianya, biosintesisnya, perubahan serta metabolismenya, penyebarannya secara
alamiah serta fungsi biologinya. Tumbuhan menghasilkan berbagai macam
senyawa kimia organik, senyawa kimia ini bisa berupa metabolit primer maupun
metabolit sekunder. Kebanyakan tumbuhan menghasilkan metabolit sekunder,
metabolit sekunder juga dikenal sebagai hasil alamiah metabolisme. Hasil dari
metabolit sekunder lebih kompleks dibandingkan dengan metabolit primer.
Berdasarkan asal biosintetiknya, metabolit sekunder dapat dibagi ke dalam tiga
kelompok besar yakni terpenoid (triterpenoid, steroid, dan saponin) alkaloid dan
senyawa-senyawa fenol (flavonoid dan tanin) (Simbala, 2009).
Flavonoid merupakan salah satu senyawa golongan fenol alam yang
terbesar (Harbone, 1987). Flavonoid terdapat dalam semua tumbuhan hijau
sehingga pasti ditemukan pada setiap telah ekstrak tumbuhan (Markham, 1988).
Dalam tumbuhan flavomoid terikat pada gula sebagai glikosida dan aglikon
flavonoid. Stuktur flavonoid aya 15 atom karbon, terdiri dari 2 cincin benzane
yang dihubungkan menjadi satu oleh rantai linier yang terdiri dari 3 atom karbon.
Dapat ditulis sebagai berikut : C6-C3-C6 (Manitto, 1992). Susunan ini dapat
dihasilkan tiga jenis stuktur, yaitu : flavonoid (1,3-diarilporpana), isoflavonoid
(1,2- diarilporpana), neoflavonoid (1,1- diarilporpana) (Harbone, 1987).
Flavonoid merupakan senyawa pereduksi yang baik, menghambat banyak
reaksi oksidasi, baik secara enzim maupun non enzim. Pada tumbuhan flavonoid
ini berfungsi sebagai pengaturan tumbuh, pengaturan fotosintetis antimikroba dan
antivirus. Flavonodi dapat dijadikan obat tradisional karena flavonoid dapat
bekerja sebagai inhibitor pemafasan, menghambat aldoreduktase, monoamina
oksidase, protein kinase, DNA polimerase dan lipooksigenase (Robinson, 1995).
1. SIMPLISIA CURCUMAE AEROGINSAE RHIZOMA
Nama lain : Temu hitam
Nama tanaman asal : Curcuma aeruginosa (Roxb)
Keluarga : Zingiberaceae
Zat berkhasiat utama/isi : Minyak atsiri, pati, damar, lemak
Persyaratan kadar : Minyak atsiri tidak kurang dari 0,3 %
Penggunaan : Bagian dari jamu, antirematik,
karminativa
Pemerian : Bau aromatik lemah, rasa sangat
pahit, lama – lama menimbulkan rasa tebal
Bagian yang digunakan : Kepingan – kepingan akar tinggal yang
dikeringkan
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
Salah satu khasiat daun saga yaitu sebagai obat sariawan. Penggunaan
daun saga dimasyarakat sebagai obat sariawan dengan cara dikunyah (Solanki and
Maitreyi, 2014), diseduh dan setelah dingin diminum seperti teh (Sastroamidjojo,
2001). Cara penggunaan ini dianggap tidak praktis sehingga perlu dibuat sediaan
tablet hisap. Tujuan pembuatan tablet hisap selain untuk memudahkan pemakaian,
juga untuk memberikan efek lokal dalam rongga mulut serta memberikan efek
yang lebih cepat karena zat aktif akan diabsorpsi melalui mukosa mulut sehingga
akan masuk kedalam pembuluh darah (Banker and Anderson, 1994).
Keluarga : Papilionaceae
Keluarga : Zingiberaceae
B. PEMBAHASAN
Metabolit sekunder adalah golongan senyawa yang terkandung
dalam tubuh organisme yang terbentuk melalui proses metabolisme sekunder
yang disintesis dari banyak senyawa metabolisme primer, seperti asam amino,
asetil koenzim A, asam mevalonat dan senyawa antara dari jalur shikimat.
Pada praktikum metabolit sekunder kali ini dilakukan pengujian
metabolit sekunder seperti uji Flavonoid.
Pada uji Flavonoid dilakukan pengujian pada simplisia tanaman
Curcumae Domesticae Rhizoma (Kunyit), Abri Folium (daun saga) dan
Curcumae Aearoginsae Rhizoma (temu hitam) yang telah diencerkan. Dari hasil
pengujian tersebut diketahui bahwa flavonoid pada Curcuma Domesticae
Rhizoma (kunyit) lebih tinggi daripada kandungan flavonoid pada Abri Folim
(daun saga) dan Zingiberish Rhizoma (rimpang jahe) karena pada Curcumae
Domesticae Rhizoma (kunyit) warnanya lebih pekat dibandingkan warna pada
Abri Folium (daun saga) dan Curcumae Aearoginsae Rhizoma (temu hitam).
Kunyit merupakan salah satu jenis tanaman obat yang banyak
memiliki manfaat dan banyak ditemukan diwilayah Indonesia. Kunyit merupakan
jenis rumput – rumputan, tingginya sekitar 1 meter dan bunganya muncul dari
puncuk batang semu dengan panjang sekitar 10 – 15 cm dan berwarna putih.
Umbi akarnya berwarna kuning tua, berbau wangi aromatis dan rasanya sedikit
manis. Bagian utamanya dari tanaman kunyit adalah rimpangnya yang berada
didalam tanah. Rimpangnya memiliki banyak cabang dan tumbuh menjalar,
rimpang induk biasanya berbentuk elips dengan kulit luarnya berwarna jingga
kekuning – kuningan.
Kandungan zat-zat kimia yang terdapat dalam rimpang kunyit
adalah sebagai berikut :
zat warna kurkuminoid yang merupakan suatu senyawa diarilheptanoid 3-
4% yang terdiri dari Curcumin, dihidrokurkumin, desmetoksikurkumin
dan bisdesmetoksikurkumin.
Minyak atsiri 2-5% yang terdiri dari seskuiterpen dan turunan fenilpropana
turmeron (aril-turmeron, alpha turmeron dan beta turmeron), kurlon
kurkumol, atlanton, bisabolen, seskuifellandren, zingiberin, aril kurkumen,
humulen.
Arabinosa, fruktosa, glukosa, pati, tanin dan dammar.
Mineral yaitu magnesium besi, mangan, kalsium, natrium, kalium, timbal,
seng, kobalt, aluminium dan bismuth
Protein
Vitamin A
Vitamin B1
Vitamin B6
Vitamin C
Saponin
Flavonoid
Tannin
Alkaloid
Kalsium oksalat
Glisirizin
Flisirizinat
Polygalacturomic acid
Pentosan
VII. LAMPIRAN