Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PRAKTIKUM BIOFARMASETIKA

DISTRIBUSI DAN EKRESI TETES MATA


KLORAMFENIKOL

KELOMPOK 4 :

AYU SAPUTRI

DENDI FAZRIYANA

LENI NURHAENI

FALIYAH

PROGRAM STUDI S1 FARMASI

STIKES MUHAMMADIYAH KUNINGAN


TAHUN 2021

I. Tujuan

Tujuan dari praktikum ini adalah agar mahasiswa mengetahui dan memahami
distribusi dan ekskresi obat yang dipakai secara topical (tetes mata).

II. Dasar Teori

Menurut Farmakope indonesia edisi III, tetes mata adalah sediaan steril yang
berupa larutan atau suspensi yang digunakan dengan cara meneteskan obat pada
selaput lendir mata disekitar kelopak mata dari bola mata. Tetes mata adalah
larutan berair atau larutan berminyak yang idealnya harus memiliki sifat-sifat
sebagai berikut :

1. Sediaan harus steril.


2. Sediaan bebas dari efek iritan.
3. Sediaan sebaiknya mengandung pengawet yang cocok untuk mencegah
pertumbuhan dari mikroorganisme yang dapat berbahaya yang dihasilkan
selama penggunaan.
4. Jika dimungkinkan larutan berair harus isotonis dengan sekresi lakrimal
konsentrasi ion hidrogen sebaliknya cocok untuk obat khusus, dan
idelanya tidak terlalu jauh dari netral.
5. Sediaan harus stabil secara kimia.

Obat didalam tubuh akan mengalami suatu proses yang disebut dengan
farmakokinetik. Farmakokinetik atau kinetika obat adalah nasib obat dalam tubuh
atau efek tubuh terhadap obat. Farmakokinetik mencakup 4 proses, yaitu proses
absorpsi (A), distribusi (D), metabolisme (M), dan ekskresi (E). Metabolisme atau
biotransformasi dan ekskresi bentuk utuh atau bentuk aktif merupakan proses
eliminasi obat. (Gunawan, 2009).

1. Absorpsi.
Absorpsi merupakan proses masuknya obat dari tempat pemberian ke
dalam darah. Bergantung pada cara pemberiannya, tempat pemberian
obat adalah saluran cerna (mulut sampai rektum), kulit, paru, otot, dan
lain-lain. Yang terpenting adalah cara pemberian obat per oral, dengan
cara ini tempat absorpsi utama adalah usus halus karena memiliki
permukaan absorpsi yang sangat luas, yakni 200 meter persegi (panjang
280 cm, diameter 4 cm, disertai dengan vili dan mikrovili ) (Gunawan,
2009).
Absorpsi obat meliputi proses obat dari saat dimasukkan ke dalam tubuh,
melalui jalurnya hingga masuk ke dalam sirkulasi sistemik. Pada level
seluler, obat diabsorpsi melalui beberapa metode, terutama transport aktif
dan transport pasif.
2. Distribusi
Distribusi obat adalah proses obat dihantarkan dari sirkulasi sistemik ke
jaringan dan cairan tubuh. Distribusi obat yang telah diabsorpsi
tergantung beberapa faktor :
a. Aliran darah
Setelah obat sampai ke aliran darah, segera terdistribusi ke organ
berdasarkan jumlah aliran darahnya. Organ dengan aliran darah
terbesar adalah Jantung, Hepar, Ginjal. Sedangkan distribusi ke organ
lain seperti kulit, lemak dan otot lebih lambat.
b. Permeabilitas kapiler
Tergantung pada struktur kapiler dan struktur obat.
c. Ikatan protein
Obat yang beredar di seluruh tubuh dan berkontak dengan protein
dapat terikat atau bebas. Obat yang terikat protein tidak aktif dan
tidak dapat bekerja. Hanya obat bebas yang dapat memberikan efek.
Obat dikatakan berikatan protein tinggi bila >80% obat terikat
protein.
3. Metabolisme
Metabolisme/biotransformasi obat adalah proses tubuh merubah
komposisi obat sehingga menjadi lebih larut air untuk dapat dibuang
keluar tubuh. Obat dapat dimetabolisme melalui beberapa cara :
a. Menjadi metabolit inaktif kemudian diekskresikan;
b. Menjadi metabolit aktif, memiliki kerja farmakologi tersendiri dfan
bisa dimetabolisme lanjutan.
4. Ekskresi
Ekskresi obat artinya eliminasi/pembuangan obat dari tubuh. Sebagian
besar obat dibuang dari tubuh oleh ginjal dan melalui urin. Obat juga
dapat dibuang melalui paru-paru, eksokrin (keringat, ludah, payudara),
kulit dan taraktusintestinal. Organ terpenting untuk ekskresi obat adalah
ginjal. Obat diekskresi melalui ginjal dalam bentuk utuh maupun bentuk
metabolitnya. Ekskresi dalam bentuk utuh atau bentuk aktif merupakan
cara eliminasi obat melui ginjal. Ekskresi melalui ginjal melibatkan 3
proses, yakni filtrasi glomerulus, sekresi aktif di tubulus. Fungsi ginjal
mengalami kematangan pada usia 6-12 bulan, dan setelah dewasa
menurun 1% per tahun. Ekskresi obat yang kedua penting adalah melalui
empedu ke dalam usus dan keluar bersama feses. Ekskresi melalui paru
terutama untuk eliminasi gas anastetik umum (Gunawan, 2009).
Obat mengalami ekskresi bertujuan untuk mendetoksifikasi obat, karena
telah diketahui bahwa obat dianggap racun/ zat asing oleh tubuh. Organ
ekskresi juga bermacam-macam contohnya yang paling umum adalah
ginjal, kemudian paru-paru, saliva, keringat, air susu, empedu, dan lain-
lain. Proses ekskresi melalui ginjal terdapat 3 tahapan yaitu :
a. Filtrasi glomerulus.
b. Sekresi / reabsorpsi tubulus aktif.
c. Difusi aktif
III. Alat dan bahan
1. Alat :
 pipet tetes
 pot salep
 tabung reaksi
 penangs air
 beaker glass
2. Bahan :
 tetes mata kloramfenikol
 etanol 95%
 KCl
 Aquadest
 Na asetat anhidrat
 serbuk Zn
 Benzoil klorida
 FeCl3
 HCl 0,1 N
IV. Prosedur
 Tiap kelompok memilih 2 orang sungkawan untuk percobaan
 Pada hari praktikum sungkawan diberi 2 tetes obat tetes mata
kloramfenikol
 Sebelum ditetesi obat mata, kandung kencing dikosongkan dan urin
diambil untuk kontrol , saliva juga diambil untuk kontrol.
 Sampel saliva dikumpulkan setiap 4 menit selama 20 menit. Sampel urin
dikumpulkan pada menit ke – 5, 30, 60, 90, dan 120 setelah
menggunakan obat tetes mata.
 Lakukan analisa urin dan saliva sebagai berikut (FIIV) :
 Larutkan saliva dan urin dalam 1 ml etanol 95%
 Tambahkan 3 ml campuran dari 1 bagian larutan KCl dan 9
bagian air.
 Tambahkan 50 mg serbuk Zn
 Panaskan diatas penangas air selama 10 menit
 Endap tuangkan
 Tambahkan 10 mg Na Asetat Anhidrat dan 2 tetes benzol klorida.
Kocok selama 10 menit.
 Tambahkan 0,5 ml atau 10 tetes larutan FeCl3, lalu tambahkan
HCl sebanyak 25 tetes sehingga larutan jernih. Terjadi warna
violet merah sampai ungu.
V. Hasil percobaan
A. Sampel urine
Pemberian Keterangan
Kontrol 5 menit 30 menit 60 menit 90 menit 120
menit
Sebelum di Kuning Kuning Kuning Kuning Bening Keruh
tambhkan pekat pucat pucat pucat
etanol
Urine + etanol Kuning Kuning Keruh Bening Bening Bening
pucat pucat
+ 3 ml larutan Keruh Keruh Bening Bening Bening Bening
KCl
+ 50 mg Saat dipanaskan terjadi reaksi yaitu sampel mendidih di dalam
serbuk Zn dan tabung reaksinya masing-masing.
dipanaskan
selama 10
menit
Setelah Keruh Keruh Bening Bening Bening Bening
dipanaskan
tuangkan
sampel yang
jernihnya
kedalam
tabung reaksi
yang berbeda
+ 10 mg Na Kuning Keruh Bening Bening Bening Bening
asetat dan 2 pucat dan dan dan dan
tetes benzol berbusa berbusa berbusa berbusa
klorida lalu
dikocok
selama 10
menit
+ 10 tetes Keruh Keruh Lebih Bening Bening Bening
larutan FeCl3 Keruh kuning kuning kuning
dan 25 tetes dari sedikit semakin pekat
HCl lalu kontrol pekat pekat
dikocok dan
menit ke
5

B. Sampel saliva

Pemberian Keterangan
Sebelum di tambhkan etanol Berwarna putih keruh
Urine + etanol Bening
+ 3 ml larutan KCl Bening
+ 50 mg serbuk Zn dan dipanaskan selama Berwrna hitam pucat
10 menit
Setelah dipanaskan tuangkan sampel yang Larutan
jernihnya kedalam tabung reaksi yang berwarna bening
berbeda
+ 10 mg Na asetat dan 2 tetes benzol klorida Berwarna bening
lalu dikocok selama 10 menit
+ 10 tetes larutan FeCl3 dan 25 tetes HCl Kontrol : bening
lalu dikocok 4 menit : bening agak keruh
8 menit : bening
12 menit : bening keruh terdapat
endapan
16 menit : bening agak keruh
20 menit : bening agak keruh

Tabel pengamatan

Saliva Urine
Kontrol Negatif Kontrol Negatif
4 menit Negatif 5 menit Negatif
8 menit Negatif 30 menit Negatif
12 menit Negatif 60 menit Positif
16 menit Negatif 90 menit Positif
20 menit Negatif 120 menit Positif

VI. Pembahasan
Praktikum kali ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui dan
memahami distribusi dan ekskresi obat yang diberikan atau dipakai secara topikal.
Distribusi dan ekskresi merupakan salah satu dari proses farmakokinetika obat.
Farmakokinetika atau kinetika obat adalah nasib obat dalam tubuh atau efek tubuh
terhadap obat. Farmakokinetika mencakup 4 proses, yaitu absorpsi (A), distribusi
(D), metabolisme (M), dan ekskresi (E).

Proses absorpsi sangat penting dalam menentukan efek obat. Pada


umumnya obat yang tidak diabsorpsi tidak menimbulkan efek, kecuali antasida
dan obat yang bekerja lokal. Proses absorpsi terjadi di berbagai tempat pemberian
obat, seperti saluran cerna, otot, rangka, paru-paru, kulit dan sebagainya. Obat
setelah diabsorpsi akan tersebar atau didistribusikan melalui sirkulasi darah untuk
selanjutnya dimetabolisme. Sebelum obat diekskresikan, umumnya obat
mengalami perubahan dengan adanya metabolisme di hepar. Organ yang paling
penting untuk ekskresi obat adalah ginjal. Ekskresi obat juga terjadi melalui
keringat, air liur, air mata, dan air susu, tetapi dalam jumlah yang relative kecil
sekali sehingga tidak berarti dalam pengakhiran efek obat.

Obat yang digunakan secara topikal pada percobaan ini adalah tetes mata
kloramfenikol (cendo fenicol 0,5%). Cendo fenicol adalah obat tetes mata yang
mengandung antibiotik kloramfenikol. Antibiotik kloramfenikol mempunyai efek
bakteriostatik dan bakterisid terhadap mikroorganisme yang peka. Aktivitas
antibakterinya meliputi bakteri : Escherichia coli, Haemophillus influenzae,
Staphylococcus aureus,dan Streptococcus hemolyticus.

Sebelum memulai praktikum sukrelawan harus mengosongkan kandung


kencing, dan menyiapkan sampel urin serta saliva sebagai kontrol sebelum
penggunaan tetes mata. Setelah menyiapkan kontrol, sukarelawan diberikan tetes
mata kloramfenikol. Pada uji saliva setiap 4 menit saliva pada sukarelawan
diambil dan di uji sampai pada menit 20. Sedangkan pada uji urin dilakukan pada
menit ke 5, 30, 60, 90, dan menit 120. Seluruh sampel saliva dan urine diberikan
perlakuan yang sama yaitu pertama sampel dilarutkan dengan etanol 95%
sebanyak 1ml dalam tabung reaksi. Kemudian dilanjutkan dengan menambahkan
larutan KCl yang sudah dicampur dengan aquades sebanyak 3ml. selanjutnya
ditambahkan dengan serbuk Zn sebanyak 50 mg dan dilanjutkan dengan
pemanasan pada penangas air selama 10 menit. Kemudian ditambahkan 10 mg Na
Asetat Anhidrat dan 2 tetes Benzol Klorida, lalu dikocok selama 10 menit. Dan
terakhir ditambahkan FeCl3 sebanyak 0,5 ml atau 10 tetes dan 25 tetes HCl
hingga larutan menjadi jernih.

Berdasarkan hasil pengamatan pada saliva, sampel pembanding dari menit


ke-4 hingga menit ke-20 menunjukkan nilai negatif, hal tersebut dilihat dengan
tidak berubahnya warna sampel menjadi pekat. Hal ini mungkin dikarenakan
dibutuhkan belum mengandung obat yang di distribusi ke saliva sehingga
kloramfenikol belum teridentifikasi dan membutuhkan beberapa jam untuk
ekskresi dari obatnya sendiri.

Pada pengujian sampel urine yang dimbil pada menit ke 5, 30, 60, 90 dan
120 diperoleh hasil positif pada menit ke 60, 90, dan 120. Bisa dilihat di lampiran
pada menit ke 60, 90, dan 120 mennjukkan semakin lama waktu maka perubahan
warnanya dari bening kuning semakin pekat.

Kesimpulan

Berdasarkan praktikum yang dilakukan diperoleh kesimpulan sebagai berikut :

1. Pada hasil pengamatan saliva tidak ada yang menunjukkan hasil positif,
hal ini dikarenakan sampel belum mengandung kloramfenikol atau belum
di distribusikan untuk di ekskresi dan mungkin membutuhkan beberapa
jam untuk ekskresi pada saliva ini.
2. Pada hasil pengamatan urine di menit ke 60, 90 dan 120 kloramfenikol
sudah mengalami ekskresi walaupun terdapat sedikit kloramfenikol yang
terkandung.
Lampiran Urine

Bahan HCl dan Bahan FeCl3 dan Benzol Klorida Bahan Zn


Alkohol 95% KCl

Urine Kontrol Urine ke 5menit Urine ke 30menit Urine ke


60menit

Urine ke 120menit Urine ke 90menit Pengambilan Urine + 1ml etanol


10ml
Hasil + 3ml KCl Hasil Penamabahan + Serbuk Zn
Urine+Etanol KCl

Lalu di panaskan Lalu dipisahkan Hasil setelah di + 10mg


10 menit larutan yang pisahkan Serbuk Na
bening ke dalam Asetat
tabung reaksi
yang kosong

Setelah itu di Hasil Na+benzol Hasil + 10 tetes FeCl3 + HCl 25 tetes


teteskan 2 tetes
benzol klorida

Hasil + HCl Dilakukan Hasil Setelah di Kocok


pengkocokan
10menit

Lampiran Saliva
Daftar pustaka

Ditjen POM, (1995), Farmakope Indonesia, Edisi III, Depkes RI, Jakarta.

Ganiswara, S.B.,(1995). Farmakologi dan Terapi, Edisi IV, Bagian Farmakologi


FKUI, Jakarta.

Kibbe,A.H.,(1994), Handbook of Pharmaceutical Excipient, The Pharmaceutical


Press, London

Parrot, L.E., (1971), Pharmaceutical Technology Fundamental Pharmaceutics,


Burgess Publishing Co, USA.

Tjay, T.H.,(2000), Obat – obat Penting,Edisi V, Depkes RI, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai