KELOMPOK 4 :
AYU SAPUTRI
DENDI FAZRIYANA
LENI NURHAENI
FALIYAH
I. Tujuan
Tujuan dari praktikum ini adalah agar mahasiswa mengetahui dan memahami
distribusi dan ekskresi obat yang dipakai secara topical (tetes mata).
Menurut Farmakope indonesia edisi III, tetes mata adalah sediaan steril yang
berupa larutan atau suspensi yang digunakan dengan cara meneteskan obat pada
selaput lendir mata disekitar kelopak mata dari bola mata. Tetes mata adalah
larutan berair atau larutan berminyak yang idealnya harus memiliki sifat-sifat
sebagai berikut :
Obat didalam tubuh akan mengalami suatu proses yang disebut dengan
farmakokinetik. Farmakokinetik atau kinetika obat adalah nasib obat dalam tubuh
atau efek tubuh terhadap obat. Farmakokinetik mencakup 4 proses, yaitu proses
absorpsi (A), distribusi (D), metabolisme (M), dan ekskresi (E). Metabolisme atau
biotransformasi dan ekskresi bentuk utuh atau bentuk aktif merupakan proses
eliminasi obat. (Gunawan, 2009).
1. Absorpsi.
Absorpsi merupakan proses masuknya obat dari tempat pemberian ke
dalam darah. Bergantung pada cara pemberiannya, tempat pemberian
obat adalah saluran cerna (mulut sampai rektum), kulit, paru, otot, dan
lain-lain. Yang terpenting adalah cara pemberian obat per oral, dengan
cara ini tempat absorpsi utama adalah usus halus karena memiliki
permukaan absorpsi yang sangat luas, yakni 200 meter persegi (panjang
280 cm, diameter 4 cm, disertai dengan vili dan mikrovili ) (Gunawan,
2009).
Absorpsi obat meliputi proses obat dari saat dimasukkan ke dalam tubuh,
melalui jalurnya hingga masuk ke dalam sirkulasi sistemik. Pada level
seluler, obat diabsorpsi melalui beberapa metode, terutama transport aktif
dan transport pasif.
2. Distribusi
Distribusi obat adalah proses obat dihantarkan dari sirkulasi sistemik ke
jaringan dan cairan tubuh. Distribusi obat yang telah diabsorpsi
tergantung beberapa faktor :
a. Aliran darah
Setelah obat sampai ke aliran darah, segera terdistribusi ke organ
berdasarkan jumlah aliran darahnya. Organ dengan aliran darah
terbesar adalah Jantung, Hepar, Ginjal. Sedangkan distribusi ke organ
lain seperti kulit, lemak dan otot lebih lambat.
b. Permeabilitas kapiler
Tergantung pada struktur kapiler dan struktur obat.
c. Ikatan protein
Obat yang beredar di seluruh tubuh dan berkontak dengan protein
dapat terikat atau bebas. Obat yang terikat protein tidak aktif dan
tidak dapat bekerja. Hanya obat bebas yang dapat memberikan efek.
Obat dikatakan berikatan protein tinggi bila >80% obat terikat
protein.
3. Metabolisme
Metabolisme/biotransformasi obat adalah proses tubuh merubah
komposisi obat sehingga menjadi lebih larut air untuk dapat dibuang
keluar tubuh. Obat dapat dimetabolisme melalui beberapa cara :
a. Menjadi metabolit inaktif kemudian diekskresikan;
b. Menjadi metabolit aktif, memiliki kerja farmakologi tersendiri dfan
bisa dimetabolisme lanjutan.
4. Ekskresi
Ekskresi obat artinya eliminasi/pembuangan obat dari tubuh. Sebagian
besar obat dibuang dari tubuh oleh ginjal dan melalui urin. Obat juga
dapat dibuang melalui paru-paru, eksokrin (keringat, ludah, payudara),
kulit dan taraktusintestinal. Organ terpenting untuk ekskresi obat adalah
ginjal. Obat diekskresi melalui ginjal dalam bentuk utuh maupun bentuk
metabolitnya. Ekskresi dalam bentuk utuh atau bentuk aktif merupakan
cara eliminasi obat melui ginjal. Ekskresi melalui ginjal melibatkan 3
proses, yakni filtrasi glomerulus, sekresi aktif di tubulus. Fungsi ginjal
mengalami kematangan pada usia 6-12 bulan, dan setelah dewasa
menurun 1% per tahun. Ekskresi obat yang kedua penting adalah melalui
empedu ke dalam usus dan keluar bersama feses. Ekskresi melalui paru
terutama untuk eliminasi gas anastetik umum (Gunawan, 2009).
Obat mengalami ekskresi bertujuan untuk mendetoksifikasi obat, karena
telah diketahui bahwa obat dianggap racun/ zat asing oleh tubuh. Organ
ekskresi juga bermacam-macam contohnya yang paling umum adalah
ginjal, kemudian paru-paru, saliva, keringat, air susu, empedu, dan lain-
lain. Proses ekskresi melalui ginjal terdapat 3 tahapan yaitu :
a. Filtrasi glomerulus.
b. Sekresi / reabsorpsi tubulus aktif.
c. Difusi aktif
III. Alat dan bahan
1. Alat :
pipet tetes
pot salep
tabung reaksi
penangs air
beaker glass
2. Bahan :
tetes mata kloramfenikol
etanol 95%
KCl
Aquadest
Na asetat anhidrat
serbuk Zn
Benzoil klorida
FeCl3
HCl 0,1 N
IV. Prosedur
Tiap kelompok memilih 2 orang sungkawan untuk percobaan
Pada hari praktikum sungkawan diberi 2 tetes obat tetes mata
kloramfenikol
Sebelum ditetesi obat mata, kandung kencing dikosongkan dan urin
diambil untuk kontrol , saliva juga diambil untuk kontrol.
Sampel saliva dikumpulkan setiap 4 menit selama 20 menit. Sampel urin
dikumpulkan pada menit ke – 5, 30, 60, 90, dan 120 setelah
menggunakan obat tetes mata.
Lakukan analisa urin dan saliva sebagai berikut (FIIV) :
Larutkan saliva dan urin dalam 1 ml etanol 95%
Tambahkan 3 ml campuran dari 1 bagian larutan KCl dan 9
bagian air.
Tambahkan 50 mg serbuk Zn
Panaskan diatas penangas air selama 10 menit
Endap tuangkan
Tambahkan 10 mg Na Asetat Anhidrat dan 2 tetes benzol klorida.
Kocok selama 10 menit.
Tambahkan 0,5 ml atau 10 tetes larutan FeCl3, lalu tambahkan
HCl sebanyak 25 tetes sehingga larutan jernih. Terjadi warna
violet merah sampai ungu.
V. Hasil percobaan
A. Sampel urine
Pemberian Keterangan
Kontrol 5 menit 30 menit 60 menit 90 menit 120
menit
Sebelum di Kuning Kuning Kuning Kuning Bening Keruh
tambhkan pekat pucat pucat pucat
etanol
Urine + etanol Kuning Kuning Keruh Bening Bening Bening
pucat pucat
+ 3 ml larutan Keruh Keruh Bening Bening Bening Bening
KCl
+ 50 mg Saat dipanaskan terjadi reaksi yaitu sampel mendidih di dalam
serbuk Zn dan tabung reaksinya masing-masing.
dipanaskan
selama 10
menit
Setelah Keruh Keruh Bening Bening Bening Bening
dipanaskan
tuangkan
sampel yang
jernihnya
kedalam
tabung reaksi
yang berbeda
+ 10 mg Na Kuning Keruh Bening Bening Bening Bening
asetat dan 2 pucat dan dan dan dan
tetes benzol berbusa berbusa berbusa berbusa
klorida lalu
dikocok
selama 10
menit
+ 10 tetes Keruh Keruh Lebih Bening Bening Bening
larutan FeCl3 Keruh kuning kuning kuning
dan 25 tetes dari sedikit semakin pekat
HCl lalu kontrol pekat pekat
dikocok dan
menit ke
5
B. Sampel saliva
Pemberian Keterangan
Sebelum di tambhkan etanol Berwarna putih keruh
Urine + etanol Bening
+ 3 ml larutan KCl Bening
+ 50 mg serbuk Zn dan dipanaskan selama Berwrna hitam pucat
10 menit
Setelah dipanaskan tuangkan sampel yang Larutan
jernihnya kedalam tabung reaksi yang berwarna bening
berbeda
+ 10 mg Na asetat dan 2 tetes benzol klorida Berwarna bening
lalu dikocok selama 10 menit
+ 10 tetes larutan FeCl3 dan 25 tetes HCl Kontrol : bening
lalu dikocok 4 menit : bening agak keruh
8 menit : bening
12 menit : bening keruh terdapat
endapan
16 menit : bening agak keruh
20 menit : bening agak keruh
Tabel pengamatan
Saliva Urine
Kontrol Negatif Kontrol Negatif
4 menit Negatif 5 menit Negatif
8 menit Negatif 30 menit Negatif
12 menit Negatif 60 menit Positif
16 menit Negatif 90 menit Positif
20 menit Negatif 120 menit Positif
VI. Pembahasan
Praktikum kali ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui dan
memahami distribusi dan ekskresi obat yang diberikan atau dipakai secara topikal.
Distribusi dan ekskresi merupakan salah satu dari proses farmakokinetika obat.
Farmakokinetika atau kinetika obat adalah nasib obat dalam tubuh atau efek tubuh
terhadap obat. Farmakokinetika mencakup 4 proses, yaitu absorpsi (A), distribusi
(D), metabolisme (M), dan ekskresi (E).
Obat yang digunakan secara topikal pada percobaan ini adalah tetes mata
kloramfenikol (cendo fenicol 0,5%). Cendo fenicol adalah obat tetes mata yang
mengandung antibiotik kloramfenikol. Antibiotik kloramfenikol mempunyai efek
bakteriostatik dan bakterisid terhadap mikroorganisme yang peka. Aktivitas
antibakterinya meliputi bakteri : Escherichia coli, Haemophillus influenzae,
Staphylococcus aureus,dan Streptococcus hemolyticus.
Pada pengujian sampel urine yang dimbil pada menit ke 5, 30, 60, 90 dan
120 diperoleh hasil positif pada menit ke 60, 90, dan 120. Bisa dilihat di lampiran
pada menit ke 60, 90, dan 120 mennjukkan semakin lama waktu maka perubahan
warnanya dari bening kuning semakin pekat.
Kesimpulan
1. Pada hasil pengamatan saliva tidak ada yang menunjukkan hasil positif,
hal ini dikarenakan sampel belum mengandung kloramfenikol atau belum
di distribusikan untuk di ekskresi dan mungkin membutuhkan beberapa
jam untuk ekskresi pada saliva ini.
2. Pada hasil pengamatan urine di menit ke 60, 90 dan 120 kloramfenikol
sudah mengalami ekskresi walaupun terdapat sedikit kloramfenikol yang
terkandung.
Lampiran Urine
Lampiran Saliva
Daftar pustaka
Ditjen POM, (1995), Farmakope Indonesia, Edisi III, Depkes RI, Jakarta.