Anda di halaman 1dari 29

Makalah

DEEP VEIN THROMBOSIS

(DVT)

Di susun oleh :

Husnul khatimah

Nurul Misna Lestari

DIV ALIH JENJANG FISIOTERAPI

1
POLTEKKES KEMENKES MAKASSAR

2021

BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Trombosis adalah terbentuknya masa dari unsur darah didalam pembuluh


darah vena atau arteri pada makluk hidup. Trombosis merupakan istilah
yang umum dipakai untuk sumbatan pembuluh darah, baik arteri maupun
vena. Trombosis hemostatis yang bersifat self-limited dan terlokalisir untuk
mencegah hilangnya darah yang berlebihan merupakan respon normal tubuh
terhadap trauma akut vaskuler, sedangkan trombosis patologis seperti
trombosis vena dalam (TVD), emboli paru, trombosis arteri koroner yang
menimbulkan infark miokard, dan oklusi trombotik pada serebro vaskular
merupakan respon tubuh yang tidak diharapkan terhadap gangguan akut dan
kronik pada pembuluh darah dan darah. Ahli bedah vaskular berperan untuk
mengeluarkan trombus yang sudah terbentuk yaitu dengan melakukan
trombektomi.
Konsep trombosis pertama kali diperkenalkan oleh Virchow pada
tahun 1856 dengan diajukamya uraian patofisiologi yang terkenal sebagai
Triad of Virchow, yaitu terdiri dari abnormalitas dinding pembuluh darah,
perubahan komposisi darah, dan gangguan aliran darah. Ketiganya merupakan

2
faktor-faktor yang memegang peranan penting dalam patofisiologi trombosis.
Dikenal dua macam trombosis, yaitu trombosis arteri dan trombosis vena
Etiologi trombosis adalah kompleks dan bersifat multifaktorial. Meskipun
ada perbedaan antara trombosis vena dan trombosis arteri, pada beberapa
hal terdapat keadaan yang saling tumpang tindih. Trombosis dapat
mengakibatkan efek lokal adan efek jauh. Efek lokal tergantung dari lokasi dan
derajat sumbatan yang terjadi pada pembuluh darah, sedangkan efek jauh berupa
gejal-gejala akibat fenomena tromboemboli. Trombosis pada vena besar akan
memberikan gejala edema pada ekstremitas yang bersangkutan. Terlepasnya
trombus akn menjadi emboli dan mengakibatkan obstruksi dalam sistem arteri,
seperti yang terjadi pada emboli paru, otak dan lain-lain.
B. TUJUAN

Secara umum, pembuatan makalah ini bertujuan untuk memberikan


informasi sebanyak mungkin mengenai penyakit deep vein thrombosis. Hal
tersebut perlu dilakukan mengingat bertambah banyaknya prevalensi pasien yang
mengidap penyakit deep vein thrombosis. Di samping itu, secara khusus,
pembuatan makalah ini berguna untuk calon perawat maupun perawat untuk
menegakkan diagnosa dan pelaksanaan asuhan keperawatan kepada pasien dengan
penyakit deep vein thrombosis.

C. RUMUSAN MASALAH

Secara garis besar, masalah yang diungkapkan dalam makalah ini dapat
dirumuskan sebagai berikut :
1. Apa yang dimaksud dengan penyakit deep vein thrombosis?
2. Mengapa penyakit deep vein thrombosis dapat terjadi?
3. Bagaimana seseorang dapat mengidap penyakit deep vein thrombosis?
4. Bagaimana penatalaksanaan pasien dengan penyakit deep vein thrombosis?
5. Apa yang seharusnya dilakukan seorang perawat terhadap pasien dengan
penyakit deep vein thrombosis?

A. BATASAN MASALAH

Batasan masalah atau ruang lingkup pembahasan makalah ini mencakup :


3
1. Pengertian Penyakit deep vein thrombosis
2. Penyebab atau Faktor Resiko Penyakit deep vein thrombosis
3. Tanda dan Gejala Penyakit deep vein thrombosis
4. Patofisiologi Penyakit deep vein thrombosis
5. Penatalaksanaan Penyakit deep vein thrombosis
6. Asuhan Keperawatan Penyakit deep vein thrombosis

BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN PENYAKIT DEEP VEIN THROMBOSIS

Arteri-arteri mempunyai otot-otot yang tipis didalam dinding-dinding


mereka supaya mampu untuk menahan tekanan darah yang dipompa jantung
keseluruh tubuh. Vena-vena tidak mempunyai lapisan otot yang signifikan, dan
disana tidak ada darah yang dipompa balik ke jantung kecuali fisiologi. Darah
kembali ke jantung karena otot-otot tubuh yang besar menekan/memeras vena-
vena ketika mereka berkontraksi dalam aktivitas normal dari gerakan tubuh.
Aktivitas-aktivitas normal dari gerakan tubuh mengembalikan darah ke jantung.
Ada dua tipe dari vena-vena di kaki; vena-vena superficial (dekat
permukaan) dan vena-vena deep (yang dalam). Vena-vena superficial terletak
tepat dibawah kulit dan dapat terlihat dengan mudah pada permukaan. Vena-vena
deep, seperti yang disiratkan namanya, berlokasi dalam didalam otot-otot dari
kaki. Darah mengalir dari vena-vena superficial kedalam sistim vena dalam
melalui vena-vena perforator yang kecil. Vena-vena superficial dan perforator
mempunyai klep-klep (katup-katup) satu arah didalam mereka yang mengizinkan
darah mengalir hanya dari arah jantung ketika vena-vena ditekan.
Bekuan darah (thrombus) dalam sistim vena dalam dari kaki adalah
sebenarnya tidak berbahaya. Situasi menjadi mengancam nyawa ketika sepotong
dari bekuan darah terlepas (embolus, pleural=emboli), berjalan ke arah muara
melalui jantung kedalam sistim peredaran paru, dan menyangkut dalam paru.
Diagnosis dan perawatan dari deep venous thrombosis (DVT) dimaksudkan untuk
mencegah pulmonary embolism.

4
Bekuan-bekuan dalam vena-vena superficial tidak memaparkan bahaya
yang menyebabkan pulmonary emboli karena klep-klep vena perforator bekerja
sebagai saringan untuk mencegah bekuan-bekuan memasuki sistim vena dalam.
Mereka biasanya tidak berisiko menyebabkan pulmonary embolism.

B. PENYEBAB ATAU FAKTOR RESIKO PENYAKIT DEEP VEIN


THROMBOSIS

Darah dimaksudkan untuk mengalir; jika ia menjadi mandek ada potensi


untuknya untuk membeku/menggumpal. Darah dalam vena-vena secara terus
menerus membentuk bekuan-bekuan yang mikroskopik yang secara rutin
diuraikan oleh tubuh.

5
Jika keseimbangan dari pembentukan bekuan dan pemecahan dirubah,
pembekuan/penggumpalan yang signifikan dapat terjadi. Thrombus dapat
terbentuk jika satu, atau kombinasi dari situasi-situasi berikut hadir:
1. Imobilitas (Keadaan Tak Bergerak)
 Perjalanan dan duduk yang berkepanjangan, seperti penerbangan-
penerbangan pesawat yang panjang ("economy class syndrome"),
mobil, atau perjalanan kereta api
 Opname rumah sakit
 Operasi
 Trauma pada kaki bagian bawah dengan atau tanpa operasi atau gips
 Kehamilan, termasuk 6-8 minggu setelah partum
 Kegemukan
1. Hypercoagulability (Pembekuan darah lebih cepat daripada biasanya)
 Obat-obat (contohnya, pil-pil pengontrol kelahiran, estrogen)
 Merokok
 Kecenderungan genetik
 Polycythemia (jumlah yang meningkat dari sel-sel darah merah)
 Kanker
1. Trauma pada vena
 Patah tulang kaki
 Kaki yang memar

6
 Komplikasi dari prosedur yang invasif dari vena

A. TANDA DAN GEJALA PENYAKIT DEEP VEIN THROMBOSIS

Sekitar 50% penderita tidak menunjukkan gejala sama sekali. Jika


trombosis menyebabkan peradangan hebat dan penyumbatan aliran darah, otot
betis akan membengkak dan bisa timbul rasa nyeri, nyeri tumpul jika disentuh dan
teraba hangat. Pergelangan kaki, kaki atau paha juga bisa membengkak,
tergantung kepada vena mana yang terkena.
Beberapa trombus mengalami penyembuhan dan berubah menjadi jaringan
parut, yang bisa merusak katup dalam vena. Sebagai akibatnya terjadi
pengumpulan cairan (edema) yang menyebabkan pembengkakan pada
pergelangan kaki. Jika penyumbatannya tinggi, edema bisa menjalar ke tungkai
dan bahkan sampai ke paha. Pagi sampai sore hari edema akan memburuk karena
efek dari gaya gravitasi ketika duduk atau berdiri. Sepanjang malam edema akan
menghilang karena jika kaki berada dalam posisi mendatar, maka pengosongan
vena akan berlangsung dengan baik.
Gejala lanjut dari trombosis adalah pewarnaan coklat pada kulit, biasanya
diatas pergelangan kaki. Hal ini disebabkan oleh keluarnya sel darah merah dari
vena yang teregang ke dalam kulit. Kulit yang berubah warnanya ini sangat peka,
cedera ringanpun (misalnya garukan atau benturan), bisa merobek kulit dan
menyebabkan timbulnya luka terbuka (ulkus, borok).
Trombosis vena dalam merupakan keadaan darurat yang harus secepat
mungkin didiagnosis dan diobati, karena sering menyebabkan terlepasnya
trombus ke paru dan jantung. Tanda dan gejala klinis yang sering ditemukan
berupa :
- Pembengkakan disertai rasa nyeri pada daerah yang bersangkutan, biasanya pada
ekstremitas bawah. Rasa nyeri ini bertambah bila dipakai berjalan dan tidak
berkurang dengan istirahat.
- Kadang nyeri dapat timbul ketika tungkai dikeataskan atau ditekuk.
- Daerah yang terkena berwarna kemerahan dan nyeri tekan
- Dapat dijumpai demam dan takikardi walaupun tidak selalu

7
1. Superficial thrombophlebitis
Bekuan-bekuan darah pada sistim vena superficial paling sering terjadi
disebabkan oleh trauma (luka) pada vena yang menyebabkan terbentuknya bekuan
darah kecil. Peradangan dari vena dan kulit sekelilingnya menyebabkan gejala
dari segala tipe peradangan yang lain:
 kemerahan,
 kehangatan,
 kepekaan, dan
 pembengkakan.
Sering vena yang terpengaruh dapat dirasakan sebagai tali menebal yang
kokoh. Mungkin ada peradangan yang menyertai sepanjang bagian dari vena.
Meskipun ada peradangan, tidak ada infeksi.

8
Varicosities dapat memberi kecenderungan pada superficial
thrombophlebitis. Ketika klep-klep dari vena-vena yang lebih besar pada sistim
superficial gagal (vena-vena saphenous yang lebih besar dan lebih berkurang),
darah dapat mengalir balik dan menyebabkan vena-vena untuk membengkak dan
menjadi menyimpang atau berliku-liku. Klep-klep gagal ketika vena-vena
kehilangan kelenturan dan peregangannya. Ini dapat disebabkan oleh umur,
berdiri yang berkepanjangan, kegemukan, kehamilan, dan faktor-faktor genetik.
1. Deep Venous Thrombosis
Gejala-gejala dari deep vein thrombosis berhubungan dengan rintangan
dari darah yang kembali ke jantung dan menyebabkan aliran balik pada kaki.
Secara klasik, gejala-gejala termasuk:
 nyeri,
 bengkak,
 kehangatan, dan
 kemerahan.
Tidak semua dari gejala-gejala ini harus terjadi; satu, seluruh, atau tidak
ada mungkin hadir dengan deep vein thrombosis. Gejala-gejala mungkin meniru
infeksi atau cellulitis dari kaki.
Menurut sejarah, dokter-dokter akan mencoba menimbulkan sepasang
penemuan-penemuan klinik untuk membuat diagnosis. Dorsiflexion dari kaki
(menarik jari-jari kaki menuju ke hidung, atau Homans' sign) dan Pratt's sign
(memencet betis untuk menghasilkan nyeri), telah ditemukan tidak efektif dalam
membuat diagnosis.
A. PATOFISIOLOGI PENYAKIT DEEP VEIN THROMBOSIS

Trombosis vena terjadi akibat aliran darah menjadi lambat atau terjadinya
statis aliran darah, sedangkan kelainan endotel pembuluh darah jarang merupakan
faktor penyebab. Trombus vena sebagian besar terdiri dari fibrin dan eritrosit dan
hanya mengandung sedikit masa trombosit. Pada umumnya menyerupai reaksi
bekuan darah dalam tabung.
Faktor-faktor penyebab pada trombosis vena dikenal dengan virchow triad
(tigaserangkai Virchow) yaitu :

1. Perubahan dinding pembuluh darah

9
Pembuluh darah yang dilapisi oleh semacam lapisan khusus dari sel yang disebut
sel endotel. Ini adalah semacam sel yang memiliki sifat khusus, mencegah
pembekuan darah normal di atasnya. Apapun yang merusak sel endotel, dapat
menyebabkan darah menggumpal pada lapisan pembuluh darah di bawah sel
endotel. Dinding pembuluh juga dapat berubah dengan memiliki bekas luka di
atasnya seperti memiliki bekas trombosis vena sebelumnya - atau tonjolan dan
narrowings dari dinding pembuluh darah seperti pada varises.
2. Perubahan aliran darah
Manusia, seperti semua binatang, benar-benar melakukan pergerakan yang cukup
aktif. Sayangnya dengan kehidupan modern, ada banyak contoh di mana mereka
melakukan pergerakan yang kurang aktif dari yang mereka harus lakukan.
Ini mungkin merupakan alasan mengapa seseorang tidak dapat menghindarinya,
seperti sakit atau patah kaki, cara hidup seseorang seperti duduk untuk waktu yang
lama di depan komputer atau televisi, perjalanan di mobil, pelatihan atau pesawat.
Dengan mengurangi aktivitas kaki, pompa infus dan otot sehingga aliran darah
menjadi sangat lamban dalam vena dalam. Penyebab lain perubahan dalam aliran
darah adalah bila terjadi perubahan diameter atau panjang pembuluh darah -
seperti yang ditemukan pada varises. Darah mengalir lancar pada pembuluh darah
yang lurus dan sempit, varises dengan tonjolan narrowings dapat mengakibatkan
terjadinya perubahan pada aliran darah dan dapat memungkinkan terjadinya
pembekuan darah.
3. Perubahan komposisi darah
Penyebab paling umum perubahan komposisi darah adalah dehidrasi. Hal
ini sering terjadi karena orang meminum alkohol atau meminuman minuman
dengan kandungan kafein di dalamnya seperti teh, kopi atau minuman ringan.
Sayangnya alkohol dan kafein bertindak sebagai diuretik, yang berarti bahwa
meskipun fluida sedang diambil dalam, lebih banyak dikeluarkan dalam bentuk
urin. Oleh karena itu darah menjadi lebih terkonsentrasi dan lebih mungkin untuk
membeku.
Wanita yang menggunakan kontrasepsi estrogen baik dalam bentuk pil
kontrasepsi oral atau sebagai HRT, juga mengubah komposisi darah dengan cara
yang membuat trombosis lebih mungkin terjadi. Orang dengan lemak darah tinggi
(hyperlipidaemia) juga lebih mungkin untuk mendapatkan bekuan karena
komposisi darah yang abnormal.

10
Stasis vena dapat terjadi sebagai akibat dari apa pun yang memperlambat
atau menghambat aliran darah vena. Hal ini menyebabkan peningkatan viskositas
dan pembentukan microthrombi, yang tidak hanyut oleh pergerakan fluida,
sedangkan thrombus yang terbentuk kemudian dapat tumbuh dan merambat.
Endotel (intimal) kerusakan di pembuluh darah mungkin intrinsik atau sekunder
terhadap trauma eksternal. Mungkin akibat dari cedera atau dilakukannya
pembedahan. Hiperkoagulasi dapat terjadi karena ketidakseimbangan biokimia
antara faktor yang beredar. Hal ini mungkin akibat dari peningkatan sirkulasi
aktivasi faktor jaringan, dikombinasikan dengan penurunan sirkulasi plasma
antithrombin dan fibrinolysins.
Seiring waktu, perbaikan telah dibuat dalam deskripsi faktor-faktor dan
kepentingan relatif mereka terhadap perkembangan trombosis vena. Asal
trombosis vena sering multifaktorial, dengan komponen dari Virchow triad
pentingnya asumsi variabel pada individual pasien, namun hasil akhirnya adalah
interaksi awal trombus dengan endotelium. Interaksi ini merangsang produksi
sitokin lokal dan memfasilitasi adhesi leukosit ke endotel, baik yang
mempromosikan trombosis vena. Tergantung pada keseimbangan yang relatif
antara koagulasi dan trombolisis yang diaktifkan, sehingga propagasi trombus
terjadi.
Penurunan kontraktilitas dinding pembuluh darah dan disfungsi katup vena
memberikan kontribusi pada pengembangan insufisiensi vena kronis. Kenaikan
tekanan vena menyebabkan berbagai gejala klinis seperti varises, edema tungkai
bawah, dan ulserasi vena.
Pasien dengan faktor risiko tinggi untuk menderita trombosis vena dalam
yaitu apabila :
- Riwayat trombosis, stroke
- Paska tindakan bedah terutama bedah ortopedi
- Imobilisasi lama terutama paska trauma/ penyakit berat
- Luka bakar
- Gagal jantung akut atau kronik
- Penyakit keganasan baik tumor solid maupun keganasan hematologi
- Infeksi baik jamur, bakteri maupun virus terutama yang disertai syok.
- Penggunaan obat-obatan yang mengandung hormon esterogen
- Kelainan darah bawaan atau didapat yang menjadi predisposisi untuk terjadinya
trombosis.
11
Keadaan ini dapat menyerang semua usia, tersering setelah usia 60 tahun,
dan tidak terdapat perbedaan angka kejadian antara laki-laki dan perempuan.

A. PENATALAKSANAAN PENYAKIT DEEP VEIN THROMBOSIS

1. Terapi Nonfarmakologi
 Tinggikan posisi ekstremitas yang terkena untuk melancarkan
aliran darah vena
 Kompres hangat untuk meningkatkan sirkulasi mikrovaskular
 Latihan lingkup gerak sendi (range of motion) seperti gerakan fleksi-
ekstensi, menggengam, dan lain-lain. Tindakan ini akan
meningkatkan aliran darah di vena-vena yang masih terbuka (patent)
 Pemakaian kaus kaki elastis (elastic stocking), alat ini dapat
meningkatkan aliran darah vena.

2. Terapi Farmakologi
Pada thrombosis vena superficial hanya diperlukan istirahat, peninggian
letak tungkai dan pemanasan local. Pengobatan yang lebih serius ditujukan pada
thrombosis venadalam. Pada thrombosis vena dalam diperlukan terapi dengan
antikoagulan sistemik seperti heparin dan warfarin.

12
a) Terapi heparin
Terapi heparin harus diberikan dengan loading dose dati 10.000 unit
diikuti dengan infuse continuous yang awalnya berkecepatan 1.000 unit/jam.
Dosis ini harus dapat mempertahankan Partial Thromboplastin Time (PTT) antara
1,5 dan 2 kontrol waktu. Manfaat setelah pemberian heparin ini adalah menjaga
tingkat kesamaan dari antikoagulan dan memperkecil manisfestasi perdarahan.
Pada pasien yang tidak dapat menerima terapi warfarin, heparin dapat diberikan
10.000 unit subkutan selam >12 jam untuk mempertahankan PTT 1,5 kontrol
waktu, 6 jam setelah pemberian heparin.
Heparin dapat membatasi pembentukan bekuan darah dan meningkatkan
proses fibrinolisis. Heparin lebih unggul dibandingkan dengan antikoagulan oral
tunggal sebagai terapi awal untuk DVT, karena antikoagulan oral dapat
meningkatkan risiko tromboemboli disebabkan inaktivasi protein C dan protein S
sebelum menghambat faktor pembekuan eksternal. Sasaran yang harus dicapai
adalah activated PTT 1,5 sampai 2,5 kali lipat untuk mengurangi risiko rekurensi
DVT, biasanya dapat dicapai dengan dosis heparin ≥30.000 U/hari atau >1250
U/jam. Metode yang sering dipakai adalah bolus intravena inisial diikuti dengan
infus heparin kontinu. Selain itu metode pemberian subkutan dua kali sehari juga
efektif. Pada tahun 1991 Cruikshank dkk mempublikasikan normogram standar
untuk dosis heparin. Menurut protokol ini, pasien diberikan bolus inisial 5000 U
UFH diikuti dengan 1280 U/jam UFH. Dosis heparin dititrasi menurut nilai aPTT
selanjutnya. Pada penelitian Cruikshank tersebut nilai aPTT sasaran tercapai
dalam 24 sampai 48 jam. Untuk sebagian besar pasien dengan DVT, heparin harus
diberikan ≥5 hari dan tidak dihentikan sampai INR (internationalized normalized
ratio) pada kisaran terapeutik ≥2 hari. Low molecular weight heparin (LMWH)
juga efektif terhadap DVT, bila dibandingkan dengan UFH, maka LMWH lebih
mempunyai keuntungan yaitu pemberian subkutan satu atau dua kali sehari
dengan dosis yang sama dan tidak memerlukan pemantauan laboratorium.
Keuntungan yang lain yaitu kemungkinan risiko perdarahan yang lebih sedikit dan
dapat diberikan dengan sistem rawat jalan di rumah tanpa memerlukan pemberian
intravena kontinu.
Komplikasi termasuk perdarahan, osteopenia, reaksi hipersensitivitas,
trombositopenia, dan thrombosis. Reaksi heparin dinetralisir/dihambat oleh
pembeerian protamin sulfat IV; 1 mg protamin sulfat akan menetralisir sekitar 100
unit heparin.
13
b) Terapi warfarin
Warfarin adalah antikoagulan oral yang paling sering digunakan untuk
tatalaksana jangka panjang DVT. Warfarin adalah antagonis vitamin K yang
menghambat produksi faktor II, VII, IX dan X, protein C dan protein S. Efek
warfarin dimonitor dengan pemeriksaan protrombin time (PT) dan diekspresikan
sebagai internationalized normalized ratio (INR). Terapi warfarin harus dimulai
segera setelah PTT berada pada level terapeutik, baiknya dalam 24 jam setelah
inisiasi terapi heparin. Sasaran INR yang ingin dicapai adalah 2.0 sampai 3.0.
Dosis inisial warfarin adalah 5 mg dan biasanya mencapai INR sasaran pada hari
ke-4 terapi. Dosis warfarin selanjutnya harus diindividualisasi menurut nilai INR.
Warfarin diberikan pada dosis 10 mg/hari sampai waktu protrombin
memanhang. Kemudian dosis dapat diturunkan menjadi 5 mg/hari diberikan untuk
memperhatikan waktu protrombin pada 1,2-1,5 kontrol waktu untuk trombrosis
vena. Warfarin biasanya dilanjutkan penggunaanya selama 3 bulan, namun
sebaliknya pada kasus yang tanpa komplikasi.
Monitoring farmakologi obat sangat diperlukan pada pasien yang memakai
warfarin, karena banyak obat-obat lain yang dapat mempengaruhinefek warfarin,
baik yang menghambat maupun yang memperkuat seperti antibiotic, barbiturate,
salisilat, rifampisin, kontrasepsi oral dll.
Komplikasi berupa perdarahan harus diterapi dengan mengganti factor
antikoagulan dengan fresh frozen plasma. Apabila antikoagulan masih harus
digunakan setelah episode perdarahan berhenti, maka vitamin Ktidak boleh
diberikan karena dapat membuat pasien refrakter terhadap warfarin dalam waktu
yang lama.
c) Trombolisis
Pengobatan dengan trombolisis, contohnya streptokinase, urokinase
recombinant tissue activator (tPA) dapat dipertimbangkan pada pasien bila
disertai emboli paru masif dan syok. Obat fibrinolisis mengurangi besarnya darah
beku pada DVT kaki yang diperlihatkan dengan angiografi, yaitu 30-40%
terjadilisis komplet dan 30% terjadi lisis parsial. Obat trombolisis diberikan
langsung melalui kateter pada pasien dengan trombolisis iliofemoral masif.
Beberapa penelitian melaporkan pada pasien yang mendapatkan obat trombolisis,
angka kejadian sindrom pascatrombosis berkurang. Akan tetapi, saat ini
pemberian obat trombolisis vena hanya dianjurkan pada trombolisis vena
iliofemoral.
14
d) Antiagregasi trombosit
Umumnya tidak diberikan pada DVT, kecuali ada indikasi. Seperti
sindrom antifosfolipid (APS) dan sticky platelet syndrome. Aspirin dapat
diberikan dengan dosis bervariasi mulai dari 80-320 mg.
e) Trombektomi vena
Trombektomi vena yang mengalami trombosis memberikan hasil yang
baik bila dapat dilakukan segera sebelum lewat tiga hari dengan tujuan pertama
untuk mengurangi gejala pascaflebitis, mempertahankan fungsi katup dan dengan
demikian mencegah terjadinya komplikasi seperti ulkus stasis padatungkai bawah
dan untuk mencegah emboli paru.
Kadang trombektomi masih memberikan hasil yang baik,walaupun
dilakukan setelah lewat 5 hari bahkan sampai 4 minggu apalagi bila trombosis
yang terjadi segmental. Bila terjadi stenosis pada salah satu segmen vena
dipertimbangkan untuk diatasi dengan balon dan bidai. Kontraindikasi
trombektomi adalah pada pasien dengan tumor yang inoperable atau bila
pemberian antikoagulan tidak dianjurkan.
Indikasi yang tepat untuk melakukan trombektomi pada thrombosis vena
adalah pada kasus phlegmasia cerulea dolens yaitu suatu kombinasi trombosis
vena dalam dengan iskemi yang sangat nyeri, hilangnya pulsasi distal dan
ekimosis. Trombektomi (dengan membuat fistula arteri-vena sementara)
merupakan pilihan baik pula pada pasien dengan thrombosis vena ileofemoral
kurang dari satu minggu. Tindakan ini bertujuan mencegah meluasnya trombosis
serta terjadinya emboli dan rusaknya katup vena.
Kontraindikasi relative adalah perdarahan susunan saraf pusat, metastasis
tumor, pada pembedahan, hipertensi berat, perkarditis atau endokarditis dan
perdarahan aktif atau kecenderungan untuk mengalami perdarahan.
Kontraindikasi relative pada penggunaan antikoagulan jangka panjang adalah
alkoholisme dan kehamilan trimester pertama karena warfarin bersifat teratogenik.

A. ASUHAN KEPERAWATAN PENYAKIT DEEP VEIN THROMBOSIS

1. Pengkajian
1) Identitas pasien
Nama, umur, jenis kelamin, pekerjaan, pendidikan, status, suku bangsa,
alamat, no register dan tanggal masuk.
15
2) Keluhan utama
Rasa nyeri (dapat timbul saat istirahat atau sedang beraktifitas),
pembengkakan tungkai, kemerahan pada tempat yang terkena dan timbulnya
luka/sores pada kaki.
3) Riwayat penyakit sekarang
o Sejak kapan klien mengalami keluhan?
o Apa yang telah dilakukan untuk mengatasi keluhan
tersebut?
1) Riwayat penyakit dahulu
o Apakah klien sebelumnya pernah menderita penyakit
yang sama?
o Apakah sembuh?
1) Riwayat penyakit keluarga
Apakah keluarga pernah menderita pemyakit yang sama dengan klien?
2) Pengkajian fisik
Terbentuknya sumbatan aliran darah vena karena trombosis (bekuan darah) di
dalam pembuluh darah vena terutama pada vena tungkai bawah yang ditandai
dengan tungkai yang membengkak dan nyeri.

1. Diagnosa dan Rencana Keperawatan

No Diagnosa NOC NIC


Keperawatan
1. Hyperthermi Thermoregulas Fever Treatment
(suhu tubuh naik i ( Managemen pasien dengan
diatas rentang (Keseimbanga hyperpireksia disebabkan faktor-fkator
normal) n antara nonenvironmetal)
produksi Pantau suhu secara teratur
Batasan panas, Pantau IWL
Karakteristik : perolehan Pantau warna kulit dan suhu
Kejang panas, dan Pantau tekanan darah, nadi, dan respirasi
Kulit Kemerahan kehilangan Pantau adanya penurunan kesadaran
Peningkatan suhu panas tubuh) Pantau adanya serangan panas
tubuh di atas Hidrasi Pantau nilai leukosit, Hg, dan Hct
rentang normal Cairan yang Pantau intake dan output
Menggigil adekuat dalam Pantau adanya abnormalitas elektrolit
Takikardi kompartemen Pantau adanya ketidakseimbangan asam
Takipnea ekstra seluler basa
Hangat bila dan Pantau adanya aritmia jantung
disentuh intraseluler Berikan medikasi antipiretik, sesuai

16
tubuh) anjuran
Faktor yang Status Imun Berikan medikasi untuk mengobati
berhubungan : (Pertahanan penyebab demam, sesuai anjuran
Hehydrasi alamiah dan Selimuti pasien dengan selimut tipis
Proses Penyakit yang Beri pasien seka air hangat
dibutuhkan Dukung peningkatan intake cairan per oral
secara tepat Beri cairan IV, sesuai anjuran
terhadap Beri kantong es yang dibungkus hnduk
antigen pada axila dan lipat paha
internal dan Tingkatkan sirkulasi udara menggunakan
eksternal) kipas angin
Dorong klien melakukan oral hygien
Beri medikadi yang tepat untuk mencegah
atau mengontrol menggigil
Temperature regulation
( Pencapaian dan atau mempertahankan
suhu tubuh dalam batasan normal)
Pantau suhu tubuh setiap 2 jam
Pantau tekanan darah, nadi dan pernafasan
Pantau warna kulit dan suhu tubuh
Pantau dan catat adanya tanda dan gejala
hypotermi atau hipertermi
Dukung asupan cairan dan makanan yang
adekuat
Ajarkan klien cara untuk mencegah
keletihan karena panas
Barikan medikasi antipiretik, jika perlu
2 Nyeri Akut Kontrol Nyeri Pain Management
(Tindakan (Peringanan nyeri batau mengurangiu
Pengalaman personal nyeri ke level nyaman yang dapat diterima
sensori dan untuk oleh pasien)
emosional yang mengendalian Lakukan pengkajian lengkap pada nyeri
tidak nyeri) termasuk lokasi, sifat, onset/durasi,
menyenangkan Tingkat Nyeri frekuensi, kualitas, intensitas atau
akibat kerusakan Tingkat Nyeri beratnya nyeri dan faktor pencetusnya.
jaringan yang yang diamati Kaji isyarat nonverbal ketidaknyamanan,
aktual atau atau khususnya pada mereka yang tidak dapat
potensial atau dilaporkan) berkomunikasi dengan efektif
gambaran sebagai Tanda-tanda Pastikan pasien mendapatkan pengobatan
bentuk dari Vital analgesik
kerusakan(Interna (Tingkatan Gunakan strategi komunikasi terapeutik
tional Association dimana suhu, untuk mengetahui pengalaman nyeri dan
for the study of nadi, respirasi sampaikan respon penerimaan pasien
pain) ; Terjadi dan tekanan terhadap nyeri

17
darah dalam Gali kepercayaan dan pengetahuan klien
mendadak atau batasan tentang nyeri
lamban dari normal) Sadari adanya pengaruh budaya dengan
berbagai intensitas respon terhadap nyeri
ringan ke sedang Tentukan pengaruh pengalaman nyeri
dengan akhir yang terhadap kualitas hidup klien
dapat diatasi atau Gali faktor-faktor yang
diperkirakan dan meningkatkan/memperburuk nyeri
dalam durasi < 6 Evaluasi bersama klien dan tim kesehatan
bulan) lain tentang keefektifan kontrol nyeri di
masa lalu
Bantu klien dan keluarga untuk mencari
Batasan dan mnyediakan dukungan
Karakteristik : Kontrol lingkungan yang dapat
mempengaruhi nyeri
Perubahan Nafsu Kurangi faktor presipitasi nyeri
makan Kaji type dan dan sumber nyeri untuk
menentukan intervensi
Perubahan tekanan
Ajarakan teknik non farmakologi
darah
Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri
Perubahan denyut Ajarkan teknik dan prinsip manajemen
nadi nyeri
Evaluasi keefektifan kontrol nyeri
Perubahan Tingkatkan istirahat
respiratory Rate
Analgesic administration
Laporan Kode (Penggunaan agen farmakologi untuk
menghilangkan atau mengurangi nyeri)
Diaporesis
Menentukan lokasi, sifat, kualitas, dan
Tingkah laku berat nyeri sebelum pengobatan
menarik diri Periksa anjuran medis untuk obat, dosis
dan frekuensi pemberian
Tingkah laku yang Nilai kemampuan klien untuk ikut serta
ekspresif ( cth : dan terlibat dalam pemilihan obat
gelisah, menguap, analgesik, dosis, dan rute
menangis, Pilih analgesik yang tepat, attau kombinasi
cerewet) analgesik saat lebih dari satu analgesik
yang dianjurkan
Muka topeng
Tentukan pilihan analgesik berdasarkan
( meringis, gerakan
type dan berat nyeri
menarik, terlihat
Pilih rute IV dari IM untuk suntikan
menggigit, dll)
analgesik yang teratur

18
Pantau tanda vital sebelum dan sesudah
pemberian analgetik narkotik
Bentuk pengharapan positif berhubungan
Berhubungan
dengan keefektifan analgetik untuk
dengan agen injury
mengoptimmalkan respon klien
Evaluasi keefektifan obat analgesik
Catat respon terhadap analgetik
danadanya efek yand tidak diinginkan
Evaluasi dan catat tingkat sedasi pada
klien yang mendapat golongan opioid.
3 Kurang Pengetahuan : Teaching : Prescribe Medication
Pengetahuan Proses (menyiapkan pasien untuk melakukan
(Ketidakhadiran Penyakit pengobatan yang ditentukan dengan
atau kurangnya Tingkat aman dan memantau efeknya)
informasi kognitif pemahaman Anjurkan klien mengenali sifat-sifat khusus
berhubungan proses dari obat-obatannya
dengan topik penyakit dan Informasikan ke pasien tentang obat
khusus) pencegahan generik dan nama dagangnya pada setiap
komplikasi) obat
Batasan Pengetahuan : Ajarkan klien tujuan dan kerja setiap obat
Karakteristik : Perawatan Jelaskancara pemberi pelayanan
Tidak tepat saat Penyakit kesehatan memilih obat yang tepat
mengikuti instruksi (Tingkat Ajarkan pasien cara pemberian /aplikasi
Tingkah laku yang Pemahaman yang tepat
tidak sesuai tentang Ulangi kembali pengetahuan klien tentang
Tingkkah laku penyakit pengobatannya
melebih-lebihkan berkaitan Puji pengetahuan klien tentang
Mengungkapkan dengan pengobatannya
masalah Informasi yang Evaluasi kemampuan klien untuk
dibutuhkan meminum obat sendiri
Faktor yang untuk .anjurkan klien melakukan tindakan yang
berhubungan : memperoleh dilakukan sebelum minum obat
Tidak akrab dengan dan Informasikan pada klien konsekuensi jika
sumber infosrmasi mempertahan putus obat
Kurang paparan kan kesehatan Ajarkan klien efek samping yang dimiliki
informasi optimal) setiap obat
Pengetahuan Ajarkan pada klien cara mencegah dan
Resimen menghilangkkan efek sampingnya
Pengobatan Ajarkan klien tindakan tepat yang harus
(Tingkat dilakukan bila ada efek samping
Pemahaman Ajarkan kllien tanda dan gejala
tentang overdosis/dosis kurang
resimen Ajarkan pada klien tentang kemungkinan
19
pengobatan adanya interaksi obat dengan makanan
khusus Ajarkan kepada klien cara menyimpan
Pengetahuan : obat-obatnya
Prosedur Bantu klien menulis perkembangan jadual
Pengobatan pengobatan
(Tingkat Sediakan klien informasi tertulis tentang
pemahaman tujuan, cara kerja, efek samping dan lain-
tentang lainnya- tentang pengobatannya
prosedur yang Teaching : Procedure/Treatment
dibutuhkan ( Menyiapkan pasien untuk mengerti dan
sebagai siap mental terhadap pengobatan dan
bagian dari tindakan yang ditetapkan)
resimen Informasikan ke klien/orang terdekat
pengobatan) tentang kapan dan dimana
Proses tindakan/pengobatan akan dilakukan
Informasi Informasikan ke klien/orang terdekat
berapa lama tindakan/pengobatan akan
Pengetahuan : dilakukan hingga akhir
Medikasi Informasikan ke klien/orang terdekat
(Tingkanpema siapa yang akan melakukan
haman tindakan/pengobatan tersebut
tentang Kuatkan kembali kepercayaan klien saat
penggunaan melibatkan staf lain
obat yang Tentukan pengalaman masa lalu klien dan
aman) tingkat pengetahuan tentang
tindakan/pengobatan yang akan dilakukan
Jelaskan tujuan dari tindakan/pengobatan
Gmbarkan kegiatan pengobatan/tindakan
yang akan dilakukan
Jelaskan tindakan/pengobatan yang
dilakukan
Ajarkan pada klien cara ikut serta dalam
pengobatan/tindakan yang akan dilakukan
Perkenalkan klien kepada staf yang akan
terlibat dapa tindakan/pengobatan
Tentukan harapan pasien terhadap
tindakan/pengobatan yang akan dilakukan
Perbaiki harapan yang tidak realistik
terhadap tindakan/pengobatan yang akan
dilakukan.
Diskusikan pengobatn alternatif lainnya
Sediakan waktu untuk klien bertanya dan

20
memperhatikan
Libatkan keluarga/orang terdekat klien
Teaching : Disease Process
(Membantu klien memahami informasi
berhubungan dengan proses penyakit)
Nilai tingkat pengetahuan klien sekarang
tetang psoses penyakit ()
Jelaskan patofisiologi penyakit dan
hubungannya dengan anatomi dan
fisiologi
Review pengetahuan klien tentang
kondisinya
Puji pengetahuan klien tentang kondisinya
Gambarkan tanda dan gejala umum
tentang penyakit klien
Kaji apa yang telah dilakukan klien untuk
mengatasi gejala
Gambarkan proses penyakit klien
Kenali kemungkinan penyebab
Berikan informasi tentang kondisi klien
Mengenali perubahan kondisi fisik untuk
pasien
Berikan ketenangan tentang kondisi
pasien
Berikan informasi kepada keluarga/orang
terdekat tentang perkembangan klien
Berikan informasi tentang pengukuran
diagnostik yang tersedia
Diskusikan perubahan gaya hidupyang
dibutuhkan untuk mencegah komplikasi di
masa depandan/atau mengendalikan
proses penyakit
Diskusi kan pilihan terapi dan tindakan
Diskusikan alasan dibelakang
managemen/terapi/tindakan yang
dianjurkan
Dukung pasien untuk mendapatkan
pilihan/mencari pendapat kedua
Gali sumber/dukungan yang tersedia
Anjurkan klien pada tanda dan gejala apa
harus melapor ke pemberi pelayanan
kesehatan

21
Berikan nomor telepon yang harus
dihubungi bila terjadi komplikasi
Kuatkan kembali informasi yang telah
diberikan
oleh anggota tim kesehatan lainnya.
4 Ketidakefektifan Status sirkulasi Cardiac Preacautions(Pencegahan
perfusi jaringan (tidak jantung)
perifer obstruksi, Aktivitas :
berhubungan tidak Membatasi merokok
dengan defisiensi mengalirnya Mencegah penyebab situasi emosi yang
pengetahuan darah secara intensi
tentang pemberat langsung di Mencegah terlau panas atau dingin pada
(gaya hidup kurang tekanan yang pasien
gerak,trauma) disediakanmel Membatasi untuk berdebat
alui jalur besar Menyediakan makanan yang kecil
dari sistemik Mendorong aktiviitas yang tidak
dan sirkulasi kompertitif
paru) Menginstruksikan pasien di latihan
Perfusi progresif
jaringan : Menginstruksikan pasien dan keluarga
jantung(adeku pada gejala kompromi jantung yang
at dari aliran mengidentifikasikan kebutuhan istirahat
darah melalui Menyelenggarakan terapy relaksasi
vaskulari Mempromosikan tehnik effektive dari
coronary pengurangan stress.
untuk Perawatan jantung
mempertahan Aktivitas:
kan fungsi Evaluasi nyeri dada
jantung) Mendokumentasikan distrimia jantung
Tanda vital Mencatat tanda dan gejala dari penurunan
(suhu, nadi, curah jantung
respirasi, dan Monitor frekuensi tanda vital
tekanan darah Monitor status jantung
dalam Monitor status pernapasan dari gejala
keadaan rata- kegagalan jantung
rata normal) Monitor abdomen untuk
Status mengidentifikasikan penurunan perfusi
cardiopulmona Monitor keseimbangan cairan
ry Monitor aktivitas toleren pasien
(adekuat dari Monitor pencocokan nilai laboratorium
volume darah Menerima adanya perubahan tekanan
yang darah
dikeluarkan Evaluasi respon pasien untuk ektopi atau
22
dari ventrikel distrimia
dan Memonitor keadaan pasien
perubahan Sering medukung spritual kepada pasien
dari carbon dan keluarga
dioksida dan Mengatur periode latihan dan istirahat
oksigen di untuk mencegah kelelahan
level alveoli)

5 Kerusakan Keperahan Perawatan kulit


integritas kulit infeksi Aktivitas :
berhubungan (keparahan Monitor karakteristik luka
dengan zat kimia, dari infeksi Bersihkan luka dengan normal saline atau
faktor mekanik dan pembersih yang bersifat nonracun
berhubungan Pelihara teknik steril ketika dilakukan
dengan gejala) perawatan pada luka
Respon Ubah posisi pasien
pengobatan Intruksikan pasien atau anggota keluarga
(teraupetik mengetahui prosedur perawatan luka
dan effek Intruksikan pasien dan keluarga tentang
merugikan tanda dan gejala dari infeksi
dari Dokumentasikan lokasi luka, ukuran dan
pengobatan perubahannya.
yang Pengawasan Kulit
ditentukan) Aktivitas:

Jaringan  Inspeksi kulit dan membran mukosa dari


integritas: kulit kemerahan, panas yang tinggi, edema,
dan membran dan drainage
mukosa(strukt
 Observasi
ur yang utuh
ekstremitas(warna,kehangatan,
dan fungsi
pembengkakan, denyutan, tekstur,
psikologis
edema, dan ulcer
yang normal
dari kulit dan  Inspeksi kondisi dari insisi bedah
membran
mukosa)  Monitor warna kulit dan suhuh

 Monitor kulit dan membran mukosa dari


perubahan warna, memar, dan
kerusakan.

 Monitor dari infeksi

23
 Monitor dari sumber tekanan dan fraksi

 Dokumentasikan perubahan kulit dan


mukosa membran
6 Gangguan citra Adaptasi untuk Peningkatan citra tubuh
tubuh cacat fisik Aktivitas :
berhubungan (respon
 Menentukan harapan utama citra tubuh
dengan adaftasi untuk
pasien di tingkat perkembangan
cedera,penyakit, sebuah
trauma. tantangan  Gunakan panduan antisipatif untuk
fungsi mempersiapkan pasien untuk prediksi
signifikan perubahan di citra tubuh
karena cacat
fisik)  Kaji pasien untuk membahas perubahan
Citra tubuh yang disebabkan oleh sakit atau bedah
(persepsi
 Bantu pasien menentukan luasnya
penampilan
perubahan aktual di tubuh
kita dan fungsi
tubuh)  Kaji pasien untuk menyaring penampilan
fisik dari perasaan harga diri

 Kaji pasien untuk menentukan pengaruh


dari sebuah grup pertemanan

 Kaji pasien untuk diskusi stress affektif


citra tubuh karena kondisi kongenital,
injury, penyakit, atau bedah

 Monitor apakah pasien bisa terlihat ada


perubahan bagian tubuh

 Tingkatkan kalau perubahan di citra


tubuh sudah berkontribusi untuk
meningkatkan isolasi sosial

7 risiko cedera akibat Perawatan sirkulasi : insufisiensi vena


kondisi perioperatif Perfusi Aktivitas :
berhubungan jaringan : Inspkesi kulit dari stasis ulkus dan
dengan pulmonar kerusakan jaringan
disorientasi, (adekuat dari Evaluasi edema peripherala dan denyutan
edema, emasiasi, aliran darah Berlakukan dressing sesuai dengan ukuran
imobilisasi, melalui luka dan type
kelemahan otot, vaskularpulmo Monitor derajat dari kegelisahan atau
obesitas, gangguan nar untuk nyeri

24
sensori akibat Instruksikan pasien tentang pentingnya
anestesi. perfusi pemahaman terapy
alveoli/unit Meningkat anggota tubuh ekstremitas 20
kapiler) derajat atau lebih besar diatas level
Status jantung, untuk meningkatkan vena
pernapasan:ve kembali.
ntilasi Ubah posisi pasien setiap 2 jam
(perpindahan Kelola profilaksis dosis rendah
udara di dan antikoagulan dan pengobatan
luar paru) antiplatelet(e.g hisparin, aspirin,dan
Status sirkulasi dextra)
: tidak Instruksikan pasien di perawatan kaki yang
obstruksi, tepat
(tidak secara Monitor status cairan, termasuk masukan
langsung dan keluaran
aliran darah di Utamakan adekuat hidrasi untuk
tekanan yang menurunkan viskositas darah
sesuai melalui
pembuluh Perawatan Embolus : pulmonar
besar dari Aktivitas
sistemik dan Evaluasi nyeri pasien
sirkulasi Auskultasi suara paru dari krakel atau
pulmonar) suara tidak diketahui
Monitor pola respirasi untuk gejala
perpindahan respirasi
Catat level gas darah arteri
Kelola antikoagulan
Monitor efek obat antikoagulan
Menghindari overwedging kateter arteri
pulmonar untuk mencegah ruptur artery
pulmonar
Mendorong pasien relek
Monitor gejala dari jaringan oksigen yang
tidak adekuat
Pencegahan Emboli
Aktivitas
Laksanakan sebuah nilai komprehensif
dari sirkulasi peripheral
Meningkat anggota tubuh ekstremitas 20
derajat atau lebih besar diatas level
jantung, untuk meningkatkan vena
kembali.

25
Memberlakukan kaus kaki antiemboli(e.g
elastik atau stocking pneumatik)
Melepas kaus kaki antiemboli dari 15
sampai 20 menit setiap 8 jam
Kaji pasien dengan pasive atau aktive jarak
gerakan
Ubah posisi pasien setiap 2 jam atau
ambulasi sebagai toleran
Mencegah injury untuk lumen pembuluh
oleh mencegah tekanan lokal, trauma,
infeksi, atau sepsis
Intruksikan pasien tidak menyilangkan kaki
Menahan diri dari pijatan atau kompres
otot kaki
Mendorong menghentikan merokok
Intruksikan pasien atau keluarga di
pencegahan yang tepat
Kelola profilaksis dosis rendah
antikoagulan dan pengobatan
antiplatelet(e.g hisparin, aspirin,dan
dextra)

BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN

1. Trombosis vena dalam adalah pembekuan darah di dalam pembuluh darah


vena terutama pada tungkai bawah.
2. Penyebab dari deep vein thrombosis adalah :
 Imobilitas (Keadaan Tak Bergerak)
 Hypercoagulability (Pembekuan darah lebih cepat daripada biasanya)
 Trauma pada vena
1. Tanda dan gejala klinis yang sering ditemukan berupa :

26
 Pembengkakan disertai rasa nyeri pada daerah yang bersangkutan, biasanya pada
ekstremitas bawah. Rasa nyeri ini bertambah bila dipakai berjalan dan tidak
berkurang dengan istirahat.
 Kadang nyeri dapat timbul ketika tungkai dikeataskan atau ditekuk.
 Daerah yang terkena berwarna kemerahan dan nyeri tekan
 Dapat dijumpai demam dan takikardi walaupun tidak selalu
4. Faktor-faktor penyebab pada trombosis vena dikenal dengan virchow triad
(tigaserangkai Virchow) yaitu perubahan dinding pembuluh darah, perubahan
aliran darah dan perubahan komposisi darah
5. Penatalaksanaan yang dapat dilakukan terbagi dua, yaitu penatalaksanaan
secara nonfarmakologi maupun penatalaksanaan secara farmakologi
(misalnya pemberian heparin dan weafrin).
6. Diagnosa keperawatan yang dapat ditegakkan untuk pasien penderita deep
vein thrombosis adalah :
 Hipertermi
 Nyeri akut
 Kurang pengetahuan
 Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan defisiensi
pengetahuan tentang pemberat (gaya hidup kurang gerak,trauma)
 Kerusakan integritas kulit
 Gangguan citra tubuh
 Resiko cidera

A. SARAN

Deep vein trhombosis merupakan penyakit yang sering terjadi di


masyarakat. Penyakit ini bahkan hanya dapat disebabkan oleh kurangnya
pergerakan atau mobilitas. Oleh karena itu, masyarakat perlu mengetahui seluk
beluk penyakit ini, misalnya penyebab, tanda dan gejala, serta pengobatannya,
sehingga diharapkan dapat melakukan tindakan pencegahan agar terhindar dari
penyakit deep vein thrombosis.

27
DAFTAR PUSTAKA

1. Mansjoer A, Triyanti K, Savitri R, Wardhani WI, Setiowulan W. 2001.


Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Media Aesculapius
2. Katzung BG. 1994. Farmakologi Dasar dan Klinik. Jakarta: EGC
3. T. Heather Herdman. 2009. NANDA International NURSING
DIAGNOSES : Definitions & Classification 2009-2011. Wiley-Blackwell.
4. Sue Moorhead, Marion Johnson, Maridean L. Mass, Elizabeth Swanson.
2008. Nursing Outcomes Classification (NOC), Fourth Edition. BOOK AID
International.
5. Gloria M. Bulechek, Howard K. Butcher, Joanne McCloskey Dochterman.
2004. Nursing Interventions Classification (NIC), Fifth Edition. Elsevier.
6. Dahlan M. Trombosis Arterial Tungkai Akut. Dalam : Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam Jilid I. Edisi 4. Jakarta : Pusat Penerbit IPD FK UI;2007.
7. Tambunan KL. Trombosis : Masalah di Indonesia Masa Kini dan Masa
Datang. Jakarta : Yoga Buana;2009.

28
8. Supandiman I. Trombosis. Dalam : Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid
II. Edisi 3. Jakarta : Balai Penerbit FK UI;2001.
9. Rani AA, Soegondo, Nazir AU et al. Panduan Pelayanan Medik Perhimpunan
Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia. Jakarta : Pusat Penerbitan
Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia;2006.
10. Mansjoer A, Triyanti K, Savitri R et al. Trombosis Vena. Dalam :
Kapita Selekta Kedokteran Jilid I. edisi 3. Jakarta : Media Aesculapius
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia;2001.
11. http://www.totalkesehatananda.com/dvt1.html

29

Anda mungkin juga menyukai