(DVT)
Di susun oleh :
Husnul khatimah
1
POLTEKKES KEMENKES MAKASSAR
2021
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
2
faktor-faktor yang memegang peranan penting dalam patofisiologi trombosis.
Dikenal dua macam trombosis, yaitu trombosis arteri dan trombosis vena
Etiologi trombosis adalah kompleks dan bersifat multifaktorial. Meskipun
ada perbedaan antara trombosis vena dan trombosis arteri, pada beberapa
hal terdapat keadaan yang saling tumpang tindih. Trombosis dapat
mengakibatkan efek lokal adan efek jauh. Efek lokal tergantung dari lokasi dan
derajat sumbatan yang terjadi pada pembuluh darah, sedangkan efek jauh berupa
gejal-gejala akibat fenomena tromboemboli. Trombosis pada vena besar akan
memberikan gejala edema pada ekstremitas yang bersangkutan. Terlepasnya
trombus akn menjadi emboli dan mengakibatkan obstruksi dalam sistem arteri,
seperti yang terjadi pada emboli paru, otak dan lain-lain.
B. TUJUAN
C. RUMUSAN MASALAH
Secara garis besar, masalah yang diungkapkan dalam makalah ini dapat
dirumuskan sebagai berikut :
1. Apa yang dimaksud dengan penyakit deep vein thrombosis?
2. Mengapa penyakit deep vein thrombosis dapat terjadi?
3. Bagaimana seseorang dapat mengidap penyakit deep vein thrombosis?
4. Bagaimana penatalaksanaan pasien dengan penyakit deep vein thrombosis?
5. Apa yang seharusnya dilakukan seorang perawat terhadap pasien dengan
penyakit deep vein thrombosis?
A. BATASAN MASALAH
BAB II
PEMBAHASAN
4
Bekuan-bekuan dalam vena-vena superficial tidak memaparkan bahaya
yang menyebabkan pulmonary emboli karena klep-klep vena perforator bekerja
sebagai saringan untuk mencegah bekuan-bekuan memasuki sistim vena dalam.
Mereka biasanya tidak berisiko menyebabkan pulmonary embolism.
5
Jika keseimbangan dari pembentukan bekuan dan pemecahan dirubah,
pembekuan/penggumpalan yang signifikan dapat terjadi. Thrombus dapat
terbentuk jika satu, atau kombinasi dari situasi-situasi berikut hadir:
1. Imobilitas (Keadaan Tak Bergerak)
Perjalanan dan duduk yang berkepanjangan, seperti penerbangan-
penerbangan pesawat yang panjang ("economy class syndrome"),
mobil, atau perjalanan kereta api
Opname rumah sakit
Operasi
Trauma pada kaki bagian bawah dengan atau tanpa operasi atau gips
Kehamilan, termasuk 6-8 minggu setelah partum
Kegemukan
1. Hypercoagulability (Pembekuan darah lebih cepat daripada biasanya)
Obat-obat (contohnya, pil-pil pengontrol kelahiran, estrogen)
Merokok
Kecenderungan genetik
Polycythemia (jumlah yang meningkat dari sel-sel darah merah)
Kanker
1. Trauma pada vena
Patah tulang kaki
Kaki yang memar
6
Komplikasi dari prosedur yang invasif dari vena
7
1. Superficial thrombophlebitis
Bekuan-bekuan darah pada sistim vena superficial paling sering terjadi
disebabkan oleh trauma (luka) pada vena yang menyebabkan terbentuknya bekuan
darah kecil. Peradangan dari vena dan kulit sekelilingnya menyebabkan gejala
dari segala tipe peradangan yang lain:
kemerahan,
kehangatan,
kepekaan, dan
pembengkakan.
Sering vena yang terpengaruh dapat dirasakan sebagai tali menebal yang
kokoh. Mungkin ada peradangan yang menyertai sepanjang bagian dari vena.
Meskipun ada peradangan, tidak ada infeksi.
8
Varicosities dapat memberi kecenderungan pada superficial
thrombophlebitis. Ketika klep-klep dari vena-vena yang lebih besar pada sistim
superficial gagal (vena-vena saphenous yang lebih besar dan lebih berkurang),
darah dapat mengalir balik dan menyebabkan vena-vena untuk membengkak dan
menjadi menyimpang atau berliku-liku. Klep-klep gagal ketika vena-vena
kehilangan kelenturan dan peregangannya. Ini dapat disebabkan oleh umur,
berdiri yang berkepanjangan, kegemukan, kehamilan, dan faktor-faktor genetik.
1. Deep Venous Thrombosis
Gejala-gejala dari deep vein thrombosis berhubungan dengan rintangan
dari darah yang kembali ke jantung dan menyebabkan aliran balik pada kaki.
Secara klasik, gejala-gejala termasuk:
nyeri,
bengkak,
kehangatan, dan
kemerahan.
Tidak semua dari gejala-gejala ini harus terjadi; satu, seluruh, atau tidak
ada mungkin hadir dengan deep vein thrombosis. Gejala-gejala mungkin meniru
infeksi atau cellulitis dari kaki.
Menurut sejarah, dokter-dokter akan mencoba menimbulkan sepasang
penemuan-penemuan klinik untuk membuat diagnosis. Dorsiflexion dari kaki
(menarik jari-jari kaki menuju ke hidung, atau Homans' sign) dan Pratt's sign
(memencet betis untuk menghasilkan nyeri), telah ditemukan tidak efektif dalam
membuat diagnosis.
A. PATOFISIOLOGI PENYAKIT DEEP VEIN THROMBOSIS
Trombosis vena terjadi akibat aliran darah menjadi lambat atau terjadinya
statis aliran darah, sedangkan kelainan endotel pembuluh darah jarang merupakan
faktor penyebab. Trombus vena sebagian besar terdiri dari fibrin dan eritrosit dan
hanya mengandung sedikit masa trombosit. Pada umumnya menyerupai reaksi
bekuan darah dalam tabung.
Faktor-faktor penyebab pada trombosis vena dikenal dengan virchow triad
(tigaserangkai Virchow) yaitu :
9
Pembuluh darah yang dilapisi oleh semacam lapisan khusus dari sel yang disebut
sel endotel. Ini adalah semacam sel yang memiliki sifat khusus, mencegah
pembekuan darah normal di atasnya. Apapun yang merusak sel endotel, dapat
menyebabkan darah menggumpal pada lapisan pembuluh darah di bawah sel
endotel. Dinding pembuluh juga dapat berubah dengan memiliki bekas luka di
atasnya seperti memiliki bekas trombosis vena sebelumnya - atau tonjolan dan
narrowings dari dinding pembuluh darah seperti pada varises.
2. Perubahan aliran darah
Manusia, seperti semua binatang, benar-benar melakukan pergerakan yang cukup
aktif. Sayangnya dengan kehidupan modern, ada banyak contoh di mana mereka
melakukan pergerakan yang kurang aktif dari yang mereka harus lakukan.
Ini mungkin merupakan alasan mengapa seseorang tidak dapat menghindarinya,
seperti sakit atau patah kaki, cara hidup seseorang seperti duduk untuk waktu yang
lama di depan komputer atau televisi, perjalanan di mobil, pelatihan atau pesawat.
Dengan mengurangi aktivitas kaki, pompa infus dan otot sehingga aliran darah
menjadi sangat lamban dalam vena dalam. Penyebab lain perubahan dalam aliran
darah adalah bila terjadi perubahan diameter atau panjang pembuluh darah -
seperti yang ditemukan pada varises. Darah mengalir lancar pada pembuluh darah
yang lurus dan sempit, varises dengan tonjolan narrowings dapat mengakibatkan
terjadinya perubahan pada aliran darah dan dapat memungkinkan terjadinya
pembekuan darah.
3. Perubahan komposisi darah
Penyebab paling umum perubahan komposisi darah adalah dehidrasi. Hal
ini sering terjadi karena orang meminum alkohol atau meminuman minuman
dengan kandungan kafein di dalamnya seperti teh, kopi atau minuman ringan.
Sayangnya alkohol dan kafein bertindak sebagai diuretik, yang berarti bahwa
meskipun fluida sedang diambil dalam, lebih banyak dikeluarkan dalam bentuk
urin. Oleh karena itu darah menjadi lebih terkonsentrasi dan lebih mungkin untuk
membeku.
Wanita yang menggunakan kontrasepsi estrogen baik dalam bentuk pil
kontrasepsi oral atau sebagai HRT, juga mengubah komposisi darah dengan cara
yang membuat trombosis lebih mungkin terjadi. Orang dengan lemak darah tinggi
(hyperlipidaemia) juga lebih mungkin untuk mendapatkan bekuan karena
komposisi darah yang abnormal.
10
Stasis vena dapat terjadi sebagai akibat dari apa pun yang memperlambat
atau menghambat aliran darah vena. Hal ini menyebabkan peningkatan viskositas
dan pembentukan microthrombi, yang tidak hanyut oleh pergerakan fluida,
sedangkan thrombus yang terbentuk kemudian dapat tumbuh dan merambat.
Endotel (intimal) kerusakan di pembuluh darah mungkin intrinsik atau sekunder
terhadap trauma eksternal. Mungkin akibat dari cedera atau dilakukannya
pembedahan. Hiperkoagulasi dapat terjadi karena ketidakseimbangan biokimia
antara faktor yang beredar. Hal ini mungkin akibat dari peningkatan sirkulasi
aktivasi faktor jaringan, dikombinasikan dengan penurunan sirkulasi plasma
antithrombin dan fibrinolysins.
Seiring waktu, perbaikan telah dibuat dalam deskripsi faktor-faktor dan
kepentingan relatif mereka terhadap perkembangan trombosis vena. Asal
trombosis vena sering multifaktorial, dengan komponen dari Virchow triad
pentingnya asumsi variabel pada individual pasien, namun hasil akhirnya adalah
interaksi awal trombus dengan endotelium. Interaksi ini merangsang produksi
sitokin lokal dan memfasilitasi adhesi leukosit ke endotel, baik yang
mempromosikan trombosis vena. Tergantung pada keseimbangan yang relatif
antara koagulasi dan trombolisis yang diaktifkan, sehingga propagasi trombus
terjadi.
Penurunan kontraktilitas dinding pembuluh darah dan disfungsi katup vena
memberikan kontribusi pada pengembangan insufisiensi vena kronis. Kenaikan
tekanan vena menyebabkan berbagai gejala klinis seperti varises, edema tungkai
bawah, dan ulserasi vena.
Pasien dengan faktor risiko tinggi untuk menderita trombosis vena dalam
yaitu apabila :
- Riwayat trombosis, stroke
- Paska tindakan bedah terutama bedah ortopedi
- Imobilisasi lama terutama paska trauma/ penyakit berat
- Luka bakar
- Gagal jantung akut atau kronik
- Penyakit keganasan baik tumor solid maupun keganasan hematologi
- Infeksi baik jamur, bakteri maupun virus terutama yang disertai syok.
- Penggunaan obat-obatan yang mengandung hormon esterogen
- Kelainan darah bawaan atau didapat yang menjadi predisposisi untuk terjadinya
trombosis.
11
Keadaan ini dapat menyerang semua usia, tersering setelah usia 60 tahun,
dan tidak terdapat perbedaan angka kejadian antara laki-laki dan perempuan.
1. Terapi Nonfarmakologi
Tinggikan posisi ekstremitas yang terkena untuk melancarkan
aliran darah vena
Kompres hangat untuk meningkatkan sirkulasi mikrovaskular
Latihan lingkup gerak sendi (range of motion) seperti gerakan fleksi-
ekstensi, menggengam, dan lain-lain. Tindakan ini akan
meningkatkan aliran darah di vena-vena yang masih terbuka (patent)
Pemakaian kaus kaki elastis (elastic stocking), alat ini dapat
meningkatkan aliran darah vena.
2. Terapi Farmakologi
Pada thrombosis vena superficial hanya diperlukan istirahat, peninggian
letak tungkai dan pemanasan local. Pengobatan yang lebih serius ditujukan pada
thrombosis venadalam. Pada thrombosis vena dalam diperlukan terapi dengan
antikoagulan sistemik seperti heparin dan warfarin.
12
a) Terapi heparin
Terapi heparin harus diberikan dengan loading dose dati 10.000 unit
diikuti dengan infuse continuous yang awalnya berkecepatan 1.000 unit/jam.
Dosis ini harus dapat mempertahankan Partial Thromboplastin Time (PTT) antara
1,5 dan 2 kontrol waktu. Manfaat setelah pemberian heparin ini adalah menjaga
tingkat kesamaan dari antikoagulan dan memperkecil manisfestasi perdarahan.
Pada pasien yang tidak dapat menerima terapi warfarin, heparin dapat diberikan
10.000 unit subkutan selam >12 jam untuk mempertahankan PTT 1,5 kontrol
waktu, 6 jam setelah pemberian heparin.
Heparin dapat membatasi pembentukan bekuan darah dan meningkatkan
proses fibrinolisis. Heparin lebih unggul dibandingkan dengan antikoagulan oral
tunggal sebagai terapi awal untuk DVT, karena antikoagulan oral dapat
meningkatkan risiko tromboemboli disebabkan inaktivasi protein C dan protein S
sebelum menghambat faktor pembekuan eksternal. Sasaran yang harus dicapai
adalah activated PTT 1,5 sampai 2,5 kali lipat untuk mengurangi risiko rekurensi
DVT, biasanya dapat dicapai dengan dosis heparin ≥30.000 U/hari atau >1250
U/jam. Metode yang sering dipakai adalah bolus intravena inisial diikuti dengan
infus heparin kontinu. Selain itu metode pemberian subkutan dua kali sehari juga
efektif. Pada tahun 1991 Cruikshank dkk mempublikasikan normogram standar
untuk dosis heparin. Menurut protokol ini, pasien diberikan bolus inisial 5000 U
UFH diikuti dengan 1280 U/jam UFH. Dosis heparin dititrasi menurut nilai aPTT
selanjutnya. Pada penelitian Cruikshank tersebut nilai aPTT sasaran tercapai
dalam 24 sampai 48 jam. Untuk sebagian besar pasien dengan DVT, heparin harus
diberikan ≥5 hari dan tidak dihentikan sampai INR (internationalized normalized
ratio) pada kisaran terapeutik ≥2 hari. Low molecular weight heparin (LMWH)
juga efektif terhadap DVT, bila dibandingkan dengan UFH, maka LMWH lebih
mempunyai keuntungan yaitu pemberian subkutan satu atau dua kali sehari
dengan dosis yang sama dan tidak memerlukan pemantauan laboratorium.
Keuntungan yang lain yaitu kemungkinan risiko perdarahan yang lebih sedikit dan
dapat diberikan dengan sistem rawat jalan di rumah tanpa memerlukan pemberian
intravena kontinu.
Komplikasi termasuk perdarahan, osteopenia, reaksi hipersensitivitas,
trombositopenia, dan thrombosis. Reaksi heparin dinetralisir/dihambat oleh
pembeerian protamin sulfat IV; 1 mg protamin sulfat akan menetralisir sekitar 100
unit heparin.
13
b) Terapi warfarin
Warfarin adalah antikoagulan oral yang paling sering digunakan untuk
tatalaksana jangka panjang DVT. Warfarin adalah antagonis vitamin K yang
menghambat produksi faktor II, VII, IX dan X, protein C dan protein S. Efek
warfarin dimonitor dengan pemeriksaan protrombin time (PT) dan diekspresikan
sebagai internationalized normalized ratio (INR). Terapi warfarin harus dimulai
segera setelah PTT berada pada level terapeutik, baiknya dalam 24 jam setelah
inisiasi terapi heparin. Sasaran INR yang ingin dicapai adalah 2.0 sampai 3.0.
Dosis inisial warfarin adalah 5 mg dan biasanya mencapai INR sasaran pada hari
ke-4 terapi. Dosis warfarin selanjutnya harus diindividualisasi menurut nilai INR.
Warfarin diberikan pada dosis 10 mg/hari sampai waktu protrombin
memanhang. Kemudian dosis dapat diturunkan menjadi 5 mg/hari diberikan untuk
memperhatikan waktu protrombin pada 1,2-1,5 kontrol waktu untuk trombrosis
vena. Warfarin biasanya dilanjutkan penggunaanya selama 3 bulan, namun
sebaliknya pada kasus yang tanpa komplikasi.
Monitoring farmakologi obat sangat diperlukan pada pasien yang memakai
warfarin, karena banyak obat-obat lain yang dapat mempengaruhinefek warfarin,
baik yang menghambat maupun yang memperkuat seperti antibiotic, barbiturate,
salisilat, rifampisin, kontrasepsi oral dll.
Komplikasi berupa perdarahan harus diterapi dengan mengganti factor
antikoagulan dengan fresh frozen plasma. Apabila antikoagulan masih harus
digunakan setelah episode perdarahan berhenti, maka vitamin Ktidak boleh
diberikan karena dapat membuat pasien refrakter terhadap warfarin dalam waktu
yang lama.
c) Trombolisis
Pengobatan dengan trombolisis, contohnya streptokinase, urokinase
recombinant tissue activator (tPA) dapat dipertimbangkan pada pasien bila
disertai emboli paru masif dan syok. Obat fibrinolisis mengurangi besarnya darah
beku pada DVT kaki yang diperlihatkan dengan angiografi, yaitu 30-40%
terjadilisis komplet dan 30% terjadi lisis parsial. Obat trombolisis diberikan
langsung melalui kateter pada pasien dengan trombolisis iliofemoral masif.
Beberapa penelitian melaporkan pada pasien yang mendapatkan obat trombolisis,
angka kejadian sindrom pascatrombosis berkurang. Akan tetapi, saat ini
pemberian obat trombolisis vena hanya dianjurkan pada trombolisis vena
iliofemoral.
14
d) Antiagregasi trombosit
Umumnya tidak diberikan pada DVT, kecuali ada indikasi. Seperti
sindrom antifosfolipid (APS) dan sticky platelet syndrome. Aspirin dapat
diberikan dengan dosis bervariasi mulai dari 80-320 mg.
e) Trombektomi vena
Trombektomi vena yang mengalami trombosis memberikan hasil yang
baik bila dapat dilakukan segera sebelum lewat tiga hari dengan tujuan pertama
untuk mengurangi gejala pascaflebitis, mempertahankan fungsi katup dan dengan
demikian mencegah terjadinya komplikasi seperti ulkus stasis padatungkai bawah
dan untuk mencegah emboli paru.
Kadang trombektomi masih memberikan hasil yang baik,walaupun
dilakukan setelah lewat 5 hari bahkan sampai 4 minggu apalagi bila trombosis
yang terjadi segmental. Bila terjadi stenosis pada salah satu segmen vena
dipertimbangkan untuk diatasi dengan balon dan bidai. Kontraindikasi
trombektomi adalah pada pasien dengan tumor yang inoperable atau bila
pemberian antikoagulan tidak dianjurkan.
Indikasi yang tepat untuk melakukan trombektomi pada thrombosis vena
adalah pada kasus phlegmasia cerulea dolens yaitu suatu kombinasi trombosis
vena dalam dengan iskemi yang sangat nyeri, hilangnya pulsasi distal dan
ekimosis. Trombektomi (dengan membuat fistula arteri-vena sementara)
merupakan pilihan baik pula pada pasien dengan thrombosis vena ileofemoral
kurang dari satu minggu. Tindakan ini bertujuan mencegah meluasnya trombosis
serta terjadinya emboli dan rusaknya katup vena.
Kontraindikasi relative adalah perdarahan susunan saraf pusat, metastasis
tumor, pada pembedahan, hipertensi berat, perkarditis atau endokarditis dan
perdarahan aktif atau kecenderungan untuk mengalami perdarahan.
Kontraindikasi relative pada penggunaan antikoagulan jangka panjang adalah
alkoholisme dan kehamilan trimester pertama karena warfarin bersifat teratogenik.
1. Pengkajian
1) Identitas pasien
Nama, umur, jenis kelamin, pekerjaan, pendidikan, status, suku bangsa,
alamat, no register dan tanggal masuk.
15
2) Keluhan utama
Rasa nyeri (dapat timbul saat istirahat atau sedang beraktifitas),
pembengkakan tungkai, kemerahan pada tempat yang terkena dan timbulnya
luka/sores pada kaki.
3) Riwayat penyakit sekarang
o Sejak kapan klien mengalami keluhan?
o Apa yang telah dilakukan untuk mengatasi keluhan
tersebut?
1) Riwayat penyakit dahulu
o Apakah klien sebelumnya pernah menderita penyakit
yang sama?
o Apakah sembuh?
1) Riwayat penyakit keluarga
Apakah keluarga pernah menderita pemyakit yang sama dengan klien?
2) Pengkajian fisik
Terbentuknya sumbatan aliran darah vena karena trombosis (bekuan darah) di
dalam pembuluh darah vena terutama pada vena tungkai bawah yang ditandai
dengan tungkai yang membengkak dan nyeri.
16
tubuh) anjuran
Faktor yang Status Imun Berikan medikasi untuk mengobati
berhubungan : (Pertahanan penyebab demam, sesuai anjuran
Hehydrasi alamiah dan Selimuti pasien dengan selimut tipis
Proses Penyakit yang Beri pasien seka air hangat
dibutuhkan Dukung peningkatan intake cairan per oral
secara tepat Beri cairan IV, sesuai anjuran
terhadap Beri kantong es yang dibungkus hnduk
antigen pada axila dan lipat paha
internal dan Tingkatkan sirkulasi udara menggunakan
eksternal) kipas angin
Dorong klien melakukan oral hygien
Beri medikadi yang tepat untuk mencegah
atau mengontrol menggigil
Temperature regulation
( Pencapaian dan atau mempertahankan
suhu tubuh dalam batasan normal)
Pantau suhu tubuh setiap 2 jam
Pantau tekanan darah, nadi dan pernafasan
Pantau warna kulit dan suhu tubuh
Pantau dan catat adanya tanda dan gejala
hypotermi atau hipertermi
Dukung asupan cairan dan makanan yang
adekuat
Ajarkan klien cara untuk mencegah
keletihan karena panas
Barikan medikasi antipiretik, jika perlu
2 Nyeri Akut Kontrol Nyeri Pain Management
(Tindakan (Peringanan nyeri batau mengurangiu
Pengalaman personal nyeri ke level nyaman yang dapat diterima
sensori dan untuk oleh pasien)
emosional yang mengendalian Lakukan pengkajian lengkap pada nyeri
tidak nyeri) termasuk lokasi, sifat, onset/durasi,
menyenangkan Tingkat Nyeri frekuensi, kualitas, intensitas atau
akibat kerusakan Tingkat Nyeri beratnya nyeri dan faktor pencetusnya.
jaringan yang yang diamati Kaji isyarat nonverbal ketidaknyamanan,
aktual atau atau khususnya pada mereka yang tidak dapat
potensial atau dilaporkan) berkomunikasi dengan efektif
gambaran sebagai Tanda-tanda Pastikan pasien mendapatkan pengobatan
bentuk dari Vital analgesik
kerusakan(Interna (Tingkatan Gunakan strategi komunikasi terapeutik
tional Association dimana suhu, untuk mengetahui pengalaman nyeri dan
for the study of nadi, respirasi sampaikan respon penerimaan pasien
pain) ; Terjadi dan tekanan terhadap nyeri
17
darah dalam Gali kepercayaan dan pengetahuan klien
mendadak atau batasan tentang nyeri
lamban dari normal) Sadari adanya pengaruh budaya dengan
berbagai intensitas respon terhadap nyeri
ringan ke sedang Tentukan pengaruh pengalaman nyeri
dengan akhir yang terhadap kualitas hidup klien
dapat diatasi atau Gali faktor-faktor yang
diperkirakan dan meningkatkan/memperburuk nyeri
dalam durasi < 6 Evaluasi bersama klien dan tim kesehatan
bulan) lain tentang keefektifan kontrol nyeri di
masa lalu
Bantu klien dan keluarga untuk mencari
Batasan dan mnyediakan dukungan
Karakteristik : Kontrol lingkungan yang dapat
mempengaruhi nyeri
Perubahan Nafsu Kurangi faktor presipitasi nyeri
makan Kaji type dan dan sumber nyeri untuk
menentukan intervensi
Perubahan tekanan
Ajarakan teknik non farmakologi
darah
Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri
Perubahan denyut Ajarkan teknik dan prinsip manajemen
nadi nyeri
Evaluasi keefektifan kontrol nyeri
Perubahan Tingkatkan istirahat
respiratory Rate
Analgesic administration
Laporan Kode (Penggunaan agen farmakologi untuk
menghilangkan atau mengurangi nyeri)
Diaporesis
Menentukan lokasi, sifat, kualitas, dan
Tingkah laku berat nyeri sebelum pengobatan
menarik diri Periksa anjuran medis untuk obat, dosis
dan frekuensi pemberian
Tingkah laku yang Nilai kemampuan klien untuk ikut serta
ekspresif ( cth : dan terlibat dalam pemilihan obat
gelisah, menguap, analgesik, dosis, dan rute
menangis, Pilih analgesik yang tepat, attau kombinasi
cerewet) analgesik saat lebih dari satu analgesik
yang dianjurkan
Muka topeng
Tentukan pilihan analgesik berdasarkan
( meringis, gerakan
type dan berat nyeri
menarik, terlihat
Pilih rute IV dari IM untuk suntikan
menggigit, dll)
analgesik yang teratur
18
Pantau tanda vital sebelum dan sesudah
pemberian analgetik narkotik
Bentuk pengharapan positif berhubungan
Berhubungan
dengan keefektifan analgetik untuk
dengan agen injury
mengoptimmalkan respon klien
Evaluasi keefektifan obat analgesik
Catat respon terhadap analgetik
danadanya efek yand tidak diinginkan
Evaluasi dan catat tingkat sedasi pada
klien yang mendapat golongan opioid.
3 Kurang Pengetahuan : Teaching : Prescribe Medication
Pengetahuan Proses (menyiapkan pasien untuk melakukan
(Ketidakhadiran Penyakit pengobatan yang ditentukan dengan
atau kurangnya Tingkat aman dan memantau efeknya)
informasi kognitif pemahaman Anjurkan klien mengenali sifat-sifat khusus
berhubungan proses dari obat-obatannya
dengan topik penyakit dan Informasikan ke pasien tentang obat
khusus) pencegahan generik dan nama dagangnya pada setiap
komplikasi) obat
Batasan Pengetahuan : Ajarkan klien tujuan dan kerja setiap obat
Karakteristik : Perawatan Jelaskancara pemberi pelayanan
Tidak tepat saat Penyakit kesehatan memilih obat yang tepat
mengikuti instruksi (Tingkat Ajarkan pasien cara pemberian /aplikasi
Tingkah laku yang Pemahaman yang tepat
tidak sesuai tentang Ulangi kembali pengetahuan klien tentang
Tingkkah laku penyakit pengobatannya
melebih-lebihkan berkaitan Puji pengetahuan klien tentang
Mengungkapkan dengan pengobatannya
masalah Informasi yang Evaluasi kemampuan klien untuk
dibutuhkan meminum obat sendiri
Faktor yang untuk .anjurkan klien melakukan tindakan yang
berhubungan : memperoleh dilakukan sebelum minum obat
Tidak akrab dengan dan Informasikan pada klien konsekuensi jika
sumber infosrmasi mempertahan putus obat
Kurang paparan kan kesehatan Ajarkan klien efek samping yang dimiliki
informasi optimal) setiap obat
Pengetahuan Ajarkan pada klien cara mencegah dan
Resimen menghilangkkan efek sampingnya
Pengobatan Ajarkan klien tindakan tepat yang harus
(Tingkat dilakukan bila ada efek samping
Pemahaman Ajarkan kllien tanda dan gejala
tentang overdosis/dosis kurang
resimen Ajarkan pada klien tentang kemungkinan
19
pengobatan adanya interaksi obat dengan makanan
khusus Ajarkan kepada klien cara menyimpan
Pengetahuan : obat-obatnya
Prosedur Bantu klien menulis perkembangan jadual
Pengobatan pengobatan
(Tingkat Sediakan klien informasi tertulis tentang
pemahaman tujuan, cara kerja, efek samping dan lain-
tentang lainnya- tentang pengobatannya
prosedur yang Teaching : Procedure/Treatment
dibutuhkan ( Menyiapkan pasien untuk mengerti dan
sebagai siap mental terhadap pengobatan dan
bagian dari tindakan yang ditetapkan)
resimen Informasikan ke klien/orang terdekat
pengobatan) tentang kapan dan dimana
Proses tindakan/pengobatan akan dilakukan
Informasi Informasikan ke klien/orang terdekat
berapa lama tindakan/pengobatan akan
Pengetahuan : dilakukan hingga akhir
Medikasi Informasikan ke klien/orang terdekat
(Tingkanpema siapa yang akan melakukan
haman tindakan/pengobatan tersebut
tentang Kuatkan kembali kepercayaan klien saat
penggunaan melibatkan staf lain
obat yang Tentukan pengalaman masa lalu klien dan
aman) tingkat pengetahuan tentang
tindakan/pengobatan yang akan dilakukan
Jelaskan tujuan dari tindakan/pengobatan
Gmbarkan kegiatan pengobatan/tindakan
yang akan dilakukan
Jelaskan tindakan/pengobatan yang
dilakukan
Ajarkan pada klien cara ikut serta dalam
pengobatan/tindakan yang akan dilakukan
Perkenalkan klien kepada staf yang akan
terlibat dapa tindakan/pengobatan
Tentukan harapan pasien terhadap
tindakan/pengobatan yang akan dilakukan
Perbaiki harapan yang tidak realistik
terhadap tindakan/pengobatan yang akan
dilakukan.
Diskusikan pengobatn alternatif lainnya
Sediakan waktu untuk klien bertanya dan
20
memperhatikan
Libatkan keluarga/orang terdekat klien
Teaching : Disease Process
(Membantu klien memahami informasi
berhubungan dengan proses penyakit)
Nilai tingkat pengetahuan klien sekarang
tetang psoses penyakit ()
Jelaskan patofisiologi penyakit dan
hubungannya dengan anatomi dan
fisiologi
Review pengetahuan klien tentang
kondisinya
Puji pengetahuan klien tentang kondisinya
Gambarkan tanda dan gejala umum
tentang penyakit klien
Kaji apa yang telah dilakukan klien untuk
mengatasi gejala
Gambarkan proses penyakit klien
Kenali kemungkinan penyebab
Berikan informasi tentang kondisi klien
Mengenali perubahan kondisi fisik untuk
pasien
Berikan ketenangan tentang kondisi
pasien
Berikan informasi kepada keluarga/orang
terdekat tentang perkembangan klien
Berikan informasi tentang pengukuran
diagnostik yang tersedia
Diskusikan perubahan gaya hidupyang
dibutuhkan untuk mencegah komplikasi di
masa depandan/atau mengendalikan
proses penyakit
Diskusi kan pilihan terapi dan tindakan
Diskusikan alasan dibelakang
managemen/terapi/tindakan yang
dianjurkan
Dukung pasien untuk mendapatkan
pilihan/mencari pendapat kedua
Gali sumber/dukungan yang tersedia
Anjurkan klien pada tanda dan gejala apa
harus melapor ke pemberi pelayanan
kesehatan
21
Berikan nomor telepon yang harus
dihubungi bila terjadi komplikasi
Kuatkan kembali informasi yang telah
diberikan
oleh anggota tim kesehatan lainnya.
4 Ketidakefektifan Status sirkulasi Cardiac Preacautions(Pencegahan
perfusi jaringan (tidak jantung)
perifer obstruksi, Aktivitas :
berhubungan tidak Membatasi merokok
dengan defisiensi mengalirnya Mencegah penyebab situasi emosi yang
pengetahuan darah secara intensi
tentang pemberat langsung di Mencegah terlau panas atau dingin pada
(gaya hidup kurang tekanan yang pasien
gerak,trauma) disediakanmel Membatasi untuk berdebat
alui jalur besar Menyediakan makanan yang kecil
dari sistemik Mendorong aktiviitas yang tidak
dan sirkulasi kompertitif
paru) Menginstruksikan pasien di latihan
Perfusi progresif
jaringan : Menginstruksikan pasien dan keluarga
jantung(adeku pada gejala kompromi jantung yang
at dari aliran mengidentifikasikan kebutuhan istirahat
darah melalui Menyelenggarakan terapy relaksasi
vaskulari Mempromosikan tehnik effektive dari
coronary pengurangan stress.
untuk Perawatan jantung
mempertahan Aktivitas:
kan fungsi Evaluasi nyeri dada
jantung) Mendokumentasikan distrimia jantung
Tanda vital Mencatat tanda dan gejala dari penurunan
(suhu, nadi, curah jantung
respirasi, dan Monitor frekuensi tanda vital
tekanan darah Monitor status jantung
dalam Monitor status pernapasan dari gejala
keadaan rata- kegagalan jantung
rata normal) Monitor abdomen untuk
Status mengidentifikasikan penurunan perfusi
cardiopulmona Monitor keseimbangan cairan
ry Monitor aktivitas toleren pasien
(adekuat dari Monitor pencocokan nilai laboratorium
volume darah Menerima adanya perubahan tekanan
yang darah
dikeluarkan Evaluasi respon pasien untuk ektopi atau
22
dari ventrikel distrimia
dan Memonitor keadaan pasien
perubahan Sering medukung spritual kepada pasien
dari carbon dan keluarga
dioksida dan Mengatur periode latihan dan istirahat
oksigen di untuk mencegah kelelahan
level alveoli)
23
Monitor dari sumber tekanan dan fraksi
24
sensori akibat Instruksikan pasien tentang pentingnya
anestesi. perfusi pemahaman terapy
alveoli/unit Meningkat anggota tubuh ekstremitas 20
kapiler) derajat atau lebih besar diatas level
Status jantung, untuk meningkatkan vena
pernapasan:ve kembali.
ntilasi Ubah posisi pasien setiap 2 jam
(perpindahan Kelola profilaksis dosis rendah
udara di dan antikoagulan dan pengobatan
luar paru) antiplatelet(e.g hisparin, aspirin,dan
Status sirkulasi dextra)
: tidak Instruksikan pasien di perawatan kaki yang
obstruksi, tepat
(tidak secara Monitor status cairan, termasuk masukan
langsung dan keluaran
aliran darah di Utamakan adekuat hidrasi untuk
tekanan yang menurunkan viskositas darah
sesuai melalui
pembuluh Perawatan Embolus : pulmonar
besar dari Aktivitas
sistemik dan Evaluasi nyeri pasien
sirkulasi Auskultasi suara paru dari krakel atau
pulmonar) suara tidak diketahui
Monitor pola respirasi untuk gejala
perpindahan respirasi
Catat level gas darah arteri
Kelola antikoagulan
Monitor efek obat antikoagulan
Menghindari overwedging kateter arteri
pulmonar untuk mencegah ruptur artery
pulmonar
Mendorong pasien relek
Monitor gejala dari jaringan oksigen yang
tidak adekuat
Pencegahan Emboli
Aktivitas
Laksanakan sebuah nilai komprehensif
dari sirkulasi peripheral
Meningkat anggota tubuh ekstremitas 20
derajat atau lebih besar diatas level
jantung, untuk meningkatkan vena
kembali.
25
Memberlakukan kaus kaki antiemboli(e.g
elastik atau stocking pneumatik)
Melepas kaus kaki antiemboli dari 15
sampai 20 menit setiap 8 jam
Kaji pasien dengan pasive atau aktive jarak
gerakan
Ubah posisi pasien setiap 2 jam atau
ambulasi sebagai toleran
Mencegah injury untuk lumen pembuluh
oleh mencegah tekanan lokal, trauma,
infeksi, atau sepsis
Intruksikan pasien tidak menyilangkan kaki
Menahan diri dari pijatan atau kompres
otot kaki
Mendorong menghentikan merokok
Intruksikan pasien atau keluarga di
pencegahan yang tepat
Kelola profilaksis dosis rendah
antikoagulan dan pengobatan
antiplatelet(e.g hisparin, aspirin,dan
dextra)
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
26
Pembengkakan disertai rasa nyeri pada daerah yang bersangkutan, biasanya pada
ekstremitas bawah. Rasa nyeri ini bertambah bila dipakai berjalan dan tidak
berkurang dengan istirahat.
Kadang nyeri dapat timbul ketika tungkai dikeataskan atau ditekuk.
Daerah yang terkena berwarna kemerahan dan nyeri tekan
Dapat dijumpai demam dan takikardi walaupun tidak selalu
4. Faktor-faktor penyebab pada trombosis vena dikenal dengan virchow triad
(tigaserangkai Virchow) yaitu perubahan dinding pembuluh darah, perubahan
aliran darah dan perubahan komposisi darah
5. Penatalaksanaan yang dapat dilakukan terbagi dua, yaitu penatalaksanaan
secara nonfarmakologi maupun penatalaksanaan secara farmakologi
(misalnya pemberian heparin dan weafrin).
6. Diagnosa keperawatan yang dapat ditegakkan untuk pasien penderita deep
vein thrombosis adalah :
Hipertermi
Nyeri akut
Kurang pengetahuan
Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan defisiensi
pengetahuan tentang pemberat (gaya hidup kurang gerak,trauma)
Kerusakan integritas kulit
Gangguan citra tubuh
Resiko cidera
A. SARAN
27
DAFTAR PUSTAKA
28
8. Supandiman I. Trombosis. Dalam : Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid
II. Edisi 3. Jakarta : Balai Penerbit FK UI;2001.
9. Rani AA, Soegondo, Nazir AU et al. Panduan Pelayanan Medik Perhimpunan
Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia. Jakarta : Pusat Penerbitan
Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia;2006.
10. Mansjoer A, Triyanti K, Savitri R et al. Trombosis Vena. Dalam :
Kapita Selekta Kedokteran Jilid I. edisi 3. Jakarta : Media Aesculapius
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia;2001.
11. http://www.totalkesehatananda.com/dvt1.html
29