Anda di halaman 1dari 20

A.

Hiperurisemia
1. Pengertian
Hiperurisemia adalah keadaan di mana terjadi peningkatan kadar asam urat
darahdi atas normal. Hiperurisemia bisa terjadi karena peningkatan metabolisme asam
urat (overproduction), penurunan asam uraturin (underexcretion), atau gabungan
keduanya. Hiperurisemia yang berkepanjangan dapat menyebabkan goutatau pirai,
namun tidak semua hiperurisemia akan menimbulkan kelainan patologi berupa gout
(Sudoyodkk., 2010). Kadar asam urat pada tiap individu sangat bervariasi tergantung
dari faktor sintesis dan ekskresi. Hiperurisemia didefinisikan sebagai peningkatan
kadar asam urat dalam darah. Secara umum hiperurisemia pada usia dewasa
didefinisikan sebagai kadar asam urat serum lebih dari 7,0 mg/dl pada laki-laki dan
lebih dari 6,0 mg/dl pada wanita (Maiuolo J, dkk 2016).
2. Etiologi
Penyebab asam urat adalah metabolisme tubuh yang tidak sempurna. Penyebab
asam urat bisa juga dari kegagalan ginjal mengeluarkan asam urat melalui air seni.
Adapun faktor dari luar adalah makanan yang tinggi purin contohnya kacang-
kacangan, emping, melinjo, daging (Jeroan), ikan, coklat, minuman yang
mengandung kafein seperti kopi dan teh. Faktor dari dalam dikarenakan terjadinya
proses penyimpanan metabolisme yang umumnya berkaitan dengan faktor usia,
dimana usia lebih dari 40 tahun atau manula lebih beresiko besar terkena asam urat
(Nabyluro’y, 2011).
Pada beberapa penelitian menunjukkan bahwa faktor risiko terjadinya gout erat
hubungannya dengan usia, kadar kreatinin dalam serum, kadar Blood Urea Nitrogen
(BUN), jenis kelamin (pria), tekanan darah, berat badan, stress, trauma, dislipidemia,
pasien dengan kerusakan ginjal, dan konsumsi alkohol. Penggunaan beberapa obat
seperti diuretik, niasin, pirazinamide, levodopa, etambutol, siklosporin, aspirin dosis
rendah dan obat sitotoksik juga dapat memicu terjadinya hiperurisemia dan gout.
Pada penderita gout, kadar asam urat dalam serum rata-rata adalah 7,0 mg/dl untuk
pria dan 6,0 mg/dl untuk wanita. Resiko pria menderita gout 10 kali lebih sering
dibandingkan wanita (Burns et al., 2008). Gangguan hiperurisemia disebabkan oleh
tingginya kadar asam urat di dalam darah, yang menyebabkan terjadinya penumpukan
kristal di daerah persendian sehingga menimbulkan rasa sakit. Penyebab lainnya
tingginya konsentrasi bahan pangan sumber protein, terutama purin, bahan makanan
yang banyak mengandung sumber purin adalah hati, jantung, otak, paru-paru daging,
kacang-kacang, dan sebagainya (Almatsier, 2003). Makanan yang banyak
mengandung sumber purin kalau makannya tidak dikontrol maka akan memincu
penyakit hiperurisemia (Vitahealth, 2006).Asupan makanan tinggi purin berpengaruh
terhadap kadar asam urat dalam tubuh. Secara ilmiah purin terdapat dalam tubuh dan
di jumpai pada semua makanan. Jika asupan makanan tinggi purin berlebih,
sementara tubuh sudah mengalami peninggian kadar asam urat, maka purin yang
masuk semakin banyak dan menjadi timbunan kristal asam urat. Apabila penimbunan
kristal terbentuk di cairan sendi, maka terjadilah penyakit gout, dan jika penimbunan
terjadi di ginjal, akan muncul batu asam urat ginjal yang disebut dengan batu ginjal.
Sehingga seseorang yang sudah terkena penyakit asam urat sebaiknya harus
menghindari bahan makanan yang bebas dari sumber purin namun hampir semua
bahan makanan yang mengandung sumber purin sehingga di lakukan untuk
membatasi asupan purin menjadi 100 – 150 mg purin per hari (normal biasanya
mengandung 600 – 1000 mg purin per hari) (Dewanti, 2010).
3. Tanda dan Gejala
Gangguan hiperurisemia di tandai dengan suatu serangan mendadak atau tiba –
tiba di daerah persendian. Saat bangun tidur misalnya, ibu jari kaki dan pergelangan
kaki anda terasa sakit seperti terbakar dan bengkak. Gejala hiperurisemia adalah
serangan akut biasanya sering menyerang pada satu sendi denagan gejala bengkak,
kemerahan, nyeri hebat, panas dan gangguan gerak dari sendi yang terserang terjadi
mendadak yang mencapai puncaknya kurang lebih 24 jam. Lokasi yang sering
pertama diserang adalah sedi pangkal ibu jari kaki. Berikut ini rincian gejala penyakit
asam urat :
a. Kesemutan dan linu.
b. Nyeri terutama malam hari atau pagi hari saat bangun tidur.
c. Sendi yang terkena asam urat terlihatan bengkak, kemerahan, panas, dan nyeri
luar biasa pada malam dan pagi (Sari, 2010).
4. Patofisiologi
Menurut Suiraoka (2012), berdasarkan patofisiologinya hiperurisemia atau
peningkatan asam urat terjadi akibat produksi asam urat yang berlebih, pembuangan
asam urat yang kurang atau kombinasinya.
a. Produksi asam urat berlebih
Peningkatan produksi asam urat terjadi akibat peningkatan kecepatan
biosintesa purin dari asam amino untuk membentuk inti sel DNA dan RNA. Hal
ini disebabkan kelainan produksi enzim yaitu Hipoxantin guanine fosforibosil
transferase (HGPRT) dan kelebihan aktivitas enzim Fosforibosil piro fosfatase
(PRPP) sehingga terjadi kelainan metabolisme purin (inborn errors of purin
metabolism). Produksi asam urat dibantu oleh enzim Xantin Oksidase dengan
efek samping menghasilkan radikal bebas superoksida. Kekurangan enzim
HGPRT dapat menyebabkan akumulasi PRPP dan penggunaan enzim PRPP
untuk inhibisi umpan balik menurun sehingga semua hipoxantin akan digunakan
untuk memproduksi asam urat. Selain itu aktivitas berlebih enzim PRPP akan
menyebabkan pembentukan nukleotida asam guanilat (GMP) dan Adenilat
deaminase (AMP) menurun sehingga menstimulasi proses inhibisi umpan balik
yang akibatnya meningkatkan proses pembentukan asam urat. Keadaan ini
ditemukan pada mereka yang memiliki kelainan herediter (genetik).
b. Pembuangan asam urat berkurang
Asam urat akan meningkat dalam darah jika ekskresi atau pembuangannya
terganggu. Sekitar 90% penderita hiperurisemia mengalami gangguan ginjal
dalam pembuangan asam urat ini. Biasanya penderita gout mengeluarkan asam
urat 40% lebih sedikit dari orang normal. Dalam kondisi normal, tubuh mampu
mengeluarkan 2/3 asam urat melalui urin (sekitar 300 sampai dengan 600mg
perhari). Sedangkan sisanya diekresikan melalui saluran gastrointestinal. Asam
urat larut dalam plasma darah sebagai monosodium urat yang pada suhu 370C
kelarutannya dalam plasma sebanyak 7 mg/dl. Secara normal, pengeluaran asam
urat seecara otomatis akan lebih banyak jika kadarnya meningkat dalam darah
akibat asupan purin dari luar atau pembentukan purin. Tapi pada penderita gout
kadar asam urat tetap lebih tinggi 1-2 mg/dl dibandingkan orang normal. Di
dalam tubuh, terdapat enzim urikinase untuk mengoksidasi asam urat menjadi
alotinin yang mudah dibuang. Apabila terjadi gangguan pada enzim urikinas
akibat proses penuaan atau stress maka terjadi hambatan pembuangan asam urat
sehingga kadar asam urat akan naik dalam darah. Hambatan pembuangan asam
urat juga terjadi akibat gangguan fungsi ginjal. Pembuangan asam urat terganggu
akibat penurunan proses filtrasi ginjal di glomerulus ginjal, penurunan ekskresi
dalam tubulus ginjal dan peningkatan absorpsi kembali. Penurunan filtrasi tidak
langsung menyebabkan hiperurisemia, namun berperan dalam meningkatkan
kadar asam urat pada penderita gangguan ginjal. Penurunan ekskresi pada tubulus
ginjal disebabkan karena akumulasi asam-asam organik lain yang berkompetisi
dengan asam urat untuk diekskresikan. Hal ini terjadi pada keadaan starvasi,
asidosis, keracunan dan pada penderita diabetes. Hiperurisemia yang terjadi
karena peningkatan reabsopsi asam urat banyak dialami oleh penderita diabetes
dan terapi kerusakan ginjal biasanya hal ini berkaitan dengan herediter.
c. Kombinasi asam urat berlebih dan pembuangan yang berkurang
Mekanisme kombinasi keduanya terjadi pada kelainan intoleransi fruktosa,
defisiensi enzim tertentu yaitu Glukosa 6-fosfat. Pada kelainan tersebut akan
diproduksi asam laktat berlebihan, pembuangan asam urat menjadi menurun
karena berkompetisi dengan asam laktat dan hiperurisemia menjadi lebih parah.
Kekurangan enzim glukose 6-fosfat biasanya menyebabkan hiperurisemia sejak
bayi dan menderita gout usia muda.
5. Komplikasi
Tingginya asam urat dalam tubuh yang menetap dalam jangka waktu yang lama
berpotensi menimbulkan komplikasi. Menurut Noviyanti (2015) komplikasi penyakit
asam urat meliputi :
a. Komplikasi pada ginjal
Secara garis besar, gangguan-gangguan pada ginjal yang disebabkan oleh
asam urat mencakup dua hal yaitu terjadinya batu ginjal dan risiko kerusakan
ginjal. Batu ginjal terbentuk ketika urine mengandung substansi yang membentuk
kristal, seperti kalsium oksalat dan asam urat. Pada saat yang sama, urine
kekurangan substansi yang mencegah kristal menyatu sehingga menjadikan batu
ginjal terbentuk.
b. Komplikasi pada jantung
Kelebihan asam urat dalam tubuh membuat seseorang berpotensi terkena
serangan jantung dan stroke. Hubungan antara asam urat dengan penyakit jantung
adalah adanya kristal asam urat yang dapat merusak endotel/pembuluh darah
koroner.
c. Komplikasi pada hipertensi
Hipertensi terjadi karena asam urat menyebabkan renal vasokontriksi
melalui penurunan enzim nitrit oksidase di endotel kapiler, sehingga terjadi
aktivasi sistem. Peningkatan asam urat pada manusia juga berhubungan dengan
disfungsi endotel dan aktivasi rennin.
d. Komplikasi pada diabetes mellitus
Meningkatnya kadar asam urat darah juga berisiko terkena penyakit
diabetes mellitus. Dalam penelitian Eswar (2011) didapatkan hasil kadar asam
urat yangtinggi dalam darah berkaitan dengan risiko peningkatan diabetes hampir
20%. Pada penderita diabetes ditemukan 19% lebih tinggi dengan kadar asam
urat yang tidak terkontrol.

6. Diet Rendah Purin


Diet pada asam urat ini adalah diet rendah purin, rendah lemak, cukup vitamin
dan mineral, diet ini dapat menurunkan berat badan, bila ada tanda tanda berat badan
berlebih (Sunita 2005). Asam urat merupakan hasil metabolisme akhir dari purin
yaitu salah satu komponen asam nukleat yang terdapat dalam inti sel tubuh (Andry.
Dkk 2009).
Purin berasal dari makanan yang mengandung protein, contohnya jeroan, daging,
kerang, kepiting, udang emping, kacang-kacangan, bayam, kangkung, kubis, durian,
nanas, tape, alkohol, dan lain-lain. Ada penelitian yang membuktikan bahwa kopi
juga mengakibatkan asam urat (Kertia 2009). Selain itu salah satu faktor yang dapat
mempengaruhi asam urat adalah makanan yang dikonsumsi, umumnya makanan yang
tidak seimbang (asupan protein yang mengandung purin terlalu tinggi) (Utami 2009).
Di dalam tubuh, perputaran purin terjadi secara terus menerus seiring dengan sintesis
dan penguraian RNA dan DNA, sehingga walaupun tidak ada asupan purin, tetap
terbentuk asam urat dalam jumlah yang substansial (Sacher 2004). Dalam keadaan
normal kadar urat serum pada pria mulai meningkat saat pubertas. Pada wanita kadar
asam urat tidak meningkat sampai setelah menopause karena estrogen membantu
meningkatkan ekskresi asam uratmelalui ginjal. Setelah menopause, kadar serum urat
meningkat seperti pada pria (Sylvia 2006).
Konsumsi buah yang banyak mengandung air juga sangat penting seperti
semangka, melon, blewah, belimbing, dan jambu air. Buah yang dalam saluran cerna
diubah menjadi alcohol, seperti durian dan nanas, sebaiknya dibatasi. Bagi penderita
asam urat yang mengalami kelebihan berat badanatau kegemukan, dianjurkan untuk
menurunkan berat badannya hingga mencapai ukuran normal, atau jika
memungkinkan 10-15% dibawah normal. Terkait dengan penurunan berat badan,
sebaiknya hal itu tidak dilakukan secara mendadak karena berpotensi memicu
munculnya ketonemia yang notabene adalah faktor pencetus serangan asam urat.
Tampaknya keton dan asam urat saling bersaing untuk keluar dari tubuh melalui urin.
Dan umumnya yang kalah adalah asam urat, sehingga tetap tertahan dalam tubuh
(Junadi 2012).
Menurut Damayanti (2012), secara ringkas diet rendah purin dapat di
klasifikasikan sebagai berikut :
a. Kelompok I
Kadar purin tinggi (100-1000mg purin atau 100mg bahan pangan), sebaiknya
dihindari seperti otak, hati, jantung, ginjal, jeroan, ekstrak daging atau kaldu,
bebek, burung, dara, sarden, makarel, remis, karang, ikan kering, alkohol, ragi,
(makanan yang diawetkan).
b. Kelompok II
Kadar purin sedang (50-100mg purin atau 100mg bahan pangan),
konsumsi dibatasi maksimal 50-75mg, seperti daging sapi, ayam, ikan, udang,
kacang-kacangan kering dan hasil olahannya, seperti tahu, tempe,
asparagus, bayam, daun singkong, kembang kol, kangkung, daun dan buah
melinjo, buncis, kapri, jamur.
c. Kelompok III
Kadar purin rendah (0-<50mg purin atau 100mg bahan pangan) dapat
dimakan setiap hari seperti, nasi, singkong, jagung, roti whole wheat, mie, susu
low fat, telur, buah-buahan (kecuali durian dan alpukat), dan sayuran (kecuali
sayuran dalam kelompok II).

Tujuan diet :
a. Menurunkan kadar asam urat dalam darah
b. Memperlancar pengeluaran asam urat
Syarat diet :
a. Energi diberikan sesuai kebutuhan tubuh. Bila berat badan berlebih kebutuhan
energi mengikuti pedoman diet energi rendah,
b. Protein : 1 - 1,2 g/kg BB atau 10-15% dari kebutuhan energi total. Hindari
bahan makanan sumber protein yang mempunyai kandungan purin >150
mg/100g,
c. Lemak tidak lebih dari 30%, 10% nya dari protein hewani,
d. Karbohidrat : 65-75% dari kebutuhan energi total, berupa karbohidrat kompleks
e. Vitamin dan mineral diberikan sesuai kebutuhan,
f. Cairan disesuaikan dengan urin yang dikeluarkan setiap hari. Banyak minum
untuk membantu pengeluaran kelebihan asam urat, 2 sampai 3 liter/hari untuk
mencegah terjadinya pengendapan asam urat dalam ginjal (batu ginjal),
g. Apabila BB lebih, dianjurkan untuk menurunkan BB karena akan membantu
menurunkan kadar purin dalam darah.
Cara Mengatur diet :
a. Memasak dengan merebus, mengukus, mengungkep, menumis, memanggang,
pepes,
b. Banyak makan buah-buahan yang mengandung air untuk memperlancar
pengeluaran asam urat.
Hal-hal yang perlu diperhatikan :
a. Olahraga secara teratur untuk mencegah kaku sendi,
b. Bila disertai dengan darah tinggi dan atau penyakit jantung diberikan pula diet
rendah garam,
c. Hati-hati dengan minuman atau suplemen berenergi (lebih baik konsultasi ke
dokter).
(Kemenkes, RI. 2011)

B. Latihan Fisik
1. Senam Ergonomik

Senam ergonomik merupakan senam yang memadukan antara Gerakan otot dan
Teknik pernafasan. Teknik pernafasan yang dilakukan dalam senam ergonomis adalah
dilakukan secara sadar dan menggunakan diagfragma. Teknik pernafasan tersebut mampu
memberikan pijatan atau tekanan pada jantung sehingga dapat membuka sumbatan dan
melancarkan aliran darah ke jantung maupun ke seluruh tubuh. Selain itu Teknik
pernafasan tersebut akan memperlancar pengangkutan sisa dari pembakaran seperti
halnya asam urat oleh plasma darah dari sel ke ginjal yang nantinya akan dikeluarkan
dalam bentuk feses dan urin (Wahyuningsih,2015). Gerakan yang sangat efektif, efisien
dan logis karena rangkaian gerakannya merupakan rangkaian gerak yang dilakukan
manusia sejak dulu sampai saat ini. Gerakan-gerakan senam ergonomik merupakan
gerakan yang sesuai dengan kaidah-kaidah penciptaan tubuh dan gerakan ini diilhami
dari gerakan shalat sehingga lansia mudah mengaplikasikan gerakan senam ini dalam
kehidupan sehari-hari (Sagiran, 2012). Senam ergonomik merupakan senam yang dapat
langsung membuka, membersihkan dan mengaktifkan seluruh sistem-sistem tubuh seperti
sistem kardiovaskuler, perkemihan, sistem reproduksi, sistem pembakaran (asam urat,
kolesterol, gula darah, asam laktat, Kristal oxalate), sistem konversi karbohidrat, sistem
pembuatan elektrolit dalam darah, sistem kesegaran tubuh dan sistem kekebalan tubuh
dari energi negatif/virus, sistem pembuangan energi negatif dari dalam tubuh
(Wratsongko, 2015).

2. Teknik Senam Ergonomik


a. Gerakan ke-1, Lapang Dada
1) Tahapan Gerakan Lapang Dada

Berdiri tegak, kedua lengan diputar ke belakang semaksimal mungkin,


tarik nafas dalam melalui hidung lalu hembuskan perlahan melalui mulut. Saat
dua lengan di atas kepala, jari kaki dijinjit.

2) Manfaat Gerakan Lapang Dada


a) Putaran lengan menyebabkan stimulus regangan dan tarikan pada saraf di
bahu, mengoptimalkan fungsi organ paru, jantung, hati, ginjal, lambung dan
usus sehingga metabolisme optimal.
b) Kedua kaki dijinjit menstimulasi sensor-sensor saraf yang merefleks fungsi
organ dalam.
3) Gerakan dilakukan sebanyak 40 kali putaran. Satu gerakan memutar butuh
waktu 4 detik sebagai gerakan aerobic. Keseluruhan 40 kali putaran dalam
waktu 4 menit. Kemudian istirahat sebelum melakukan gerakan kedua (Sagiran,
2012).

b. Gerakan ke-2, Tunduk Syukur


1) Tahapan Gerakan Tunduk Syukur

Gerakan tunduk syukur berasal dari gerakan rukuk. Posisi tubuh berdiri
tegak dengan menarik napas dalam perlahan, lalu tahan napas sambil
membungkukkan badan ke depan sempurna. Tangan berpegangan pada
pergelangan kaki, wajah menengadah dan hembuskan napas secara rileks dan
perlahan.

Menarik napas dalam dengan menahan di dada merupakan teknik


menghimpun oksigen untuk metabolisme tubuh. Membungkukkan badan ke
depan dengan dua tangan berpegangan pada pergelangan kaki akan menyebabkan
posisi tulang belakang dalam posisi segmen dada-punggung sehingga
menyebabkan relaksasi dan membantu mengoptimalkan fungsi serabut pada
tulang belakang. Gerakan ini dapat menguatkan struktur anatomi-fungsional otot,
ligament dan tulang belakang.

2) Manfaat Gerakan Tunduk Syukur


a) Posisi tunduk syukur dapat menyebabkan tarikan pada serabut saraf yang
menuju ke tungkai, meningkatkan fungsi dan membantu menghindari
resiko saraf terjepit.

b) Gerakan menengadahkan kepala menyebabkan fleksi tulang leher dan


mengaktivasi serabut saraf simpatis yang berada di leher. Gerakan ini
berperan dalam meningkatkan, mempertahankan suplai darah dan
oksigenasi otak secara optimal.

c) Gerakan tunduk syukur berfungsi untuk meregangkan otot-otot punggung


bawah, paha dan betis serta berfungsi memompakan darah ke batang tubuh
bagian atas dan melonggarkan otot-otot perut dan ginjal.

3) Gerakan ini dilakukan sebanyak 5 kali. Umumnya 1 kali gerakan selesai dalam
waktu 35 detik ditambah 10 detik untuk nafas, jadi keseluruhan gerakan selesai
dalam 4 menit.
c. Gerakan ke-3, Duduk Perkasa

1) Tahapan Gerakan Duduk Perkasa

Posisi duduk dengan jari kaki sebagai tumpuan, tarik napas dalam lalu
tahan sambil membungkukkan badan ke dapan. Tangan memegang pergelangan
kaki dan wajah menengadah.

2) Manfaat Gerakan Duduk Perkasa


a) Duduk perkasa dengan lima jari kaki ditekuk dapat menstimulasi fungsi
organ tubuh. Ibu jari terkait dengan fungsi energi tubuh, jari telunjuk terkait
dengan fungsi pikiran, jari tengah terkait dengan fungsi pernapasan, jari
manis terkait dengan fungsi metabolisme serta detoksifikasi dalam tubuh
dan jari kelingking terkait dengan fungsi hati serta sistem kekebalan tubuh.

b) Menarik napas dalam lalu ditahan sambil membungkukkan badan ke depan


dengan dua tangan bertumpu pada paha dapat meningkatkan tekanan dalam
rongga dada yang dapat meningkatkan sirkulasi dan oksigenasi otak.

3) Gerakan dilakukan sebanyak 5 kali. Umumnya 1 kali gerakan selesai daam


waktu 35 detik ditambah 10 detik untuk menarik nafas, jadi keseluruhan
gerakan selesai dalam waktu 4 menit.
d. Gerakan ke-4, Duduk Pembakaran

1) Tahapan Gerakan Duduk Pembakaran


Posisi duduk seperti duduk perkasa kemudian telapak tangan pada pangkal
paha, tumit di samping pantat, tarik napas dalam sambil membungkukkan badan
ke depan sampai punggung terasa teregang, wajah menengadah sampai terasa
teregang. Hembuskan napas secara rileks dan perlahan.

2) Manfaat Gerakan Duduk Pembakaran


a) Gerakan menarik napas dalam lalu ditahan meningkatkan tekanan di dalam
saluran saraf tulang belakang sehingga meningkatkan suplai darah
oksigenasi ke otak.

b) Gerakan menengadahkan kepala menyebabkan fleksi ruas tulang leher dan


menstimulasi saraf simpatis di leher.

c) Kedua tangan menggenggam pergelangan kaki berfungsi melebarkan ruang


antar ruas tulang pada tangan dan leher, memberikan efek relaksasi pada
serabut saraf simpatis sehingga terjadi relaksasi dinding pembuluh darah.

3) Gerakan dilakukan sebanyak 5 kali. Umumnya 1 kali gerakan selesai dalam


waktu 35 detik ditambah 10 detik untuk menarik nafas, jadi keseluruhan
gerakan selesai dalam waktu 4 menit.
e. Gerakan ke-5, Berbaring Pasrah

1) Tahapan Gerakan Berbaring Pasrah

Posisi kaki seperti pada gerakan duduk pembakaran kemudian


baringkan badan perlahan semampunya. Jika bisa punggung menyentuh lantai
atau alas, dua lengan lurus di atas kepala, napas dada, perut mengecil. Apabila
tidak mampu menekuk kaki maka kaki dapat diluruskan.

2) Manfaat Gerakan Berbaring Pasrah

Gerakan berbaring dengan meluruskan lengan di atas kepala dapat


menyebabkan regangan atau tarikan pada serabut saraf tulang belakang
sehingga dapat merilekskan tulang belakang.
3) Gerakan dilakukan minimal 5 menit, gerakan dilakukan perlahan dan tidak
dipaksakan saat merebahkan badan maupun bangun. (Sagiran, 2012).
3. Satuan Operasional Pelaksanaan

SOP SENAM ERONOMIK


1. PENGERTIAN Senam ergonomik adalah teknik senam untuk
mengembalikan atau membetulkan posisi dan
kelenturan dalam sistem saraf, dan aliran darah,
memaksimalkan supply oksigen ke otak,
membuka sistem kecerdasan, sistem keringat,
sistem pemanasan tubuh, sistem pembakaran
asam urat, dan lain sebagainya.

2. TUJUAN a. Mengoptimalkan suplai darah dan oksigen ke


otak, sehingga fungsi organ paru, jantung,
ginjal, lambung, usus, dan liver.
b. Meningkatkan kemampuan memori.
c. Meningkatkan kemampuan sistem syaraf
d. Mobilisasi sendi, jaringan lunak.
e. Mengurangi nyeri sendi.
f. Menurunkan kadar asam urat.
g. Mengembalikan atau membetulkan posisi dan
kelenturan sistem saraf dan aliran darah.

3. INDIKASI a. Asam urat


b. Diabetes Mellitus
c. Kolesterol
d. Membuka sistem kecerdasan
e. Dan berbagai penyakit lain.
4. KONTRAINDIKASI -
5. PERSIAPAN PASIEN a. Perkenalkan diri anda dan identifikasi klien
dengan memeriksa identitas klien dengan
cermat.
b. Jelaskan tentang prosedur tindakan yang
akan dilakukan, berikan kesempatan pada
klien untuk bertanya dan jawab seluruh
pertanyaan klien.
c. Siapkan peralatan yang dibutuhkan.
d. Atur posisi klien sehingga merasa aman dan
nyaman.

6. PERSIAPAN ALAT DAN Alas lantai, laptop, kamera digital, video


MEDIA senam ergonomik.
7. LANGKAH – LANGKAH
a. Gerakan ke – 1 putaran energi inti
Duduk bersimpuh dengan punggung kaki sebagai alas, dua lengan
lurus ke depan, selanjutnya pergelangan tangan di putar mulai dari depan
dada hingga ke atas kepala sebanyak 60 putaran; kemudian putaran
pergelangan tangan tangan ke arah luar sebanyak
60 putaran. Saat putaran berakhir, ambil nafas lalu tahan. Dua lengan lalu
digerakkan ke belakang melewati dua pinggang hingga dua lengan lurus
dengan telapak tangan menghadap ke atas. Badan dibungkukkan ke depan,
wajah ditengadahkan sampai terasa darah berjalan dari punggung ke wajah
(wajah tampak kemerahan). Jika sudah maksimal, maka nafas
dihembuskan secara perlahan dengan rileks.
b. Gerakan ke – 2 menyeimbangkan otak kanan – kiri
Posisi duduk simpuh dengan lima jari kaki ditekuk pada ujung jarinya
(sebagai tumpuan) atau duduk pembakaran, kemudian bernafas dengan
rileks. Pergelangan tangan diputar ke arah dalam (ke arah pinggang) lalu
ke arah luar. Tangan sejajar dengan mata, telapak tangan menghadap ke
atas. Dimulai dengan kanan, lalu ke kiri. Masing – masing 5 kali. Lakukan
putaran sebaliknya sampai kembali ke posisi awal. Bayangkan membuat
angka “8” (seperti tari piring). Setelah dua – duanya, lakukan secara
bersamaan sebanyak 10 kali.
c. Gerakan ke – 3 lapang dada
Berdiri tegak, kedua lengan diputar ke belakang secara maksimal,
rasakan keluar masuk nafas dengan rileks. Saat kedua tangan berada di atas
kepala, jari kaki jinjit.
d. Gerakan ke – 4 tunduk syukur
Dimulai dari gerakan berdiri tegak, lalu menarik nafas dalam secara
rileks, lalu tahan nafas sambil membungkukkan badan ke depan (nafas
dada) semampunya. Kedua tangan berpengangan pada pergelangan kaki
sampai punggung terasa tertarik. Wajah menengadah sampai terasa tegang/
panas. Saat melepaskan nafas, lakukan secara rileks.
e. Gerakan ke – 5 duduk perkasa
Menarik nafas dalam (nafas dada) lalu tahan sambil badan
membungkuk dan kedua tangan betumpu pada paha. Wajah menengadah
sampai terasa tegang/ panas. Saat posisi membungkuk, pantat tidak
menungging.
f. Gerakan ke – 6 sujud syukur
Posisi duduk simpuh dengan kedua tangan menggenggam pergelangan
kaki, tarik nafas dalam (nafas dada) sambil badan membungkuk sampai
punggung terasa tertarik, wajah menengadah sampai terasa panas, pantat
jangan sampai ikut menungging, lepaskan nafas dengan rileks dan
perlahan.

g. Gerakan ke – 7 berbaring pasrah


Posisi kaki duduk simpuh dilanjutkan dengan berbaring pasrah.
Punggung menyentuh lantai, dua lengan lurus di atas kepala, nafas rileks
dan dirasakan (nafas dada), perut mengecil.

8. EVALUASI
a. Evaluasi hasil yang dicapai.
b. Beri reinforcement positif pada klien.
c. Kontrak pertemuan selanjutnya.
d. Mengakhiri pertemuan dengan baik.

9. HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN


a. Kenyamanan dan kekuatan kondisi fisik klien harus selalu dikaji untuk
mengetahui keadaan klien selama prosedur.
b. Perhatikan kontraindikasi dilakukannya tindakan.
DAFTAR PUSTAKA

Ahmad, Nabyluro’y R. 2011. Cara Mudah Mencegah Mengobati Asam Urat dan Hipertensi,
Jakarta : Dinamikamedia.

Almatsier, Sunita. 2003.Prinsip Dasar Ilmu Gizi.Jakarta: PT Gramedia PustakaUtama,

Almatsier, Sunita. 2005. Prinsip Dasar Ilmu Gizi.akarta : PT. Gramedia Pustaka Utama

Andry, Saryono, & Upoyo, A. S. 2009 .Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kadar Asam
Urat pada Pekerja Kantor.

A.Price, Sylvia. 2006 . Patofisiologi, konsep klinis proses-proses penyakit. Jakarta: EGC

Chisholm-Burns,Marie A et al., 2008. Pharmacotherapy Principles & Practice, New York, hal.
651-657

Choi, et al, 2013. An analysis of Australian company carbon emission disclosures. Pacific
Accounting Review, Vol. 25 No. 1, 58-79.

Damayanti, M., & Iskandar. 2012. Asuhan Keperawatan Jiwa. Bandung : Refika Aditama.

KemenkesRI. 2011 . Diet Rendah Purin.1-2

Maiuolo, J., Oppedisano, F., Graterri, S., Muscoli, C., Mollace, V. 2016. Regulation of Uric Acid
Metabolism and Excretion. International Journal of Cardiology

SudoyoAW, SetyohadiB, Alwi Idkk.2010. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. JilidIII Edisi
V.Jakarta:Interna Publishing Pusat Penerbitan Ilmu PenyakitDalam.

Noviyanti. 2015. Hidup Sehat tanpa Asam Urat. Edited by Ola. Jakarta: NOTEBOOK.

Sari,mutia. 2010. Sehat dan Bugar Tanpa Asam Urat. Yogyakarta: AraskaPublisher.

Suiraoka, 2012. Mengenal, Mencegah, dan Mengurangi Faktor Risiko 9 Penyakit Degeneratif.
Yogyakarta : Nuha Medika

Vitahealth. 2006. Seluk Beluk Food Supplement. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama
Wahyuningsih, E. 2015. Pengaruh Senam Egonomis Terhadap Penurunan Kadar Asam Urat pada
Lansia dengan Hiperuresemia di Unit Pelayanan Sosial Lanjut Usia Wening Wardoyo
Ungaran Kabupaten Semarang. Semarang: Skripsi Stikes Ngudi Waluyo.

Anda mungkin juga menyukai