Anda di halaman 1dari 5

Metode Penelitian

Desain penelitian ini adalah eksperimen semu dengan desain pre dan post uji dua kelompok
desain (menggunakan dua kelompok perlakuan). Desain penelitian adalah quasiexperimental
dengan pre dan post test dengan dua kelompok desain. Kedua kelompok mengukur tubuh suhu
sebelum dan sesudah intervensi. Kelompok pertama menerima intervensi oleh mengompres
spons hangat dan kelompok kedua mendapat intervensi dengan kompres plester.

Populasi dalam penelitian ini adalah anak usia 6-12 tahun sesuai inklusi kriteria. Anak penderita
demam tifoid dengan suhu tubuh di atas 38 ° C -39 ° C. Contoh metode dengan teknik
consecutive sampling. Dari hasil penghitungan sampel untuk setiap kelompok 12 anak. Sampel
total dari kedua kelompok mengompres spons hangat dan plester kompres sebanyak 24 anak.
Instrumen yang digunakan dengan lembar observasi, termometer air untuk mengukur suhu air
ketika akan mengompres spons hangat, termometer digital untuk mengukur suhu tubuh, dan
Standard Operating Procedure (SOP). SOP digunakan untuk mengompres cermin menurut Marni
2016, dan plesteran dikompres menurut PT. Hisamitsu. Pharma Indonesia, 2016; Syltami, 2014

Alat ukur menggunakan data dari variabel yang dapat diukur melalui pengamatan. Bila ada
penderita demam tifoid yang mengeluh demam dengan suhu di atas 38 ° C - 39 ° C akan
dilakukan pengukuran suhu tubuh (pretest) untuk mengetahui suhu tubuh anak dengan
menggunakan termometer digital. Sebelum proses penelitian dilakukan peneliti melakukan uji
etika Kepada Komisi Etika Riset Kesehatan Departemen Keperawatan Sekolah Menengah Atas
Kesehatan JenderalAchmadYani Ilmu dengan nomor 001 / KEPK / IV / 2017. Selain
mempertahankan keselamatan peneliti juga melakukan presentasi dengan tim kesehatan di
RS Cibabat untuk mendapatkan masukan dan persetujuan dalam melakukan intervensi terhadap
responden. Setelah peneliti melakukan informasi kepada orang tua para peneliti mengambil
tindakan untuk memberikan hangat-hangat kuku kompres spons atau kompres gips untuk
anaknya. Tindakan mengompres hangat-hangat kuku kompres sponge dan plester bertujuan
untuk menurunkan suhu tubuh anak yang mengalaminya demam dengan suhu di atas 38 ° C -39
° C. Setelah pengukuran suhu dan penderita dikatakan mengalami demam dengan suhu diatas 38
° C - 39 ° C, penderita akan diberikan intervensi dengan kompres spons hangat dari pasien 1 - 12
dan pemberian pita kompres dari pasien 13-24. Untuk pasien yang diberi intervensi kompres
spons hangat-hangat kuku, suhu air disiapkan terlebih dahulu sebelum dikompres yaitu 30-35 ° C
yang diukur menggunakan termometer air.
Sedangkan pada pasien yang diberi plester tekan, jumlah pita kompresnya cukup besar disiapkan
sesuai dengan kebutuhan klien. Setelah pasien diberikan intervensi juga kompres spons hangat
atau kompres plester, suhu kedua (posttest) tadi diukur untuk menentukan efektivitas kompres
dan kompres spons hangat plester

Setelah dilakukan pretest dengan mengukur suhu tubuh minimum diatas 38 ° C -39 ° C. Dua
belas dari pasien pertama diberi kompres spons hangat. Ini prosedur menggunakan waslap untuk
menyeka wajah, leher, badan, tangan dan kaki, dilanjutkan dengan punggung (punggung, pantat,
tangan, paha dan kaki) selama 20 menit dan pasien dua belas detik diberi pita kompres. Pita ini
akan diaplikasikan pada area frontal, aksila, dan inguinal selama 20 menit. Pada saat posttest
dilakukan pengukuran suhu tubuh di daerah ketiak digunakan dengan termometer digital. Ini
dilakukan untuk menentukan efektifitas masing-masing pengobatan dan lihat perbandingan
antara antarapre dan post. pengukuran suhu dilakukan, hasilnya langsung dicatat pada lembar
observasi. Setelah 30 menit intervensi, responden diberikan antipiretik sesuai dosis.

Data diuji normalitas dengan uji saphiro-wilk. Hasil post test tepid sponge group 0,023 (data
tidak normal) dan hasil post test tepid sponge. kompres adalah 0,013 (data tidak normal). pre test
dan post test pada kelompok spons suam-suam kuku adalah masih belum normal sehingga untuk
analisis bivariat menggunakan uji wilcoxon diperoleh hasil uji normalitas Data pada kelompok
plester uji kompres 0,058 (data normal) dan uji kompres plester Post test sebesar 0.135 (data
normal) maka digunakan uji t dependen untuk mengetahui ada tidaknya Ada perbedaan yang
signifikan antara kompres spons hangat dan kompres plester untuk menurunkan suhu tubuh pada
pasien demam tifoid menggunakan tes Man Whitney

Hasil

Proses pengambilan sampel pada kelompok kompres tepid sponge membutuhkan waktu 11 hari
dari 8-18 Mei 2017, sedangkan proses pengambilan sampel pada kelompok pita kompres
membutuhkan waktu 12 hari dari tanggal 20 hingga 31 Mei 2017. Berdasarkan tabel 1. terlihat
bahwa hasil analisis suhu tubuh rata-rata sebelum diaplikasikan kompres spons adalah 38,75 ° C,
dengan standar deviasi 0,21. setelah diberi spons hangat bertekanan 38,08 ° C, dengan standar
deviasidari 0,19. Ada perbedaan suhu tubuh sebelum dan sesudah diberikan hangat-hangat kuku
kompres spons (nilai p = 0,002 <α = 0,05). Berdasarkan tabel 2. Pada kelompok plesteran tekan
terlihat rata-rata Suhu tubuh sebelum diberikan kompres plester adalah 38,80 ° C, dengan standar
deviasi 0,19; setelah diberi plesteran tekan 38,57 ° C, dengan standar deviasi 0,22. Ada
perbedaan suhu tubuh sebelum dan sesudah ada diberi kompres plester (nilai p = 0,004 <α =
0,05). Berdasarkan tabel 3. rata-rata penurunan suhu tubuh pada spons hangat kelompok
kompres adalah 38,08 ° C dengan standar deviasi 0,19 sedangkan rata-rata penurunan suhu tubuh
pada kelompok plester tekan sebesar 38,57 ° C dengan a deviasi standar 0,22. Ada perbedaan
yang signifikan dalam penurunan rata-rata suhu tubuh antara kompres spons hangat dan kompres
plester pada anak-anak dengan demam tifoid (nilai p = 0,004 <α = 0,05)

Pembahasan

Hasil penelitian terhadap 12 anak yang mengalami demam tifoid menunjukkan gejala suhu tubuh
rata-rata sebelum diberikan kompres spons hangat yaitu 38,75 ° C setelah diberikan kompres
tepid sponge pada suhu 38.08 ° C. Semua responden yang diberikan intervensi dalam
mengompresi tepid sponge mengalami penurunan suhu dengan nilai rata-rata 0.67 ° C.
Kompres tepid sponge hangat menggunakan waslap untuk menyeka wajah, leher, badan, tangan
dan kaki, lanjutkan dengan punggung (punggung, bokong, tangan, paha dan kaki) selama 20
menit. Keuntungan dari teknik spons hangat dengan menyeka tubuh pasien adalah permukaan
tubuh yang lebih luas yang bersentuhan dengan media kompresi (kain lap) sehingga sangat
efektif dalam menurunkan demam dengan cepat. Karena faktor lain, salah satunya adalah suhu
ruangan, dimana suhu tersebut bergeser antara manusia dan lingkungan atau suhu ruangan
sebagian besar terjadi melalui kulit (Tamsuri, 2012 dalam Mahdiyah, Rahman, dan Lestari,
2015).

Hasil penelitian ini menggunakan uji Wilcoxon dan didapatkan hasil p value = 0,002 dengan α =
0,05 menunjukkan ada perbedaan suhu tubuh setelah diberi diberi kompres spons yang hangat-
hangat kuku dengan perbedaan rata-rata penurunan berat badan suhu 0.67 ° C. Hal ini sejalan
dengan penelitian yang dilakukan oleh Setiawati (2009) tentang “Pengaruh spons hangat
terhadap penurunan suhu tubuh dan kenyamanan pada anak-anak yang sedang demam di ruang
perawatan RS Muhammadiyah Bandung ”yang menyatakan hal itu ada perbedaan suhu sebelum
dan sesudah intervensi pemberian hangat-hangat kuku spons yang diukur dalam 10 menit
pertama setelah menyelesaikan spons hangat dan pengukuran kedua (30 menit setelah
pengukuran pertama) dengan nilai p = 0,000 <α = 0,05

Perpindahan suhu tubuh menurut Asmadi (2008) diklasifikasikan menjadi 4, yaitu radiasi,
konduksi, konveksi, dan penguapan. Di kompres hangat-hangat kuku pelepasan panas spons
terjadi melalui penguapan dari kulit (Djuwariyah, 2011). Pemberian kompres spons hangat pada
tubuh akan memberikan sinyal ke hipotalamus melalui sumsum tulang belakang. Saat reseptor
yang sensitif terhadap panas di hipotalamus dirangsang, sistem efektor mengeluarkan sinyal yang
mulai berkeringat dan perifer vasodilatasi. Perubahan ukuran pembuluh darah diatur oleh
vasomotor pusat medula oblongata batang otak, di bawah pengaruh anterior hipotalamus
menyebabkan vasodilatasi. Terjadinya vasodilatasi akan menyebabkan panas Disipasi melalui
peningkatan kulit (berkeringat), diharapkan akan terjadi penurunan dalam suhu tubuh sehingga
mencapai keadaan normal kembali. Jika suhu tubuh naik, pusat pengaturan suhu berusaha
menguranginya, begitu pula sebaliknya (Nurwahyuni 2009, dalam Mohammad, 2011 dalam
Mahdiyah, Rahman, dan Lestari, 2015).

Hasil penelitian pada 12 anak yang mengalami demam tifoid didapatkan suhu tubuh rata-rata
sebelum diberi plester kompres adalah 38,80 ° C sesudahnya diberi plester kompres 38,57 ° C.
Semua responden diberikan intervensi Kompres plester mengalami penurunan suhu dengan nilai
rata-rata 0,23 ° C. Hal ini sesuai dengan teori Potter and Perry (2010, dalam Syltami 2014)
demam itu terjadi karena perubahan titik pengaturan di hipotalamus. atau virus itu meningkatkan
suhu tubuh salah satunya adalah bakteri Salmonella typhi. Nitrogen bertindak sebagai antigen
yang memicu respons sistem kekebalan. Hipotalamus akan melakukannya meningkatkan titik
pengaturan dan tubuh akan menghasilkan panas. Untuk mencapai pengaturan baru Intinya,
dibutuhkan beberapa jam. Hasil uji-t bergantung pada hasil, nilai p = 0,004 <α = 0,05, terdapat
perbedaan suhu tubuh pada anak yang mengalami demam pada penderita demam tifoid setelah
dioleskan kompres plester dengan perbedaan rata penurunan suhu tubuh adalah 0,23 ° C
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Fatkularini, Mardi, dan Solechan (2014) yang
menyatakan bahwa terdapat perbedaan suhu sebelum dan sesudah dilakukan intervensi
pemberian kompres plester dengan nilai p = 0,000 <α = 0,05. Pelaksanaan Penanggulangan
demam menggunakan kompres plester yaitu dengan cara memasang plester pada dahi, ketiak dan
selangkangan (Mardiyah, Rahman, dan Lestari, 2015). Dalam studi ini, plester kompres
diaplikasikan ke lipatan dahi, ketiak, dan paha dengan frekuensi 1 kali selama 20 menit. Plester
kompres membantu pembuluh darah di kulit melebar sehingga pori-pori menjadi terbuka yang
selanjutnya memfasilitasi pembuangan panas dari tubuh, sehingga tubuh dapat mengalami a
penurunan suhu yang besar (Djuwariyah, 2011 dalam Mardiyah, Rahman, dan Lestari, 2015). Itu
kompres siap pakai kini sudah banyak beredar di masyarakat dengan kompres sekali pakai
pengemasan. Plester kompres ini terbuat dari hidrogel dengan basis poliakrilat kandungan
paraben dan mentol diformulasikan sehingga mempercepat prosesm memindahkan panas dari
tubuh untuk mengompres plester. Paraben adalah kristal berwarna putih itu mudah larut dalam
metanol, etanol dan sulit larut dalam air. Kehadiran Kandungan air yang besar pada struktur
hidrogel dapat digunakan untuk menurunkan demam lewat penyerapan panas (energi) dari
bagian tubuh yang demam dan menguapkannya (Darwis et al, 2010 dalam Mardiyah, Rahman,
dan Lestari, 2015).

Hasil analisis penurunan rata-rata suhu tubuh setelah kompres spons hangat adalah 38,08 ° C
sedangkan rata-rata penurunan suhu tubuh setelah aplikasi kompres plester suhu 38,57 ° C
diperoleh nilai p = 0,001 <α = 0,05, terdapat perbedaan efektifitas penurunan suhu tubuh pada
kompres spons hangat dan kompres plester. Efektivitas antara spons hangat kompres dan
kompres plester dapat dilihat pada perbedaan rata-rata penurunannya dalam suhu tubuh, dalam
kelompok menggunakan spons terkompresi, suhu rata-rata mengalami penurunan sebesar 0,67 °
C, sedangkan pada kelompok gips mengalami penurunan sebesar 0,23 ° C. Ini membuktikan hal
itu Kompres spons hangat lebih efektif menurunkan suhu tubuh saat demam pasien yang
didiagnosis demam tifoid. Perbedaan ini juga disebabkan oleh faktor lain, salah satunya adalah
suhu ruangan, dimana suhu tubuh dapat mengalami pertukaran dengan ruangan atau lingkungan,
artinya panas tubuh bisa hilang atau berkurang akibatnya suhu ruangan atau lingkungan yang
lebih sejuk, dan sebaliknya (Tamsuri, 2012 dalam Mardiyah, Rahman, dan Lestari, 2015)

Pemberian kompres lengkap menurut Kozier dalam Suprapti, 2008 di Syltami 2014, panas
memiliki efek yang berbeda pada tubuh, efeknya juga bergantung pada lamanya panas.
Pemberian panas selama 15-30 menit memiliki efek vasodilatasi pada pembuluh darah
mengakibatkan peningkatan aliran darah. Peningkatan aliran darah akan menurunkan kekentalan
darah dan metabolisme lokal karena aliran darah membawa oksigen ke jaringan. Kompres
dengan metode pemeliharaan suhu menggunakan cairan atau alat yang menyebabkan suhu
hangat bertujuan untuk memperlancar peredaran darah dan memberikan rasa nyaman (Asmadi,
2008 dalam Fatkularini, Mardi, dan Solechan, 2014

Efektivitas kompres tepid sponge pada penelitian ini didukung oleh penelitian sebelumnya oleh
Syltami (2014) tentang “Perbandingan efektivitas kompres tepid sponging dan kompres gips
dalam menurunkan suhu tubuh pada balita yang mengalaminya demam di Puskesmas Salaman 1
”dengan p value = 0,002 <α = 0,05 yang artinya ada adanya perbedaan penurunan suhu tubuh
pada balita setelah melakukan spons hangat-hangat kuku dan kompres plester. Hal ini sejalan
dengan penelitian yang juga dilakukan oleh Ernawati “Perbandingan kompres plester dengan
kompres spons hangat-hangat kuku berkurang suhu tubuh pada anak Balita (1-3 tahun) yang
mengalami demam di Flamboyan C RSUD KanudjosoDjatiwibowo Balikpapan “dengan nilai p
= 0,000 <α = 0,05, maka dapat dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan antara kedua kelompok
setelah diberikan intervensi kompres plester dan kompres spons hangat hangat.

Kesimpulan

Hasil penelitian tentang perbedaan efektivitas kompres spons hangat dan kompres plester
terhadap perubahan suhu tubuh pada anak usia sekolah. penderita demam tifoid di RSUD
Cibabat menunjukkan adanya perbedaan bentuk tubuh suhu sebelum dan sesudah menerapkan
kompres spons hangat (nilai uji Wilcoxonp = 0,002 <α = 0 05) dan selisih penurunan suhu 0,67 °
C. Disana ada perbedaan suhu tubuh sebelum dan sesudah aplikasi kompres plester (uji t
dependen nilai p = 0,004 <α = 0,05) dan perbedaan penurunan suhu dari 0,23 ° C. Pemberian
kompres spons hangat lebih efektif dalam menurunkan suhu tubuh dibandingkan dengan plester
terkompresi (uji Mann-withney dengan nilai p = 0,001 <α = 0,05)

Anda mungkin juga menyukai