LARUTAN
A. PENGERTIAN LARUTAN
Campuran zat-zat yang homogen dan memliki merata atau serba sama di
seluruh bagian volumenya disebut larutan. Suatu larutan mengandung satu pelarut
dan satu atau lebih zat terlarut. Zat terlarut merupakan komponen yang jumlahnya
sedikit, sedangkan pelarut merupakan kompenen yang jumlahnya lebih banyak.
Suatu larutan dengan jumlah komponen zat terlarut maksimum pada temperatur
tertentu disebut larutan jenuh, sedangkan bila dijumpai suatu keadaan dimana jumlah
zat terlarut jauh lebih banyak dari pada yang seharusnya pada temperatur tertentu
disebut larutan lewat jenuh. Banyaknya zat terlarut yang dapat menghasilkan larutan
jenuh dalam jumlah tertentu pelarut pada temperatur konstan disebut kelarutan.
Kelarutan suatu zat tergantung pada sifat zat itu, molekul pelarut, temperatur dan
tekanan. Meskipun larutan dapat mengandung banyak komponen, tetapi pada bagian
ini yang akan dibahas hanya larutan yang mengandung dua komponen atau larutan
biner yaitu pelarut dan zat terlarut.
B. KONSENTRASI LARUTAN
Kimia Dasar 42
Tabel 1.2. Satuan Konsentrasi Fisik
Meq Miliekivalen
seperseribu mol muatan
osmols
Osm Osmolar
liter larutan
1. Persen Konsentrasi
Kimia Dasar 43
Contoh:
Hitung berapa persen berat NaCl yang dibuat dengan melarutkan 20 g NaCl dalam 55
g air.
Jawab:
20
% Berat NaCl = x 100 26,67 % berat
20 55
Contoh:
Sebanyak 50 mL alkohol dicampur dengan 50 mL air menghasilkan 96,54 mL
larutan. Hitung % volume masing-masing komponen.
Jawab:
% volume alkohol = 50/96,54 x 100 = 51,79
% volume air = 50/96,54 x 100 = 51,79
(perlu diperhatikan bahwa jumlah % volume dari semua komponen larutan
tidak selalu sama dengan 100)
Persen berat-volume biasanya digunakan larutan dalam air yang sangat encer
dari zat padat. Misalnya untuk membuat 5% (w/v) AgNO 3, 5 gram AgNO3
dilarutklan dalam air kemudian diencerkan dengan air sampai volume 100 mL.
Larutan NaOH 10% mengandung 10 g NaOH dalam 100 mL larutan. Persen berat
sangat bermanfaat dan sering digunakan karena tidak bergantung pada temperatur.
Konsentrasi larutan yang biasanya dijumpai dalam perdagangan sering dinyatakan
dalam persen berat.
Untuk larutan yang sangat encer digunakan satuan konsentrasi ppm atau ppb.
Satu ppm ekivalen dengan 1 mg per liter larutan dan ppb ekivalen dengan 1
mikrogram per liter larutan. Bagian per juta (ppm) dan bagian per milyar (ppb)
adalah satuan yang mirip persen berat karena yang digunakan adalah mg per liter
yang dianggap sama dengan mg/kg dan mikrogram/kg.
ppm = berat zat terlarut x 106/berat larutan
ppb = berat zat terlarut x 109/berat larutan
Contoh:
Suatu larutan aseton dalam air mengandung 8,60 mg aseton dalam 21,4L larutan. Jika
kerapatan larutan 0,997 g/mL, hitung konsentrasi aseton dalam (a) ppm dan (b) ppb!
Jawab:
Kimia Dasar 44
a. ppm aseton = berat aseton x 106/berat air
berat aseton = 8,60 mg = 8,60 x 10–3 g
berat air = 21,4 L x 1000 mL/L x 0,997 g/mL
= 21,4 x 104 g
b. ppm aseton = 8,60 g aseton x 106/21,4 x 10–4 g air
= 0,402 ppm
ppb aseton = berat aseton x 109/berat air
= 8,60 g aseton x 109/21,4 x 10–4 g air
= 402 ppb
3. Fraksi mol (x)
Fraksi mol suatu zat dalam larutan adalah perbandingan mol zat tersebut
dengan jumlah mol semua komponen dalam larutan. Misalnya fraksi mol A adalah
perbandingan antara mol A dengan jumlah mol semua komponen dalam larutan.
Atau dapat juga dikatakan bahwa fraksi mol zat terlarut adalah perbandingan mol zat
terlarut dengan jumlah mol zat terlarut + jumlah mol pelarut dan fraksi mol pelarut
adalah perbandingan jumlah mol pelarut dengan jumlah mol pelarut + jumlah mol zat
terlarut. Jumlah kedua fraksi mol (pelarut + zat terlarut) adalah sama dengan 1 (satu).
Contoh:
Hitung fraksi mol NaCl dan fraksi mol H2O dalam larutan yang mengandung 117 g
NaCl dalam 3 kg H2O!
Jawab:
Jumlah mol 117 g NaCl = 117/58,5 = 2 mol
Jumlah mol 3 kg air = 3000/18 = 166,6 mol
maka,
Fraksi mol NaCl = 2/(2+166,6)= 2/168,6 = 0,012
Fraksi mol H2O = 166,6/(166,6 + 2) = 166,6/168,6 = 0,988
Jumlah fraksi mol (NaCl + H2O) = 0,012 + 0,988 = 1,0
4. Keformalan (F)
Contoh:
Suatu larutan diperoleh dengan melarutkan 1,90 g Na 2SO4 dalam 0,085 liter larutan.
Hitung keformalan!
Jawab:
Massa rumus Na2SO4 = 142
Berat rumus 1,90 g Na2SO4 = 1,90/142 = 0,0134
Keformalan = 0,0134 / 0,085 = 0,16 F.
5. Kemolaran (M)
Kimia Dasar 45
Konsentrasi molar, M adalah menyatakan jumlah mol spesi zat terlarut dalam
1 L larutan atau jumlah milimol dalam 1 mL larutan.
Kemolaran (M) = mol/L
atau,
gram zat terlarut
Kemolaran =
m M zat terlarut x liter larutan
Contoh:
Sebanyak 80 g NaOH dilarutkan dalam air kemudian diencerkan menjadi 1 L larutan.
Hitung kemolaran larutan (Mr NaOH = 40)!
Jawab:
Jumlah mol NaOH = 80 g / 40 g/mol = 2 mol
Kemolaran = mol/L = 2 mol / 1 L = 2 M
6. Kemolalan (m)
Contoh:
Hitung kemolalan larutan metil alkohol (Mr=32) dengan melarutkan 37 g CH 3OH
dalam 1750 g air!
Jawab:
mol zat terlarut = 37 g/32 g/mol = 1,156 mol
kemolalan = 1,156 /1,750 kg = 0,680 m
7. Kenormalan (N)
Kimia Dasar 46
perliter atau persen komposisi. Beberapa jenis reaksi yang berpengaruh terhadap
metode perhitungan konsentrasi kenormalan diantaranya adalah sebagai berikut:
a. Reaksi asam-basa
HCl 1M = HCl 1N
H2SO4 1M = H2SO4 2N
H2C2O4 1M = H2C2O4 2N
KHC2O4 1M = KHC2O4 1N
NaOH 1M = NaOH 1M
1. Hukum Raoult
Tekanan uap suatu komponen yang menguap dalam larutan sama dengan
tekanan uap komponen murni dikalikan dengan fraksi mol komponen yang menguap
dalam larutan pada suhu yang sama.
Misalkan komponen A PA = PA0.XA
PA = tekanan uap diatas larutan
PA0 = tekanan uap A murni
XA = fraksi mol A
Dengan kata lain bunyi hukum ini adalah tekanan uap parsial komponen A
dalam larutan berbanding lurus dengan fraksi mol dan tetapan perbandingan
tekanan uap komponen A murni. Larutan yang mengikuti hukum Raoult disebut
Kimia Dasar 47
larutan ideal yang mempunyai persyaratan, molekul zat terlarut dan molekul pelarut
tersusun sembarang dan pada pencampuran tidak terjadi efek kalor. Meskipun
demikian sangat jarang terbentuk suatu larutan ideal tetapi umumnya larutan
menyimpang dari keadaan ideal.
a. Larutan Ideal
Untuk larutan ideal yang mengandung dua komponen (1 dan 2) yang dapat
menguap sesuai dengan hukum Raoult.
P1 = P10.X1 P2 = P20.X2
Tekanan total, P = P1 + P2 = P10.X1 + P20.X2
Komposisi uap setiap komponen dapat dihitung dengan hukum Raoult, misalkan
pada sistem larutan benzena-toluena fraksi mol benzena 0,35 dan fraksi mol toluena
0,65. Diketahui tekanan uap benzena murni 75 mmHg dan tekanan uap toluena murni
22 mmHg pada 20 C.
Tekanan total, P = P1 + P2 = 0,35 x 75 mmHg + 0,65 x 22 mmHg
= 26,25 + 14,33
= 40,58 mmHg
menurut hukum Dalton , fraksi mol benzena (1) dan toluena (2) adalah:
X1 = P1/Ptotal = 26,25/40,58 = 0,65
X2 = P2/Ptotal = 14,33/40,58 = 0,35
Uap mengandung komponen yang lebih mudah menguap dimana komponen yang
lebih mudah menguap mempunyai tekanan uap lebih besar dari pada komponen sulit
menguap.
Tekanan
(mmHg)
Ptotsl
Pbenzena
Ptoluena
Kimia Dasar 48
b) Jika uap dikondensasikan, maka:
P1 = P10.X1 = 45,16 x 0,736 = 32,24 mmHg
P2 = P20.X2 = 21,60 x 0,264 = 5,70 mmHg
P = P1 + P2 = 33,24 + 5,70 = 38,94 mmHg
X1 = P1/P = 32,24/38,94 = 0,854
X2 = P2/P = 5,70/38,94 = 0,146
b. Larutan non-ideal
Pada umumnya hanya sedikit larutan yang memenuhi hukum Raoult,
sedangkan larutan yang tidak memenuhi hukum Raoult disebut larutan non-ideal.
Pada larutan ideal dari zat pelarut A dan zar terlarut B, tarkan A-B sama dengan
tarikan A-A dan B-B sedangkan kalor pelarutannya, H(1) = 0. Jika tarikan antara A-
B lebih besar dari tarikan A-A dan B-B, maka proses pelarutan adalah eksoterm dan
H(1) < 0. Misalnya pada campuran antara aseton (CH3COCH3) dan kloroform
(CHCl3) terjadi ikatan hidrogen antara aseton dan kloroform sehingga tekanan uap
larutan lebih kecil dibandingkan dengan tekanan yang dihitung dengan hukum
Raoult. Penyimpangan yang terjadi pada hukum Raoult ini disebut penyimpangan
negatif (deviasi negatif).
Sebaliknya, jika tarikan A-B lebih lemah, maka H(1) > 0 dan proses
pelarutan adalah endoterm. Oleh karena pada pembentukan larutan diserap kalor,
maka komponen-komponen berada pada tingkat energi yang lebih tinggi setelah
terjadi interaksi dibandingkan sebelumnya. Dalam hal ini, gaya intermolekul
melemah jika dicampurkan komponen polar dan non polar. Oleh karena sistem
berada pada tingkat energi yang lebih tinggi, maka diperlukan hanya sedikit kalor
untuk penguapan. Pada setiap suhu, tekanan uap lebih besar dari teknan uap yang
dihitung dari hukum Raoult. Penyimpangan hukum Raoult ini disebut penyimpangan
positif (deviasi positif) seperti pada Gambar 1.3.
Penurunan tekanan uap berbanding lurus dengan fraksi mol zat terlarut. Jika
beberapa zat terlarut dilarutkan dalam satu pelarut, maka penurunan tekanan uap
adalah:
P = P10 (X2 + X3 + X4 + …)
Contoh:
Suatu cairan murni mempunyai tekanan uap 50 mmHg pada 25 C, hitunglah tekanan
uap jika 6 mol zat ini dicampur dengan 4 mol suatu non elektrolit yang tidak
menguap!
Jawab:
X1 = 6/(6 + 4) = 6/10 = 0,6
Tekanan uap larutan adalah = 0,6 x 50 = 30 mmHg
atau,
X2 = 1 – 0,6 = 0,4
P = 0,4 x 50 = 20 mmHg
P = 50 – 20 = 30 mmHg
2. Kanaikan Titik Didih
Sebagai akibat dari penurunan tekanan uap, maka terjadi kenaikan titik didih.
Suhu dimana tekanan uap larutan sama dengan tekanan atmosfir disebut titik didih
larutan. Kanikan titik didih berbanding lurus dengan penurunan tekanan uap.
Manurut hukum Raoult, P ~ x2 di mana x2 adalah fraksi mol zat terlarut.
Jadi T ~ x2 atau T = K1.x2 dan x2 = n1/(n1 + n2)
n1 = jumlah mol pelarut dann2 = jumlah mol zat terlarut
untuk larutan encer;
n1 + n2 ~ n1 sehingga x2 = n1/n2
w2/M2 w2.M1 M1
atau x2 = -------- = --------- dan x2 = ------
w1/M1 w1.M2 1000
di mana m adalah kemolalan.
T = (K1 x M1/1000) m
atau,
Tb = Kb . m
Kimia Dasar 50
dengan Kb adalah tetapan kenaikan titik didih molal dan Tb adalah kenaikan titik
didih larutan. Dengan cara yang sama dapat diturunkan persamaan untuk penurunan
titik beku larutan.
Tf = Kf . m
dengan Kf adalah tetapan penurunan titik beku molal. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa:
a. Pada tekanan tetap, kenaikan titik didih dan penurunan titik beku suatu larutan
encer berbanding lurus dengan konsentrasi massa.
b. Larutan encer semua zat terlarut yang tak mengion, dalam pelarut yang samna
dengan konsentrasi molal yang sama mempunyai titik didih dan titik beku yang
sama pada tekanan yang sama.
1000 w2
m = ----------- x ---------
w1 M2
dan diperoleh,
1000 w2
Tb = Kb x ---------- x ----------
w1 M2
1000 x w 2 1000 x w 2
M 2 Kb x atau M 2 Kf x
w 1 x ΔTb w 1 x ΔTf
Contoh:
Hitunglah titik beku air dalam radiator mobil yang berisi cairan dengan perbandingan
88 g etilen glikol (Mr=66) dan 160 g air (Mr=18). Kf = 1,86
Jawab:
Jumlah mol glikol = 88 / 66 = 1,4
Kemolalan, m = 1000/160 x 1,4 = 8,8
Tf = Kf . m = 1,86 x 8,8 = 16
titik beku air = 0 C sehingga titik beku larutan = (0 – 16) C = –16 C.
3. Tekanan Osmotik ()
Kimia Dasar 51
Jika dua larutan dengan konsentrasi yang berbeda dipisahkan oleh suatu
membran (selaput) semipermiabel, molekul pelarut mengalir melalui membran dari
larutan yang lebih encer kelarutan yang lebih pekat, peristiwa ini disebut osmosis.
Sebenarnya molekul pelarut mengalir melalui membran dalam dua arah,
tetapi laju alir molekul pelarut dari larutan encer lebih cepat dibandingkan dengan
yang berasal dari lerutan pekat. Membran semi permiabel adalah membran yang
dapat dilalui oleh molekul pelarut tetapi tetapi tidak dapat dilalui oleh partikel zat
terlarut. Salah satu membran semi permiabel yang cukup baik adalah tembaga(II)
heksasianoferat(II). Tekanan osmotik suatu larutan adalah tekanan tekanan yang
mencegah terjadinya osmosis. Jika osmosis berhenti, aliran molekul pelarut tetap
berlangsung tetapi laju mengalir molekul dari kedua arah adalah sama. Oleh karena
itu tekanan osmotik berbanding lurus dengan penurunan tekanan uap relatif.
Pengaruh konsentrasi
Untuk larutan encer tekanan osmotik zat terlarut tertentu berbanding lurus
dengan konsentrasinya.
~ C (T tetap)
=kC atau /C = k (T tetap)
Oleh karena konsentrasi berbanding terbalik dengan volume, maka
x V = k (T tetap)
Pengaruh konsentrasi terhadap tekanan osmotik dapat dilihat pada tabel berikut.
Tekanan Osmotik,
C (mol/L) /C
(atm)
0,098 2,59 26,4
0,192 5,06 26,4
0,282 7,61 27,0
0,370 10,14 27,4
0,685 15,39 28,9
0,825 26,64 32,3
Pengaruh suhu
Tekanan osmotik suatu larutan berbanding lurus dengan suhu mutlak seperti
yang diperlihatkan pada tabel berikut.
Tekanan Osmotik,
T (K) /T
(atm)
280,0 505 1,80
286,9 525 1,83
295,2 548 1,85
302,2 544 1,79
309,2 567 1,83
Kimia Dasar 52
Pada tahun 1885 van’t Hoff menyimpilkan bahwa ada hubungan antara sifat larutan
dengan sifat gas seperti pada hukum gas PV = nRT maka dapat digambarkan
V = n2 RT
adalah tekanan osmotik pada suhu T dari suatu larutan yang mengandung n2 mol
zat terlarut dalam B liter larutan.
( x V)/T = suatu tetapan
seperti diketahui bahwa pada 273 K dan satu atm satu mol gas mempunyai volume
22,4 L
tetapan (P x V)/T = (1 x 22,4)/273 = 0,082 L atm K -1 mol –1. Doketahui dari
eksperimen 10 gram gula tebu (Mr=342) yang terlarut dalam satu liter larutan
mempunyai tekanan osmotik 0,66 atm pada 273 K.
=CRT
Pengaruh molekul
Larutan-larutan encer dari zat terlarut yang berbeda dengan konsentrasi yang
sama pada suhu yang sama mempunyai tekanan osmotik yang sama. Misalnya 46 g
alkohol, 60 g urea, 180 g glukosa, 342 g gula tebu masing-masing terlarut dalam 10
L larutan akan mempunyai tekanan osmotik yang sama pada suhu tertentu.
Contoh:
Suatu larutan dari 6 g polivinilklorida (PVC) dalam satu liter dioksan mempunyai
tekanan osmotik 0,86 mmHg pada 15 C. Hitung massa molekul relatif polimer
tersebut.
Jawab:
Tekanan osmotik = 0,86/760 atm = 0,001132 atm
Jumlah mol = 6/M, suhu 273 + 15 = 288K
=CRT
maka,
0,001132 = 6/M x 0,0821 x 288
M = (6 x 0,0821 x 288)/0,001132
M = 125326
Kimia Dasar 53
E. LARUTAN ELEKTROLIT DAN SIFATNYA
Senyawa polar pada umumnya melarut dalam pelarut polar dan air
merupakan pelarut polar yang baik karena mempunyai momen dipol yang besar
(1,84). Meskipun demikian tidak semua pelarut yang mempunyai momen dipol besar
dapat digunakan sebagai pelrut yang umum karena adanya beberapa kesulitan yang
dihadapi. Misalnya senyawa HCN (2,9) dan HF (1,91) yang sangat berbahaya jika
digunakan secara umum. Pelarut dan zat terlarut dalam suatu larutan dapat dianggap
sebagai suatu reaksi dan jika pelarutnya S dan zat terlarut adalah senyawa ion, maka
reaksi yang terjadi adalah:
MX(s) + y S(l) (MS)a+ + (XS)b- + (y-a-b)S(l)
Peristiwa ini disebut solvasi. Sedangkan jika pelarutnya adalah air maka peristiwanya
disebut hidrasi seperti berikut:
MX(s) + yH2O(l) {M(H2O)a}++ {X(H2O)b}- + (y-a-b)H2O(l)
2. Energi Pelarutan
Peristiwa pelarutan senyawa ion dapat ditulis seperti berikut:
E2 E3
M+ (g) + X- (g)
Sistem larutan yang paling stabil mempunyai energi pelarutan yang paling
rendah. Jika H adalah negatif, maka MX (s) mudah melarut dan oleh karena itu E
kisi selalu positif sehingga E hidrasi harus cukup negatif agar proses pelarutan dapat
terjadi. Jadi proses pelarutan mudah terjadi jika E kisi kecil dan positif sedangkan E
hidrasi besar dan negatif. Energi kisi tidak bergantung pada tetapan dielektrik, tetapi
energi solvasi ekan lebih negatif jika kepolaran pelarut makin besar sehingga makin
Kimia Dasar 54
besar tetapan dielektrik pelarut sehingga senyawa ion lebih mudah melarut. Oleh
karena tetapan dielektrik air besar maka senyawa ion lebih mudah melarut dalam air
atau pelarut senyawa ion yang baik adalah pelarut yang memiliki momen dipol besar.
Dari persamaan G = H - TS dapat disimpulkan bahwa akan terjadi proses
pelarutan jika:
1. H pelarutan mempunyai harga negatif yang besar atau dengan kata lain pada
palarutan energi sistem berkurang.
2. S mempunyai harga posotif yang besar atau entropi sistem bertambah.
Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa beberapa zat padat dalam air
menghantar arus listrik yang disebut elektrolit. Sedangkan zat yang dalam larutan
tidak menghantarkan arus listrik disebut non elektrolit. Partikel-partikel dalam
larutan yang menghantarkan arus listrik disebut ion-ion dan ion-ion inilah yang
menentukan sifat hantaran listrik serta sifat kimia dan fisika suatu elektrolit. Ion-ion
dalam larutan elektrolit dapat dihasilkan dengan dua cara yaitu:
a. Zar terlarut adalah senyawa ion seperti NaCl,
NaCl(s) + H2O Na+(aq) + Cl-(aq)
b. Zat terlarut bukan senyawa ion, tetapi jika dilarutkan dalam air menghasilkan ion.
Contohnya: HCl
HCl + H2O H+(aq) + Cl-(aq)
Sifat koligatif suatu larutan elektrolit pada umumnya lebih besar dari sifat
koligatif larutan non elektrolit jika kedua larutan tersebut mempunyai konsentrasi
yang sama. Untuk menjelaskan perbedaan ini van’t Hoff menggunakan faktor i yang
digunakan sebagai faktor van’t Hoff. Faktor van’t Hoff merupakan perbandingan sifat
koligatif suatu larutan elektrolit dengan konsentrasi tertentu dibagi dengan sifat
koligatif suatu larutan non elektrolit dengan konsentrasi yang sama.
P Tb Tf
i = ------- = --------- = --------- = ------
(P)o (Tb)o (Tf)o ()o
dengan (P)o, (Tb)o, (Tf)o dan ()o adalah berturut-turut penurunan tekanan uap,
kenaikan titik didih, penurunan titik beku dan tekanan osmosis untuk larutan non
elektrolit. Sedangkan P, Tb, Tf dan adalah sifat koligatif larutan elektrolit
Kimia Dasar 55
dengan konsentrasi yang sama. Dengan demikian, misalnya untuk Tf elektrolit
diperoleh:
(Tf) elektrolit = i . Kf . m
nilai i mencapai limit pada pengeceran tak terhingga dalam hal ini i untuk NaCl=2,
MgCl2=3, MgSO4=2 dan K4Fe(CN)6=5.
Tf = 0,438 0C
(Tf)o = 1,86 x 0,096 = 0,179 0C
Tf 0,438
i = ------------ = ------------- = 2,45
(Tf)o 0,179
i–1 2,45 – 1
= ------------ = ------------- = 0,73
v–1 3–1
Asosiasi
Jika sifat koligatif yang diamati lebih kecil dari sifat koligatif perhitungan
menunjukkan bahwa molekul zat terlarut mengalami asosiasi. Misalkan n molekul X
berasosiasi membentuk Xn dan derajat asosiasi , maka:
Kimia Dasar 56
nX Xn
1- n
jumlah partikel = 1 - + n = 1 – (n – 1) / n mol
jadi,
sifat koligatif (pengamatan)
---------------------------------- = i = 1 – (n – 1) / n mol
sifat koligatif (perhitungan)
( n – 1)
i = 1 – ------------
n
Contoh:
Suatu larutan 4,0 g asam asetat dalam 100 g benzena membeku pada 1,880C dibawah
titik beku benzena (5,480C) Kf benzena = 5,12 K kg mol –1 . Apa yang dapat
disimpulkan dari data ini.
Jawab:
Massa molar asam asetat adalah 60 g/mol
Tf = 5,12 x 4/(60x 0,1) = 3,41 0C
1,88/3,41= 1 - /2
0,55 = 1 - /2 atau /2 = 1 – 0,55 = 0,45
sehingga,
= 2 x 0,45 = 0,90
jadi derajat asosiasinya = 90 %.
1. Teori Asam-Basa
a. Teori Arrhenius
Pada tahun 1887 Arrhenius mengajukan suatu teori yang mengatakan bahwa
apabila suatu elektrolit melarut, maka sebagian dari elektrolit ini terurai menjadi
patikel positif dan partikel negatif yang disebut ion. Kemudian Bedye 1923) dan
Hucckel (1927) merevisi teori ini dan mengatakan bahwa elektrolit kual bukan
terurai sebagian tetapi seluruhnya teruarai menjadi ion.
Sebelum Oswald dan Arrhenius menjelaskan penguraian elektrolit, maka
orang telah berusaha mendefenisikan tentang asam dan basa. Rasa masam dan
pengaruh terhadap zat warna tumbuh-tumbuhan merupakan sifat asam. Sedangkan
sifat yang dimiliki sabun adalah sifat alkali yang berlawanan dengan sifat asam
sehingga basa didefenisikan sebagai zat yang dapat bereaksi dengan asam
membentuk garam.
Menurut Liebig (1838) asam adalah senyawa yang mengandung hidrogen
yang dapat diganti oleh logam yang selanjutnya memunculkan teori tentang
dissosiasi elektrolit oleh Oswald-Arrhenius. Menurut teori ini asam dalam larutan
air menghasilkan ion hidrogen dan basa dalam larutan air menghasilkan ion
hidroksida sesuai dengan reaksi:
H+ + OH- H2O
Kimia Dasar 57
Teori ini lebih dikenal sebagai teori Arrhenius
Asam HCl + H2O H+ + Cl-
Asam HNO3 + H2O H+ + NO3-
Asam H2SO4 + H2O 2H+ + SO42-
Basa NaOH + H2O Na+ + OH-
Basa KOH + H2O K+ + OH-
Basa Ba(OH)2 + H2O Ba2+ + 2 OH-
Catatan:
a) Ada beberapa asam dan basa tidak mengandung H+ dan OH-
b) Beberapa elektrolit kuat seperti NaOH dalam bentuk kristal berupa ion
c) Beberapa zat seperti NH3 dan Na2CO3 dapat menetralkan asam tanpa
menghasilkan OH-
d) Dalam larutan ion tidak terdapat ion H+ yang bebas.
e) Keadaan diatas hanya terbatas dalam larutan air tetapi tidak dalam pelarut lain.
b. Teori Bronsted-Lowry
Menurut Bronsted – Lowry, asam adalah zat yang dapat memberikan proton
(proton donor), sedangkan basa adalah zat yang dapat menerima proton (proton
akseptor).
Asam Basa + H+
Persamaan diatas tidak menyatakan reaksi yang sebenarnya terjadi dalam
larutan karena proton, H+ tidak terdapat dalam larutan. Asam dan basa yang saling
berkaitan dalam pertukaran proton disebut pasangan asam–basa konyugasi. Reaksi
anatara asam dan basa dapat dilihat pada defenisi berikut.
Asam 1 + Basa 2 Basa konyugasi 1 + Asam konyugasi 2
Menurut reaksi ini tidak ada zat yang dapat bertindak sebagai asam jika
tidak terdapat basa yang dapat menerima proton. Zat yang dapat bertindak sebagai
asam maupun basa disebut zat ampiprotik.
Contoh asam dan basa Bronsted – Lowry
Asam HCl + H2O H3O+ + Cl-
- +
Asam HSO4 + H2O H3O + SO42-
Basa NH3 + H2O NH4+ + OH-
-
Basa CH3COO + H2O CH3COOH + OH-
Dalam asam air bertindak sebagai penerima proton atau basa sedangkan
dalam basa air bertindak sebagai pemberi proton atau asam.
Kesimpulan yang dapat diambil dari teori Asam – Basa Bronsted adalah :
a) Asam adalah donor proton
b) Basa adalah penerima proton
c) Reaksi penetralan adalah reaksi perpindahan proton dari asam ke basa
d) Reaksi asam – basa Bronsted dapat berlangsung dalam berbagai pelarut atau juga
berlangsung dalam fase gas dimana tidak terdapat pelarut.
e) Setiap asam mempunyai basa konyugasi
f) Palarut dapat berfungsi sebagai asam atau basa
g) Semakin kuat suatu asam semakin lemah basa konyugasinya dan semakin kuat
suatu basa semakin lemah asam konyugasinya.
c. Teori Lewis
Kimia Dasar 58
Menurut Lewis setiap spesi yang mengandung atom yang dapat menerima
pasangan elektron disebut asam dan setiap spesi yang mengandung atom yang dapat
menderma pasangan elektron disebut basa.
Beberpa asam – basa menurut Lewis
Kimia Dasar 59
maka, x2 = 0,60 x 7,1 x 10-4
x2 = 4,3 x 10-4
x2 = 0,021 M
derajat ionisasinya = 0,021/0,60 x 100 % = 3,5 %
Dengan menuliskan ion hidrogen dengan H+, maka penguraian dapat ditulis menjadi :
2 H2O H+ + OH-
+ -
Kc = [H ] [OH ] / [H2O]
Oleh karena sangat sedikit molekul air yang mengion, konsentrasi air tidak berubah
sehingga;
Kimia Dasar 60
Kw adalah tetapan hasil kali ion atau tetapan air, yaitu hasil kali konsentrasi molar
pada temperatur tertentu.
b. Ion hidronium
Suatu ion hidrogen H+ tidak lain adalah suatu proton jadi berbeda dari kation-
kation lainnya. Ion H+ tidak mempunyai elektron dari jari-jari efektifnya hanya kira-
kira 10-13 cm dibandingkan dengan ion-ion lainnya yang jari-jarinya sekitar 10-8 cm.
Dengan demikian tidak mungkin terdapat ion hidrogen bebas di dalam larutan air.
Sedangkan adanya ion H3O+ didalam larutan asam kuat telah dibuktikan dengan
spektroskopi infra merah. Oleh karen mirip dengan ion amonium NH 4+, H3O+ disebut
ion hidronium. Dengan demikian, maka ionisasi air harus ditulis seperti berikut.
[H+] = [OH-] + Ca
Kimia Dasar 61
sehingga
[H+] = Ca + Kw/[H+]
-5
misalnya untuk HCl 10 M
[H+] = 10-5 + 10-14/10-5
= 10-5 + 10-9
= 10-5 M
+
[H ] = Ca
akan tetapi jika konsentrasi HCl lebih kecil, maka Kw/[H+] tidak dapat diabaikan
sehingga perlu dihitung dengan persamaan kuadrat.
[H+]2 – Ca [H+] – Kw = 0
Contoh.
Hitung pH HCl 10-7 M
Jawab.
[H+]2 – 10-7 [H+] – 10-14 = 0
Kimia Dasar 62
CH3COO-(aq) + H2O(l) CH3COOH(aq) + OH-(aq)
NH4+(aq) + H2O(l) NH3(aq) + H3O+(aq)
Oksida asam, basa dan amfoter
Oksida asam,
SO3(g) + H2O H2SO4(aq)
CO2(g) + 2 NaOH(aq) Na2CO3(aq) + H2O(l)
Oksida basa,
BaO(s) + H2O(l) Ba(OH)2(aq)
BaO(s) + HNO3(aq) Ba(NO3)2(aq) + H2O(l)
Oksida amfoter,
Al2O3(s) + 6 HCl(aq) 2 AlCl3(aq) + 3 H2O(l)
Al2O3(s) + 2 NaOH(aq) + 3 H2O(l) 2 NaAl(OH)4(s)
Hidroksida amfoter,
Al(OH)3(s) + 3 H+(aq) Al3+(aq) + 3 H2O(l)
Al(OH)3(s) + OH-(aq) Al(OH)4(aq)
B+ + H2O BOH + H+
[BOH] {H+]
Kh = ------------------
[B+]
[HA] [BOH] Kw
Kh = ----------- x --------------- x [H+] [OH-] = -------------------
[H+]{A-] [B+][OH-] Ka x Kb
Sifat larutan garam ini sangat tergantung pada kekuatan relatif asam lemah dan basa
lemah. Jika,
Kimia Dasar 63
a. Ka = Kb , larutan bersifat netral
e. Ka > Kb, larutan bersifat asam
f. Ka < Kb, larutan bersifat basa
g. Pengaruh ion senama
Jika diperhatikan garam CH3COONa yang terbentuk dari basa kuat dan asam
lemah, jika dalam larutan terdapat campuran asam asetat, CH 3COOH dan natrium
asetat, CH3COONa, maka kedua-duanya menghasilkan ion asetat, CH3COO-.
0,15
pH = 4,74 + log ------- pH= 4,92
0,10
h. pH larutan garam
1. Garam yang terbentuk dari asam kuat dan basa kuat mempunyai pH = 7
2. Garam yang terbentuk dari asam lemah dan basa kuat akan terjadi hidrolisis
parsial [A-]
A- + H2O HA + OH-
[HA] [OH-] [OH-]2 [OH-]2 Kw
Kimia Dasar 64
Kh = ------------------= ---------------- = ------------ = ---------
[A-] [A-] Cg Cg
sehingga
pH = ½ pKw + ½ pKa + ½ log Cg
untuk garam yang berasal dari basa lemah dan asam kuat diperoleh rumus,
untuk garam yang berasal dari asam lemah dan basa lemah diperoleh rumus,
Kimia Dasar 65
kelarutan molarnya, S = 1,54 x 10-2
G. KIMIA KOLOID
1. Ukuran Partikel
Thomas Graham menemukan bahwa larutan seperti natrium klorida mudah
berdifusi, sedangkan kanji, putih telur gelatin sangat lamban atau sama sekali tidak
berdifusi. Oleh karena itu zat yang mudah berdifusi biasanya berbentuk kristal dalam
keadaan padat (kristaloid). Sedangkan zat-zat yang sukar berdifusi disebut koloid.
Partikel koloid tidak dapat diamati dengan mikroskop biasa namun partikel beberapa
koloid dapat dideteksi dengan mikroskop elektron (diameter 10-6 mm). Suspensi
kasar, koloid dan larutan sejati dapat dibedakan dari diameter partikelnya yaitu :
Suspensi kasar diameter 10-7 m (pasir dalam air)
-7 -9
Koloid diameter 10 s/d 10 m (tepung dalam air)
Larutan sejati diameter lebih kecil dari 10-9 m (gula dalam air)
Partikel koloid dapat merupakan molekul tunggal yang sangat besar atau
dapat merupakan agregat molekul kecil, atom atau ion. Larutan sabun yang encer
adalah larutan sejati, sedangkan larutan sabun yang pekat adalah koloid. Kumpulan
molekul, atom atau ion dalam sistem koloid disebut misel.
Sistem Dispersi
Sistem koloid adalah suatu sistem dispersi yang merupakan campuranm dari
zat yang tidak dapat bercampur dan terdiri dari dua fasa yaitu fasa terdispersi dan
medium pendispersi. Larutan sejati tadak termasuk dalam sistem dispersi dan berasal
dar satu fasa. Sistem dispersi dengan medium pendispersi suatu cairan disebut sol.
2. Penggolongan koloid
Kimia Dasar 66
air. Sistem semacam ini desebut koloid reversibel. Karet yang didispersikan kedalam
benzena adalah sol reversibel.
Berdasakan sifat ini sistem koloid cairan dapat digolongkan dalam dua kelompok
besar yaitu sol liofil dan sol liofob.
a. Sol liofil
Sol yang stabil dan tidak mengalami koagulasi oleh larutan garam seperti larutan
sabun, kanji dan gelatin. Jika medium pendispersinya adalah air maka sol ini
disebut sol hidrofil dan jika mengalami koagulasi dapat diubah kembali menjadi
sol.
b. sol liofob
Jika medium pendispersinya adalah air, maka sol ini disebut sol hidrofob seperti
sol emas, besi(III) hidroksida, arsen(II) hidroksida dsb.
3. Pembuatan koloid.
Koloid dapat dibuat dengan dua cara yaitu cara dispersi dan cara kondensasi.
Cara dispersi
a. dispersi mekanik yaitu partikel besir digerus menjadi partikel koloid dengan
penggilingan.seperti belerang dan urea diaduk dengan air membentuk hidrosol.
b. Dispersi elektrolitik yaitu sol platina, emas atau perak dibuat dengan cara
mencelupkan dua kawat kedalam air dan diberikan potensial tinggi. Suhu yang
tinggi menyebabkan uap logam terkondensasi membentuk partikel koloid.
c. Peptisasi yaitu partikel kasar diubah menjadi partikel koloid dengan penambahan
air atau zat lain yang disebut zat untuk peptisasi dan peristiwa ini merupakan
kebalikan dari koagulasi. Beberapa contoh peristiwa pembuatan koloid seperti ini
antara lain (I) koloid AgCl dapat terbentuk dengan penabahan air suling (ii).
Koloid aluminium hidroksida dibuat dengan cara menambahkanasam klorida
encerdalam endapan Al(OH)3 yang baru dibuat (iii). Koloid besi(II) hidroksida
dibuat dengan menambahkan larutan besi(III) hidroksida encer pada endapan
besi(III) hidroksida.
Cara kondensasi
Denagn reaksi kimia
1) Cara reduksi, misalnya sol emas atau perak dibuat dengan cara merduksi
larutannya dengan formaldehida atau hidrazin. Sol emas dapat dibuat dengan
mereduksi emas klorida dengan timah(I) klorida
2 AuCl3 + 3 SnCl2 2 Au + 3 SnCl4
2) Cara oksidasi , koloid belerang dibuat dengan cara oksidasi hidrogen sulfida oleh
SO2.
2 H2S + SO2 2 H2O + 3S
3) Cara hidrolisis, sol besi(III) hidroksida dibuat dengan cara menambahkan larutan
besi(III) klorida pada air panas.
FeCl3(aq) + H2O(l) Fe(OH)3(sol) + 3 HCl(aq)
3. Pemurnian koloid
a. Cara dialisis, yang didasarkan pada fakta bahwa partikel koloid tidak dapat
menembus membran seperti selofan. Agar supaya melekul kecil atau ion lebih
cepat menembus membran maka pada membran diberi beda potensial
(elektrodialisis).
Kimia Dasar 67
b. Ultrafiltrasi yaitu pori kertas saring diperkecil dengan mencelupkannya kedalam
kollodion yang lebih mudah dilakukan dengan menggunakan pompa air atau
pompa vacum.
c. Beberapa sifat koloid yaitu (i). sifat koligatif yang mempelajari tentang tekanan
osmotik koloid (ii). sifat optik yang mempelajari tentang penghamburan cahaya
oleh partikel koloid (peristiwa Tyndall (iii). Sifat kinetik seperti gerak Brown,
partikel koloid berdifusi lambat dan sedimentasi (iv) sifat listrik dimana partikel
koloid mempunyai muatan permukaan yang disebabkan oleh pengionan atau
penyerapan muatan. Untuk mengimbangi muatan ini terjadi penarikan muatan
berlawanandari larutan sehingga suatu partikel koloid mempunyai lapisan
rangkap listrik. Elektroforesis yaitu gerak partikel koloid bermuatan oleh
pengaruh medan listrik, Elektroosmotik yaitu grak partikel koloid bermuatan
melalui membran semipermiabel oleh pengaruh medan listrik, Potensial aliran
yaitu partikel koloid dipaksa bergerak melalui pori membran, Potensial
sedimentasi, yaitu terjadi perbedaan potensial antara bagian atas dan bagian
bawah diaman suatu koloid bermuatan mengendap.(v) Peristiwa pengendapan
atau penggumpalan koloid yang dapat terjadi dengan mencampurkan dua sol
yang berbeda muatan, elektroforesis, pemanasan dan penambahan elektrolit.
d. Koloid pelindung.
Sol liofil biasanya lebih stabil terhadap elektrolit, oleh karena itu suatu sol hdrofil
biasanya digunakan untuk mencegah atau memperlambat pengendapan suatu sol
hidrofob jika ditambahkan elektrolit. Jadi sol liofob dapat distabilkan dengan
menambahkan sol liofil misalnya sol emas jika ditambahkan gelatin sehingga
tidak mengalami koagulasi jika ditambahkan larutan natrium klorida.
e. Adsorpsi
Oleh karena partikel koloid sangat kecil maka permukaannya luas sehingga daya
adsorpsinya besar. Adsorpsi adalah proses melkatnya suatu zat pada permukaan
padatan atau cairan seperti koloid mudah mengadsorpsi zat warna. Adsorben
yang umum adalah karbon aktif, serbuk halus logam seperti platina atau nikel.
4. Macam-macam koloid
a. Emulsi
Emulsi adalah suatu campuran koloid hasil dispersi dua cairan yang tidak dapat
bercampur dengan menggunakan suatu zat pengemulsi atau emulgator seperti
sabun atau gelatin. Ada dua macam emulsi yaitu emulsi minyak dalam air (W/O)
seperti pelumas dan emulsi air dalam minyak (O/W) seperti susu dan minyak
ikan. Perubahan sistem emulsi dari O/W menjadi W/O atau sebaliknya disebut
inversi. Emulsi O/W dapat distabilkan dengan penambahan natrium oleat dan
dapat dirubah menjadi emulsi W/O jika ditambahkan kalsium oleat. Untuk
mengidentifikasi jenis emulsi dapat dilakukan dengan beberapa cara antara lain:
Dengan zat warna misalnya sudan merah (III) melarut dalam minya tetapi tidak
melarut dalam air dan apabila zat ini ditambahkan kedalam emulsi W/O akan
tampak dengan mikroskop tetes merah pada latar belakang jernih. Pengenceran
fasa dimana emulsi W/O akan segera bercampur dengan air dan hantaran
listrikdimana emulsi O/W dapat mengahntarkan listrik sedangkan W/O tidak.
b. Gel
Gel adalah sejenis koloid dengan partikel padat yang biasanya merupakan
molekul besar, bergabung secara tak teratur dan membentuk struktur yang saling
Kimia Dasar 68
tak terjalin menghasilkan campuran yang kaku misalnya pektin dari buah-buahan
menghasilkan jy dari buah-buahan. Beberapa gel dat diubah menjadi sol dengan
mengubah suhu, pH atau kondisi yang lain. Gel gelatin dapat dibuat dengan cara
mencampurkan gelatin dengan air panas. Gelatin yang merupakan protein dengan
molekul yang sangat besar didispersikan dalam air akan menghasilkan sol dan
jika sol ini menjadi dingin maka molekul gelatin akan saling tarik menarik
membentuk jaringan kontinyu sehingga menjadi gel dan air terperangkap dalam
protein. Dengan prinsip ini dapat dibuat bermacam jelly buah-buahan, namun jika
menggunakan nenas segar tidak dapat dibuat gel karena adanya enzim dalam
nenas yang dapat memcah molekul protein.
5. Penggunaan Koloid.
a) Pengendap Cotrell yang dapat digunakan untuk mengurangi polusi udara dari
pabrik. Alat ini dapat dapat mengendapkan partikel koloid yang terdapat dalam
gas yang akan keluar dari cerobong asap.
b) Cat mobil dimana tetes cat dalam penyemprotan aerosol bermuatan, jika badan
mobil diberi muatan yang berlawanan maka dapat menghasilkan pengecatan
yang baik.
c) Prinsip dialisis yang dingunakan untuk membantu pasien gagal ginjal.
d) Pewarnaan pada tekstil dengan mencelupkan tekstil dalam koloid.
e) Pembentukan delta pada muara sungai.
f) Cat emulsi dan emulsi fotografi.
g) Pada penjernihan air digunakan aluminium sulfat untuk mengkoagulasi zat
pengotor dalam air.
h) Sabun sebagai zat pengemulsi dapat menghilangkan zat pengotor yang tidak
bercampur dengan air.
i) Berbagai makanan dan obat-obatan berupa koloid.
j) Beberapa jenis kosmetik berupa koloid seperti hand body dan sebagainya.
Kimia Dasar 69