Anda di halaman 1dari 28

BAB 4

LARUTAN

A. PENGERTIAN LARUTAN
Campuran zat-zat yang homogen dan memliki merata atau serba sama di
seluruh bagian volumenya disebut larutan. Suatu larutan mengandung satu pelarut
dan satu atau lebih zat terlarut. Zat terlarut merupakan komponen yang jumlahnya
sedikit, sedangkan pelarut merupakan kompenen yang jumlahnya lebih banyak.
Suatu larutan dengan jumlah komponen zat terlarut maksimum pada temperatur
tertentu disebut larutan jenuh, sedangkan bila dijumpai suatu keadaan dimana jumlah
zat terlarut jauh lebih banyak dari pada yang seharusnya pada temperatur tertentu
disebut larutan lewat jenuh. Banyaknya zat terlarut yang dapat menghasilkan larutan
jenuh dalam jumlah tertentu pelarut pada temperatur konstan disebut kelarutan.
Kelarutan suatu zat tergantung pada sifat zat itu, molekul pelarut, temperatur dan
tekanan. Meskipun larutan dapat mengandung banyak komponen, tetapi pada bagian
ini yang akan dibahas hanya larutan yang mengandung dua komponen atau larutan
biner yaitu pelarut dan zat terlarut.

Tabel 1.1 Beberapa Contoh Larutan Biner

Zat terlarut Pelarut Contoh


Gas Gas Udara, semua campuran gas
Gas Cair CO2 dalam air, minyak wangi
Gas Padat H2 dalam platina, kamfer, naftalena
Cair Cair Alkohol dalam air
Cair Padat Raksa dalam tembaga
Cair Gas Awan, zat untuk mengelas
Padat Padat Perak dalam platina
Padat Cair Garam dalam air
Padat Gas Asap

B. KONSENTRASI LARUTAN

Konsentrasi didefenisikan sebagai jumlah zat terlarut dalam setiap satuan


larutan atau pelarut. Konsentrasi pada umumnya dinyatakan dalam satuan fisik
seperti satuan berat atau satuan volume atau dalam satuan kimia seperti mol, massa
rumus, massa ekivalen dan sebagainya.

Kimia Dasar 42
Tabel 1.2. Satuan Konsentrasi Fisik

Lambang Nama Definisi


gram zat terlarut
% w/w Persen berat x 100
gram larutan
mL zat terlarut
% v/v Persen volume x 100
mL larutan
gram zat terlarut
% w/v Persen berat-volume x 100
mL larutan
1 mg zat terlarut
Ppm Part per million
1 L larutan
1  g zat terlarut
Ppb Part per billion
1 L larutan

Tabel 1.3 Satuan konsentrasi kimia.

Lambang Nama Definisi


mol zat terlarut
X Fraksi mol
mol zat terlarut  mol pelarut
massa rumus zat terlarut
F Formal
liter larutan
mol zat terlarut
M Molar
liter larutan
mol zat terlarut
m Molal
kg pelarut
ekivalen zat terlarut
N Normal
liter larutan

Meq Miliekivalen
seperseribu mol muatan
osmols
Osm Osmolar
liter larutan

1. Persen Konsentrasi

Dalam bidang kimia sering digunakan persen untuk menyatakan konsentrasi


larutan seperti persen berat (% w/w), persen volume (%v/v) dan persen berat
pervolume (% w/v).

a. Persen berat (% w/w)


gram zat terlarut
Persen berat (% w/w) = x 100
gram zat terlarut  gram pelarut
atau,
gram zat terlarut
Persen berat (% w/w) = x 100
gram larutan

Kimia Dasar 43
Contoh:
Hitung berapa persen berat NaCl yang dibuat dengan melarutkan 20 g NaCl dalam 55
g air.
Jawab:
20
% Berat NaCl = x 100  26,67 % berat
20  55

b. Persen volume (% v/v)


mL zat terlarut
Persen volume (% v/v) = x 100
mL larutan

Contoh:
Sebanyak 50 mL alkohol dicampur dengan 50 mL air menghasilkan 96,54 mL
larutan. Hitung % volume masing-masing komponen.
Jawab:
% volume alkohol = 50/96,54 x 100 = 51,79
% volume air = 50/96,54 x 100 = 51,79
(perlu diperhatikan bahwa jumlah % volume dari semua komponen larutan
tidak selalu sama dengan 100)

c. Persen berat-volume (% w/v)


gram zat terlarut
Persen berat-volume (% w/v) = x 100
mL larutan

Persen berat-volume biasanya digunakan larutan dalam air yang sangat encer
dari zat padat. Misalnya untuk membuat 5% (w/v) AgNO 3, 5 gram AgNO3
dilarutklan dalam air kemudian diencerkan dengan air sampai volume 100 mL.
Larutan NaOH 10% mengandung 10 g NaOH dalam 100 mL larutan. Persen berat
sangat bermanfaat dan sering digunakan karena tidak bergantung pada temperatur.
Konsentrasi larutan yang biasanya dijumpai dalam perdagangan sering dinyatakan
dalam persen berat.

2. Bagian Per Juta (ppm) dan Bagian Per Milyar (ppb)

Untuk larutan yang sangat encer digunakan satuan konsentrasi ppm atau ppb.
Satu ppm ekivalen dengan 1 mg per liter larutan dan ppb ekivalen dengan 1
mikrogram per liter larutan. Bagian per juta (ppm) dan bagian per milyar (ppb)
adalah satuan yang mirip persen berat karena yang digunakan adalah mg per liter
yang dianggap sama dengan mg/kg dan mikrogram/kg.
ppm = berat zat terlarut x 106/berat larutan
ppb = berat zat terlarut x 109/berat larutan

Contoh:
Suatu larutan aseton dalam air mengandung 8,60 mg aseton dalam 21,4L larutan. Jika
kerapatan larutan 0,997 g/mL, hitung konsentrasi aseton dalam (a) ppm dan (b) ppb!
Jawab:

Kimia Dasar 44
a. ppm aseton = berat aseton x 106/berat air
berat aseton = 8,60 mg = 8,60 x 10–3 g
berat air = 21,4 L x 1000 mL/L x 0,997 g/mL
= 21,4 x 104 g
b. ppm aseton = 8,60 g aseton x 106/21,4 x 10–4 g air
= 0,402 ppm
ppb aseton = berat aseton x 109/berat air
= 8,60 g aseton x 109/21,4 x 10–4 g air
= 402 ppb
3. Fraksi mol (x)

Fraksi mol suatu zat dalam larutan adalah perbandingan mol zat tersebut
dengan jumlah mol semua komponen dalam larutan. Misalnya fraksi mol A adalah
perbandingan antara mol A dengan jumlah mol semua komponen dalam larutan.
Atau dapat juga dikatakan bahwa fraksi mol zat terlarut adalah perbandingan mol zat
terlarut dengan jumlah mol zat terlarut + jumlah mol pelarut dan fraksi mol pelarut
adalah perbandingan jumlah mol pelarut dengan jumlah mol pelarut + jumlah mol zat
terlarut. Jumlah kedua fraksi mol (pelarut + zat terlarut) adalah sama dengan 1 (satu).

Contoh:
Hitung fraksi mol NaCl dan fraksi mol H2O dalam larutan yang mengandung 117 g
NaCl dalam 3 kg H2O!
Jawab:
Jumlah mol 117 g NaCl = 117/58,5 = 2 mol
Jumlah mol 3 kg air = 3000/18 = 166,6 mol
maka,
Fraksi mol NaCl = 2/(2+166,6)= 2/168,6 = 0,012
Fraksi mol H2O = 166,6/(166,6 + 2) = 166,6/168,6 = 0,988
Jumlah fraksi mol (NaCl + H2O) = 0,012 + 0,988 = 1,0

4. Keformalan (F)

Keformalan adalah perbandingan antara jumlah massa rumus zat terlarut


perliter larutan. Keformalan juga dapat didefinisikan sebagai konsentrasi
sesungguhnya zat terlarut atau ion dalam larutan. Hal ini menyebabkan terjadinya
persamaan dan perbedaan antara keformalam (F) dengan kemolaran (M).

Contoh:
Suatu larutan diperoleh dengan melarutkan 1,90 g Na 2SO4 dalam 0,085 liter larutan.
Hitung keformalan!
Jawab:
Massa rumus Na2SO4 = 142
Berat rumus 1,90 g Na2SO4 = 1,90/142 = 0,0134
Keformalan = 0,0134 / 0,085 = 0,16 F.

5. Kemolaran (M)

Kimia Dasar 45
Konsentrasi molar, M adalah menyatakan jumlah mol spesi zat terlarut dalam
1 L larutan atau jumlah milimol dalam 1 mL larutan.
Kemolaran (M) = mol/L
atau,
gram zat terlarut
Kemolaran =
m M zat terlarut x liter larutan

Contoh:
Sebanyak 80 g NaOH dilarutkan dalam air kemudian diencerkan menjadi 1 L larutan.
Hitung kemolaran larutan (Mr NaOH = 40)!
Jawab:
Jumlah mol NaOH = 80 g / 40 g/mol = 2 mol
Kemolaran = mol/L = 2 mol / 1 L = 2 M

6. Kemolalan (m)

Kemolalan adalah konsentrasi yang menyatakan jumlah mol zat terlarut


dalam 1000 g pelarut. Kemolalan tidak tergantung pada temperatur dan digunakan
dalam bidang kimia fisik terutama untuk sifat koligatif larutan.
Kemolalan (m) = mol zat terlarut / kg pelarut
Jika m M adalah massa molar (g /mol)
maka,
Kemolalan (m) = g zat terlarut / (m M x kg pelarut)

Contoh:
Hitung kemolalan larutan metil alkohol (Mr=32) dengan melarutkan 37 g CH 3OH
dalam 1750 g air!
Jawab:
mol zat terlarut = 37 g/32 g/mol = 1,156 mol
kemolalan = 1,156 /1,750 kg = 0,680 m

7. Kenormalan (N)

Cara menyatakan konsentrasi dengan kenormalan biasanya digunakan dalam


bidang analisis volumetri. Kenormalan menyatakan perbandingan ekivalen zat
terlarut perliter larutan atau perbandingan gram zat terlarut dengan massa ekivalen x
liter larutan.
Contoh:
Hitung kenormalan larutan yang mengandung 36,75 g H2SO4 dalam 1 liter larutan
(Mr H2SO4 = 98)!
Jawab:
Massa ekivalen = 98/2 = 49
Kenormalan = 36,75/(49 x 1,50) = 0,50 N

Contoh-contoh dibawah ini menunjukkan bahwa cara ini sukar dipelajari


karena bergantung pada macam reaksi. Setelah memperoleh harga konsentrasi dalam
kenormalan, masih harus menghitung konsentrasi lainnya misalnya dalam gram

Kimia Dasar 46
perliter atau persen komposisi. Beberapa jenis reaksi yang berpengaruh terhadap
metode perhitungan konsentrasi kenormalan diantaranya adalah sebagai berikut:

a. Reaksi asam-basa
HCl 1M = HCl 1N
H2SO4 1M = H2SO4 2N
H2C2O4 1M = H2C2O4 2N
KHC2O4 1M = KHC2O4 1N
NaOH 1M = NaOH 1M

b. Reaksi pembentukan kompleks


Ni(NH3)42+ + 4CN-  [Ni(CN)4 ]2- + 4NH3
Ag+ + I-  AgI
AgI + 2CN-  Ag(CN)2- + I
sesuai dengan reaksi di atas, maka:
AgNO3 = 2KCN = ½NiSO4
AgNO3 1M = AgNO3 1N
NiSO4 1M = NiSO4 2N
KCN 2M = KCN 1N

c. Reaksi redoks (reduksi oksidasi)


MnO4- + 5Fe2+ + 8H+  Mn2+ + 5Fe2+ + 4H2O
2MnO4- + 5H2C2O4 + 6H+  2Mn2+ + 10CO2 + 8H2O
2CuSO4 + 4KI  2CuI + I2 + 2K2SO4
I2 + 2S2O32-  S4O62- + 2I-
berdasarkan reaksi di atas, maka:
KMnO4 1M = KMnO4 5N
FeSO4 1M = FeSO4 1N
CuSO4 1M = CuSO4 1N
H2C2O4 1M = H2C2O4 2N
KHC2O4 1M = KHC2O4 2N
Na2S2O3 1M = Na2S2O3 1N

C. HUKUM RAOULT DAN SIFAT LARUTAN NON ELEKTROLIT

1. Hukum Raoult

Tekanan uap suatu komponen yang menguap dalam larutan sama dengan
tekanan uap komponen murni dikalikan dengan fraksi mol komponen yang menguap
dalam larutan pada suhu yang sama.
Misalkan komponen A PA = PA0.XA
PA = tekanan uap diatas larutan
PA0 = tekanan uap A murni
XA = fraksi mol A

Dengan kata lain bunyi hukum ini adalah tekanan uap parsial komponen A
dalam larutan berbanding lurus dengan fraksi mol dan tetapan perbandingan
tekanan uap komponen A murni. Larutan yang mengikuti hukum Raoult disebut

Kimia Dasar 47
larutan ideal yang mempunyai persyaratan, molekul zat terlarut dan molekul pelarut
tersusun sembarang dan pada pencampuran tidak terjadi efek kalor. Meskipun
demikian sangat jarang terbentuk suatu larutan ideal tetapi umumnya larutan
menyimpang dari keadaan ideal.
a. Larutan Ideal

Untuk larutan ideal yang mengandung dua komponen (1 dan 2) yang dapat
menguap sesuai dengan hukum Raoult.
P1 = P10.X1 P2 = P20.X2
Tekanan total, P = P1 + P2 = P10.X1 + P20.X2
Komposisi uap setiap komponen dapat dihitung dengan hukum Raoult, misalkan
pada sistem larutan benzena-toluena fraksi mol benzena 0,35 dan fraksi mol toluena
0,65. Diketahui tekanan uap benzena murni 75 mmHg dan tekanan uap toluena murni
22 mmHg pada 20 C.
Tekanan total, P = P1 + P2 = 0,35 x 75 mmHg + 0,65 x 22 mmHg
= 26,25 + 14,33
= 40,58 mmHg

menurut hukum Dalton , fraksi mol benzena (1) dan toluena (2) adalah:
X1 = P1/Ptotal = 26,25/40,58 = 0,65
X2 = P2/Ptotal = 14,33/40,58 = 0,35

Uap mengandung komponen yang lebih mudah menguap dimana komponen yang
lebih mudah menguap mempunyai tekanan uap lebih besar dari pada komponen sulit
menguap.
Tekanan
(mmHg)

Ptotsl
Pbenzena

Ptoluena

0 ………… mol fraksi benzen ………….1


1 ………… mol fraksi toluena ……….... 0
Gambar 1.1 Larutan Ideal
Contoh:
Suatu campuran etil bromida (1) dan etil iodida (2) dengan komposisi masing-masing
0,5 fraksi mol pada suhu 16,7 C.
a) Hitunglah komposisi uap!
b) Jika uap pada a terkondensasi htunglah komposisi uap yang baru!
Jawab:
a) P10 = 45,16 mmHg P20 = 16,20 mmHg
P1 = P10.X1 = 45,16 x 0,5 = 22,58 mmHg
P2 = P20.X2 = 16,20 x 0,5 = 8,10 mmHg
P = P1 + P2 = 22,58 + 8,10 = 30,68 mmHg
X1 = P1/P = 22,58/30,68 = 0,736
X2 = P2/P = 8,10/30,68 = 0,264

Kimia Dasar 48
b) Jika uap dikondensasikan, maka:
P1 = P10.X1 = 45,16 x 0,736 = 32,24 mmHg
P2 = P20.X2 = 21,60 x 0,264 = 5,70 mmHg
P = P1 + P2 = 33,24 + 5,70 = 38,94 mmHg
X1 = P1/P = 32,24/38,94 = 0,854
X2 = P2/P = 5,70/38,94 = 0,146

b. Larutan non-ideal
Pada umumnya hanya sedikit larutan yang memenuhi hukum Raoult,
sedangkan larutan yang tidak memenuhi hukum Raoult disebut larutan non-ideal.
Pada larutan ideal dari zat pelarut A dan zar terlarut B, tarkan A-B sama dengan
tarikan A-A dan B-B sedangkan kalor pelarutannya, H(1) = 0. Jika tarikan antara A-
B lebih besar dari tarikan A-A dan B-B, maka proses pelarutan adalah eksoterm dan
H(1) < 0. Misalnya pada campuran antara aseton (CH3COCH3) dan kloroform
(CHCl3) terjadi ikatan hidrogen antara aseton dan kloroform sehingga tekanan uap
larutan lebih kecil dibandingkan dengan tekanan yang dihitung dengan hukum
Raoult. Penyimpangan yang terjadi pada hukum Raoult ini disebut penyimpangan
negatif (deviasi negatif).
Sebaliknya, jika tarikan A-B lebih lemah, maka H(1) > 0 dan proses
pelarutan adalah endoterm. Oleh karena pada pembentukan larutan diserap kalor,
maka komponen-komponen berada pada tingkat energi yang lebih tinggi setelah
terjadi interaksi dibandingkan sebelumnya. Dalam hal ini, gaya intermolekul
melemah jika dicampurkan komponen polar dan non polar. Oleh karena sistem
berada pada tingkat energi yang lebih tinggi, maka diperlukan hanya sedikit kalor
untuk penguapan. Pada setiap suhu, tekanan uap lebih besar dari teknan uap yang
dihitung dari hukum Raoult. Penyimpangan hukum Raoult ini disebut penyimpangan
positif (deviasi positif) seperti pada Gambar 1.3.

0 …………….. fraksi mol CHCl3 ……………1

Gambar 1.3 Deviasi Positif (larutan eter-CCl4).

D. SIFAT KOLIGATIF LARUTAN


Hukum Raoult merupakan dasar dari empat macam sifat larutan encer yang
disebut sifat koligatif di mana sifat ini bergantung pada pengaruh kebersamaan
semua partikel dan tidak pada sifat dan keadaan partikel. Keempat sifat koligatif
larutan tersebut adalah: 1) penurunan tekanan uap (P); 2) kenaikan titik didih
(Tb); 3) penurunan titik beku (Tf); dan 4) tekanan osmosa ().
1. Penurunan Tekanan Uap
Kimia Dasar 49
Jika pelarut dan zat terlarut masing-masing ditandai dengan 1 dan 2, maka
menurut hukum Raoult,
P1 = P10.X1
P10 – P1 = P = P10 – P10.X1
P = P10 (1 – X1) = P10.X2
di mana:
P = penurunan tekanan uap
X1 = fraksi mol pelarut
X2 = fraksi mol zat terlarut
P1 = tekanan uap larutan
P10 = tekanan uap pelarut murni
P = P10.X2

Penurunan tekanan uap berbanding lurus dengan fraksi mol zat terlarut. Jika
beberapa zat terlarut dilarutkan dalam satu pelarut, maka penurunan tekanan uap
adalah:
P = P10 (X2 + X3 + X4 + …)
Contoh:
Suatu cairan murni mempunyai tekanan uap 50 mmHg pada 25 C, hitunglah tekanan
uap jika 6 mol zat ini dicampur dengan 4 mol suatu non elektrolit yang tidak
menguap!
Jawab:
X1 = 6/(6 + 4) = 6/10 = 0,6
Tekanan uap larutan adalah = 0,6 x 50 = 30 mmHg
atau,
X2 = 1 – 0,6 = 0,4
P = 0,4 x 50 = 20 mmHg
P = 50 – 20 = 30 mmHg
2. Kanaikan Titik Didih

Sebagai akibat dari penurunan tekanan uap, maka terjadi kenaikan titik didih.
Suhu dimana tekanan uap larutan sama dengan tekanan atmosfir disebut titik didih
larutan. Kanikan titik didih berbanding lurus dengan penurunan tekanan uap.
Manurut hukum Raoult, P ~ x2 di mana x2 adalah fraksi mol zat terlarut.
Jadi T ~ x2 atau T = K1.x2 dan x2 = n1/(n1 + n2)
n1 = jumlah mol pelarut dann2 = jumlah mol zat terlarut
untuk larutan encer;
n1 + n2 ~ n1 sehingga x2 = n1/n2

w2/M2 w2.M1 M1
atau x2 = -------- = --------- dan x2 = ------
w1/M1 w1.M2 1000
di mana m adalah kemolalan.
T = (K1 x M1/1000) m
atau,
Tb = Kb . m
Kimia Dasar 50
dengan Kb adalah tetapan kenaikan titik didih molal dan Tb adalah kenaikan titik
didih larutan. Dengan cara yang sama dapat diturunkan persamaan untuk penurunan
titik beku larutan.
Tf = Kf . m

dengan Kf adalah tetapan penurunan titik beku molal. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa:
a. Pada tekanan tetap, kenaikan titik didih dan penurunan titik beku suatu larutan
encer berbanding lurus dengan konsentrasi massa.
b. Larutan encer semua zat terlarut yang tak mengion, dalam pelarut yang samna
dengan konsentrasi molal yang sama mempunyai titik didih dan titik beku yang
sama pada tekanan yang sama.

Harga Kb dan Kf diperoleh berdasarkan percobaan dan penurunan data


termodinamika. Perhitungan penentuan massa molekul relatif dapat dilakukan
dengan menggunakan rumus:
Tb = Kb . m

di mana: m = mol/kg pelarut


w1 = berat pelarut dalam gram
w2 = berat zat terlarut dalam gram
M1 = massa molekul relatif pelarut
M2 = massa molekul relatif zat terlarut
Sehingga,
mol = w2/M2

1000 w2
m = ----------- x ---------
w1 M2
dan diperoleh,

1000 w2
Tb = Kb x ---------- x ----------
w1 M2

1000 x w 2 1000 x w 2
M 2  Kb x atau M 2  Kf x
w 1 x ΔTb w 1 x ΔTf

Contoh:
Hitunglah titik beku air dalam radiator mobil yang berisi cairan dengan perbandingan
88 g etilen glikol (Mr=66) dan 160 g air (Mr=18). Kf = 1,86
Jawab:
Jumlah mol glikol = 88 / 66 = 1,4
Kemolalan, m = 1000/160 x 1,4 = 8,8
Tf = Kf . m = 1,86 x 8,8 = 16
titik beku air = 0 C sehingga titik beku larutan = (0 – 16) C = –16 C.
3. Tekanan Osmotik ()

Kimia Dasar 51
Jika dua larutan dengan konsentrasi yang berbeda dipisahkan oleh suatu
membran (selaput) semipermiabel, molekul pelarut mengalir melalui membran dari
larutan yang lebih encer kelarutan yang lebih pekat, peristiwa ini disebut osmosis.
Sebenarnya molekul pelarut mengalir melalui membran dalam dua arah,
tetapi laju alir molekul pelarut dari larutan encer lebih cepat dibandingkan dengan
yang berasal dari lerutan pekat. Membran semi permiabel adalah membran yang
dapat dilalui oleh molekul pelarut tetapi tetapi tidak dapat dilalui oleh partikel zat
terlarut. Salah satu membran semi permiabel yang cukup baik adalah tembaga(II)
heksasianoferat(II). Tekanan osmotik suatu larutan adalah tekanan tekanan yang
mencegah terjadinya osmosis. Jika osmosis berhenti, aliran molekul pelarut tetap
berlangsung tetapi laju mengalir molekul dari kedua arah adalah sama. Oleh karena
itu tekanan osmotik berbanding lurus dengan penurunan tekanan uap relatif.

Pengaruh konsentrasi
Untuk larutan encer tekanan osmotik zat terlarut tertentu berbanding lurus
dengan konsentrasinya.
 ~ C (T tetap)
=kC atau /C = k (T tetap)
Oleh karena konsentrasi berbanding terbalik dengan volume, maka
 x V = k (T tetap)
Pengaruh konsentrasi terhadap tekanan osmotik dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 1.4. Tekanan osmotik larutan sukrosa pada 20 C

Tekanan Osmotik,
C (mol/L) /C
 (atm)
0,098 2,59 26,4
0,192 5,06 26,4
0,282 7,61 27,0
0,370 10,14 27,4
0,685 15,39 28,9
0,825 26,64 32,3

Pengaruh suhu
Tekanan osmotik suatu larutan berbanding lurus dengan suhu mutlak seperti
yang diperlihatkan pada tabel berikut.

Tabel 1.5. Pengaruh suhu terhadap tekanan osmotik larutan

Tekanan Osmotik,
T (K) /T
 (atm)
280,0 505 1,80
286,9 525 1,83
295,2 548 1,85
302,2 544 1,79
309,2 567 1,83

Kimia Dasar 52
Pada tahun 1885 van’t Hoff menyimpilkan bahwa ada hubungan antara sifat larutan
dengan sifat gas seperti pada hukum gas PV = nRT maka dapat digambarkan
 V = n2 RT
 adalah tekanan osmotik pada suhu T dari suatu larutan yang mengandung n2 mol
zat terlarut dalam B liter larutan.
( x V)/T = suatu tetapan
seperti diketahui bahwa pada 273 K dan satu atm satu mol gas mempunyai volume
22,4 L
tetapan (P x V)/T = (1 x 22,4)/273 = 0,082 L atm K -1 mol –1. Doketahui dari
eksperimen 10 gram gula tebu (Mr=342) yang terlarut dalam satu liter larutan
mempunyai tekanan osmotik 0,66 atm pada 273 K.

tetapan = ( x V)/T = (0,66 x 342) / 273


= 0,083 L atm K –1 mol –1

v = volume yang mengandung 342 g gula.


Oleh karena konsentrasi C = n2/V, maka

=CRT
Pengaruh molekul
Larutan-larutan encer dari zat terlarut yang berbeda dengan konsentrasi yang
sama pada suhu yang sama mempunyai tekanan osmotik yang sama. Misalnya 46 g
alkohol, 60 g urea, 180 g glukosa, 342 g gula tebu masing-masing terlarut dalam 10
L larutan akan mempunyai tekanan osmotik yang sama pada suhu tertentu.

Kemiripan larutan encer dan gas


Suatu zat terlarut dalam larutan encer mempunyai tekanan osmotik yang sama
dengan tekanan gas jika zat ini dalam keadaan gas dengan volume yang sama seperrti
volume larutan pada suhu yang sama.
Dari persamaan  V = RT untuk satu mol gas dengan volume 22,4 L pada 0
C akan mempunyai tekanan 1 atm. Demikian pula halnya dengan satu mol zat
terlarut yang tidak mengion dalam larutan 22,4 L pada suhu 0 C mempunyai
tekanan osmotik 1 atm. Dengan kata lain dapat disimpulkan bahwa pada 0 C larutan
22,4 L yang mengandung 1 mol zat terlarut mempunyai tekanan osmotik 1 atm.

Contoh:
Suatu larutan dari 6 g polivinilklorida (PVC) dalam satu liter dioksan mempunyai
tekanan osmotik 0,86 mmHg pada 15 C. Hitung massa molekul relatif polimer
tersebut.
Jawab:
Tekanan osmotik  = 0,86/760 atm = 0,001132 atm
Jumlah mol = 6/M, suhu 273 + 15 = 288K
=CRT
maka,
0,001132 = 6/M x 0,0821 x 288
M = (6 x 0,0821 x 288)/0,001132
M = 125326

Kimia Dasar 53
E. LARUTAN ELEKTROLIT DAN SIFATNYA

1. Solvasi dan Hidrasi

Senyawa polar pada umumnya melarut dalam pelarut polar dan air
merupakan pelarut polar yang baik karena mempunyai momen dipol yang besar
(1,84). Meskipun demikian tidak semua pelarut yang mempunyai momen dipol besar
dapat digunakan sebagai pelrut yang umum karena adanya beberapa kesulitan yang
dihadapi. Misalnya senyawa HCN (2,9) dan HF (1,91) yang sangat berbahaya jika
digunakan secara umum. Pelarut dan zat terlarut dalam suatu larutan dapat dianggap
sebagai suatu reaksi dan jika pelarutnya S dan zat terlarut adalah senyawa ion, maka
reaksi yang terjadi adalah:
MX(s) + y S(l)  (MS)a+ + (XS)b- + (y-a-b)S(l)
Peristiwa ini disebut solvasi. Sedangkan jika pelarutnya adalah air maka peristiwanya
disebut hidrasi seperti berikut:
MX(s) + yH2O(l)  {M(H2O)a}++ {X(H2O)b}- + (y-a-b)H2O(l)

2. Energi Pelarutan
Peristiwa pelarutan senyawa ion dapat ditulis seperti berikut:

MX(s) + H2O  M+(aq) + X-(aq) E1= H


H adalah kalor pelarutan dan kalor pelarutan suatu senyawa ion dapat didefenisikan
sebagai:
a. Energi yang diperlukan untuk memecahkan struktur kisi padat menjadi ion
berupa gas.
MX(s)  M+(g) + X(g) E2 = Ek (energi kisi)
b. Energi solvasi dan untuk pelarut air disebut energi hidrasi.
M+(g) + X-(g) + H2O  M+(aq) + X-(aq) E3 = Eh
c. Energi yang menyangkut struktur pelarut yang biasanya diabaikan.
E1
MX (s) M+ (aq) + X- (aq)

E2 E3

M+ (g) + X- (g)

E1 = E2 + E3 atau H = E kisi + E hidrasi

Sistem larutan yang paling stabil mempunyai energi pelarutan yang paling
rendah. Jika H adalah negatif, maka MX (s) mudah melarut dan oleh karena itu E
kisi selalu positif sehingga E hidrasi harus cukup negatif agar proses pelarutan dapat
terjadi. Jadi proses pelarutan mudah terjadi jika E kisi kecil dan positif sedangkan E
hidrasi besar dan negatif. Energi kisi tidak bergantung pada tetapan dielektrik, tetapi
energi solvasi ekan lebih negatif jika kepolaran pelarut makin besar sehingga makin

Kimia Dasar 54
besar tetapan dielektrik pelarut sehingga senyawa ion lebih mudah melarut. Oleh
karena tetapan dielektrik air besar maka senyawa ion lebih mudah melarut dalam air
atau pelarut senyawa ion yang baik adalah pelarut yang memiliki momen dipol besar.
Dari persamaan G = H - TS dapat disimpulkan bahwa akan terjadi proses
pelarutan jika:
1. H pelarutan mempunyai harga negatif yang besar atau dengan kata lain pada
palarutan energi sistem berkurang.
2. S mempunyai harga posotif yang besar atau entropi sistem bertambah.

Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa beberapa zat padat dalam air
menghantar arus listrik yang disebut elektrolit. Sedangkan zat yang dalam larutan
tidak menghantarkan arus listrik disebut non elektrolit. Partikel-partikel dalam
larutan yang menghantarkan arus listrik disebut ion-ion dan ion-ion inilah yang
menentukan sifat hantaran listrik serta sifat kimia dan fisika suatu elektrolit. Ion-ion
dalam larutan elektrolit dapat dihasilkan dengan dua cara yaitu:
a. Zar terlarut adalah senyawa ion seperti NaCl,
NaCl(s) + H2O  Na+(aq) + Cl-(aq)
b. Zat terlarut bukan senyawa ion, tetapi jika dilarutkan dalam air menghasilkan ion.
Contohnya: HCl
HCl + H2O  H+(aq) + Cl-(aq)

Dalam larutan elektrolit terdiri atas dua jenis berdasarkan kemampuannya


mengion yaitu elektrolit kuat dan elektrolit lemah. Elektrolit kuat terurai sempurna
menjadi ion dalam larutan air atau dalam keadaan lebur seperti senyawa ion yang
dalam keadaan padat berupa ion seperti NaCl dan senyawa kovalen yang bereaksi
sempurna dengan air membentuk ion seperti HCl. Beberapa zat yang merupakan
elektrolit kuat diantaranya HCl, H2SO4, HNO3, basa kuat dan leburan serta larutan
dalam air.
Elektrolit lemah hanya sedikit sekali terurai menjadi ion dalam larutan air.
Oleh karena itu elektrolit lemah adalah penghantar listrik yang buruk dan mempunyai
derajat dissosiasi yang kecil.

3. Sifat Koligatif Larutan Elektrolit

Sifat koligatif suatu larutan elektrolit pada umumnya lebih besar dari sifat
koligatif larutan non elektrolit jika kedua larutan tersebut mempunyai konsentrasi
yang sama. Untuk menjelaskan perbedaan ini van’t Hoff menggunakan faktor i yang
digunakan sebagai faktor van’t Hoff. Faktor van’t Hoff merupakan perbandingan sifat
koligatif suatu larutan elektrolit dengan konsentrasi tertentu dibagi dengan sifat
koligatif suatu larutan non elektrolit dengan konsentrasi yang sama.

P Tb Tf 
i = ------- = --------- = --------- = ------
(P)o (Tb)o (Tf)o ()o

dengan (P)o, (Tb)o, (Tf)o dan ()o adalah berturut-turut penurunan tekanan uap,
kenaikan titik didih, penurunan titik beku dan tekanan osmosis untuk larutan non
elektrolit. Sedangkan P, Tb, Tf dan  adalah sifat koligatif larutan elektrolit
Kimia Dasar 55
dengan konsentrasi yang sama. Dengan demikian, misalnya untuk Tf elektrolit
diperoleh:
(Tf) elektrolit = i . Kf . m
nilai i mencapai limit pada pengeceran tak terhingga dalam hal ini i untuk NaCl=2,
MgCl2=3, MgSO4=2 dan K4Fe(CN)6=5.

Derajat ionisasi dari sifat koligatif


Derajat ionisasi dapat dihitung dari sifat koligatif seperti m molal elektrolit
Ax By dan  adalah derajat ionisasi.
Ax By(aq)  x Ay+ + y Bx-
m (1 - ) xm ym
Jumlah mol spesi yang dihasilkan dari m mol zat terlarut adalah:
m total = m(1 - ) + x m  + y m 
mt = m(1 - ) + m(x  + y )
mt = m(1 +  (x + y – 1)
Jumlah mol ion yang dihasilkan satu mol zat terlarut, v = x + y, maka:
mt = m {1 -  (v – 1)}
Tf= Kf . mt = Kf . m{1 + (v – 1)}
Tf = i Kf m = Kf m {1 + (v – 1)}
i = 1 +  (v – 1)
i–1
atau,  = ---------
v-1
Contoh:
Suatu larutan yang dibuat dari 16 g Ca(NO3)2 (Mr=164) dengan melarutkan dalam 1
kg air dan membeku pada 0,438 C. Hitung derajat ionisasi (disosiasi) garam tersebut
(Kf = 1,86 Kmol–1).
Jawab:
16 g
m = ------------------------------ = 0,096
164 g mol –1 x 1 kg

Tf = 0,438 0C
(Tf)o = 1,86 x 0,096 = 0,179 0C

Tf 0,438
i = ------------ = ------------- = 2,45
(Tf)o 0,179
i–1 2,45 – 1
 = ------------ = ------------- = 0,73
v–1 3–1

atau, derajat disosiasinya = 73 %

Asosiasi
Jika sifat koligatif yang diamati lebih kecil dari sifat koligatif perhitungan
menunjukkan bahwa molekul zat terlarut mengalami asosiasi. Misalkan n molekul X
berasosiasi membentuk Xn dan derajat asosiasi , maka:
Kimia Dasar 56
nX  Xn
1- n
jumlah partikel = 1 -  +  n = 1 – (n – 1)  / n mol
jadi,
sifat koligatif (pengamatan)
---------------------------------- = i = 1 – (n – 1)  / n mol
sifat koligatif (perhitungan)

jika X mengalami dimerisasi, n=2 maka


i = 1 - /2
Jadi untuk Asosiasi;

( n – 1) 
i = 1 – ------------
n

Contoh:
Suatu larutan 4,0 g asam asetat dalam 100 g benzena membeku pada 1,880C dibawah
titik beku benzena (5,480C) Kf benzena = 5,12 K kg mol –1 . Apa yang dapat
disimpulkan dari data ini.
Jawab:
Massa molar asam asetat adalah 60 g/mol
Tf = 5,12 x 4/(60x 0,1) = 3,41 0C
1,88/3,41= 1 - /2
0,55 = 1 - /2 atau /2 = 1 – 0,55 = 0,45
sehingga,
 = 2 x 0,45 = 0,90
jadi derajat asosiasinya = 90 %.

F. KESETIMBANGAN ION DALAM LARUTAN

1. Teori Asam-Basa
a. Teori Arrhenius
Pada tahun 1887 Arrhenius mengajukan suatu teori yang mengatakan bahwa
apabila suatu elektrolit melarut, maka sebagian dari elektrolit ini terurai menjadi
patikel positif dan partikel negatif yang disebut ion. Kemudian Bedye 1923) dan
Hucckel (1927) merevisi teori ini dan mengatakan bahwa elektrolit kual bukan
terurai sebagian tetapi seluruhnya teruarai menjadi ion.
Sebelum Oswald dan Arrhenius menjelaskan penguraian elektrolit, maka
orang telah berusaha mendefenisikan tentang asam dan basa. Rasa masam dan
pengaruh terhadap zat warna tumbuh-tumbuhan merupakan sifat asam. Sedangkan
sifat yang dimiliki sabun adalah sifat alkali yang berlawanan dengan sifat asam
sehingga basa didefenisikan sebagai zat yang dapat bereaksi dengan asam
membentuk garam.
Menurut Liebig (1838) asam adalah senyawa yang mengandung hidrogen
yang dapat diganti oleh logam yang selanjutnya memunculkan teori tentang
dissosiasi elektrolit oleh Oswald-Arrhenius. Menurut teori ini asam dalam larutan
air menghasilkan ion hidrogen dan basa dalam larutan air menghasilkan ion
hidroksida sesuai dengan reaksi:
H+ + OH-  H2O
Kimia Dasar 57
Teori ini lebih dikenal sebagai teori Arrhenius
Asam HCl + H2O  H+ + Cl-
Asam HNO3 + H2O  H+ + NO3-
Asam H2SO4 + H2O  2H+ + SO42-
Basa NaOH + H2O  Na+ + OH-
Basa KOH + H2O  K+ + OH-
Basa Ba(OH)2 + H2O  Ba2+ + 2 OH-

Catatan:
a) Ada beberapa asam dan basa tidak mengandung H+ dan OH-
b) Beberapa elektrolit kuat seperti NaOH dalam bentuk kristal berupa ion
c) Beberapa zat seperti NH3 dan Na2CO3 dapat menetralkan asam tanpa
menghasilkan OH-
d) Dalam larutan ion tidak terdapat ion H+ yang bebas.
e) Keadaan diatas hanya terbatas dalam larutan air tetapi tidak dalam pelarut lain.

b. Teori Bronsted-Lowry
Menurut Bronsted – Lowry, asam adalah zat yang dapat memberikan proton
(proton donor), sedangkan basa adalah zat yang dapat menerima proton (proton
akseptor).
Asam  Basa + H+
Persamaan diatas tidak menyatakan reaksi yang sebenarnya terjadi dalam
larutan karena proton, H+ tidak terdapat dalam larutan. Asam dan basa yang saling
berkaitan dalam pertukaran proton disebut pasangan asam–basa konyugasi. Reaksi
anatara asam dan basa dapat dilihat pada defenisi berikut.
Asam 1 + Basa 2  Basa konyugasi 1 + Asam konyugasi 2
Menurut reaksi ini tidak ada zat yang dapat bertindak sebagai asam jika
tidak terdapat basa yang dapat menerima proton. Zat yang dapat bertindak sebagai
asam maupun basa disebut zat ampiprotik.
Contoh asam dan basa Bronsted – Lowry
Asam HCl + H2O  H3O+ + Cl-
- +
Asam HSO4 + H2O  H3O + SO42-
Basa NH3 + H2O  NH4+ + OH-
-
Basa CH3COO + H2O  CH3COOH + OH-
Dalam asam air bertindak sebagai penerima proton atau basa sedangkan
dalam basa air bertindak sebagai pemberi proton atau asam.
Kesimpulan yang dapat diambil dari teori Asam – Basa Bronsted adalah :
a) Asam adalah donor proton
b) Basa adalah penerima proton
c) Reaksi penetralan adalah reaksi perpindahan proton dari asam ke basa
d) Reaksi asam – basa Bronsted dapat berlangsung dalam berbagai pelarut atau juga
berlangsung dalam fase gas dimana tidak terdapat pelarut.
e) Setiap asam mempunyai basa konyugasi
f) Palarut dapat berfungsi sebagai asam atau basa
g) Semakin kuat suatu asam semakin lemah basa konyugasinya dan semakin kuat
suatu basa semakin lemah asam konyugasinya.

c. Teori Lewis

Kimia Dasar 58
Menurut Lewis setiap spesi yang mengandung atom yang dapat menerima
pasangan elektron disebut asam dan setiap spesi yang mengandung atom yang dapat
menderma pasangan elektron disebut basa.
Beberpa asam – basa menurut Lewis

Asam + basa Ag+ + 2 : NH3  Ag(NH3)2+


3+
Asam + basa Al + 6 ::OH2  Al(H2O)63+
Asam + basa Fe3+ + 6 : CN-:  Fe(CN)63+
Dari catatan diatas dapat diambil beberapa kesimpulan :
- asam adalah penerima atau akseptor pasangan elektron
- basa adalah penderma atau dodnor pasangan elektron
- reaksi penetralan A + :B  A:B (terbentuk ikatan kovalen
koordinasi.
- Teori Lewis dapat menelaskan reaksi tradisional ( H+ + O-H-  H-O-H)

2. Derajat Ionisasi dan Tetapan Ionisasi


Asam lemah dalam larutan tidak terurai sempurna menjadi ion dan jumlah
persen molekul atau fraksi molekul yang terurai menjadi ion disebut derajat ionisasi
(). Misal suatu larutan asam mengandung satu mol HA dalam V liter.
HA  H+ + A-
Keadaan awal 1 0 mol/L 0 mol/L
Kesetimbangan (1- )mol  mol  mol
Jadi,  mol HA terurai menjdai  H+ dan  mol A- ; HA yang tertinggal adalah (1-
)mol. Konsentrasi kesetimbangan
1-
[HA] = -------- mol/L [H+] = [A-] =  / V mol/L
V
[H+] [A-] (/V) (/V)
Ka = ---------------- = --------------------------
[HA] (1- ) / V
atau
2
Ka = -----------------
(1 - ) V

Ka disebut tetapan dissosiasi atau tetapam ionisasi dari asam.


Contoh.
1. Hitung persen ionisasi suatu asam
a. HF 0,60 M Ka = 7,1 x 10-4
b. HCN 0,60 M Ka = 4,9 x 10-10
Jawab :
a. HF(aq)  H+(aq) + F-(aq)

Ka = [H+] [F-] / [HF] = 7,1 x 10-4

x2 / (0,60 – x) = 7,1 x 10-4


anggap bahwa 0,60 – x = 0,60 ( nilai x terlalu kecil dibanding 0,60)

Kimia Dasar 59
maka, x2 = 0,60 x 7,1 x 10-4
x2 = 4,3 x 10-4
x2 = 0,021 M
derajat ionisasinya = 0,021/0,60 x 100 % = 3,5 %

b. HCN(aq)  H+(aq) + CN-(aq)

Ka = [H+] [CN-] / [HCN] = 4,9 x 10-10


x2 / (0,60 – x) = 7,1 x 10-4
anggap bahwa 0,60 – x = 0,60 ( nilai x terlalu kecil dibanding 0,60)
x2 = 0,60 x 4,9 x 10-10
x2 = 2,9 x 10-10
x = 1,75 x 10-5
persen ionisasinya = (1,75 x 10-5 / 0,60) x 100 % = 0,028 %

3. Kekuatan asam dalam lautan


Istilah kuat dan lemahnya suatu asam digunakan untukmmembandingkan
kekuatan asam atau basa dalam lerutan. Asam sulfat, asam nitrat dan asam klorida
digolongkan dalam asam kuat sedangkan asam asetat digolongkan dalam asam
lemah. Kekuatan suatu asam bergantung juga pada pelartunya, makin kuat sifat basa
suatu pelarut makin mudah asm melepaskan proton. Misalnyua asam asetat
merupakan asam lemah dalam pelarut air tetapi dalam amonia cair dapat bersifat
asam kuat. Kekuatan suatu asam HA dalam air menntukan sampai berapa jauh
keberlangsungan reaksi dibawah ini.
+ -
H2O + H – A  H3O+ + A-
Kekuatan suatu basa ditentukan oleh kemampuan basa ini menghasilkan ion
hidroksida. Kekuatan asam dapat dilihat dari derajat ionisasinya (Ka) demikian pula
kekuatan suatu basa ditentunkan oleh (Kb). Beberapa faktor yang menentukan
kekuatan suatu asam atau basa antara lain:
a. kepolaran  CH4 < NH3 < H2O < HF
b. ukuran atom  HF < HCl < HBr < HI
c. muatan  PO43- > HPO42- > H2PO4-
d. bilangan oksidasi  HOCl < HOClO < HOClO2 < HOClO3

a. Hasil kali ion untuk air


Pada pengukuran daya hantar air murni menunjukkan bahwa air mempunyai
dayan hantar tidak sam dengan nol. Hal ini menunjukkan bahwa air mengalami
ionisasi sendiri.
H2O(l)  H3O(aq) + OH-(aq)

Dengan menuliskan ion hidrogen dengan H+, maka penguraian dapat ditulis menjadi :
2 H2O  H+ + OH-
+ -
Kc = [H ] [OH ] / [H2O]
Oleh karena sangat sedikit molekul air yang mengion, konsentrasi air tidak berubah
sehingga;

Kc [H2O] = [H+] [OH-] Atau Kw = [H+] [OH-]

Kimia Dasar 60
Kw adalah tetapan hasil kali ion atau tetapan air, yaitu hasil kali konsentrasi molar
pada temperatur tertentu.

b. Ion hidronium
Suatu ion hidrogen H+ tidak lain adalah suatu proton jadi berbeda dari kation-
kation lainnya. Ion H+ tidak mempunyai elektron dari jari-jari efektifnya hanya kira-
kira 10-13 cm dibandingkan dengan ion-ion lainnya yang jari-jarinya sekitar 10-8 cm.
Dengan demikian tidak mungkin terdapat ion hidrogen bebas di dalam larutan air.
Sedangkan adanya ion H3O+ didalam larutan asam kuat telah dibuktikan dengan
spektroskopi infra merah. Oleh karen mirip dengan ion amonium NH 4+, H3O+ disebut
ion hidronium. Dengan demikian, maka ionisasi air harus ditulis seperti berikut.

2 H2O  H3O+ + OH-


+
oleh karena itu untuk mempermudah, digunakan H yang merupakan terhidrasi dan
bukan merupakan ion bebas.
c. Skala pH, pOH dan pK
Untuk mempermudah, konsentrasi ion H+ dinyatakan dengan pH (power H+) yang
dituliskan seperti rumus berikut :
pH = - log [H+] atau [H+] = 10-pH
pengertian p diperluas, mencakup :
pOH = - log [OH-]
pK = - log K (Ka, Kb, Ksp dsb.)
pH + pOH = pKw = 14
definisai pH didasarkan atas pengukuran daya gerak listrik (DGL) suatu sel
Galvani/Volta yang terdiri dari sebuah elektroda indikator (kaca) dengan elektroda
pembanding.
Contoh
Pada temperatur 40 0C, Kw = 3,8 x 10-14 , hitunglah pH air !
Jawab.
Kw = [H+] [OH-] = 3,8 x 10-14
[H+]2 = 3,8 x 10-14
[H+] = 1,9 x 10-7
pH = - log (1,9 x 10-7) = 6,72
pH < 7 tidak berarti bahwa temperatur 40 0C air bersifat asam tetapi
merupakan pH keadaan netral = 6,72 pada temperatur 40 0C.

d. Asam kuat dan basa kuat


Asam kuat dan basa kuat terurai sempurna dalam larutan air, oleh karena itu
konsentrasi [H+] dan [OH-] sama dengan konsentrasi zat terlarut. Apakah pH HCl 10-9
M sama dengan 9, tentu saja tidak demikian bahwa suatu asam bila diencerkan terus
menerus akan menjadi basa. Dalam HCl 10-9 M selain [H+] dari HCl perlu pula
diperhitungkan [H+] dari H2O, sehingga dalam larutan HCl dalam air terdapt tiga
spesi yaitu H+, OH- dan Cl-. Oleh sebab itu persamaan yang berlaku untuk larutan
HCl adalah:
1. Kesetimbangan air [H+] [OH-] = Kw
2. Perimbangan materi [Cl-] = Ca (Ca = konsentrasi asam]
3. Prinsip penetralan muatan [H ] = [OH-] + [Cl-]
+

[H+] = [OH-] + Ca

Kimia Dasar 61
sehingga
[H+] = Ca + Kw/[H+]
-5
misalnya untuk HCl 10 M
[H+] = 10-5 + 10-14/10-5
= 10-5 + 10-9
= 10-5 M
+
[H ] = Ca
akan tetapi jika konsentrasi HCl lebih kecil, maka Kw/[H+] tidak dapat diabaikan
sehingga perlu dihitung dengan persamaan kuadrat.
[H+]2 – Ca [H+] – Kw = 0
Contoh.
Hitung pH HCl 10-7 M
Jawab.
[H+]2 – 10-7 [H+] – 10-14 = 0

10-7 + 2,24 x 10-14 3,24 x 10-7


[H+] = ------------------------ = -----------------------
2 2
+ -7
[H ] = 1,82 x 10 M
pH = - log (1,82 x 10-7)
= 6,79
Untuk konsentrasi HCl yang lebih kecil dari 10-7 M, Ca lebih kecil dari Kw/[H+]
dalam persamaan
[H+] = Ca + Kw/[H+] sehinga [H+]2 = Kw
+ 1/2
[H ] = (Kw) atau [H ] = 10-7 M
+

e. Reaksi asam - basa


(i). Reaksi asam kuat dan basa kuat
Reaksi ini biasanya dinyatakan dengan
H+(aq) + OH-  H2O(l)
(ii). Reaksi asam lemah dan basa kuat
Oleh karena asam lemah hanya sedikit yang mengion seperti halnya asam asetat,
maka reaksi yang terjadi dapat ditulis seperti berikut:
CH3COOH(aq) + OH-(aq)  CH3COO-(aq) + H2O(l)
Oleh karena CH3COO-(aq) adalah basa konyugasi dari asam lemah, maka dapat
bereaksi dengan air.
CH3COO-(aq) + H2O  CH3COOH(aq) + OH-(aq)
(iii). Reaksi asam kuat dan basa lemah
Asam kuat seperti HNO3 dapat bereaksi dengan asam lemah seperti amonia (NH 3),
maka NH4+ dapat bereaksi dengan air.
H+(aq) + NH3(aq)  NH4+(aq)
Oleh karena NH4+ adalah asam konyugasi dari basa lemah, NH3, maka NH4+ dapat
bereaksi dengan air.
NH4+(aq) + H2O(l)  NH3(aq) + H3O+(aq)
(iv). Reaksi asam lemah dan basa lemah
CH3COOH(aq) + NH3(aq)  CH3COO-(aq) + NH4+(aq)

Kedua ion CH3COO- dan NH4+ dapat bereaksi dengan air,

Kimia Dasar 62
CH3COO-(aq) + H2O(l)  CH3COOH(aq) + OH-(aq)
NH4+(aq) + H2O(l)  NH3(aq) + H3O+(aq)
Oksida asam, basa dan amfoter
Oksida asam,
SO3(g) + H2O  H2SO4(aq)
CO2(g) + 2 NaOH(aq)  Na2CO3(aq) + H2O(l)

Oksida basa,
BaO(s) + H2O(l)  Ba(OH)2(aq)
BaO(s) + HNO3(aq)  Ba(NO3)2(aq) + H2O(l)
Oksida amfoter,
Al2O3(s) + 6 HCl(aq)  2 AlCl3(aq) + 3 H2O(l)
Al2O3(s) + 2 NaOH(aq) + 3 H2O(l)  2 NaAl(OH)4(s)
Hidroksida amfoter,
Al(OH)3(s) + 3 H+(aq)  Al3+(aq) + 3 H2O(l)
Al(OH)3(s) + OH-(aq)  Al(OH)4(aq)

f. Sifat Asam, Basa dan Garam


Garam adalah elektrolit kuat yang terurai sempurna menjadi ion. Anion dan
kation dari garam dapat bereaksi dengan air yang disebut reaksi hidrolisis. Garam
yang mengalami hidrolisis akan mempengaruhi pH larutan. Garam yang berasal dari
asam kuat dan basa kuat menghasilkan larutan netral. Sedangkan garam garam yang
berasal dari asam kuat dan basa lemah menghasilkan larutan asam atau garam dari
basa kuat asam lemah menghasilkan larutan basa.
Untuk mempermudah reaksi hidrolisi dapat ditulis reaksi seperti berikut.

B+ + H2O  BOH + H+

[BOH] {H+]
Kh = ------------------
[B+]

jika pembanding dan penyebut dikalikan dengan [OH-], maka diperoleh,

[BOH] x [H+] x [OH-] Kw


Kh = ------------------------------- = --------------------
[B+] [OH-] Kb

Kh = tetapan hidrolisis, Kw = tetapan ionisasi air dan Kb = tetapan ionisasi basa


lemah (BOH). Sedangkan untuk garam yang mengalami hidrolisi sempurna seperti
garam yang berasal dari asam lemah dan basa lemah akan dihasilkan persamaan :

[HA] [BOH] Kw
Kh = ----------- x --------------- x [H+] [OH-] = -------------------
[H+]{A-] [B+][OH-] Ka x Kb

Sifat larutan garam ini sangat tergantung pada kekuatan relatif asam lemah dan basa
lemah. Jika,

Kimia Dasar 63
a. Ka = Kb , larutan bersifat netral
e. Ka > Kb, larutan bersifat asam
f. Ka < Kb, larutan bersifat basa
g. Pengaruh ion senama
Jika diperhatikan garam CH3COONa yang terbentuk dari basa kuat dan asam
lemah, jika dalam larutan terdapat campuran asam asetat, CH 3COOH dan natrium
asetat, CH3COONa, maka kedua-duanya menghasilkan ion asetat, CH3COO-.

CH3COOH(aq)  CH3COO-(aq) + H+(aq)


-
CH3COONa(s)  CH3COO (aq) + Na+(aq)
Oleh karena itu dalam larutan terdapat ion sejenis yaitu ion asetat yang
berasal dari asam asetat dan natrium asetat yang mempengaruhi pergeseran
kesetimbangan. Pengaruh pergeseran kesetimbngan ini disebut pengaruh ion senama
atau ion sejenis.
Perhatikan pula suatu larutan yang merupakan campuran dari asam lemah, HA dan
garamnya, BA.
BA  B+ + A-
+
HA  H + A-
Tetapan ionisasinya, Ka.
[H+] [A-] [A-]
+
Ka = --------------- atau [H ] = Ka x --------
[HA] [HA]
oleh karena [HA] hanya sedikit yang mengion, sedangkan BA terurai sempurna,
maka [HA] dianggap sebagai konsentrasi asam dan [A-] sebagai konsentrasi garam.
[HA] [A-]
- log [H+] = - log Ka – log ------- atau - log [H+] = - log Ka + log ------
-
[A ] [HA]
sehingga,
[Garam]
pH = pKa + log ------------ (persamaan Henderson-Hasselbalch)
[Asam]
Contoh.
Hitunglah pH suatu larutan yang mengandung CH3COONa 0,15 M dan
CH3COOH 0,10 M, jika Ka= 1,8 x 10-5
Jawab.
[CH3COO-] 0,15
-5
pH = pKa + log ------------------ pH = -log 1,8 x 10 + log -----
[CH3COOH] 0,10

0,15
pH = 4,74 + log ------- pH= 4,92
0,10
h. pH larutan garam
1. Garam yang terbentuk dari asam kuat dan basa kuat mempunyai pH = 7
2. Garam yang terbentuk dari asam lemah dan basa kuat akan terjadi hidrolisis
parsial [A-]
A- + H2O  HA + OH-
[HA] [OH-] [OH-]2 [OH-]2 Kw

Kimia Dasar 64
Kh = ------------------= ---------------- = ------------ = ---------
[A-] [A-] Cg Cg

[OH-] = {( Kw . Cg)/Ka}1/2 = Kw/[H+] = {(Kw . Cg)/Ka}1/2

sehingga
pH = ½ pKw + ½ pKa + ½ log Cg

untuk garam yang berasal dari basa lemah dan asam kuat diperoleh rumus,

pH = ½ pKw - ½ pKb - ½ log Cg

untuk garam yang berasal dari asam lemah dan basa lemah diperoleh rumus,

pH = ½ pKw + ½ pKa - ½ pKb


untuk campuran asam lemah dengan garamnya atau basa lemah dengan
garamnya sesuai dengan persamaan Handerson – Hasselbalch.
a. asam lemah dengan garamnya (asamlemah dengan basa konyugasinya).
[Garam]
pH = pKa + log ------------
[Asam]
b. basa lemah dengan garamnya (basa lemah dengan asam konyugasinya)
[Garam]
pOH = pKb + log ------------
[Basa]
i. Larutan Buffer
Larutan buffer pada umumnya terdiri dari campuiran asam lemah dan
garamnya atau basa lemah dan garamnya yang mempunyai cara kerja
berkaitan dengan pengaruh ion senama. Oleh karena itu larutan buufer
didefinisikan sebagai campuran asam lemah dan basa konyugasinya atau
campuran basa lemah dan asam konyugasinya. PH larutan buffer dapat
dihitung sesuai dengan persaam Handerson – Hasselbalch diatas.

j. Hasil Kali kelarutan


Kelarutan suatu zat adalah jumlah zat yang melarut dalam satu liter
larutan jenuh pada suhu tertentu. Kelarutan suatu zat dapat juga dinyatakan
sebagai massa dalam gram yang dapat melarut membentuk larutan jenuh pada
suhu tertentu. Hasil kali kelarutan suatu garam adalah hasil kali konsentrasi
semua ion dalam larutan jenuh pada suhu tertentu dan masing-masing ion
diberi pangkat dengan koefisien dalam rumus tersebut.
AgCl Ksp = [Ag+] [Cl-] = 1,78 x 10-10
AgCrO4 Ksp = [Ag+]2 [CrO42-] = 1,30 x 10-12
Ag3PO4 Ksp = [Ag+]3 [PO43-] = 1,30x 10-20 dst.
Contoh.
Diketahui kelarutan garam CaSO4 adalah 2,09 g/L pada suhu 300C. Hitung
Ksp larutan tersebut (Mr CaSO4 = 136.
Jawab.
2,09 g CaSO4 = 2,09/136 = 1,54 x 10-2 mol/L

Kimia Dasar 65
kelarutan molarnya, S = 1,54 x 10-2

CaSO4(s)  Ca2+ + SO42-


Ksp = [Ca2+] [SO42-]  [Ca2+] = [SO42-] = S2
-2 2 -4
Ksp = (1,54 x 10 ) = 2,4 x 10

G. KIMIA KOLOID
1. Ukuran Partikel
Thomas Graham menemukan bahwa larutan seperti natrium klorida mudah
berdifusi, sedangkan kanji, putih telur gelatin sangat lamban atau sama sekali tidak
berdifusi. Oleh karena itu zat yang mudah berdifusi biasanya berbentuk kristal dalam
keadaan padat (kristaloid). Sedangkan zat-zat yang sukar berdifusi disebut koloid.
Partikel koloid tidak dapat diamati dengan mikroskop biasa namun partikel beberapa
koloid dapat dideteksi dengan mikroskop elektron (diameter 10-6 mm). Suspensi
kasar, koloid dan larutan sejati dapat dibedakan dari diameter partikelnya yaitu :
Suspensi kasar diameter 10-7 m (pasir dalam air)
-7 -9
Koloid diameter 10 s/d 10 m (tepung dalam air)
Larutan sejati diameter lebih kecil dari 10-9 m (gula dalam air)
Partikel koloid dapat merupakan molekul tunggal yang sangat besar atau
dapat merupakan agregat molekul kecil, atom atau ion. Larutan sabun yang encer
adalah larutan sejati, sedangkan larutan sabun yang pekat adalah koloid. Kumpulan
molekul, atom atau ion dalam sistem koloid disebut misel.

Sistem Dispersi
Sistem koloid adalah suatu sistem dispersi yang merupakan campuranm dari
zat yang tidak dapat bercampur dan terdiri dari dua fasa yaitu fasa terdispersi dan
medium pendispersi. Larutan sejati tadak termasuk dalam sistem dispersi dan berasal
dar satu fasa. Sistem dispersi dengan medium pendispersi suatu cairan disebut sol.

Tabel Sistem Dispersi Koloid

Fasa Terdispersi Medium Nama Sistem Contoh


Pendispersi
Gas Cair Buih Buih, busa sabun
Gas Padat Busa padat Batu apung, karet busa
Cair Gas Aerosol cair Kabut
Cair Cair Emulsi Susu
Cair Padat Emulsi padat Mentega
Padat Gas Aerosol padat Asap
Padat Cair Sol Cat, belerang dalam air
Padat Padat Sol padat Kaca berwarna, paduan logam

2. Penggolongan koloid

Beberapa sistem koloid dikenal sebagai koloid reversibesedangkan yang


lainnya tek reversibel. Susu bubuk yang diperoleh dari penguapan susu setelah
menghilangkan krim dapat diubah kembali menjadi susu setelah ditambah dengan

Kimia Dasar 66
air. Sistem semacam ini desebut koloid reversibel. Karet yang didispersikan kedalam
benzena adalah sol reversibel.
Berdasakan sifat ini sistem koloid cairan dapat digolongkan dalam dua kelompok
besar yaitu sol liofil dan sol liofob.
a. Sol liofil
Sol yang stabil dan tidak mengalami koagulasi oleh larutan garam seperti larutan
sabun, kanji dan gelatin. Jika medium pendispersinya adalah air maka sol ini
disebut sol hidrofil dan jika mengalami koagulasi dapat diubah kembali menjadi
sol.
b. sol liofob
Jika medium pendispersinya adalah air, maka sol ini disebut sol hidrofob seperti
sol emas, besi(III) hidroksida, arsen(II) hidroksida dsb.
3. Pembuatan koloid.
Koloid dapat dibuat dengan dua cara yaitu cara dispersi dan cara kondensasi.
Cara dispersi
a. dispersi mekanik yaitu partikel besir digerus menjadi partikel koloid dengan
penggilingan.seperti belerang dan urea diaduk dengan air membentuk hidrosol.
b. Dispersi elektrolitik yaitu sol platina, emas atau perak dibuat dengan cara
mencelupkan dua kawat kedalam air dan diberikan potensial tinggi. Suhu yang
tinggi menyebabkan uap logam terkondensasi membentuk partikel koloid.
c. Peptisasi yaitu partikel kasar diubah menjadi partikel koloid dengan penambahan
air atau zat lain yang disebut zat untuk peptisasi dan peristiwa ini merupakan
kebalikan dari koagulasi. Beberapa contoh peristiwa pembuatan koloid seperti ini
antara lain (I) koloid AgCl dapat terbentuk dengan penabahan air suling (ii).
Koloid aluminium hidroksida dibuat dengan cara menambahkanasam klorida
encerdalam endapan Al(OH)3 yang baru dibuat (iii). Koloid besi(II) hidroksida
dibuat dengan menambahkan larutan besi(III) hidroksida encer pada endapan
besi(III) hidroksida.

Cara kondensasi
Denagn reaksi kimia
1) Cara reduksi, misalnya sol emas atau perak dibuat dengan cara merduksi
larutannya dengan formaldehida atau hidrazin. Sol emas dapat dibuat dengan
mereduksi emas klorida dengan timah(I) klorida
2 AuCl3 + 3 SnCl2  2 Au + 3 SnCl4
2) Cara oksidasi , koloid belerang dibuat dengan cara oksidasi hidrogen sulfida oleh
SO2.
2 H2S + SO2  2 H2O + 3S
3) Cara hidrolisis, sol besi(III) hidroksida dibuat dengan cara menambahkan larutan
besi(III) klorida pada air panas.
FeCl3(aq) + H2O(l)  Fe(OH)3(sol) + 3 HCl(aq)

3. Pemurnian koloid
a. Cara dialisis, yang didasarkan pada fakta bahwa partikel koloid tidak dapat
menembus membran seperti selofan. Agar supaya melekul kecil atau ion lebih
cepat menembus membran maka pada membran diberi beda potensial
(elektrodialisis).

Kimia Dasar 67
b. Ultrafiltrasi yaitu pori kertas saring diperkecil dengan mencelupkannya kedalam
kollodion yang lebih mudah dilakukan dengan menggunakan pompa air atau
pompa vacum.
c. Beberapa sifat koloid yaitu (i). sifat koligatif yang mempelajari tentang tekanan
osmotik koloid (ii). sifat optik yang mempelajari tentang penghamburan cahaya
oleh partikel koloid (peristiwa Tyndall (iii). Sifat kinetik seperti gerak Brown,
partikel koloid berdifusi lambat dan sedimentasi (iv) sifat listrik dimana partikel
koloid mempunyai muatan permukaan yang disebabkan oleh pengionan atau
penyerapan muatan. Untuk mengimbangi muatan ini terjadi penarikan muatan
berlawanandari larutan sehingga suatu partikel koloid mempunyai lapisan
rangkap listrik. Elektroforesis yaitu gerak partikel koloid bermuatan oleh
pengaruh medan listrik, Elektroosmotik yaitu grak partikel koloid bermuatan
melalui membran semipermiabel oleh pengaruh medan listrik, Potensial aliran
yaitu partikel koloid dipaksa bergerak melalui pori membran, Potensial
sedimentasi, yaitu terjadi perbedaan potensial antara bagian atas dan bagian
bawah diaman suatu koloid bermuatan mengendap.(v) Peristiwa pengendapan
atau penggumpalan koloid yang dapat terjadi dengan mencampurkan dua sol
yang berbeda muatan, elektroforesis, pemanasan dan penambahan elektrolit.
d. Koloid pelindung.
Sol liofil biasanya lebih stabil terhadap elektrolit, oleh karena itu suatu sol hdrofil
biasanya digunakan untuk mencegah atau memperlambat pengendapan suatu sol
hidrofob jika ditambahkan elektrolit. Jadi sol liofob dapat distabilkan dengan
menambahkan sol liofil misalnya sol emas jika ditambahkan gelatin sehingga
tidak mengalami koagulasi jika ditambahkan larutan natrium klorida.
e. Adsorpsi
Oleh karena partikel koloid sangat kecil maka permukaannya luas sehingga daya
adsorpsinya besar. Adsorpsi adalah proses melkatnya suatu zat pada permukaan
padatan atau cairan seperti koloid mudah mengadsorpsi zat warna. Adsorben
yang umum adalah karbon aktif, serbuk halus logam seperti platina atau nikel.

4. Macam-macam koloid
a. Emulsi
Emulsi adalah suatu campuran koloid hasil dispersi dua cairan yang tidak dapat
bercampur dengan menggunakan suatu zat pengemulsi atau emulgator seperti
sabun atau gelatin. Ada dua macam emulsi yaitu emulsi minyak dalam air (W/O)
seperti pelumas dan emulsi air dalam minyak (O/W) seperti susu dan minyak
ikan. Perubahan sistem emulsi dari O/W menjadi W/O atau sebaliknya disebut
inversi. Emulsi O/W dapat distabilkan dengan penambahan natrium oleat dan
dapat dirubah menjadi emulsi W/O jika ditambahkan kalsium oleat. Untuk
mengidentifikasi jenis emulsi dapat dilakukan dengan beberapa cara antara lain:
Dengan zat warna misalnya sudan merah (III) melarut dalam minya tetapi tidak
melarut dalam air dan apabila zat ini ditambahkan kedalam emulsi W/O akan
tampak dengan mikroskop tetes merah pada latar belakang jernih. Pengenceran
fasa dimana emulsi W/O akan segera bercampur dengan air dan hantaran
listrikdimana emulsi O/W dapat mengahntarkan listrik sedangkan W/O tidak.
b. Gel
Gel adalah sejenis koloid dengan partikel padat yang biasanya merupakan
molekul besar, bergabung secara tak teratur dan membentuk struktur yang saling

Kimia Dasar 68
tak terjalin menghasilkan campuran yang kaku misalnya pektin dari buah-buahan
menghasilkan jy dari buah-buahan. Beberapa gel dat diubah menjadi sol dengan
mengubah suhu, pH atau kondisi yang lain. Gel gelatin dapat dibuat dengan cara
mencampurkan gelatin dengan air panas. Gelatin yang merupakan protein dengan
molekul yang sangat besar didispersikan dalam air akan menghasilkan sol dan
jika sol ini menjadi dingin maka molekul gelatin akan saling tarik menarik
membentuk jaringan kontinyu sehingga menjadi gel dan air terperangkap dalam
protein. Dengan prinsip ini dapat dibuat bermacam jelly buah-buahan, namun jika
menggunakan nenas segar tidak dapat dibuat gel karena adanya enzim dalam
nenas yang dapat memcah molekul protein.

5. Penggunaan Koloid.
a) Pengendap Cotrell yang dapat digunakan untuk mengurangi polusi udara dari
pabrik. Alat ini dapat dapat mengendapkan partikel koloid yang terdapat dalam
gas yang akan keluar dari cerobong asap.
b) Cat mobil dimana tetes cat dalam penyemprotan aerosol bermuatan, jika badan
mobil diberi muatan yang berlawanan maka dapat menghasilkan pengecatan
yang baik.
c) Prinsip dialisis yang dingunakan untuk membantu pasien gagal ginjal.
d) Pewarnaan pada tekstil dengan mencelupkan tekstil dalam koloid.
e) Pembentukan delta pada muara sungai.
f) Cat emulsi dan emulsi fotografi.
g) Pada penjernihan air digunakan aluminium sulfat untuk mengkoagulasi zat
pengotor dalam air.
h) Sabun sebagai zat pengemulsi dapat menghilangkan zat pengotor yang tidak
bercampur dengan air.
i) Berbagai makanan dan obat-obatan berupa koloid.
j) Beberapa jenis kosmetik berupa koloid seperti hand body dan sebagainya.

Kimia Dasar 69

Anda mungkin juga menyukai