1. Ada 3 bentuk kepemilikan bisnis, yaitu: kepemilikan tunggal, kemitraan dan korporasi.
Jelaskan masing-masing bentuk kepemilikan tersebut. Selanjutnya bagaimana proses
sebuah perusahaan untuk menjadi bentuk korporasi yang sahamnya dapat didanai dari
masyarakat.
Perusahaan kemitraan (Partnership) adalah bisnis yang dimiliki oleh dua orang atau
lebih secara bersama-sama. Perusahaan kemitraan umum (General
Partnership) adalah perusahaan kemitraan dimana semua pemilik perusahaan (mitra
pengusaha) mempunyai tanggung jawab tak terbatas atas kewajiban
perusahaan. Perusahaan kemitraan terbatas (Limited Partner) adalah perusahaan
dengan beberapa mitra pengusaha yang bertanggung jawab terbatas pada modal
atau properti, namun mereka membagi rugi dan laba bisnisnya. Penghasilan pada
setiap mitra pengusaha akan menjadi penghasilan perseorangan serta dikenai pajak
penghasilan pribadi.
Para investor mendapat imbalan atas penanaman modal dengan menerima laba
perusahaan (Dividen) 3 bulan terakhir atau menjual sahamnya dengan harga lebih
tinggi bila harga saham di pasaran naik. Korporasi kepemilikan terbatas (Privately
Held) berarti kepemilikan hanya untuk sejumlah kelompok investor tertentu,
contohnya L.L. Bean, Enterprise Rent A Car, dan Rand Mc Nally and Company.
Go Public atau sering disebut juga Penawaran Umum adalah kegiatan penawaran
saham yang dilakukan oleh perusahaan kepada masyarakat (publik). Dengan
menawarkan saham kepada publik, maka perusahaan tersebut akan tercatat di bursa
menjadi perusahaan publik / terbuka.
Ada beberapa proses yang harus dilalui perusahaan untuk go public, antara lain:
1. Tahap Persiapan
Tahapan ini merupakan tahapan awal dalam rangka mempersiapkan segala
sesuatu yang berkaitan dengan proses go public. Pada tahap yang paling awal,
perusahaan perlu melakukan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) untuk
meminta persetujuan para pemegang saham dalam rangka go public. Setelah
mendapat persetujuan, selanjutnya perusahaan menunjuk penjamin pelaksana
emisi serta lembaga lain untuk membantu proses go public.
2. Ada beberapa pendapat dari masyarakat bahwa UMKM yang telah didirikan dan dapat
bertahan selama 5 tahun, maka usaha UMKM tersebut akan dapat bertahan untuk
jangka waktu yang lebih lama. Banyak usaha yang didirikan, namun biasanya akan
selesai sebelum 5 tahun ini. Menurut pendapat anda, mengapa timbul pendapat
tersebut?, bagaimana cara agar usaha UMKM dapat bertahan lama?
Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) memiliki peran penting dalam menunjang
perekonomian. Tak heran jika banyak masyarakat yang berpartisipasi dalam sektor ini
dengan berbagai bidang tentunya. Sebut saja transportasi,
telekomunikasi, startup teknologi, kuliner, dan lain sebagainya.
Memulai dan merintis bisnis UMKM tidaklah mudah. Pada awalnya, para pelaku UMKM
memiliki optimisme dan semangat yang begitu besar untuk menjalankan dan
mengembangkan bisnisnya. Dalam hitungan bulan, mereka akan mendapati kenyataan
bahwa berbisnis tidaklah mudah, meski berskala UMKM. Ada sebagian yang berhasil
Sebenarnya, apa yang menjadi penyebab gagalnya UMKM? Memulai dan merintis bisnis
meski pada level UMKM membutuhkan kerja keras dan perjuangan ekstra untuk bisa
tetap survive. Entah disadari atau tidak, banyak pelaku UMKM yang abai dengan faktor-
faktor internal dan eksternal yang dapat menghalangi bisnisnya bahkan berisiko
menjadi penyebab gagalnya UMKM yang dirintisnya. Apa saja faktor-faktor tersebut?
Keterbatasan modal
Sudah menjadi rahasia umum jika modal sering kali menempati posisi teratas dalam
permasalahan yang dihadapi setiap pelaku usaha, termasuk UMKM. Ketika akan
memulai UMKM, kebanyakan calon pengusaha hanya memperhitungkan modal
usaha sebatas untuk pengadaan barang, peralatan, dan tempat usaha saja. Mereka
lupa atau bahkan tidak tahu jika menjalankan bisnis juga membutuhkan biaya
operasional yang harus dipersiapkan di awal.
Biaya operasional menyangkut biaya-biaya yang harus dikeluarkan selama
berjalannya bisnis, seperti biaya gaji karyawan, listrik dan air, pulsa telepon, dan lain-
lain. Bisnis umumnya tak langsung menghasilkan uang ketika mulai dirintis. Bahkan
bisa jadi di tahun pertama perintisannya, bisnis belum menghasilkan uang yang
cukup untuk menutup seluruh biaya operasional. Artinya, masih jauh dari titik impas.
Sebab itulah, agar bisnis mampu bertahan dibutuhkan modal untuk mendanai biaya-
biaya yang dikeluarkan selama operasional bisnis berjalan.
Sayangnya, modal untuk biaya operasional UMKM tidak diperhitungkan apalagi
disediakan sejak awal. Keterbatasan modal inilah yang menyebabkan UMKM tak bisa
bertahan lama, karena tak memiliki uang tunai yang cukup untuk mendanai
operasional bisnis. Sementara arus kas masuk dari bisnis belum mencukupi untuk
menutup seluruh biaya operasional yang ada.
Minim organisasi
Perbedaan perusahaan skala besar dengan UMKM terletak pada kemampuan
mengorganisir setiap bidang tugas yang ada. Perusahaan besar umumnya memiliki
sistem yang memungkinkan pelaksanaan tugas atau pekerjaan dilakukan oleh
karyawan secara otonom. Artinya, setiap transaksi apapun yang berkaitan dengan
bisnis perusahaan terdokumentasi secara lengkap dalam aplikasi atau perangkat
lunak tertentu. Setiap karyawan yang berkepentingan dapat mengakses data
transaksi sehingga tidak ada pengkhususan terhadap keahlian atau keterampilan
tertentu yang justru dapat mempersulit bahkan menghambat kelancaran bisnis
perusahaan.
otonom. Setiap aktivitas kerja pada UMKM cenderung tersentralisasi pada sang
pemilik usaha, mulai dari pencatatan transaksi keuangan, jual beli, inventarisasi
barang, hingga data suplier. Hal ini mengakibatkan akses karyawan terhadap bisnis
UMKM terbatas. Karyawan tidak memiliki kebebasan dalam bernegosiasi dengan
pelanggan, karena segala sesuatunya di bawah kendali pemilik UMKM.
Sentralisasi tugas atau pekerjaan pada UMKM ini entah disadari atau tidak justru
akan menimbulkan masalah tersendiri. Bisnis akan sulit bertumbuh, karena hanya
didominasi oleh perorangan, yakni sang pemilik. Jika suatu saat sang pemilik
berhalangan kerja, seperti sakit, pergi ke luar kota, atau bahkan meninggal, maka
operasional bisnis akan terganggu. Sebab, karyawan tidak terbiasa mendapat
delegasi tugas atau izin untuk mengakses transaksi bisnis dan keuangan. Tidak ada
organisasi dan proses regenerasi agar bisnis tetap bisa berjalan. Akibatnya, jalannya
bisnis hanya bergantung pada sang pemilik yang menguasai segalanya. Ketika sang
pemilik tak lagi mampu meng-handle semua urusan, maka berakhir pulalah bisnis
tersebut.
Ketidaksiapan menjual
Bisnis bisa tumbuh dan berkembang dengan kedisiplinan dan tentunya kesiapan
untuk menjual produk atau jasa yang ditawarkan. Sayangnya, tak sedikit UMKM yang
ternyata tidak siap untuk menjual produk atau jasa yang menjadi inti dari bisnisnya.
Contohnya ketika produk atau jasa diluncurkan ke publik, UMKM harus siap dengan
reaksi pasar. Jika ternyata pasar merespon dan menyukai produk atau jasa yang
ditawarkan tentu akan ada banyak pembelian. Di saat banyak orderan masuk,
UMKM justru sulit untuk memenuhinya dikarenakan keterbatasan sumber daya, baik
stok produk maupun jumlah pekerja. Akibatnya, banyak pelanggan kecewa karena
tak terlayani dengan baik. Inilah yang dimaksudkan dengan ketidaksiapan menjual.
Pelanggan yang kecewa tak lagi percaya. Jelas mereka tak akan melakukan
pembelian ulang apalagi merekomendasikannya kepada orang lain. Mereka justru
dari UMKM tersebut. Jika UMKM tak mampu mengatasi, maka kelangsungan
bisnisnya tidak akan bertahan lama.
Kegagalan UMKM cenderung disebabkan oleh faktor-faktor yang bersifat internal.
Diakui atau tidak memang pengelolaan UMKM belum memenuhi standar profesional
bisnis. Artinya, dalam pengelolaan UMKM masih melibatkan kepentingan pribadi di
dalamnya. Hal ini umumnya ditunjukkan oleh pengelolaan keuangan, di mana
pendapatan bisnis yang diperoleh juga digunakan untuk memenuhi kebutuhan
pribadi, bahkan porsinya lebih besar dari kebutuhan bisnis itu sendiri. Akibatnya,
bisnis mengalami kekurangan uang tunai untuk membiayai operasionalnya. Inilah
penyebab gagalnya UMKM.
Memang tidak ada yang bisa menjamin sebuah bisnis bisa kuat 100% mengahadapi
krisis ekonomi, namun dengan melakukan kiat-kiat di atas, kami berharap bisnis Anda
mampu bertahan dan bahkan berkembang di saat-saat krisis sekalipun.
3. Melanjutkan soal no.2 apakah bisnis plan itu penting bagi usaha kecil? Jelaskan isi dari
bisnis plan tersebut dalam sebuah contoh usaha.
Kenapa Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) butuh Business Plan, karena
sekecil apapun usaha Anda, Business Plan alias rancang bangun usaha akan menjadi
penentu keberhasilannya. Business Plan akan memberikan gambaran lengkap mulai
dari konsep usaha hingga berbagai strategi yang Anda harus mainkan dalam
mengelola usaha Anda nanti.
Membangun bisnis yang sukses perlu adanya sebuah perencanaan yang matang.
Perencanaan tersebut yang akan menjadi dasar dalam penyusunan strategi bisnis.
Seorang pengusaha seharusnya membuat business plan?
1. Trend masyarakat yang berubah-ubah
2. Menghindari kesalahan fatal
3. Meningkatkan modal usaha
4. Mengontrol usaha dan dapat menuntukan prioritas
Rencana yang dituliskan di sini adalah rencana jangka pendek yaitu 1 hingga 5 tahun.
Pada business plan yang akan kita susun saat ini adalah rencana 1 hingga 3 tahun ke
depan. Untuk membuat rencana bisnis tersebut diperlukan adanya penjelasn
mengenai :
1. Identitas bisnis
2. Rencana dan strategi untuk mencapai tujuan
3. Kesimpulan yang berupa penjabaran mengenai plan, do, chack and act
Tujuan seseorang dalam menjalankan bisnis adalah mendapatkan penghasilan baik untuk
kehidupan sehari-hari maupun untuk tambahan keuangan. Maka sangat penting untuk
memahami memahami identitas bisnis atau usaha yang sedang kita jalankan seperti visi,
misi dan tujuan usaha kita.
Dari Business Plan ini pula kita akan menjadi tahu siapakah segmen alias pembeli produk
kita, bagaimana proses bisnisnya dan siapa sajakah yang akan terlibat dalam aktivitas
kebutuhan sehari-hari. Setelah mengetahui beberapa hal di atas barulah kita
menentukan rencana dan strategi bisnis untuk mencapai target penghasilan yang kita
telah patok.
Peta strategi yang telah kita buat akan menjadi pola yang akan kita laksanakan dan kita
awasi sehingga kita memiliki langkah yang konsisten menuju target yang kita telah
tentukan.
A. Ringkasan Eksekutif
Tujuan dari Business plan ini adalah untuk mengembangkan dana sebesar 800.000 rupiah ke
dalam sebuah bisnis minuman herbal rumahan. HerbSunshine (“nama bisnis ini”) minuman
herbal yang menjual berbagai jenis minuman herbal rumahan dengan bahan dari rempah-
rempah. Usaha ini didirikan oleh Ismi Tania dan Linda Purnamawati.
2. Pembiayaan
Para pendiri usaha ini mencari pembiayaan untuk bisins ini dari :
Milik sendiri dari hasil menyisihkan pendapatan bulanan dari pemilik.
3. Misi
Herb Sunshine berusaha untuk menyajikan berbagai varian minuman herbal
kepada masyarakat dengan harga yang terjangkau, sekalian dalam rangka
4. Tim Manajemen
Tim Manajemen utama dibentuk oleh para pendiri, yang merupakan Pekerja
atau karyawan.
5. Prakiraan Penjualan
Dengan beberapa pertimbangan, kami memperkirakan perharinya kami
memperoleh nilai penjualan sebesar 1.500.000 rupiah perbulan.
6. Keuntungan Bersih
Keuntungan bersih perbulan adalah : 500.000
7. Rencana Pengembangan
Tidak hanya minuman herbal rumahan, kedepannya kami juga berencana ingin
membuka stand pada event atau bazaar.
C. Deskripsi Usaha
Herb Sunshine adalah usaha yang berjalan pada bidang penjualan produk, lebih tepatnya
produk minuman herbal rumahan dalam rangka menangkap kesempatan sekaligus
menyalurkan interest kami tentang kesehatan melalui herbal. Dengan Usaha ini kami juga
mencoba untuk menyuguhkan dan mengenalkan tidak hanya minuman herbal itu sendiri
tapi juga nilai dan manfaat yang terkandung pada rempah-rempah.
Misi :
1. Menciptakan sebuah minuman herbal dengan berbagai variasi dan menyehatkan.
2. Mengusahakan segmentasi yang lebih luas dengan kemasan yang lebih modern.
3. Melesetarikan Minuman Herbal sebagai bagian dari budaya masyarakat lokal.
E. Struktur Organisasi
Usaha ini akan dijalankan team management Herb Sunshine, sebagai berikut :
Ketua (+Manajer Keuangan) : Ismi Tania
Manajer Produksi : Linda Purnamawati
Job Description :
Ketua
Penanggung Jawab umum perusahaan
Membuat keputusan
Memelihara kelancaran & kualitas manajemen organisasi
Manajer Keuangan
Mencatat transaksi keuangan
Manajer Produksi
Mengembangkan produk
Menjaga kualitas produk
Manajer Pemasaran
Mengimplementasikan strategi pemasaran
Mengatur kegiatan sales
Melakukan promosi
Menjaga hubungan dengan konsumen
Manajer Operasional
Mengatur perlengkapan dan jalannya usaha
2. Gambaran Pasar
Pasar utama kami adalah semua orang yang perduli dengan minuman herbal atau kesehatan
untuk stamina.
G. Analisis SWOT
Strength
Persaingan yang masih sedikit dalam pasar
Segmentasi pasar yang luas
Konsep produk yang unik
Manfaat khas dari rempah-rempah
Weakness
Kekurang-kenalan anak muda terhadap minuman herbal
Keterbatasan supplier bahan baku
Kurangnya pengalaman
Opportunity
Melestarikan minuman herbal dalam masyarakat
Menjadi primadona dalam bisnis minuman herbal
Threat
Potensi munculnya bisnis baru yang sama
Potensi berkembangnya bisnis yang sama yang sudah ada
Secara garis besar kami menciptakan dan menjual produk rumahan dengan kemasan
modern. Tetap kami juga menyediakan satu atau beberapa varian produk yang berkualitas
tinggi (dan dengan harga lebih tinggi tentunya). Tingkatan kualitas tersebut (dari bawah ke
atas) kami bagi dalam beberapa level, yaitu 1 – 3, dengan harapan menjadi nilai positif bagi
efek psikologis ke konsumen.
I. Strategi Pemasaran
Dalam mengusahakan agar produk sampai ke tangan konsumen kami menyusun strategi
pemasaran sebagai berikut:
J. Analisis Pesaing
Suwe Ora Jamu, Jamu Bu ‘Har” dan Minuman Herbal rumahan lainnya
L. Kapasitas Produksi
Kapasitas maksimal produksi kami perhari adalah sekitar 50 botol/minggu setara dengan
12.500 ml
Bir Pletok
Week 1 x 8btl x 15000 = 120.000,-
Week 2 x 8btl x 15000 = 120.000,-
Week 3 x 8btl x 15000 = 120.000,-
Week 4 x 8btl x 15000 = 120.000,-
Total : 480.000,-
Biaya-Biaya:
Biaya transportasi Rp50.000
Biaya pulsa Rp100.000
Biaya lain-lain Rp50.000
Total Biaya Rp200.000
Laba bersih Rp542.000