Anda di halaman 1dari 25

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Konsep Dasar keperawatan

1. Arthritis Rheumatoid

a. Pengertian

Arthritis Rheumatoid merupakan penyebab paling sering dari

penyakit radang sendi kronis yaitu gangguan autoimun kronik yang

menyebabkan proses inflamasi pada sendi serta adanya kelainan

inflamasi terutama mengenai membran sinovial dari persendian dan

umumnya ditandai dengan nyeri persendian, kaku sendi, penurunan

mobilitas dan keletihan yang terjadi pada semua jenjang umur dari

kanak-kanak sampai lanjut usia. Namun risiko akan meningkat

dengan meningkatnya umur. (Sya'diyah,2018)dan (Asikin, 2019)

b. Etiologi

Penyebab artritis reumatoid masih belum diketahui, tetapi

terdapat hipotesis yang dapat dijadikan sebagai petunjuk terjadinya

artritis reumatoid, yaitu : (Sya'diyah, 2018) dan (Asikin, 2017)

1)Genetik Terbukti bahwa seorang individu yang menderita artritis

reumatoid, memiliki riwayat keluarga artritis reumatoid, 2-3 kali

lebih banyak dari populasi normal.


2)Kompleks imun (autoimun) Antibodi yang tidak biasa dg tipe IgM

dan atau IgG terbentuk di sinosium dan jaringan konektif lainnya

sehingga berakibat inflamasi lokal dan sistemik

3)Pengaruh hormonal Lebih banyak terjadi pada wanita dari pada

laki-laki

4)Perkembangan virus Setelah terjangkit virus, misalnya virus

Epstein Barr yang menyebabkan terjadi autoimun.

c. Patofisiologi

Pada awalnya, proses inflamasi akan membuat sendi sinovial

menjadi edema, kongesti vaskular dengan pembentukan pembuluh

darah baru, eksudat fibrin, dan infiltrasi selular. Peradangan yang 6

berkelanjutan akan membuat sinovial menjadi tebal, terutama pada

kartilago. Persendian yang meradang akan membentuk jaringan

granulasi yang disebut dengan pannus. Pannus akan meluas hingga

masuk ke tulang subkondrial. Jaringan granulasi akan menguat

karena radang menimbulkan gangguan pada nutrisi kartilago.

Kondisi ini akan membuat kartilago menjadi nekrosis. Tingkat erosi

dari kartilago menentukan tingkat ketidakmampuan sendi. Jika

kerusakan kartilago sangat luas, maka akan terjadi adhesi di antara

permukaan sendi, dimana jaringan fibrosa atau tulang bersatu

(ankilosis). Keruskan kartilago dan tulang dapat menyebabkan

tendon dan ligamen menjadi lemah, serta dapat menimbulkan


subluksasi atau dislokasi dari persendiaan. Invasi dari tulang

subkondrial dapat menyebabkan osteoporosis setempat. Lama proses

artritis reumatoid berbeda setiap orang. Hal ini ditandai dengan

adanya serangan dan tidak ada serangan. Sejumlah orang akan

sembuh dari serangan pertama dan selanjutnya tidak terserang lagi,

sedangkan orang yang memiliki faktor reumatoid (seroposotif),

maka kondisi yang dialaminya akan menjadi kronis yang progresif.

(Asikin, 2013)

d. Tanda dan gejala.

Pada penderita saat mengalami serangan biasanya ditemukan

gejala klinis yaitu (Asikin,2013) dan (Sya'diyah, 2018)

1)Nyeri persendian disertai kaku terutama pada pagi hari. Kekakuan

berlangsung sekitar 30 menit dan dapat berlanjut sampai berjam-

jam dalam sehari.

2)Muncul pembengkakan,warna kemerahan, lemah dan rasa panas

yang berangsur-angsur.

3)sendi yang kronik dapat muncul erosi pada pinggir tulang dan

dapat dilihat dengan penyinaran X-ray.

4)Pembengkakan sendi yang meluas dan simetris. 7


5)Hambatan gerakan sendi Gangguan ini biasanya semakin

bertambah bera dengan pelan-pelan sejalan dengan bertambahnya

nyeri.

6)Sendi besar kemungkinan juga dapat terserang yang disertai

penurunan kemampuan fleksi atau ekstensi.

7)Perubahan gaya berjalan Hampir semua pasien osteoartritis

pergelangan kaki, tumit, lutut berkembang menjadi pincang.

Gangguan bejalan merupakan ancaman besa

e. Penatalaksanaan

Ada beberapa penatalaksaan medis ,antara lain (Hidayatus

sya’diyah, 2018) dan (Asikin, 2019)

1)Pendidikan pada pasien mengenai penyakitnya dan

penatalaksanaan yang akan dilakukan sehingga terjalin hubungan

baik dan terjamin ketaatan pasien untuk tetap berobat dalam jangka

waktu yang lama.

2)OAINS(Obat anti-inflamasi nonstreroid) diberikan sejak dini

untuk mengatasi nyeri semdi akibat inflamasi yang sering dijumpai.

OAIN S yang dapat diberikan :


(a)Aspirin

(b)Pasien dibawah 65 tahun dapat mulai dengan dosis 3-4 x 1

g/hari, kemudian dinaikkan 0,3-0,6 g per minggu sampai

terjadi perbaikan atau gejala toksik. Dosis terapi 20-30

mg/dl

(c)Ibu profen, naproksen, piroksikam, diklofenak, dan

sebagainya.

3)DMARD (Disease-modifying antirheumatic drug) digunakan

untuk melindungi rawan sendi dan tulang dari proses destruksi

akibat artritis reumatoid. Mula khasiatnya baru terlihat setelah 3-

12 bulan kemudian. Setelah 2-5 tahun, maka efektifitasnya dalam

menekan proses reumatoid akan berkurang. Keputusan

penggunaannya tergantung pada pertimbangan resiko manfaat

oleh dokter. Umumnya segera diberikan setelah diagnosis artritis

reumatoid ditegakkan, atau bila respon OAINS tidak baik, meski

dalam status tersangka.

(a)Klorokuin, paling banyak digunakan karena harganya

terjangkau, namun efektifitasnya lebih rendah dibanding

dengan yang lain. Dosis anjuran klorokuin fosfat 250 mg/hari

atau hidroksiklorokuin 400mg/hari. Efek samping bergantung

pada dosis harian, berupa penurunan ketajaman penglihatan,

dermatitis makulopapular, nausea, diare, dan anemia hemolitik.


(b)Sulfasalazin dalam bentuk tablet bersalut enterik digunakan

dalam dosis 1x500 mg/hari, ditingkatkan 500 mg perminggu,

sampai mencapai dosis 4x500 mg. Setelah remisi tercapai,

dosis dapat diturunkan hingga 1 g/hari untuk dipakai dalam

jangka panjang sampai tercapai remisi sempurna. Jika dalam

waktu 3 10 bulan tidak terlihat khasiatnya, obat ini dihentikan

dan diganti dengan yang lain, atau dikombinasi. Efek

sampingnya nausea, muntah dan dispepsia.

(c)D-penisilamin, kurang disukai karena bekerja sangat lambat.

Digunakan dalam dosis 250-300 mg/hari, kemudian dosis

ditingkatkan setiap 2-4 minggu sebesar 250-300 mg/hari untuk

mencapai dosis total 4 x 250-300 mg/hari. Efek samping antara

lain ruam kulit urtikaria atau mobiliformis, stomatitis, dan

pemfigus.

(d)Garam emas adalah gold standard bagi DMARD. Khasiatnya

tidak diragukan lagi meski sering timbul efek samping. Auro

sodium tiomalat (AST) diberikan intramuskular, dimulai

dengan dosis percobaan pertama sebesar 10 mg, seminggu

kemudian disusul dosis kedua sebesar 20 mg. Seminggu

kemudian diberikan dosis penuh 50 mg/perminggu selama 20

minggu. Dapat dilanjutkan dengan dosis tambahan sebesar 50

mg tiap 2 minggu sampai 3 bulan. Jika diperlukan, dapat

diberikan dosis 50 mg setiap 3 minggu sampai keadaan remisi


tercapai. Efek samping berupa pruritus, stomatitis, proteinuria,

trombositopenia, dan aplasia sumsum tulang. Jenis yang lain

adalah auranofin yang diberikan dalam dosis 2 x 3 mg. Efek

samping lebih jarang dijumpai, pada awal sering ditemukan

diare yang dapat diatasi dengan penurunan dosis

(e)Obat imunosupresif atau imunoregulator

(f)Metotreksat sangat mudah digunakan dan waktu mulai

kerjanya relatif pendek dibandingkan dengan yang lain.

(g)Kortikosteroid, hanya dipakai untuk pengobatan artritis

reumatoid dengan komplikasi berat dan mengancam jiwa,

seperti vaskulitis, karena obat ini memiliki efek samping yang

sangat berat

4)Rehabilitasi, bertujuan meningkatkan kualitas hidup pasien.

Caranya antara lain dengan mengistirahatkan sendi yang terlibat,

latihan, 11 pemanasan, dan sebagainya. Fisioterapi dimulai segera

setelah rasa pada sendi berkurang atau minimal. Bila tidak juga

berhasil, mungkin diperlukan untuk tindakan operatif. Sering pula

diperlukan alat-alat. Karena itu, pengertian tentang rehabilitasi

termasuk:
(a)Pemakaian alat bidai, tongkat/tongkat penyangga, walking

machine, kursi roda, sepatu dan alat.

(b)Alat ortotik protetik lainnya.

(c)Terapi mekanik.

(d)Pemanasan: baik hidroterapi maupun elektroterapi.

(e)Occupational therapy.

5)Pembedahan Jika berbagai cara pengobatan telah dilakukan dan

tidak berhasil serta terdapat alasan yang cukup kuat, dapat

dilakukan pengobatan pembedahan. Jenis pengobatan ini pada

pasien artritis reumatoid umumnya bersifat ortopedik, misalnya

sinovektomi, artrodesis, total hip replacement, memperbaiki

deviasi ulnar, dan sebagainya. Untuk menilai kemajuan

pengobatan dipakai parameter:

(a)Lamanya morning stiffness

(b) Banyaknya sendi yang nyeri bila digerakkan/berjalan

(c)Kekuatan menggenggam (dinilai dengan tensimeter).

(d)Waktu yang diperlukan untuk berjalan 10-15 meter

(e)Peningkatan LED

(f)Jumlah obat-obat yang digunakan


f. Manifestasi Klinis

Manifestasi klinis Arthritis Rheumatoid dibagi menjadi 2

kategori yaitu manifestasi artikular dan manifestasi ekstraartikular .

Manifestasi artikular dibagi menjasi 2 kategori , yaitu gejala

inflamasi akibat aktivitas sinovitis yang bersifat reversibel dan gejala

akibat kerusakan struktur persendian yang bersifat ireversibel.

Sinovitis merupakan kelainan yan umumnya bersifat reversibel dan

dapat diatasi dengan pengobatan medikamentosa atau pengobatan

non surgical lainnya (Shah and Clair, 2016).

Gejala klinis yang berhubungan dengan aktivitas sinovitis

adalah kaku pagi hari Beberapa aspek lain yang berhubungan dengan

sendi yaitu (Suarjana, 2019) :

Manifestasi ektraartikular pada Arthritis Rheumatoid meliputi

(Shah AND Clair, 2019):

1)Vertebrata Servikalis merupakan segmen yang sering terlibat pada

Artritis Reumatoid. Proses imflamasi ini melibatkan persendian

diatrodial yang tidak tampak oleh pemeriksaan Gejala ini umunya

bermanifestasi sebagai kekakuan pada selutuh segmen leher

disertai dengan berkurangnya lingkup gerak sendi secara

menyeluruh

2)Gelang bahu, pergelangan gelang bahu akan mengurangi lingkup

gerak sendi gelang bahu .


3)Kaki dan pergelangan kaki, keterlibatan persendian metatarsop

halangeal (MTP),telonavikularis dan pergelangan kaki merupakan

gambaran yang khas pada Arthritis Rheumatoid.

4)Tangan keterlibat persendian pergelangan tangan metacarphop

halangeal (MCP), dan proximal inerphalangeal (PIP) hampir

seluruh dijumpai pada Arthritis Rheumatoid. Konstitusional,

100% terjadi pada pasien Arthritis Rheumatoid dengan ditandai

adanya penururnan berat badan, demam >38,30C, kelelahan dan

pada banyak kasus sering terjadi kaheksia (malnutrisi) yang

secara umum merefleksi derajat imflamasi dan biasanya

mendahului terjadinya gejala awal kerusakan sendi .

(a)Nodul, merupakan level tertinggi pada penyakit ini dan terjadi

30-40% pada penderita .

(b)Sjogren’ssyndrome, terjadi hanya 10% pasien dengan ditandai

dengan adanya keratoconjutivitas sicca (dry eyes).

(c)Vaskulitis, hanya terjadi

g. Pemeriksaan Diagnostik

Pemeriksaan penjungan ini tidak banyak berperan dalam

diagnosis artritis rheumatoid, pemeriksaan laboratorium mungkin

dapat sedikit membantu untuk melihat prognosis pasien, seperti

(Rosyidi, 2016)
1)Pemeriksaan Laju Endap Darah (LED) akan meningkat.

2)Tes faktor reuma biasanya positif pada lebih dari 75% pasien

Artritis Reumatoid terutama bila masih aktif . Sisanya dapat

dijumpai pada pasien lepra, TB paru, sirosis hepatis, penyakit

kolagen dan sarkoidosis

3)Leukosit normal atau meningkat sedikit

4)Trombosit meningat

5)Kadar albumin serum trurun dan globulin

6)Jumlah sel darah merah dsn komplremen C4 menurun

7)Protein C-reaktif dan antibodi antiukleus (ANA) biasanya positif

8)Laju sedimentasi eritrosit meningkat menunjukan inflamasi

9)Tes aglutinasi lateks menunjukan kadar igC atau igM (faktor

mayor dari rheumatoid ) tinggi. Makin tinggi iter, maka makin

berat penyakitnya

10)Pemerikasaan sinar-X dilakukan untuk membantupenegakkan

diganosa dan memantau perjalanan penyakit. Foto rontgen men

unjukan erosi tulang yang khas terjadi kemudian dalam perjala

nan penyakit tersebut (Rosyidi, 2016)


h. Pencegahan

1)Hindari kegiatan tersebut apabila sendi sudah tarasa nyeri,

sebaiknya berat badan diturunkan, sehingga bila kegemukan

mengakibatkan beban pada sendi lutut atau tulang pinggul terlalu

berat.

2)Istirahat yang cukup pakailah kaus kaki atau sarung tangan

sewaktu tidur pada malam hari dan kurangi aktivitas berat secara

perlahan-lahan.

3)Hindari makanan dan segala sesuatu secara berlebihan atau

terutama segala sesuatu yang mencetus reumatik. Kurangi

makanan yang kaya akan purin misalnya : daging, jeroan ( kikil),

babat, usus, hati, ampela dan lain-lain(Sya'diyah, 2018):212

i. Komplikasi

komplikasi yang mungkin muncul adalah : Menurut (Sya'diyah,

2018)

1)Neuropati perifer memengaruhi saraf yang paling sering terjadi di

tangan dan kaki.

2)Anemia

3)Pada otot terjadi myosis,yaitu proses granulasi jaringan otot.


4)Pada pembuluh darah terjadi tromboemboli. Trombemboli adalah

adanya sumbatan pada pembuluh darah yang disebabkan oleh

adanya darah yang membeku

B. ASUHAN KEPERAWAN

1. Pengkajian

Pengkajian merupakan tahap yang sistemetis dalam pengumpulan

data tentang individu keuarga dan kelompok (haryanto 2017)

Pengkajian harus di lakukan secara komperhensif terkait dengan askep

biologis, psikologis, sosial, maupun spiritual, Data dasar pengkajian

pasien tergantung pada keparahan dan keterlibatan organ-organ lainnya

(misalnya : mata, jantung, paru-paru, ginjal), menurut (Istianah, 2017)

dan (Lukman & Ningsih, 2018)

a)Biodata

Meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama, pekerjaan, pendidikan,

alamat

b)Riwayat keperawatan

Adanya perasaan tidak nyaman,antara lain nyeri, kekakuan pada

tangan atau kaki dalam beberapa periode/waktu sebelum klien

mengetahui dan merasakan adanya perubahan sendi.


c)Pemeriksaan Fisik

(1)Inspeksi persendian untuk masing-masing sisi, amati adanya

kemerahan, pembengkakan, teraba hangat, dan perubahan bentuk

(deformitas)

(2)Lakukan pengukuran rentang gerak pasif pada sendi. Catat jika

terjadi keterbatasan gerak sendi, krepitasi dan jika terjadi nyeri saat

sendi digerakkan.

(3)Ukur kekuatan otot

(4)Kaji skala nyeri dan kapan nyeri terjadi

d)Riwayat psikososial

Penderita artritis reumatoid mungkin merasa khawatir mengalami

deformitas pada sendi-sendinya. Ia juga merasakan adanya

kelemahan-kelemahan pada fungsi tubuh dan perubahan pada

kegiatan sehari-hari.

e)Aktivitas/ Istirahat

Nyeri sendi karena pergerakkan, nyeri tekan, kekakuan sendi pada

pagi hari. Keterbatasan fungsional yang berpengaruh pada gaya 12

hidup, aktivitas istirahat, dan pekerjaan. Gejala lain adalah keletihan

dan kelelahan yang hebat


f)Kardiovaskuler

Kemerahan pada jari sebelum warna kembali normal

g)Integritas Ego

Faktor stres akut/kronis, misalnya finansial, pekerjaan,

ketidakmampuan, keputusasaan dan ketidakberdayaan. Ancaman

konsep diri, citra diri, perubahan bentuk badan

h)Makanan / cairan

Ketidakmampuan untuk mengonsumsi makan/cairan yang adekuat:

mual, anoreksia. Menghindari makanan yang tinggi purin seperti:

kacang-kacangan, daun singkong, jeroan. Menghindari minum kopi

i)Higiene

Berbagai kesulitan untuk melaksanakan aktivitas perawatan pribadi

secara mandiri. Ketergantungan pada orang lain

j)Neurosensori

Kebas/ kesemutan pada tangan dan kak, hilangnya sensai pada jari

tangan, pembengkakan sendi simetris.

k)Nyeri /kenyamanan

Fase akut dari nyeri (disertai / tidak disertai pembekakan jaringan

lunak pada sendi. Rasa nyeri kronis dan kekakuan pada pagi hari.
(1)Keamanan Kulit mengilat, tegang. Kesulitan dalam menangani

tugas/pemeliharaan rumah tangga,kekeringan pada mata dan

membran mukosa.

l)Interaksi sosial

Kerusakan interaksi dengan keluarga/orang lain ,perubahan peran

2. Diagnosa Keperawatan

Diagnosis keperawatan yang dapat ditemukan pada penderita

penyakit Rheumatoid Arthritis, adalah sebagai berikut. (Nanda, 2018-

2020)

a)Nyeri akut berhubungan dengan proses inflamasi akumulasi cairan,

destruksi sendi.

b)Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri atau rasa tidak

nyaman, deformitas skeletal,penurunan kekuatan otot

c)Risiko cidera berhubungan dengan kelemahan otot

d)Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri, fibrosistis

e)Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan kemampuan

melaksanakaan aktivitas sehari-hari, peningkatan penggunaan energi

atau ketidakseimbangan mobilitas


3. Rencana Keperawatan

Tabel 2.2 rencana keperawatan

NO Diagnosa Hasil yang Intervensi

Keperawatan tercapai (NIC)

(NOC)
1 Nyeri akut berhubungan Kontrol nyeri Manajemen
dengan proses inflamasi kriteria hasil: nyeri
akumulasi cairan, destruksi a.Mengenali
a. Lakukan
sendi kapan nyeri
pengkajian
terjadi
nyeri secara
b.
komprehensif
Menggambarka
meliputi:
n faktor
lokasi,
penyebab
karakteristik,
menggunakan
durasi,
teknik
frekuensi,
c. pengurangan
kualitas,dan
(nyeri), tanpa
intensitas
analgesik
b. Berikan
d. mengenali
informasi
apa yang terkait
mengenai
dengan gejala
nyeri, seperti
nyeri
penyebab
nyeri, berapa
lama nyeri
dirasakan.
c. Kurangi
faktorfaktor
yang dapat
meningkatkan
nyeri
d. Ajarkan
teknik
nonfarmakolo
gi (seperti
teknik
relaksasi dan
kompres
hangat daerah
yang merasa
nyeri)
e. Dukung
istirahat/tidur
yang adekuat
untuk
membantu
penurunan
nyeri.
2 Gangguan mobilitas fisik Pergerakan Peningkatan
mekanika
berhubungan dengan nyeri Kriteria hasil :
tubuh
atau rasa tidak nyaman, a.
a. Kaji
deformitas Keseimbangan komitmen
pasien untuk
skeletal,penurunan kekuatan b. Dapat
belajar dan
otot berjalan
menggunakan
c. Dapat postur tubuh
yang benar.
bergerak
dengan mudah b.
Instruksikan
d. Cara berjalan
untuk
e. Gerakan
menghindari
sendi tidur dengan
posisi
telungkup
Bantu untuk
menghindari
duduk dalam
posisi yang
sama
dalamjangka
waktu yang
lama
c. Intruksikan
pasien untuk
menggerakkan
kaki terlebih
dahulu
kemudian
badan ketika
memulai
berjalan dari
posisi berdiri
d. Bantu
pasien
melakukan
latihan fleksi
untuk
memfasilitasi
mobilisasi
punggung
3 Risiko cidera berhubungan Kejadian jatuh Pencegahan
jatuh
dengan kelemahan otot Kriteria hasil :
a. Identifikasi
a. Tidak jatuh
perilaku dan
saat berjalan faktor yang
mempengaruh
b. Tidak jatuh
i risiko jatuh
saat berdiri
b. Kaji
c. Tidak jatuh riwayat jatuh
bersama
saat duduk dan
pasien dan
berpindah
keluarga
d. keselamatan c. Sediakan
pencahayaan
fisik klien
yang cukup
terjaga
dalam rangka
meningkatkan
pandangan
d. Sarankan
menggunakan
alas kaki yang
aman
e. Anjurkan
modifikasi
rumah untuk
meningkatkan
keamanan.
4 Gangguan pola tidur Tidur Peningkatan
Kriteria hasil : tidur
berhubungan dengan nyeri,
a. Jam tidur a. Tentukan
fibrosistis normal b. pola tidur/
Kualitas tidur akivitas
c. Perasaan pasien
segar setelah b.
tidur Monitor/catat
d. Tidak pola tidur
kesulitan pasien dan
memulai tidur jumlah jam
e. Buang air tidur
kecil di malam c. Sesuaikan
hari lingkungan
(misalnya
kebisingan,ca
haya, suhu).
d. Anjurkan
pasien untuk
menghindari
makanan
sebelum tidur
dan minuman
yang
mengganggu
tidur
e. Ajarkan
pasien
bagaimana
melakukan
relaksasi otot
atau bentuk
non
farmakologi
untuk
memancing
tidur.
5 Gangguan citra tubuh Kejadian jatuh Pencegahan
berhubungan dengan Kriteria hasil : jatuh
perubahan kemampuan a. Tidak jatuh a. Identifikasi
melaksanakaan aktivitas saat berjalan perilaku dan
sehari-hari, peningkatan b. Tidak jatuh faktor yang
penggunaan energi atau saat berdiri mempengaruh
ketidakseimbangan mobilitas c. Tidak jatuh i risiko jatuh
saat duduk dan b. Kaji
berpindah riwayat jatuh
d. keselamatan bersama
fisik klien pasien dan
terjaga keluarga
c. Sediakan
pencahayaan
yang cukup
dalam rangka
meningkatkan
pandangan
d. Sarankan
menggunakan
alas kaki yang
aman
e. Anjurkan
modifikasi
rumah untuk
meningkatkan
keamanan.
4. implementasi

Merupakan pelaksanaan tindakan yang sudah direncanakan

dengan tujuan kebutuhan pasien terpenuhi secara optimal dalam

rencana keperawatan. Tindakan keperawatan mencakup tindakan

mandiri (independent), saling ketergantungan/kolaborasi, dan tindakan

rujukan/ ketergantungan ( dependent). (Tartowo & Wartonah , 2016)

5. Evaluasi

Menurut (Tartowo & Wartonah, 2016) Adalah proses

keperawatan dengan cara melakukan identifikasi sejauh mana tujuan

dari rencana keperawatan tercapai atau tidak dan perbandingan yang

sistematis dan terencana tentang kesehatan klien dengan tujuan yang

telah ditetapkan, keluarga dan tenaga kesehatan lainnya.

Tujuan evaluasi untuk melihat kemampuan klien dalam

mencapai tujuan yang disesuaikan dengan kriteria hasil pada tahap

perencanaan. Untuk mempermudah mengevaluasi/memantau

perkembangan pasien digunakan komponen SOAP adalah sebagai

berikut:

S : Data subjektif

Perawat menuliskan keluhan pasien yang masih dirasakan

setelah dilakukan tindakan keperawatan

O : Data objektif
Data berdasarkan hasil pengukuran atau observasi perawat

secara langsung kepada pasien dan yang dirasakan pasien setelah

dilakukan tindakan keperawatan

A : Analisa

Merupakan suatu masalah atau diagnosis keperawatan yang

masih terjadi, atau juga dapat dituliskan suatu masalah/ diagnosis

baru yang terjadi akibat perubahan status kesehatan pasien yang

telah teridentifikasi datanya dalam data subjektif dan objektif

P : Planning

Perencanaan keperawatan yang dilanjutkan, dihentikan,

dimodifikasi atau ditambahkan dari rencana tindakan keperawatan

yang telah ditentukan sebelumnya, tindakan yang telah

menunjukkan hasil yang memuaskan data tidak memerlukan

tindakan ulang pada umumnya dihentikan.

Anda mungkin juga menyukai