Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH AIK

MUHAMMADIYAH SEBAGAI GERAKAN


PENDIDIKAN

Oleh :
1. Olga Olivia Maretta (201610220311010)
2. Novia Wardatul Jannah (201610220311012)
3. Khayzuran Afifah (201610220311013)
4. Nichieta Rossa (201610220311015)
5. Ananda Dwi C (201610220311018)
6. Anggun Nurani (2016102203110
7. Dwi Yandi R. (2016102203110081)

JURUSAN ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN


FAKULTAS PERTANIAN-PETERNAKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2018
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kehidupan sosial budaya bangsa sangat dipengaruhi dan diwarnai oleh nilai-
nilai pendidikan yang diajarkan Pendidikan bagi kehidupan umat manusia merupakan
kebutuhan mutlak yang harus dipenuhi sepanjang hayat. Tanpa pendidikan mustahil
suatu kelompok manusia dapat hidup berkembang sejalan dengan aspirasi (cita-cita)
untuk maju, sejahtera dan bahagia. Islam sangat mementingkan pendidikan.
Pendidikan yang benar dan berkualitas, individu-individu yang beradab akhirnya
akan terbentuk kehidupan sosial yang bermoral. Pendidikan tidak bisa dipandang
sebagai suatu kewajiban, tetapi juga harus pandai merencanakan, mengorganisir,
mengemas, melaksanakan serta mengevaluasi dan menindaklanjuti secara bersinergi
dan berkeseimbangan.

Sistem pendidikan yang dahulu diterapkan di Indonesia adalah system pondok


pesantren ketika itu belum mengenal sistem kelas, tidak ada ujian ataupun
pengontrolan terhada kemajuan santri. Penekanan pendidikan pada saat itu
berorientasi pada hafalan terhadap teks semata, sehingga tidak merangsang santri
untuk berdiskusi. System pendidikan seperti ini berlangsung hingga memasuki abad
ke-20. Sementara di lain pihak kolonial Belanda mengembangkan system pendidikan
sekuler dengan tujuan untuk mendidik anak akalangan priyayi. Orientasi pendidikan
tidak lebih dari sekedar pemenuhan kebutuhan kolonial Belanda terhadap tenaga
pembantu di kantor. Pendidikan pada masa penjajahan Belanda yang menerapkan
sistem sekuler tidak memiliki muatan mengenai pendidikan islam sama sekali
sehingga lulusannya memiliki pemikiran maupun tingkah lakuyang menyimpang dari
ajaran agama islam meskipun mayoritas beragama islam.

Melihat kenyataan yang seperti ini K.H. Ahmad Dahlan beserta beberapa
tokoh Muhamadiyah lainnya bertekad untuk memperbaharui pendidikan bagi umat
islam. Pembaruhan tersebut meliputi dua sisi yaitu, cita-cita dan teknik.segi cita-cita
adalah untuk membentuk manusia yang bisa memanusiakan manusia, membentuk
manusia Muslim yang berakhlaqul karimah, alim dalam beragama, luas pandangan
dan paham terhadap masalah keduniaan, cakap, serta bersedia berjuang untuk
kemajuan agama islam dan masyarakat. Sehingga target yang hendak dicapai yaitu
setiap lulusan pendidikan Muhammadiyah

Hubungan pendidikan islam dengan pendidikan nasioanal tidak dapat


dipisahkan, karena keduanya mempunyai hubungan yang sangat erat. Suatu sistem
pendidikan nasional harus mementingkan masalah eksistensi umat manusia pada
umumnya dan eksistensi bangsa Indonesia khususnya dalam hubungan masa lalu,
masa kini dan kemungkinan perkembangan masa depan.

 
1.2 Rumusan Masalah
1. Faktor yang melatar belakangi Gerakan Muhamadiyah di bidang Pendidikan
2. Cita-cita Pendidikan Muhamadiyah
3. Bentuk-bentuk dan Model Pendidikan Muhamadiyah
4. Pemikiran dan Praksis Pendidikan Muhamadiyah
1.3 Tujuan
1. Memahami Faktor yang melatarbelakangi Gerakan Muhamadiyah di bidang
Pendidikan.
2. Memahami Cita-cita Pendidikan Muhamadiyah
3. Memahami Bentuk dan Model Pendidikan Muhamadiyah.
4. Memahami Pemikiran dan Praktis Pendidikan Muhammadiyah
 
BAB II
PEMBAHASAN
A. Faktor Yang Melatarbelakangi Gerakan Muhammadiyah Dibidang
Pendidikan
Muhammadiyah dikenal sebagai gerakan Islam yang mempelopori
pendidikan Islam modern. Salah satu latar belakang berdirinya Muhammadiyah
menurut Mukti Ali ialah ketidakefektifan lembaga pendidikan agama pada waktu
penjajahan Belanda, sehingga Muhammadiyah memelopori pembaruan dengan jalan
melakukan reformasi ajaran dan pendidikan Islam. Saat kolonial Belanda menjajah
bumi nusantara. Pendidikan Islam telah tersebar luas dalam wujud "pondok
pesantren", dimana islam diajarkan di musholla langgar masjid. Sistem yang
digunakan seperti sistem sorogan, bandongan, dan wetonan. Sorogan adalah sistem
pendidikan dimana secara perorangan menghadap kyai dengan membawa kitab . dan
mengartikan kemudian sang santri, santri hanya mendengarkan penjelasan pada
semasa itu dan hanya berorientasi pada hafalan sang kyai. Sistem pendidikan hanya
dengan teks, sehingga tidak merangsang santri untuk berdiskusi. Cabang ilmu agama
yang diajarkan sebatas Hadits dan Mustholah Hadist, Fiqih dan Usul Fiqih, Ilmu
Tauhid, Ilmu Tasawuf, Ilmu Mantiq, Ilmu Bahasa Arab. Ini berlangsung hingga awal
abad ke-20. Dalam sekolah Belanda para murid tidak diperkenalkan pendidikan Islam
sehingga menjadikan cara berfikir dan tingkah laku mereka banyak yang
menyimpang dari ajaran Islam. Melihat kenyataan ini K.H Ahmad Dahlan beserta
para tokoh bertekad untuk memperbaharui pendidikan bagi umat Islam. Pembaharuan
yang dimaksud meliputi dua segi, yaitu segi cita-cita dan segi teknik. Segi cita-cita
adalah untuk membentuk manusia muslim yang berakaqul karimah, alim, luas
pandangan dan paham terhadap masalah keduniaan, cakap, serta bersedia berjuang
untuk kemajuan agama Islam. Sedangkan dari Segi teknik, lebih banyak
berhubungan dengan cara-cara penyelenggaraan pendidikan modern Kini pendidikan
Muhammadiyah telah berkembang pesat dengan segala kesuksesannya, tetapi
masalah dan tantangan pun tidak kalah berat.Pendidikan Muhammadiyah merupakan
bagian yang terintegrasi dengan gerakan Muhammadiyah dan telah berusia sepanjang
umur Muhammadiyah.
B. Cita-Cita Pendidikan Muhammadiyah

Cita-cita pendidikan yang digagas Kyai Dahlan adalah lahirnya manusia-


manusia baru yang mampu tampil sebagai "ulama-intelek" atau "intelek-ulama", yaitu
seorang muslim yang memiliki keteguhan iman dan ilmu yang luas, kuat jasmani dan
rohani. Dalam rangka mengintegrasikan kedua sistem pendidikan tersebut, Kyai
Dahlan melakukan dua tindakan sekaligus; memberi pelajaran agama di sekolah-
sekolah Belanda yang sekuler, dan mendirikan sekolah- sekolah sendiri di mana
agama dan pengetahuan umum bersama-sama diajarkan. Kedua tindakan itu sekarang
sudah menjadi fenomena umum; yang pertama sudah diakomodir negara dan yang
kedua sudah banyak dilakukan oleh yayasan pendidikan Islam lain. Namun, ide Kyai
Dahlan tentang model pendidikan integralistik yang mampu melahirkan muslim
ulama-intelek masih terus dalam proses pencarian. Sistem pendidikan integralistik
inilah sebenarnya warisan yang musti kita eksplorasi terus sesuai dengan konteks
ruang d waktu, masalah teknik pendidikan bisa berubah sesuai dengan perkembang
ilmu pendidikan atau psikologi perkembangan.Dalam rangka menjarr kelangsungan
sekolahan yang ia dirikan maka atas saran murid-muridnya K' Dahlan akhirnya
mendirikan persyarikatan Muhammadiyah tahun 1912. Metode pembelajaran yang
dikembangkan Kyai Dahlan bercorak kontekstual melaI proses penyadaran. Contoh
klasik adalah ketika Kyai menjelaskan surat al-Ma'i kepada santri-santrinya secara
berulang-ulang sampai santri itu menyadz bahwa surat itu menganjurkan supaya kita
memperhatikan dan menolong fal miskin, dan harus mengamalkan isinya. Setelah
santri-santri itu mengamalk. perintah itu baru diganti surat berikutnya. Ada semangat
yang me dikembangkan oleh pendidikan Muhammadiyah, yaitu bagaima
merumuskan sistem pendidikan ala al-Ma'un sebagaimana dipraktekkan KH Ahmad
Dahlan. Dalam konteks pencarian pendidikan integralistik yang mampu memproduksi
ulama-intelek-profesional, gagasan Abdul Mukti Ali menarik disimak. Menurutnya,
sistem pendidikan dan pengajaran agama Islam di Indonesia ini yang paling baik
adalah sistem pendidikan yang mengikuti sistem pondok pesantren karena di
dalamnya diresapi dengan suasana keagamaan, sedangkan sistem pengajaran
mengikuti sistem madrasahsekolah, jelasnya madrasahsekolah dalam pondok
pesantren adalah bentuk sistem pengajaran dan pendidikan agama Islam yang terbaik.
Dalam semangat yang sama belakangan ini sekolah-sekolah Islam tengah berpacu
menuju peningkatan mutu pendidikan. Salah satu model pendidikan terbaru adalah
full day schoot, sekolah sampai sore hari, tidak terkecuali di lingkungan
Muhammadiyah.Satu dekade terakhir ini virus sekolah unggul benar-benar
menjangkiti seluruh warga Muhammadiyah.Lembaga pendidikan Muhammadiyah
mulai Taman Kanak- kanak (TK), hingga Perguruan Tinggi (PT) berpacu dan
berlomba-lomba.

Apabila Muhammadiyah benar-benar mau membangun sekolah atau


universitas unggul maka harus ada keberaruan untuk merumuskan bagaimana
landasan filosofis pendidikannya sehingga dapat meletakkan secara tegas bagaimana
posisi lembaga-lembaga pendidikan Muhammadiyah dihadapan pendidikan nasional,
dan kedudukannya yang strategis sebagai pengembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi, serta fungsinya sebagai wahana dakwah Islamiyah. orientasi filosofis ini
jelas sangat membingungkan; apa harus mengikuti arus pendidikan nasional yang
sejauh ini kebijakannya belum menuju pada garis yang jelas karena setiap ganti
menteri musti ganti kebijakan. Kalau memang memilih pada pengembangan iptek
maka harus ada keberanian memilih arah yang berbeda dengan kebijakan
pemerintah. Model pondok gontor bisa dijadikan alternatif, dengan bahasa dan
kebebasan berpikir terbukti mampu mengantarkan peserta didik menjadi manusia-
manusia yang unggul. Filsafat pendidikan memanifestasikan . pandangan ke depan
tentang generasi yang akan dimunculkan. Filsafat yang dianut dan diyakini oleh
Muhammadiyah adalah berdasarkan agama Islam, maka sebagai konsekuensinya
logika, Muhammadiyah berusaha dan selanjutnya melandaskan filsafat pendidikan
Muhammadiyah atas prinsip-prinsip filsafat yang diyakini dan dianutnya. Sebagai
gerakan dakwah Islam amar ma'ruf nahi mungkar, Muhammadiyah dituntut untuk
mengkomunikasikan pesan dakwahnya dengan menanamkan khazanah pengetahuan
melaluijalur pendidikan.Secara umum dapat dipastikan bahwa ciri khas lembaga
pendidikan Muhammadiyah yang tetap dipertahankan sampai saat adalah
dimasukkannya mata pelajaran AIK/lsmuba di semua lembaga pendidikan (formal)
milik Muhammadiyah. Hal tersebut sebagai salah satu upaya Muhammadiyah agar
setiap individu senantiasa menyadari bahwa ia diciptakan oleh Allah semata-mata
untuk berbakti kepada-Nya.Usaha Muhammadiyah mendirikan dan
menyelenggarakan sistem pendidikan modern

C. Bentuk-bentuk dan Model Pendidikan Muhammadiyah

Muhammadiyah konsekwen untuk mencetak elit muslim terdidik lewat jalur


pendidikan. Ada beberapa tipe pendidikan Muhammadiyah:

1. Tipe MualliminMualimat Yogyakarta (pondok pesantren)

2. Tipe madrasah/Depag; Ibtidaiyah, Tsanawiyah dan Aliyah

3. Tipe sekolah/Diknas; TK, SD, SMP, SMA SMK, Universitas ST


PoliteknikAkademi

4. Madrasah Diniyah, dan lain-lain

Orientasi pembaharuan di bidang pendidikan menjadi prioritas utama yang


ingin dicapai oleh Muhammadiyah, hal ini tergambar dari tujuan pendidikan dalam
Muhammadiyah, untuk mencetak peserta didik lulusan sekolah Muhammadiyah,
sebagai berikut:

1) Memiliki jiwa Tauhid yang murni

2) Beribadah hanya kepada Allah

3) Berbakti kepada orang tua serta bersikap baik terhadap kerabat

4) Memiliki akhlaq yang mulia

5) Berpengetahuan luas serta memiliki kecakapan, dan


6) Berguna bagi masyarakat, bangsa dan agama

7) Bentuk dan Model pendidikan muhammadiyah

Pendidikan, menurut KH. Ahmad Dahlan, hendaknya diarahkan pada usaha


membentuk manusia muslim yang berbudi pekerti luhur, luas pandangan dan
berakhlak Usaha Muhammadiyah mendirikan dan menyelenggarakan sistem
pendidikan modern, karena Muhammadiyah yakin bahwa Islam bisa menjadi
rahmatan lil-‘alamin, menjadi petunjuk dan rahmat bagi hidup dan kehidupan segenap
manusia jika disampaikan dengan cara-cara modern. Dasarnya adalah Allah
berfirman: “Wahai jama’ah jin dan manusia, jika kalian sanggup menembus
(melintasi) pejuru langit dan bumi, maka lintasilah. Kamu sekalian tidak akan
sanggup melakukannya melainkan dengan kekuatan (ilmu pengetahuan)”(QS. Ar
-rahman/55:33). Secara teoritik, ada tiga alasan mengapa pendidikan AIK perlu
diajarkan:

1. Mempelajari AIK pada dasarnya agar menjadi bangsa Indonesia yang


beragama Islam dan mempunyai alam fikiran modern/tajdid/dinamis.

2. Memperkenalkan alam fikiran tajdid, dan diharapkan peserta didik dapat


tersentuh dan sekaligus mengamalkannya, dan.

3. Perlunya etika/akhlak peserta didik yang menempuh pendidikan di lembaga


pendidikan Muhammadiyah

D. Pemikiran praktis pendidikan Muhammadiyah


Muhammadiyah dikenal sebagai gerakan Islam yang memelopori pendidikan
Islam modern. Salah satu latar belakang berdirinya Muhammadiyah menurut Mukti
Ali ialah ketidak efektifan lembaga pendidikan agama pada waktu penjajahan
Belanda, sehingga Muhammadiyah memelopori pembaruan dengan jalan melakukan
reformasi ajaran dan pendidikan Islam. Kini pendidikan Muhammadiyah telah
berkembang pesat dengan segala kesuksesannya, tetapi masalah dan tantangan pun
tidak kalah berat. Dalam sejumlah hal bahkan dikritik kalah bersaing dengan
pendidikan lain yang unggul. Pendidikan AIK pun dipandang kurang menyentuh
subtansi yang kaya dan mencerahkan. Kritik apapun harus diterima untuk perbaikan
dan pembaharuan.
Karena itu diperlukan rekontruksi pendidikan Muhammadiyah rekontruksi
pendidikan Muhammadiyah ke arah holistik. Segenap lembaga dan penyelenggara
pendidikan dari tingkat dasar hingga tinggi harus memahami kembali esensi, visi, dan
misi pendidikan Muhammadiyah. Menyelenggarakan pendidikan Muhammadiyah.
Menyelenggarakan pendidikan Muhammadiyah jangan terjebak pada rutinitas,
sehingga serba administrasi dan biokratis. Padahal tantangan dan masalah kian
membelit. Jangan sampai terjadi pendidikan Muhammadiyah berjalan apa adanya,
kehilangan vitalitas sebagai institusi pembawa misi tajdid dari sebuah gerakan islam
modern. Kehilangan esensi sebagai pembawa misi dan visi membentuk insan muslim
yang utama.

Pendidikan Muhammadiyah merupakan bagian yang terintegrasi dengan


gerakan Muhammadiyah dan telah berusia sepanjang umur Muhammadiyah. Jika
diukur dari berdirinya Madrasah Ibtidaiyah Diniyah Islamiyah (1 Desember 1911)
Pendidikan Muhammadiyah berumur lebih tua ketimbang organisasinya (Adaby
Darban,2000 : 13). Sekolah tersebut merupakan rintisan lanjutan dari “sekolah”
(kegiatan Kyai dalam menjelaskan ajaran Islam) yang dikembangkan Kyai Dahlan
secara informal dalam pelajaran yang mengandung ilmu agama Islam dan
pengetahuan umum di beranda rumahnya. Lembaga pendidikan tersebut sejatinya
sekolah Muhammadiyah, yakni sekolah agama yang tidak diselenggarakan di surau
seperti pada umumnya kegiatan umat Islam pada waktu itu, tetapi bertempat tinggal
di dalam sebuah gedung milik ayah KH Dahlan, dengan menggunakan meja dan
papan tulis, yang mengajarkan agama dengan cara baru, juga diajarkan ilmu-ilmu
umum (Djarnawi Hadikusuma,t.t : 64). Lembaga pendidikan Muhammadiyah harus
segera dibuktikan dengan melahirkan generasi bangsa yang mempu mengerahkan
segenap energi, potensi, bakat, dan keterampilan yang dimiliki untuk kepentingan
diri, bangsa, dan agamanya dalam bingkai tanggung jawab sebagai hamba dan
khalifah Allah di muka bumi.

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa Muhammadiyah, adalah :
1. Salah satu latar belakang berdirinya Muhammadiyah dibidang pendidikan
menurut Mukti Ali ialah ketidakefektifan lembaga pendidikan agama pada
waktu penjajahan Belanda, sehingga Muhammadiyah memelopori pembaruan
dengan jalan melakukan reformasi ajaran dan pendidikan Islam.
2. Cita-cita pendidikan yang digagas Kyai Dahlan dalam pendidikan
Muhammadiyah adalah lahirnya manusia- manusia baru yang mampu tampil
sebagai "ulama-intelek" atau "intelek-ulama", yaitu seorang muslim yang
memiliki keteguhan iman dan ilmu yang luas, kuat jasmani dan rohani.
3. Ada beberapa tipe pendidikan Muhammadiyah:
1. Tipe Muallimin Mualimat Yogyakarta (pondok pesantren)
2. Tipe madrasah/Depag; Ibtidaiyah, Tsanawiyah dan Aliyah
3. Tipe sekolah/Diknas; TK, SD, SMP, SMA SMK, Universitas ST
PoliteknikAkademi
4. Madrasah Diniyah, dan lain-lain
Usaha Muhammadiyah mendirikan dan menyelenggarakan sistem atau model
pendidikan modern, karena Muhammadiyah yakin bahwa Islam bisa menjadi
rahmatan lil-‘alamin, menjadi petunjuk dan rahmat bagi hidup dan kehidupan
segenap manusia jika disampaikan dengan cara-cara modern.

4. Muhammadiyah telah berkembang pesat dengan segala kesuksesannya, tetapi


masalah dan tantangan pun tidak kalah berat. Salah satu pemikiran
Muhammadiyah yaitu Pendidikan AIK tapi masih dipandang kurang
menyentuh subtansi yang kaya dan mencerahkan. Karena itu diperlukan
rekontruksi pendidikan Muhammadiyah rekontruksi pendidikan
Muhammadiyah ke arah holistik.

DAFTAR PUSTAKA

Amien,Saiful. 2018. AIK (Al-Islam Kemuhammadiyahan).Malang:UMM


Press
Amir Hamzah Wirjosukarto, 1985, Pembaharuan Pendidikan dan Pengajaran
Islam, Jember: Mutiara Offset.
Mulkhan, Abdul Munir. 1990. Pemikiran KH. Ahmad Dahlan dan
Muhammadiyah.
Jakarta: Bumi Aksara.
Zubair, Achmad Charris.2000. Peningkatan Kualitas Pendidikan
Muhammadiyah. PP Muhammadiyah: Majelis Tarjih dan
pengembangan Pemikiran Islam

Anda mungkin juga menyukai