Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH TERJEMAHAN / TRANSLATE

PREPARATION OF HYDROXYPROPYL CORN AND AMARANTH STARCH


HYDROLYZATE AND ITS EVALUATION AS WALL MATERIAL IN
MICROENCAPSULATION
( PERSIAPAN HIDROKSIPROPIL PATI HIDROLISAT JAGUNG DAN BAYAM
DAN EVALUASI SEBAGAI BAHAN DINDING DI MIKROENKAPSULASI )

Disusun Oleh:
Khayzuran Afifah 201610220311013
Atika Rizki F 201610220311023
Anggie Audya A. R 201610220311041

JURUSAN ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN


FAKULTAS PERTANIAN PETERNAKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2018

i
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI..........................................................................................................................ii
Bab I. Pendahuluan.................................................................................................................1
1.1 latar belakang...................................................................................................................1
1.2 Tujuan ..............................................................................................................................1
1.3 Manfaat.............................................................................................................................2
Bab II. Bahan-bahan dan metode-metode..............................................................................3
2.1 Bahan................................................................................................................................3
2.2 Metode..............................................................................................................................3
2.2.1 Preparsi.....................................................................................................................3
2.2.2 Optimalisasi parameter untuk reaksi fase organic....................................................3
2.3 penentuan MS patihidroksipropil.....................................................................................3
2.4 Hirdrolisis Enzimatik Pati Hidroksipropil........................................................................4
2.5 Pengukuran Viskositas.....................................................................................................4
2.6 Derajat hidrolisis sebagai indicator DE............................................................................4
2.7 Penelitian Emulsi..............................................................................................................4
2.8 Emulsion Stability Index (ESI)........................................................................................4
2.9 Pengukuran Partikel Emulsi.............................................................................................5
2.10 Persiapan enkapsulasi produk........................................................................................5
2.11 Penentuan total minyak Dan minyak permukaan pada bubuk enkapsulasi....................5

BAB III. HASIL DAN PEMBAHASAN...............................................................................6


3.1. Optimalisasi Penggunaan One-Factor-At-A Time ( Satu-Faktor-Pada- Satu Waktu)....6
3.2 Optimalisasi Parameter proses (desain orthogonal).........................................................6
3.3 Hidrolisis Enzimatik ........................................................................................................9
3.4 Kapasitas Emulsifikasi & sifat enkapsulasi......................................................................9
BAB IV PENUTUP.............................................................................................................11
4.1 Kesimpulan.....................................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................12

ii
BAB I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sebgian besar pati dimodifikasi secara kimia dan fisik untuk mendapatkan sifat yang
diinginkan dengan penggunaan yang berbeda. Salah satu kelompok modifikasi pati yang
penting adalah pati hidroksipropil yang dapat digunakan pada aplikasi pangan secara luas.
Pati hidroksipropil memberikan pengaruh pada masa simpan, stabilitas pada pembekuan,
stabilitas pada penyimpanan dingin, pembengkakan pada air dingin dan penyusunan
ulang produk yang telah diformulasikan. Aplikasi khusus pada makanan berpati yaitu
untuk mengemulsi air dalam minyak dan untuk enskapsulasi dari bahan pangan yang
sensitif. Granula pati secara nyata tidak dapat larut pada air dingin dan tidak memiliki
kelompok lipofilik sehingga tidak dapat terbentuk emulsi. Pati khusus yang dapat
digunakan untuk emulsifikasi adalah pati modifikasi yang terhidrolisis n-octenyl succinic
anhydride (OSA) dari pati jagung. Bahan-bahan tersebut secara komersil tersedia dengan
merek HiCap, Capsul, NLok, EmCap dan Clearum, Amiogum berfungsi sebagai gum
arab yang disubtitusi untuk enskapsulasi pada bahan pangan yang sensitive.
Hidroksipropil selulosa dilakukan dengan cara esterifikasi dari selulosa dengan
propilen oksida yang digunakan sebagai stabilizer emulsi. Pati hidroksipropil memiliki
bagian sebagai emulsi. Pengganti gum arab yaitu kombinasi dari pati hidroksipropil dan
kolagen terhidrolisis yang bertujuan untuk aplikasi pangan. Cara ini digunakan untuk
menggunakan hidrolisa pati hidroksipropil secara enzimatis dan untuk enskapsulasi serta
menambah rasa dari minyak lemon dan minyak jeruk.
Pati hidroksipropil dapat digunakan pada bahan larutan encer maupun tidak encer
sesuai lama perlakuan. Standar proses yaitu terjadi pelarutan pati pada air dan esterifikasi
yang dihentikan sebelum pati membengkak ke kondisi yang tidak dapat dipisahkan.
Persiapan dari pati hidroksipropil pada varietas pati sereal seperti beras, gandum, umbi
akar berupa kentang dan pati kacang-kacangan seperti kacang tanah. Jumlah dari proses
yang paten telah dikembangkan, untuk persiapan substitusi rendah pati hidroksi alkil pada
larutan encer. Fase organic hidropropilasi bertujuan untuk mendapat molar substitusi
yang tinggi. Pelrut organic didapatkan dari perebusan yang tinggi ke rendah, tergantung
pada tipe dan sensitivitas produk, kondisi reaktan dan pereaksi. Umumnya methanol,
etanol, dan isopropanol memiliki kelebihan secara komersil. Sintesa diikuti oleh subtitusi
molar (MS). FDA US menetapkan batasan pada MS untuk pati hidroksipropil yang
diaplikasikan ke makanan sebesar 0,2.

1.2 Tujuan
Tujuan yang dapat diambil dari makalah ini adalah
1. Untuk mengetahui optimalisasi hidroksipropilasi pati jagung dan bayam
2. Untuk membandingkan perlakuan yang terbaik antara enskapsulasi gum arab dan
minyak lemon dan jeruk

1.3 Manfaat
1. Dapat mengetahui optimalisasi hidroksipropilasi pati jagung dan bayam

1
2. Dapat mengetahui perlakuan terbaik antara enskapsulasi dengan bahan gum arab dan
minyak lemon dan jeruk

2
BAB II BAHAN DAN ALAT

2.1. Bahan

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pati jagung, pati bayam, jeruk,
lemon, dan semua reagen.

2.2 Metode

2.2.1 Preparasi

Reaksi dilakukan dalam conical flask dua leher dan diaduk dengan cara direndam dalam
water bath pada suhu tertentu. Pati 2-propanol dan natrium hidroksida dicampur untuk
mendapatkan bubur yang homogen, ditambahkan propilena oksida, leher conical flask ditutup
dan reaksi dilakukan pada berbagai suhu dengan pengadukan yang konstan. Setelah reaksi
selesai pati hidroksipropil dinetralkan dengan asam asetat, dicuci dengan etanol dan
dikeringkan dengan udara kering. Produk yang dihasilkan berupa bubuk yang berukuran
kurang dari 60 lm.

2.2.2 Optimalisasi Parameter Untuk Reaksi Fase Organic

Metode One-factor-at-a-time dipilih untuk mengoptimalisasi suhu reaksi dan


konsentrasi propilena oksida. Reaksi dilakukan diberbagai suhu (300C, 400C, dan 500C) dan
konsentrasi propilena oksida (16%, 20% dan 24%) dengan pati : rasio isopropanol, waktu
reaksi dan natrium hidoksida konstan masing- masing pada 1:1, 2 jam dan 2,8%.

2.3. Penentuan MS Pati Hidroksipropil

Penentuan spektrofotometri kelompok hidroksipropil menggunakan propilen glikol yang


dilanjutkan dengan menentukan subtiusi molar. Metode ini didasarkan pada prinsip Johnes
dan Riddick (1957) yaitu untuk menentukan propilen glikol dan polioksipropilena. Metode
ini melibatkan hidrolisis kelompok hidroksipropil untuk propilena glikol dan yang bergantian
adalah dehidrasi untuk propionaldehida dan bentuk enolik ke alil alcohol. Produk diukur
dengan spektrofotometri dengan panjang gelombang 590 nm, setelah itu direaksikan dengan
ninhidrin untuk membentuk warna biru. Konsentrasi propilen glikol kemudian dikonversi ke
kelompok hidroksipropil setara dengan MS yang telah ditentukan dengan metode dari
Rutenberg dan Solarek (1984).

162 ×W
MS =
100 M −( M −1 )−W

Dimana, W adalah % berat substituent; 162 adalah berat molekul unit anhidroglukosa;
M adalah berat molekul unit monomer dari polimer substituent. Untuk propilena oksida yang
diberi perlakuan pati: W adalah kelompok HP setara dalam 100mg pati kering dan M adalah
berat molekul propilena oksida = 58.

162 ×W
MS =
5800−57 W

3
2.4. Hidrolisis Enzimatik Pati Hidroksipropil

HPSC dari MS 0,180 dan HPSA dari MS 0,196 dihentikan pada air destilasi pada 30%
(w/v), dan pH disesuaikan dengan 0,1N HCL 0,1% (w/w). Pati dan 70 ppm kalsium (kalsium
klorida) ditambahkan dan dihasilkan bubur yang dipanaskan pada 950C pada water bath
dengan waktu yang berbeda (1-4 jam) untuk gelatinisasi sempurna. Pengadukan secara
konstan dengan pengaduk berfungsi untuk distribusi seragam dari enzim. Reaksi dihentikan
pada waktu yang diinginkan dengan menyesuaikan pH 3,5-4,5 menggunakan 0,1N HCL dan
dididihkan dalam waterbath selama 10 menit untuk menonaktifkan enzim. Selanjutnya bubur
dikeringkan menggunakan spray dryer di JISL, LSD-48 mini yang dilengkapi dengan
diameter nozzle 0,5 mm. Tekanan udara untuk aliran semprotan disesuaikan dengan 2 bar.
Suhu Inlet dan outlet dipertahankan masing masing pada 1800C dan 1000C.

Bubuk pati hidroksipropil ditampung dalam wadah penampung kedap udara, dan
ditutup dengan kantong polietilen sampai analisis berikutnya. Bubuk yang dihasilkan
dianalisa viskositas dan dextrose equivalents.

2.5. Pengukuran Viskositas

Viskositas 30% (x/v) dari HPSC dan HPSA yang telah dihidrolisis diukur
menggunakan brookefield viscometer pada suhu ruang (280C-300C) pada volume sampel 40
ml dan menggunakan spindle LV-2 dan dioperasikan pada 60 rpm.

2.6. Derajat Hidrolisi Sebagai Dextrose Equivalent (DE)

Dextrose equivalent adalah ukuran yang dapat digunakkan untuk mengetahui tingkat
hidrolisi pati. Hal ini didefinisikan yaitu mengurangi daya dari berat bahan yang dinyatakan
pada g D-glucose per 100g dari berat bahan kering. DE dari HPSC dan HPSA terhidrolisis
diukur dengan menentukan gula reduksi menggunakan larutan fehling (Guzman, paredes-
Lopez dan Dominguez, 1992). DE dihitung sebagai berikut:

% gula reduksi ×100


DE =
% bahan kering

2.7 Penelitian Emulsi

Bahan pengangkut (30%, w/v) diambil untuk persiapan emulsi. Bahan disebar dalam
jumlah yang dibutuhkan air suling dan direhidrasi selama kurang lebih 12 jam pada
pendingin (40C) sampai persiapan emulsi. Disperse ini dicampur secara homogeny dengan
20% bahan utama (minyak jeruk dan lemon), dan diemulsifikasi pada shearhomogenizer
selama 5 menit pada 3000 rpm untuk mendapatkan disperse.

2.8. Emulsion Stability Index (ESI)

Sampel emulsi cair dipindahkan ke pengukur silinder 10 ml , kemudian ditutup dan


disimpan selama 24 jam. Volume minyak yang terpisah diukur, yang mana ESI tercatat
dalam berbagai kemungkinan dari 0 sampai 1. Nilai 0 menunjukan stabilitas emulisi yang

4
buruk (rendah), sementara nilai 1 merupakan stabilitas emulsi yang baik (tinggi) (Cho &
park, 2003).

volume pisahan minyak total


ESI = 1−
volume emulsi minyak total

2.9. Ukuran Pratikel Emusi

Partikel emuldi diukur menggunakan Biovis Pharma Plus Image Analysis System
(Extom, PA). Pharma Plus Image Analysis System terdiri dari mikroskop gabungan, kamera
digitas (Motic BS 300) dan perangkat lunak untuk menganalisis gambar. Tetesan emulsi yang
bagus akan jatuh pada sebuah microslide, diolehkan dan kemudian ditutup dengan kaca
penutup. Lapisan sangat tipis dari emulsi terbentuk pada permukaan microslide untuk
memperjelas gamabar yang lebih besar. Slide kemudian disimpan di belakang mikroskop
gabungan, dan 10 foto yang didapat pada titik-titik dari usapan. Biovis image analyzer
menganalisis semua 10 foto yang diambil, dan menyajikan hasil analisis pada dari ukuran
distribus partike, maksimal, minimal dan rata-rata aspek dan sumbu minoritas serta mayoritas
(elips) dari partikel. Dalam penelitian ini, aspek utama dari partikel dipertimbangkan,
mengingat pada faktanya partikel berbentuk bulat.

2.10 Persiapan Enkapsulasi Produk

Agen encapsulasi (30 g) secara perlahan ditambahkan ke 70 g air suling dengan


pengadukan konstan untuk memecahkan agen enkapsulasi. Bahan utama (minyak jeruk dan
lemon masing-masing 6 g, sesuai dengan 20% dari bahan pembawa yang digunakan)
ditambahkan dan diaduk dengan konstan. Campuran yang telah teremulsi pada shear
homogenizer selama 5 menit pada 3000 rpm sampai terdispersi. Bubur yang diperoleh di
keringkan menggunakan sprsy dryer pada JISL,LSD-48 mini spray dryer yang dilengkapi
dengan diameter nozzle 0,5 mm. Tekanan udara dikompresi untuk aliran udara dari
semprotan yang disesuaikan untuk 2 bar. Suhu inlet dan outlet diatur masing- masing pada
1500C dan 900C. Sebuah pompa peristaltic digunakan untuk memberi umpan spray drayer
pada 40ml/h.

2.11. Penentuan Total Minyak Dan Minyak Pada Permukaan Pada Bubuk Enkapsulasi

Total kandungan minyak dari bubuk ditentukan dengan Clevenger apparatus dengan
mengambil 5 g bubuk yang dilarutkan dalam 125 ml air suling pada 250 ml round bottom
flask. Sampel didestilasi dan minyak ditampung serta diukur (Anandaraman & Reineccius,
1987). Minyak pada permukaan ditentukan dengan menghilangkannya dan menambahkan
100 ml petroleum eter untuk 5 g bubuk kemudian diaduk selama 10 menit. Petroleum eter
kemudian dituang dan bubuk residual dikeringkan dengan udara selama 30 menit. Minyak
enkapsulasi yang dikehendaki ditentukan dengan Clevenger apparatu.

5
BAB III. HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1. Optimalisasi Penggunaan One-Factor-At-A Time ( Satu-Faktor-Pada- Satu Waktu)

Gambar 1. Pengaruh konsentrasi propilena oksida (% berdasarkan pati) pada


substitusi molar (MS) hidroksipropil jagung dan tepung bayam.

Optimalisasi hidroksipropilasi pati jagung dan bayam dilakukan dengan


memvariasikan parameter prosesnya. Tingkat parameter proses dipilih berdasarkan petunjuk
literatur Pal et al ( 2000 ). Optimalisasi dimulai dengan memvariasikan hanya satu parameter
pada satu waktu dan parameter yang lain tetap konstan. Hidroksipropil derivatif yang
diperoleh dianalisis untuk nilai MS. Kondisi yang menghasilkan MS tertinggi dijaga tetap
pada nilai tersebut untuk optimalisasi berikutnya. Awalnya, efek propilene oksida dalam
konsentrasi pati berkisar antara 16%, 20%, dan 24% (v / w) untuk MS dari HPSC dan HPSA
yang diamati. Konsentrasi yang digunakan adalah, rasio 1: 1 untuk pati: isopropanol, 2,8%
NaOH (berdasarkan pati), waktu reaksi 24 jam dan suhu reaksi 40°C. Menurut Pal et al
( 2000) hidroksipropilasi baik pada suhu reaksi 40°C. Oleh karena itu, untuk optimalisasi
konsentrasi propilena oksida, suhu ditetapkan pada 40°C. Untuk kedua pati yang diuji, 24%
propilena oksida memberikan nilai MS maksimum 0,082 untuk HPSC, dan 0,091 untuk
HPSA ( Gambar. 1 ). Hal ini mungkin terjadi karena besarnya ketersediaan propilena oksida
pada konsentrasi yang lebih tinggi dalam granula pati yang lebih padat. Temuan ini juga
sesuai dengan literatur ( Wootton & Manatsathit, 1983 ). Pada konsentrasi propilena oksida
yang sama, nilai MS untuk pati bayam ternyata lebih tinggi dibandingkan dengan pati jagung.
Ini mungkin karena pembesaran/gelembung granula pati bayam yang lebih besar (dikaitkan
dengan sifat pati bayam yang lebih lunak), yang memungkinkannya untuk lebih terdispersi
dalam suspensi. Tentu saja hal berguna untuk difusi agen pengurai yang lebih baik pada
bagian dalam pati bayam dibandingkan dengan pati jagung.

6
Gambar. 2. Pengaruh dari suhu reaksi (0C) pada substitusi molar (MS)
hidroksipropil jagung dan tepung bayam.
Dalam upaya meningkatkan nilai MS pada HPSC dan HPSA lebih lanjut, parameter
berikutnya yang dipilih adalah suhu reaksi. Suhu dioptimalkan dalam kisaran 30–50°C
sementara semua parameter lain tetap konstan. Parameter lainnya adalah 1: 1 untuk rasio
pati: isopropanol, 2,8% NaOH (berdasarkan pati), dan 24% propilena oksida berdasarkan
pati. Karena terjadi peningkatan suhu dari 30°C menjadi 50°C, peningkatan MS pati
jagung dan bayam juga diamati ( Gambar. 2 ). MS dari HPSC dan HPSA pada suhu 50°C
adalah masing-masing 0,109 dan 0,135. Peningkatan suhu lebih lanjut akan merubah pati
menjadi gelatin sehingga tidak dianjurkan.

3.2. Optimalisasi Parameter Proses Menggunakan Desain Orthogonal L9 (L9


Orthogonal Design)

Tabel 1. Tabel respon untuk rata-rata dan rasio S/N dari Tingkat pati hidroksipropil jagung

Setelah suhu reaksi dan konsentrasi propilena oksida dioptimalisasi menggunakan


one-factor-at-a-time, selanjutnya dilakukan optimasi akhir reaksi menggunakan susunan
orthogonal L9. Parameter optimalisasi yang digunakan yaitu rasio pati: isopropanol,

7
sodium hidroksida, dan waktu reaksi. Tabel 1 menunjukkan tabel respon terhadap sarana
yang digunakan (lebih besar lebih baik) dan untuk rasio signal to noise diperoleh dengan
susunan orthogonal L9 HPSC dan HPSA. Dua baris terakhir dalam tabel
mendokumentasikan nilai delta dan peringkat pada sistem. Nilai peringkat dan delta
membantu untuk mengakses faktor mana yang memiliki efek terbesar pada karakteristik
respon yang menguntungkan. Delta mengukur ukuran efek dengan menggunakan
perbedaan rata-rata antara karakteristik tertinggi dan terendah suatu faktor. Nilai delta
yang lebih tinggi mengindikasikan efek yang lebih besar dari komponen
tersebut. Peringkat menyusun faktor dari efek terbesar (berdasarkan nilai delta) hingga
efek terkecil karakteristik respon. Susunan komponen individual yang dipilih dalam
penelitian efek MS pada HPSC dan HPSA ini adalah sodium hidroksida> rasio pati:
isopropanol > waktu reaksi, menunjukkan sodium hidroksida memiliki efek terbesar, dan
waktu reaksi untuk memiliki efek terkecil pada hidroksipropilasi pati jagung dan bayam.
Tabel respons juga dapat digunakan untuk memprediksi tingkat optimal masing-
masing komponen yang digunakan dalam penelitian. Tingkat optimal atau komposisi
masing-masing faktor diprediksi oleh software, berdasarkan tingkat optimal dari ketiga
parameter untuk HPSC yaitu rasio pati: isopropanol 25:25, sodium hidroksida 3,2% dan
waktu reaksi 24 jam. Kondisi ini memberikan prediksi MS maksimum 0,183. Demikian
pula untuk HPSA, rasio pati:isopropanol 25:35, sodium hidroksida 2,8% dan waktu reaksi
36 jam memberi prediksi MS sebesar 0,165. Untuk memverifikasi hasil prediksi,
percobaan dilakukan menggunakan parameter tingkat optimalisasi, dan nilai
eksperimental 0,189 untuk HPSC dan 0,172 untuk HPSA, yang menunjukkan kesesuaian
antara eksperimen dan prediksi nilai-nilai MS. Menurut  Pal et al (2000) menyatakan
bahwa hidroksipropilasi dalam media cair memberikan nilai MS yang sama. Oleh karena
itu, penggunaan pelarut organik mungkin tidak diperlukan untuk mencapai kisaran nilai
MS ini.

3.3. Hidrolisis Enzimatik Pada Optimasi HPSC Dan HPSA


Tabel 2. pengaruh dari hidrolisis enzim pada viskositas dan DE dari HPSC dan HPSA
dalam perbedaan interval waktu

HPSC dari MS 0.18 dan HPSA dari MS 0.169 selanjutnya menjadi sasaran likuifaksi
enzimatik untuk memastikan bahwa hidrolisat pati yang dihasilkan pada dasarnya bebas
dari residu granula pati. Selama likuifaksi, pati mengalami sakarifikasi dan hal ini
meningkatkan DE. Hidrolisat pati yang diperoleh dalam berbagai kondisi hidrolisis

8
disemprot kering, dan DE dan viskositas ditentukan. Hasil pengamatan menyatakan
bahwa peningkatan waktu hidrolisis meningkatkan DE dan mengurangi viskositas HPSC
dan HPSA. Untuk HPSC dan HPSA, DE meningkat dari 0 menjadi 18,6 dan 18,1, setelah
4 jam. HPSC setelah 1 jam hidrolisis memiliki DE 8,6 dan viskositas 48 cPs, sementara
setelah 4 jam DE menjadi 18,6 dan viskositas 14 cPs. Demikian pula, HPSA memiliki DE
7,9 dan viskositas 54 cPs setelah 1 jam hidrolisis, sementara setelah 4 jam memiliki DE
18,1 dan viskositas 16 cPs ( Tabel 2 ).

3.4. Kapasitas Emulsifikasi Dan Sifat Enkapsulasi Pati Hidroksipropil


Tabel 4. Evaluasi HPSC terhidrolisis dan HPSC vis-a` vis gum arabic untuk enkapsulasi
minyak jeruk dan minyak lemon

Tiga puluh persen dari bahan pembentuk dinding (gum arab, HPSC dan HPSA 16
DE) dan dua puluh persen dari pemuatan bahan pembentuk inti (minyak jeruk dan
minyak lemon) berdasarkan berat bahan dinding tersebut digunakan untuk emulsifikasi
dan enkapsulasi ( Tabel 3) ). HPSC dari MS 0,18 dan HPSA dari MS 0,167 dihidrolisis
menjadi DE 16. Bagian hidrofilik berasal dari hidrolisis pati, dan bagian hidrofobik
berasal dari rantai hidroksipropil. Gum arab memiliki ESI 1,00 untuk minyak jeruk dan
minyak lemon; HPSC dan HPSA dengan DE 16 memiliki masing-masing ESI 0,31 dan
0,34 untuk minyak jeruk, dan 0,85 dan 0,86 untuk minyak lemon. Flavor compounds bisa
berupa polaritas rendah atau polaritas tinggi. Flavor compounds polaritas rendah tidak
larut dalam air tetapi larut dalam pelarut seperti n-heksana, sementara flavor compounds
polaritas tinggi larut dalam air. Gom arab adalah bahan enkapsulasi yang sangat bagus
untuk flavor compounds polaritas rendah, sementara siklodekstrin sangat baik untuk
flavor compounds dengan polaritas yang lebih tinggi ( Varavinit, Chaokasem, &
Shobsngob, 2001 ). Nilai ESI yang lebih tinggi untuk minyak lemon dibandingkan
dengan minyak jeruk dengan menggunakan HPS sebagai bahan enkapsulasi mungkin
karena perbedaan polaritas dari kedua minyak.

Emulsi yang baik adalah prasyarat untuk penyemprotan kering perasa. Tetesan kecil
terbukti tetap sangat stabil dalam emulsi, dan juga bisa dilapisi selaput/film. Ini memberi
perlindungan yang lebih baik terhadap minyak. Ukuran partikel rata-rata yang diperoleh
untuk minyak jeruk dan minyak lemon berada di kisaran 1–5 lm (Tabel 3 ), sedangkan

9
gum arab adalah 1 lm. Enfisiensi enkapsulasi HPSC dan HPSA untuk DE 16 adalah 55%
dan 56% untuk minyak jeruk, sementara gum arabic adalah 83%. Untuk minyak lemon,
HPSC dan HPSA dari DE 16 memiliki efisiensi enkapsulasi 82% dan 83%, sedangkan
gum Arabic adalah 86%. Hasil ini menunjukkan hidrolisis hidroksipropil pati cocok
untuk enkapsulasi minyak lemon, tapi tidak dengan minyak jeruk. Komposisi pati tidak
mempengaruhi efisiensi enkapsulasi baik minyak oranye dan minyak lemon.

10
BAB IV. PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Kesimpulan yang bisa diambil dari makalah ini adalah :

1. optimalisasi hidroksipropilasi pati jagung dan bayam dalam media organic


menggunakan L9 desain orthogonal memberikan MS maksimum 0,183 untuk HPSC,
dan 0,169 untuk HPSA.
2. Gum arab memiliki enskapsulasi yang efisiensinya lebih baik dari kedua minyak jeruk
dan lemon. Hidrolisis HPSC dan HPSA dapat digunakan sebagai agen enskapsulasi
minyak lemon, tapi tidak cocok untuk minyak jeruk.

11
DAFTAR PUSTAKA

A.C. Kshirsagar, R.S. Singhal .2008. Preparation of hydroxypropyl corn and amaranth
starch hydrolyzate and its evaluation as wall material in microencapsulation.Food
Chemistry 108 (2008) 958–964
Anandaraman, S., & Reineccius, G. A. (1987). Analysis of encapsulated orange peel oil.
Perfume and Flavourist, 12(2), 33–39.
Belitz, H. D., & Grosch, W. (1999). Carbohydrates. In Food chemistry (2nd ed., pp. 217–
318). Germany: Springer.
Cadwell, C. G., & Wurzburg, O. B. (1953). Polysaccharides derivatives of substituted
dicarboxylic acids. US Patent 2,661,349. National Starch and Chemical Corporation,
New York, NY.
Cho, Y. H., & Park, J. (2003). Evaluation of process parameters in the O/W/O multiple
emulsion method for flavor encapsulation. Journal of Food Science, 68(2), 534–538.
De Coninck, Valere, L. M. P., van der Schueren, & Freddy, M. L (1996). Starch
composition. US Patent 5,569,480. Cerester Holding B.V, Sasvan Gent, Netherland.
Dias, F. F., Teckchandani, H. K., & Mehta, D. (1997). Modified starches and their use by
food industry. Indian Food Industry, 16(4), 33–99.
Guzman, M. H., Paredes-Lopez, O., & Dominguez, J. (1992). Optimization of an enzymatic
procedure for the hydrolytic depolymerization of starch by response surface
methodology. Food Science and Technology, 26, 28–32.
Helwig, T., & Wilhelm, O. (1984). Process for the production of hydroxypropyl starch. US
Patent 4451649, Wolff Walsrode Aktiengesellschaft, Walsrode, DE.
Hjermstad, E. T., & Rapids, C. (1971). Highly hydroxypropylated granule potato starch. US
Patent 3577407, Penick & Ford Ltd., Iowa.
Hjermstad, E. T., Rapids, C., & Martin, L. C. (1964). Etherifying granule starch in aliphatic
ketone solvent medium. US Patent 3135739, Penick & Ford Ltd., Iowa.
Hoover, R., Hannonz, D., & Sosulski, F. W. (1988). Effects of hydroxypropylation on
thermal properties, starch digestibility and freeze–thaw stability of field pea.
Starch/Starke, 40(10), 383–387.
Islam, N., & Azemi, B. M. N. M. (1997). Rheological properties of calcium treated
hydroxypropyl rice starches. Starch/Starke, 49(4), 136–141.
Johnes, L. R., & Riddick, J. A. (1957). Calorimetric determination of 1,2- propane-diol and
related compounds. Analytical chemistry, 29(8), 1214–1216.
Lammers, G., Stanhuis, E. J., & Beenackers, A. A. C. M. (1993). Kinetics of
hydroxypropylation of potato starch in aqueous solution. Starch/ Starke, 45(7), 227–
232.
Leegwater, D. C., & Luten, J. B. (1971). A study on in vitro digestibility of hydroxypropyl
starches by pancreatin. Starch/Starke, 23(12), 430–432.
Mchale, R. H. (1998). A test for endo-amylase activity in the presence of exo-amylase.
Starch/Starke, 40(11), 422–426.
Mitchel, W. A., Seidel, W. C., & Orozovich, G. A. (1997). Cold water soluble bulked
starch. US Patent 4,009,291. General food corporation, White plains, NY.
Pal, J., Singhal, R. S., & Kulkarni, P. R. (2000). A comparative account of conditions of
synthesis of hydroxypropyl derivatives from corn and amaranth starch. Carbohydrate
Polymers, 43, 155–162.
Rutenberg, M. W., & Solarek, D. (1984). In R. L. Whistler, J. N. BeMiller, & E. F. Paschall
(Eds.), Starch derivatives: Production and use. Starch: Chemistry and technology (pp.
344–349). New York: Academic Press (e2).

12
Seow, C. C., & Thevamalar, K. (1993). Internal plasticization of granular rice starch by
hydroxypropylation: Effects on phase transition associated with gelatinization.
Starch/Starke, 45, 85–88.
Trubiano, P. C. (1995). The role of speciality food starches in flavour encapsulation. ACS
Symposium Series, 610, 244–253.
Varavinit, S., Chaokasem, N., & Shobsngob, S. (2001). Studies of flavour encapsulation by
agents produced from modified sago and tapioca starches. Starch/Sta¨ rke, 53, 281–
287.
Wootton, M., & Mahdar, D. (1993). Properties of starches from Australian wheats part 3:
In-vitro digestibility and hydroxypropyl derivatives. Starch/Starke, 45(10), 337–341.
Wootton, M., & Manatsathit, A. (1983). The influence on molar substitution on the water
binding capacity of hydroxyopropyl starches. Starch/Starke, 35(3), 92–94.
Wootton,M., & Haryadi, I. (1992). Effects of starch types and preparation conditions on
substituents distribution in hydroxypropyl starches. Journal of Cereal Science, 15,
181–184.
Yanez, G. A., & Walker, C. E. (1986). Effect of tempering parameters on extraction and ash
of prosomillet flours and partial characterization of proso starch. Cereal Chemistry,
63, 164–170.
Yeh, A. I., & Yeh, S. L. (1993). Some characteristics of hydroxypropylated and crosslinked
rice starch. Cereal Chemistry, 70(5), 596–601.

13

Anda mungkin juga menyukai