FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
DISUSUN OLEH:
SYAHRISAL (C111 12 152)
RESIDEN PEMBIMBING:
dr. Sri Purwatiningsih
SUPERVISOR PEMBIMBING:
dr. Agus japari, M.Kes, Sp.KJ
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2019
1
BAB I
PENDAHULUAN
gangguan kecemasan yang ditandai oleh pikiran-pikiran obsesif yang persisten dan disertai
tindakan kompulsif. Kondisi dimana individu tidak mampu mengontrol dari pikiran-
pikirannya yang menjadi obsesi yang sebenarnya tidak diharapkannya dan mengulang
beberapa kali perbuatan tertentu untuk dapat mengontrol pikirannya tersebut untuk
itu tidak masuk akal, tidak pada tempatnya atau tidak sesuai dengan keadaan, tetapi ia tidak
apat menghilangkannya dan juga ia juga tidak mengerti mengapa ia mempunyai dorongan
yang begitu kuat untuk berbuat dan berpikir demikian. Bila tidak menurutinya, maka akan
merupakan sumber gangguan atau kerusakan yang signifikan dan bukan karena gangguan
kecemasan.
Obsesi adalah hal yang mengganggu, berulang, ide-ide yang tidak diinginkan,
pikiran, atau impuls yang sulit untuk diberhentikan meskipun mengganggu alam sadar
mereka. Kompulsi merupakan perilaku yang dilakukan berulang, baik yang dapat diamati
ataupun secara mental, yang dilakukan untuk mengurangi kecemasan yang ditimbulkan oleh
obsesi. Beberapa penelitian besar menemukan bahwa obsesi yang tersering adalah pikirang
tentang kontaminasi, dan kompulsi tersering adalah tindakan “memeriksa” sesuatu. Namun,
sebagian besar individu dengan gangguan ini memiliki multipel obsesi dan kompulsi dari
waktu ke waktu.3
BAB II
2
PEMBAHASAN
A. EPIDEMIOLOGI
Diperkirakan bahwa sekitar 1 dari 100 orang dewasa atau antara 2 hingga 3
juta orang dewasa di Amerika Serikat saat ini menderita gangguan Obsesif
Kompulsif. Ini kira-kira adalah jumlah yang sama orang yang tinggal di kota Houston,
Texas.Ada juga setidaknya 1 dari 200.000 atau 500.000 - anak-anak dan remaja yang
menderita gangguan Obsesif-kompulsif. Ini adalah jumlah yang sama anak-anak
yang menderita diabetes. Itu berarti ada empat atau lima anak dengan gangguan
Obsesif-kompulsif kemungkinan terdaftar di setiap sekolah dasar. Mulai dari sekolah
menengah sedang sampai besar, mungkin ada 20 siswa yang sedang berjuang dengan
tantangan yang disebabkan oleh gangguan Obsesif-kompulsif. gangguan Obsesif-
kompulsif menyerang laki-laki, perempuan dan anak-anak dari semua ras dan latar
belakang yang sama.6umur rata-rata onset dari gangguan Obsesif-kompulsif berkisar
22 sampai 36 tahun, dengan hanya sekitar 15% dari pasien yang menderita berumur
lebih dari 35 tahun.8Dalam studi ECA, tingkat prevalensi gangguan obsesif-kompulsif
menunjukkan angka kejadian lebih tinggi pada wanita dibandingkan dengan pria.6
Pada beberapa pasien, gangguan ini dimulai pada masa pubertas atau
sebelumnya, timbulnya gangguan obsesif-kompulsif saat remaja umumnya terjadi
pada laki-laki.Pasien lain dapat memiliki onset dikemudian hari, misalnya, setelah
kehamilan, keguguran, atau selama proses melahirkan. Biasanya pasien dengan
gangguan Obsesif-kompulsif mengunjungi 3 samapai 4 dokter dan menghabiskan
waktu lebih dari 9 tahun untuk mencari pengobatan sebelum akhirnya didiagnosis
dengan benar. Pasien juga mungkin merasa malu untuk mengunjungi seorang dokter,
atau mungkin tidak menyadari bahwa bantuan tersedia, dalam satu survei, sehingga
3
jeda waktu dari onset gejala menuju ke diagnosis yang benar adalah 17 tahun.
B. ETIOLOGI
Secara garis besar terdapat 3 aspek, yaitu :3
1. Aspek Biologis
Neurotransmitter :
Sistem serotoninergik
Banyak percobaan yang dilakukan untuk mendukung hipotesis tentang terlibatnya
disregulasi serotonin terhadap munculnya gejala obsesif dan kompulsif pada penyakit ini.
Banyak data yang menunjukkan bahwa obat serotonergik lebih efektif dibandingkan dengan
obat lain yang juga mempengaruhi sistem neurotransmitter, tetapi apakah serotonin terlibat
sebagai penyebab terjadinya gangguan Obsesif-kompulsif masih belum jelas. Fungsi
serotonin di otak ditentukan oleh lokasi system proyeksinya. Proyeksi pada konteks frontal
diperlukan untuk pengaturan mood, proyeksi pada ganglia basalis bertanggung jawab pada
gangguan obsesi kompulsi.
Sistem Noradrenergik
Bukti saat ini masih kurang tentang adanya disfungsi sistem noradrenergik dalam
terjadinya gangguan obsesif kompulsif. Namun, ada laporan dari peningkatan dalam OCD
gejala dengan clonidine oral.
Sistem Neuroimunologi
Beberapa pakar berpendapat bahwa ada hubungan positif antara infeksi streptokokus
dan gangguan obsesif kompulsif. Infeksi Streptokokus β-Hemolitikus grup Adapat
menyebabkan demam rematik, dan sekitar 10-30% pasien juga mengalami Syndenham’s
chorea dan Gangguan Obsesif Kompulsif.
Genetik juga diduga berpengaruh untuk terjadinya gangguan Obsesif-kompulsif
dimana ditemukan perbedaan yang bermakna antara kembar monozigot dan dizigot.
2. Psikologis
4
yang berkembang selama masa kanak-kanak, dimana pikiran jahat diasosiasikan dengan niat
jahat.
3. Faktor Psikososial
Gangguan obsesif-kompulsif bisa disebabkan karena regresi dari fase anal dalam
perkembangannya. Mekanisme pertahanan psikologis mungkin memegang peranan pada
beberapa manifestasi pada gangguan obsesif-kompulsif. Represi perasaan marah terhadap
seseorang mungkin menjadi alasan timbulnya pikiran berulang untuk menyakiti orang
tersebut. Mekanisme pertahanan psikologis mungkin memegang peranan pada beberapa
manifestasi gangguan obsesif- kompulsi. Represi perasaan marah terhadap seseorang
mungkin menjadi alasan timbulnya pikiran berulang untuk menyakiti orang tersebut.
C. DIAGNOSIS
Diagnosis gangguan Obsesif-kompulsif didasarkan pada gambaran klinisnya.
Tidak seperti pasien psikotik, pasien dengan gangguan Obsesif-kompulsif biasanya
menunjukkan wawasan dan menyadari bahwa perilaku mereka tidak normal atau tidak
logis.
Menurut PPDGJ-III untuk menegakkan diagnosis pasti, gejala-gejala obsesif
atau tindakan kompulsif, atau kedua-duanya harus ada hampir setiap hari selama
sedikitnya dua minggu berturut-turut.Hal tersebut merupakan sumber penderitaan
(distress) atau mengganggu aktivitas penderita. Gejala-gejala obsesif harus mencakup
hal-hal berikut:1
a. Harus disadari sebagai pikiran atau impuls diri sendiri
b. Setidaknya ada satu pikiran atau tindakan yang tidak berhasil dilawan,
meskipun ada lainnya yang tidak lagi dilawan oleh penderita
c. Pikiran untuk melakukan tindakan tersebut diatas bukan merupakan hal
yang memberi kepuasan atau kesenangan (sekedar perasaan lega dari
ketegangan, tidak dianggap sebagai kesenangan seperti dimaksud diatas.
d. Gagasan, bayangan pikiran, atau impuls tersebut harus merupakan
pengulangan yang tidak menyenangkan.
Ada kaitan erat antara gejala obsesif, terutama pikuran obsesif dengan
depresi.Penderita gangguan Obsesif-kompulsif sering kali juga menunjukan gejala
depresi dan sebaliknya penderita gangguan depresi berulang dapat menunjukkan
5
pikiran-pikiran obsesif selama episode depresinya.Dalam berbagai situasi dari kedua
hal tersebut, meningkat atau menurunnya gejala depresi umumnya diikuti secara
paralel dengan perubahan gejala obsesif.
Diagnosis gangguan Obsesif-kompulsif ditegakkan hanya bila tidak ada
gangguan depresi pada saat gejala Obsesif-kompulsif tersebut timbul. Bila dari
keduanya tidak ada yang menonjol, maka lebih baik menganggap depresi sebagai
diagnosis yang primer. Pada gangguan menahun, maka prioritas diberikan pada gejala
yang paling bertahan saat gejala yang lain menghilang.
Sedangkan menurut DSM-V untuk menegakkan diagnosis, harus memenuhi
kriteria berikut :2
a. Adanya suatu obsesi (Pikiran, dorongan, atau gambar yang berulang dan
terus-menerus yang dialami pada beberapa orang selama waktu tertentu
sehingga menyebabkan gangguan dan kecemasan), dan kompulsi
(Perilaku berulang, seperti; Mencuci tangan, berdoa, menghitung,
mengulangi kata-kata dalam hati) sebagai bentuk dalam menanggapi
obsesi dan dilakukan secara kaku).
b. Obsesi dan kompulsi yang sampai sampai menyita banyak waktu (lebih
dari 1 jam perhari) atau sampai menyebabkan masalah dibidang sosial,
pekerjaan dan bidang penting lainnya.
c. Gejala obsesi – kompulsi yang tidak disebabkan oleh pemakaian zat
tertentu (obat-obatan) atau kondisi medis lainnya.
d. Gangguan yang bukan disebabkan oleh gejala-gejala gangguan mental
lainnya, (misalnya kekhawatiran berlebihan pada gangguan cemas,
penampilan yang mencolok pada gangguan dysmorphic tubuh,
trikotilomania - kelainan menarik rambut, stereotip – kelainan gerakan,
perilaku ritual makan, kecanduan obat-obatan, fantasi seksual, dan lain-
lain.
D. FAKTOR RESIKO
Individu yang beresiko mengalami gangguan obsesif-kompulsif adalah:2
Emosional. Gejala internalisasi yang lebih besar, emosi negatif yang lebih
6
adalah faktor risiko temperamental. Lingkungan. Pelecehan fisik dan seksual
pada masa kanak-kanak dan peristiwa stres atau traumatis lainnya telah
Genetik dan fisiologis. Tingkat OCD di antara kerabat tingkat pertama orang
dewasa dengan OCD adalah sekitar dua kali lipat di antara kerabat tingkat
pertama dari mereka yang tidak mengalami gangguan, Namun, di antara
kerabat tingkat pertama dari individu dengan onset OCD di masa kanak-kanak
atau remaja, angka ini meningkat 10 kali lipat. Penularan keluarga sebagian
disebabkan oleh faktor genetik (mis, Tingkat kesesuaian 0,57 untuk monozigot
vs 0,22 untuk twin dizigotik). Disfungsi pada korteks orbitofrontal, korteks
cingulata anterior, dan striatum paling banyak terlibat
OBSESI KOMPULSI
Perhatian terhadap kebersihan Ritual mandi, mencuci dan
(kotoran, kuman, kontaminasi) membersihkan sesuatu yang berlebihan
Perhatian terhadap ketepatan Ritual mengatur posisi yang berulang-
ulag
Perhatian terhadap peralatan rumah Memeriksa berulang-ulang dan
tangga (piring, sendok) membuat inventaris peralatan
Perhatian terhdap sekresi tubuh (ludah, Ritual menghindari kontak dengan
feces, urin) secret tubuh, menghindari sentuhan
Obsesi religious Ritual keagamaan yang berlebihan
(berdoa sepanjang hari)
Obsesi seksual (nafsu terlarang atau Ritual berhubungan seksual yang kaku
tindakan seksual yang agresif)
Obsesi ketakutan (menyakiti diri Pemeriksaan pintu, kompor, gembok
sendiri atau orang lain) dan rem darurat berulang-ulang
Obsesi terhadap kesehatan (sesuatu Ritual berulang (pemeriksaan tanda
yang buruk akan terjadi dan vital berulang, diet yang terbatas,
menimbulkan kematian) mencari informasi tentang kesehatan
7
dan kematian
Pemikiran mengganggu tentang suara, Menghitung, berbicara, menulis,
kata-kata atau music memainkan alat musik dengan sesuatu
yang beragam
E. DIAGNOSIS BANDING
Persyaratan diagnostic DSM-V tentang ketegangan personal dan gangguan
personal membedakan gangguan obsesif-kompulsif dari pikiran dan kebiasaan
berlebihan yang umumnya atau ringan. 2,3
Gangguan Cemas (Anxiety disorders) . Pikiran yang berulang, perilaku
menghindar, dan permintaan berulang sebagai jaminan juga dapat terjadi pada
gangguan kecemasan. Namun, pikiran yang berulang itu hadir dalam gangguan
kecemasan umum (kekhawatiran) biasanya tentang masalah dikehidupan nyata,
sedangkan obsesi OCD biasanya tidak melibatkan masalah kehidupan nyata dan
dapat mencakup konten yang ganjil, tidak rasional, atau nampaknya magis,
apalagi, kompulsi sering hadir dan biasanya terkait dengan obsesi. Seperti individu
dengan OCD, individu dengan fobia spesifik dapat menimbulkan reaksi ketakutan
terhadap objek atau situasi tertentu, namun dalam fobia hanya objek tertentu yang
ditakuti dan biasanya jauh lebih terbatas. Dalam gangguan kecemasan sosial (fobia
sosial), objek atau situasi yang ditakuti terbatas pada interaksi sosial, dan
menghindari mencari hiburan ini difokuskan untuk mengurangi ketakutan .
Gangguan depresi berat (Major depressive disorder). OCD dapat
dibedakan dari ruminasi gangguan depresi berat, di mana pikiran biasanya
kongruen-mood dan belum tentu mengganggu atau menyusahkan. Selain itu,
depresi tidak terkait dengan dorongan, seperti khas dalam OCD.
Gangguan obsesif-kompulsif lainnya. Pada gangguan dysmorphic body,
obsesi dan kompulsi terbatas pada kekhawatiran tentang penampilan fisik, dan
pada trichotillomania (gangguan menarik rambut), perilaku kompulsif terbatas
pada menarik rambut dengan tidak adanya obsesi.
Gangguan makan. OCD dapat dibedakan dari anoreksia nervosa dalam
OCD obsesi dan kompulsi tidak terbatas pada masalah berat badan dan makanan.
Tics (gangguan tic) dan gerakan stereotip. Tic adalah gerakan motorik
mendadak, cepat, berulang, tidak berirama (Mata berkedip, membuat suara yang
8
berulang). Gerakan stereotip adalah perilaku motorik berulang yang tampaknya
didorong (membenturkan kepala, goyang tubuh, menggigit diri sendiri). Tics dan
gerakan stereotip biasanya kurang kompleks daripada kompulsi dan tidak bertujuan
menetralkan obsesi. Namun, membedakan antara tics dan kompulsi bisa sulit.
Sedangkan kompulsi biasanya didahului oleh obsesi, tics sering didahului oleh
dorongan indrawi. Beberapa individu memiliki gejala OCD dan gangguan tic,
dalam hal ini kedua diagnosis dapat dibenarkan.
Gangguan psikotik. Beberapa individu dengan OCD memiliki wawasan
yang buruk atau bahkan keyakinan OCD delusi. Namun, mereka memiliki obsesi
dan kompulsi (membedakan kondisi mereka dari gangguan delusi) dan tidak
memiliki ciri-ciri lain skizofrenia atau gangguan skizoafektif (Halusinasi atau
gangguan pikiran formal).
Gangguan kepribadian obsesif-kompulsif. Meskipun gangguan
kepribadian obsesif-kompulsif dan OCD memiliki nama yang mirip, manifestasi
klinis dari gangguan ini sangat berbeda. Gangguan kepribadian obsesif-kompulsif
tidak ditandai oleh pikiran, gambar, atau dorongan yang berulang-ulang atau oleh
perilaku berulang yang dilakukan sebagai respons terhadap gangguan ini.
Sebaliknya, ini melibatkan pola maladaptif yang bertahan lama dan perfeksionisme
yang berlebihan dan kontrol yang kaku. Jika seseorang menunjukkan gejala OCD
dan gangguan kepribadian obsesif-kompulsif, kedua diagnosis dapat diberikan.
F. PENANGANAN
A. Psikoterapi
Penanganan psikoterapi untuk gangguan Obsesif-kompulsif umumnya
diberikan hampir sama dengan gangguan kecemasan lainnya. Psikoterapi suportif
jelas memiliki bagiannya, khususnya untuk pasien gangguan bosesif kompulsif yang,
walaupun gejalanya memiliki berbagai derajat keparahan, adalah mampu untuk
bekerja dan membuat penyesuaian sosial.3
9
Cara-cara psikoterapi suportif antara lain sebagai berikut:
B. PsikoFarmakologi
Obat-obat Selective Serotonin Reuptake Inhibitor (SSRI) bekerja terutama
pada terminal akson presinaptik dengan menghambat ambilan kembali serotonin.
Penghambatan ambilan kembali serotonin diakibatkan oleh ikatan obat (misalnya:
fluoxetine) pada transporter ambilan kembali yang spesifik, sehinggga tidak ada lagi
neurotransmitter serotonin yang dapat berkaitan dengan transporter. Hal tersebut akan
menyebabkan serotonin bertahan lebih lama di celah sinaps. Pengguanaan Selective
Serotonin Reuptake Inhibitor (SSRI) terutama ditujukan untuk memperbaiki perilaku
stereotipik , perilaku melukai diri sendiri, resisten terhadap perubahan hal-hal rutin,
dan ritual obsesif dengan ansietas yang tinggi. Salah satu alas an utama pemilihan
obat-obat penghambat reuptake serotonin yang selektif adalah kemampuan terapi.
Efek samping yang dapat terjadi akibat pemberian fluexetine adalah nausea, disfunfsi
10
seksual, nyeri kepala, dan mulut kering. Toleransi SSRI yang relative baik disebabkan
oleh karena sifat selektivitasnya. Obat SSRI tidak banyak berinteraksi dengan reseptor
neurotransmitter lainnya. Penelitian awal dengan metode pengamatan kasus serial
terhadap 8 subjek. Tindakan terapi ditujukan untuk mengatasi gejala-gejala disruptif,
dan dimulai dengan fluexetine dosis 10 mg/hari dengan pengamatan. Perbaikan paling
nyata dijumpai pada gangguan obsesif dan gejal cemas.5,6
G. PROGNOSIS
Suatu prognosis yang buruk dinyatakan oleh mengolah (bukannya menahan)
pada kompulsi, onset pada masa anak-anak, kompulsi yang aneh perlu perawatan di
rumah sakit, gangguan depresi berat yang menyertai, kepercayaan waham, adanya
gagasan yang terlalu dipegang (overvalued) yaitu penerimaan obsesi dan kompulsi
dan adanya gangguan keperibadian. Prognosis yang baik ditandai oleh penyesuian
sosial dan pekerjaan yang baik, adanya peristiwa pencetus, dan suatu sifat gejala yang
episodik.2
11
BAB III
KESIMPULAN
12
diagnosis yang primer. Pada gangguan menahun, maka prioritas diberikan pada gejala
yang paling bertahan saat gejala yang lain menghilang.3
Gejala dari Obsesif-kompulsif ditandai dengan pengulangan pikiran dan
tindakan sedikitnya 4 kali untuk satu kompulsi dalam sehari dan berlangsung selama 1
sampai 2 minggu selanjutnya. Penanganan pasien dengan gangguan Obsesif-
kompulsif dapat berupa psikoterapi dan psikofarmakologi. Prognosis pasien gangguan
Obsesif-kompulsif dapat baik dan buruk. Prognosis buruk bila terjadi pada usia anak-
anak, terdapat depresi berat serta adanya kepercayaan waham. Sedangkan baik bila
penyesuian sosial dan pekerjaan yang baik, adanya peristiwa pencetus, dan suatu sifat
gejala yang episodik.2
DAFTAR PUSTAKA
13