Anda di halaman 1dari 6

Sambutan Disampaikan pada acara Pembukaan Pelatihan Khatib

Angkatan Ke III MPU Kab. Aceh Besar, tanggal


25 Januari 2003 di Mesjid Jamik Lambaro

Assalamualaikum Wr. Wb.


Yang kami hormati saudara pimpinan dan Anggota
Dewan yang terhormat, Pimpinan MU dan anggota DPU yang
terhormat, para Muspida, para Asisten, Kepala Dinas, Kepala
Kantor dan Jawatan, Para kepala Bagian pada Setdakab Aceh
Besar, Para Camat, tokoh Ulama dalam Kec. Ingin Jaya serta
para hadirin sekalian.
Marilah sama-sama kita memanjatkan puji dan syukur
kehadirat Alllah SWT. Bahwa dengan izin dan limpahan
Rahmat-Nya, pada hari ini kita telah dapat menghadiri
pembukaan pelatihan Khataib angkatan ke-III, yang
diselenggarakan oleh Majelis Permusyawaratan Ulama kab.
Aceh Besar. Bekerja sama dengan Bagian Sosial Setdakab Aceh
Besar.
Selawat dan salam sama-sama kita persembahkan keharibaan
Nabi Besar Muhammad saw, para sahabat, Tabi’-tabiin dan para
pengikutnya yang telah membawa kita dari alam kebodohan
kealam yang berilmu pengetahuan dan berakhlak mulia.
Mari kita memanjatkan do’a seraya bersyukur kepada
Allah Swt atas limpahan rahmat yang sudah , sedang dan akan
kita nikmati. Dimana rahmat yang sangat monumental
(menyeluruh) adalah pengakuan bangsa Indonesia bersama
Pemerintah RI bahwa rakyat dan bumi Aceh berhak
menyandang keistimewaan dalam berbagai bidang terutama
dalam bidang pelaksanaan syariat Islam.
Pengakuan bagi keistimewaan Aceh dengan hak-hak
khusus yang belum dinikmati oleh propinsi-propinsi lainnya
adalah tantangan yang berat bagi kita di Nangggroe Aceh
Darussalam termasuk didalamnya kab. Aceh Besar. Oleh
karenanya maka Majelis permusyawaratan Ulama harus mampu
tampil lebih percaya diri dan berdidikasi dalam upaya mengisi
dan meralisasi hak-hak istimewa didalam berbagai bidang
pelaksanaan Syariat Islam, sesuai dengan Undang-Undang
Nomor 18 Tahun 2001 tentang Otonomi Khusus bagi Propinsi
Nanggroe Aceh Darussalam.
Menurut hemat saya program kerja yang telah dan akan
dilaksanakan oleh MPU Kab. Aceh Besar, seperti mengadakan
pelatihan Tajhiz mayat dan dialog Agama yang sudah selesai
dilaksanakan dan dilanjutkan dengan pelatihan khatib, menurut
laporan pelaksana pelatihan khatib adalah hal ini merupakan
pelatihan khatib angkatan ke III, pelatihan mencakup dan
terwakili dari 127 buah mesjid yang ada di Kab. Aceh Besar.
Hal ini merupakan upaya pengembangan serta peningkatan
sumber daya ulama untuk mempersiapkan calon pendakwah dan
kahtib yang lebih baik untuk masa yang akan datang di samping
upaya untuk mengisi kekosongan khatib dibeberapa buah mesjid
dalam Kab. Aceh Besar, fenomena ini harus betul-betul kita
perhatikan, saya mengharapkan ke depan tidak ada lagi mesjid
yang hanya mempunyai satu orang khatib dan langsung
merangkap sebagai Imam shlat, karena bila beliau sakit atau
berhalangan, maka di mesjid tersebut terjadi kekosongan khatib
dan Imam shalat.
Saudara-saudara yang berbahagia :
Majelis Permusyawaratan Ulama dalam
mengembangkan misinya sebagai Warasatul Ambiya, saya
mengharapkan untuk ikut serta memantau tentang berbagai
perkembangan yang terjadi dalam masyarakat, pada saat ini
gangguan keamanan yang timbul telah menampakkan beberapa
rintangan gangguan terhadap ketertiban dan kedamaian dalam
masyarakat.. Bila gangguan keamanan ini tidak ditangani secara
menyeluruh pasti akan menimbulkan hambatan-hambatan bagi
suksesnya pembangunan baik pembanguna Agama maupun
pembanguna umum lainnya. Kemacetan pembangunan dapat
merusak lembaga-lembaga pendidikan serta hancurnya sarana
ekonomi dan kemakmuran masyarakat, yang pada gilirannya
akan melahirkan generasi Aceh Besar yang lemah pada hari
esok. Masalah keamanan tidak hanya menjadi tanggung jawab
aparat keamanan dan pemerintah semata, melainkan juga
menjadi tanggung jawab para tokoh masyarakat, alim ulama dan
para khatib serta para muballigh sekalian.
Melalui kesempatan ini saya mengharapkan kepada
khatib dan para calon khatib dalam setiap khutbah jum’at
ataupun khutbah Hari Raya supaya menyampaikan masalah
perdamaian, persatuan dan kesatuan umat yang dikaitkan
dengan ayat-ayat al Qur’an dan Hadits-Hadits Rasulullah SAW,
sehingga rakyat secara bersama-sama menjaga proses damai
yang sedang berlangsung di Nanggroe Aceh Darussalam, salah
satunya dengan cara menghilangkan rasa curiga dan bersikap
optimis terhadap perjanjian damai yang telah ditandatangani
pada 9 Desember lalu.
Menurut hemat saya, kesepakatan damai itu tidak akan
berarti bila tidak didukung oleh semua elemen masyarakat.
“Mari sama-sama kita menyatukan persepsi sehingga Aceh
kembali jaya seperti dulu, jangan ajak lagi rakyat berontak”.
Penandatanganan penghentian permusuhan RI-GAM bukan
segala-galanya, tetapi itu merupakan langkah awal bagi
tercapainya kedamaian yang diharapkan rakyat, sehingga tidak
ada lagi desas-desus yang dapat merugikan masyarakat banyak,
denagn upaya melakukan pembodohan terhadap rakyat,
janganlah kita melanggar kesepakatan yang sudah dicapai, Mari
kita membangun Aceh Besar, kalau Ulama melalui dakwah
“Amar makruf nahi mungkar”, dan para khatib tentu melalui
khutbahnya.
Demikianlah sambutan dan harapan saya pada
kesempatan ini, akhirnya dengan mengucapkan
“Bismillahirrahmanirrahim”, Acara pelatihan khatib Angkatan
ke –III Majelis Permusyawaratan Ulama Kab. Aceh Besar
dengan resmi saya nyatakan dibuka, semoga Allah SWT selalu
memberkahi kita semua. Amiin.

Kota Jantho, 25 Januari 2003 M


22 Dzulqa’dah 1423 H

BUPATI ACEH BESAR

DRS. H. SAYUTHI IS, MM

Anda mungkin juga menyukai