Dosen Pengampu :
Prof.Dr.Ir.Teguh Soedarto,MP
Disusun Oleh :
1. Britannia Abigail. R (19024010118)
2. Siti Fadilah Nurrah.M (19024010131)
Memasuki era perdagangan bebas, sumber daya manusia menjadi sangat penting bagi
perusahaan untuk dapat bersaing secara global. Kemajuan teknologi yang semakin canggih
dan peran teknologi informasi yang sangat maju menjadikan tidak adanya batas antara negara
dan menciptakan adanya global village. Peranan sumber daya manusia yang ditegaskan
dalam garis-garis besar haluan negara, bahwa untuk pembangunan jangka panjang titk berat
pembangunan adalah pembangunan ekonomi seiring dengan pembangunan sumber daya
manusia. Agar pembangunan sumber daya manusia dapat berhasil dengan baik diperlukan
pendidikan dan pelatihaan untuk meningkatkan keterampilan dan produktivitas kerja
dilingkungan perusahaannya. Secanggih-canggihnya sarana dan prasarana yang dimiliki
perusahaan tanpa ditunjang oleh sumber daya manusia yang berkualitas, dapat diperkirakan
perusahaan tersebut sulit untuk maju dan berkembang. Pengembangan sumber daya manusia
pada hakekatnya adalah dalam rangka meningkatkan kemampuan sehingga dapat dicapai
produktivitas yang lebih tinggi. Oleh karena itu kita perlu menyiapkan sumber daya manusia
yang profesional dalam bidang industri, teknik, ekonomi maupun bidang-bidang yang lain
agar kita tidak dijajah negara- negara maju.
Manajemen adalah fungsi yang berhubungan dengan upaya mewujudkan hasil tertentu
kegiatan orang lain. Hal ini berarti bahwa sumber daya manusia mempunyai peran penting
dan dominan dalam manajemen. Manajemen sumber daya manusia mengatur dan menetapka
program kepegawaian yang mencakup masalah :
1. Penetapan jumlah, kualitas dan penetapan tenaga kerja yang efektif dan sesuai dengan
kebutuhan perusahaan berdasarkan job description, job specification, job requirement dan job
evaluation.
2. Penetapan penarikan, seleksi dan penetapan tenaga kerja berdasarkan azas the right man in
the right place and the right man on the right job.
3. Penetapan program kesejahteraan, pengembangan, promosi dan pemberhentian.
4. Peramalan penawaran dan permintaan sumber daya manusia pada masa yang akan datang.
5. Perkiraan keadaan perekonomian pada umumnya dan perkembangan suatu
perusahaan pada khususnya.
Untuk mengatasi tantangan globalisasi diperlukan perubahan cara kerja baru yang lebih
efektif dan efisien, yang lebih demokratis dan terbuka, lebih rasional dan fleksibel serta lebih
bersifat terdensentralisasi .Bilamana perubahan manajemen dikelola dengan baik maka akan
dipetik keuntungan yang berupa tumbuhnya banyak prakarsa, aneka ragam kreativitas dan
dorongan partisipasi yang makin besar. Pertumbuhan tersebut akan mendorong terwujudnya
kemandirian yang harus menjadi ciri utama pembangunan dalam rangka menghadapi
kehidupan masa depan. Perubahan tersebut akan dapat terlaksana bilamana didahului oleh
perubahan sikap dan perilaku sumber daya manusia yang akan menjadi pendukung utama
peruban manajemen tersebut. Untuk itu diperlukan langkah kegiatan yang berupa mencari
nilai-nilai baru, kemudian dimasyarakatkan atau dilatih, dilaksaanakan, disempurnakan terus,
menjadi kebiasaan kerja dan akhirnya menjadi budaya kerja baru yang dimilikinya.
C. Persaingan Global
Pengertian persaingan berbeda dengan daya saing, istilah persaingan yaitu berarti usaha
memperlihatkan keunggulan masing-masing yang dilakukan oleh perseorangan
(perusahaan,negara) pada bidang perdagangan, produksi, persenjataan, dsb. Makna
persaingan bisa berarti positif dan bisa berarti negatif. Persaingan dalam arti positif
menggambarkan keunggulan suatu individu, korporasi atau bangsa dengan memanfaatkan
segala kemampuan yang dimilikinya untuk menghasilkan sesuatu sehingga melebihi apa
yang dapat dilakukan oleh individu, korporasi maupun bangsa lainnya. Artinya kemampuan
yang digunakan tidak mengaggu tatananan dari persaingnya. Sedangkan persaingan dalam
arti negatif lebih cenderung untuk mencari kelemahan lawan dari pesaingnya dengan
berbagai cara yang sportif sehingga lawannya mengalami kendala atau kegagalan dalam
mencapai tujuannya. Persaingan dalam arti negatif merupakan keadaan yang dapat kita lihat
dalam kehidupan sehari-hari .
Pengelolaan sumber daya manusia adalah kunci utama dalam pengembangan bisnis
perusahaan karena perannya yang sangat penting. yaitu: memberikan kontribusi strategis bagi
bisnis, mendorong perubahan, berperan dalam menetapkan strategi dalam perusahaan,
memerlukan pengambilan keputusan penting dan meningkatkan nilai tambah bagi
perusahaan. Untuk itu sumberdaya manusia yang ada dalam organisasi perlu mendapat
perhatian agar senantiasa sumberdaya manusia yang tersedia selalu memiliki motivasi kerja
yang tinggi agar tujuan organisasi dapat dicapai dengan efektif dan efisien. Dalam kaitan
dengan kinerja yang ditujukkan oleh karyawan, faktor yang pantas diperhatikan adalah
semangat kerja yang tinggi dan juga kompensasi yang diterima oleh pegawai yang
bersangkutan. Selain itu, meskipun kepada karyawan diberikan rangsangan yang layak,
semangat kerja karyawan dapat menjadi jelek apabila lingkungan kerjanya diabaikan. Oleh
sebab itu, lingkungan kerja pegawai selalu harus baik dan kondusif agar pegawai mempunyai
tingkat semangat kerja yang tinggi didalam melaksanakan tugas-tugasnya. Karena apabila
lingkunagn kerja pegawai tidak baik dan tidak kondusif, maka semangat kerja pegawai akan
menurun yang akhirnya mengakibatkan menurunnya presrtasi kerja dan lingkungan kerja
pegawai di dalam mencapai tujuan orgaisasi secara efektif dan efisien.
Hubungan Globalisasi dan Sumber daya manusia lalu Istilah globalisasi sebenarnya
sudah sering dipergunakan sejak beberapa tahun terakhir ini. Bahkan tidak sedikit pelaku
bisnis di dunia dan juga di Indonesia yang sudah memahaminya. Namun, implikasi
globalisasi pada manajemen sumber daya manusia tampaknya masih kurang diperhatikan
secara proporsional karena tolok ukur keefektifannya kurang memiliki keterkaitan langsung
dengan strategi bisnis. Fakta menunjukkan bahwa peranan manusia dalam menunjang
pengimplentasian suatu strategi perusahaan, SBU (Strategic Business Unit) maupun
fungsional sangat penting dan menentukan. Banyak perusahaan yang telah melakukan
program-program pelatihan dan pengembangan sumber daya manusia sebagai tanggapan
dalam mengantisipasi suatu perubahan lingkungan yang sangat cepat. Globalisasi adalah
suatu kenyataan dan akan mempunyai dampak langsung maupun tidak langsung pada
kebanyakan aspek bisnis di Indonesia. Untuk memenangkan persaingan di pasar global,
perusahaan harus berupaya antara lain dalam layanan yang luar biasa pada pelanggan,
pengembangkan kemampuan-kemampuan baru, produk baru yang inovatif, komitmen
karyawan/wati, pengelolaan perubahaan melalui kerja sama kelompok. Perusahaan dituntut
berpikir global (think globally dan act locally) serta mempunyai visi dan misi yang jauh
berwawasan ke depan.
Mendapatkan calon karyawan yang berkualitas dan professional di Indonesia tidak
selalu mudah. Kenyataan menunjukkan bahwa lebih dari seratus ribu lowongan pekerjaan di
Indonesia tidak terisi. Hal tersebut disebabkan antara lain karena ketidaksesuaian antara job
requirements dengan kompetensi calon. Bajak-membajak tenaga profesional dan headhunting
masih sering terjadi hingga saat ini. Tenaga profesional asing masih banyak dipekerjakan
untuk menduduki posisi-posisi tertentu terutama di perusahaan besar yang berorientasi
internasional. Bahkan tidak tertutup kemungkinan bahwa akan lebih banyak lagi expatriate
yang akan bekerja di Indonesia mendatang. strategi sumber daya manusia berkaitan dengan
misi, visi, strategi perusahaan, SBU (Strategy Business Unit) dan juga strategi fungsional.
Penentuan strategi sumber daya manusia perlu memperhatikan dan mempertimbangkan misi,
visi, serta strategi korporat, serta perlu dirumuskan secara logis, jelas dan aplikabel. Strategi
sumber daya manusia mendukung pengimplementasian strategi korporat dan perlu
diterjemahkan dalam aktivitas-aktivitas SDM, kebijakan- kebijakan, program-program yang
sejalan dengan strategi perusahaan. Ketidaksesuaian antara strategi SDM dan strategi
perusahaan akan mempengaruhi pencapaian sasaran perusahaan. Sebaliknya kesesuaian
antara strategi perusahaan dan strategi SDM perlu diupayakan mendorong kreativitas dan
inovasi karyawan dalam mencapai sasaran perusahaan.
Strategi SDM berkaitan antara lain dengan pembentukan suatu budaya perusahaan yang
tepat, perencanaan SDM, mengaudit SDM baik dari segi kuantitatif maupun kualitatif, serta
mencakup pula aktivitas SDM seperti pengadaan SDM (dari rekrutmen sampai pada seleksi),
orientasi, pemeliharaan, pelatihan dan pengembangan SDM, penilaian SDM. Dalam
menentukan strategi SDM, faktor-faktor eksternal perlu dipertimbangkan mengacu pada
future trends and needs, demand and supply, peraturan pemerintah, kebutuhan manusia pada
umumnya dan karyawan pada khususnya, potensi pesaing, perubahan-perubahan sosial,
demografis, budaya maupun nilai-nilai, teknologi. Kecenderungan perubahan lingkungan
akan mempengaruhi perubahan strategi perusahanan yang juga berarti bahwa strategi SDM
pun perlu dipertimbangkan ulang, dan kemungkinan besar perlu disesuaikan. Perubahan
strategi SDM bukanlah sesuatu yang tabu namun perlu dilakukan dengan pertimbangan yang
matang. Salah kunci yang sangat penting dalam meraih keuntungan kompetitif adalah melalui
pengelolaan sumber daya manusia secara efektif.
Membicarakan masalah sumber daya manusia (SDM) merupakan masalah yang mudah
dan sekaligus juga sulit. Mengapa dikatakan mudah? Seringkali kita banyak menyatakan
dalam bentuk teoritis, namun dalam realita / kenyataannya sangat sulit untuk dilaksanakan.
Berkenaan dengan masalah sumber daya manusia, menjadi perhatian dari semua organisasi,
baik itu organisasi bisnis maupun publik. Mengapa perhatian mengenai sumber daya manusia
itu menjadi sangat penting? Hal ini dapat dimaklumi karena manusia merupakan unsur yang
sangat penting dalam organisasi, di samping unsur yang lain. Karena manusialah yang
menciptakan berbagai inovasi dan menyebabkan organisasi berkembang dan dikenal secara
luas . SDM adalah satu-satunya “senjata” yang masih tersisa pada saat ini untuk dapat
menciptakan keunggulan kompetitif, yang menjadi ciri dari era globalisasi adalah
perkembangan yang begitu pesat dalam bidang transformasi, telekomunikasi dan informasi.
Antara Negara yang satu dengan Negara yang lain seolah tiada jarak. Disamping itu kondisi
ekonomi juga berkembang dengan cepat. Perusahaan-perusahaan multinasional besar dengan
kemampuan dan tekhnologinya telah mampu menaikkan efisiensi ekonominya dengan belajar
tentang dan mendapatkan masukan berupa bahan sumber daya manusia (SDM), dan modal
dari sumber-sumber yang paling efektif di seluruh dunia. Lebih jauh lagi, tekhnologi baru di
bidang informasi dan komunikasi memungkinkan organisasi-organisasi itu memasarkan
produknya secara internasional, memperluas bidang lingkupnya dengan mengambil tindakan
dan meningkatkan efisiensi ekonomi mereka. Jadi, globalisasi yang pada intinya merupakan
rekayasa ekonomi itu telah menjadikan kehidupan manusia menjadi begitu terbuka. Hal ini
menyebabkan semakin tajamnya persaingan antar negara dan organisasi dalam merebut pasar
serta usaha menghasilkan kinerja dan kualitas produk yang prima. Untuk ini semua, maka
pada gilirannya organisasi bisnis yang terlibat dalam persaingan itu akan menuntut kualitas
sumber daya manusia yang tinggi dan mampu bersaing. Singkatnya, dalam alam keterbukaan
itu kualitas manusia menjadi kunci keberhasilan dalam persaingan di era global.
Pelatihan dan pengembangan dapat dilakukan karena adanya kondisi: Pertama: pada saat
pekerjaan mewajibkan individu-individu supaya memiliki keahlian, pengetahuan, atau sikap
yang berbeda dari yang saat ini dimilikinya. Kedua: ketika kemajuan dalam organisasi atau di
luar organisasi yang mensyaratkan individu agar memiliki keahlian, pengetahuan, dan sikap
yang berbeda. Jenis pengembangan yang dilakukan untuk peningkatan kapabilitas karyawan
sangat bergantung pada kondisi individu dan kapabilitas yang dibutuhkan organisasi. Akan
tetapi pada umumnya pengembangan SDM yang dilakukan dalam peningkatan kapabilitas
karyawan adalah dalam hal orientasi pada pekerjaan, kualitas pengambilan keputusan, nilai-
nilai etika dan ketrampilan teknis. Dalam hal kapabilitas non-teknis akan efektif dilakukan
melalui proses sosialisasi pekerjaan atau jalur tidak formal. Dalam prakteknya,
pengembangan merupakan proses sepanjang masa ketika karyawan bekerja pada
organisasinya. Artinya pengembangan sudah sebagai kebutuhan organisasi dan individu
secara bersinambungan sesuai dengan dinamika eksternal. Dengan demikian aset SDM yang
berupa pengetahuan, ketrampilan dan sikap perlu dipersiapkan dan dikembangkan untuk
penyesuaian dengan pekerjaan baru, promosi dan pekerjaan baru setelah karyawan pensiun.
Pengembangan kualitas sumber daya manusia dapat pula dilakukan dengan pendekatan
human capital yang menekankan pada 3 pendekatan, yaitu pendekatan kapital intelektual,
pendekatan kapital sosial, pendekatan kapital lembut/ soft capital. Penjelasan ketiga
pendekatan human capital tersebut adalah sebagai berikut:
1. Kapital intelektual
Kapital intelektual adalah perangkat yang diperlukan untuk menemukan peluang dan
mengelola ancaman dalam kehidupan. Banyak pakar yang mengatakan bahwa kapital
intelektual sangat besar peranannya di dalam menambah nilai suatu kegiatan. Berbagai
organisasi yang unggul dan meraih banyak prestasi adalah organisasi yang terus menerus
mengembangkan sumberdaya manusianya. Berdasarkan pendekatan ini manusia harus
memiliki sifat proaktif dan inovatif untuk mengelola perubahan lingkungan kehidupan
(ekonomi, sosial, politik, teknologi, hukum dll) yang sangat tinggi kecepatannya. Dalam
kondisi yang ditandai oleh perubahan yang super cepat manusia harus terus memperluas dan
mempertajam pengetahuannya. dan mengembangkan kretifitasnya untuk berinovasi.
Pengembangan kapital intelektual tersebut dapat dilakukan melalui pendidikan formal
maupun informal.
2. Kapital Sosial
Kapital sosial adalah kemampuan membangun jaringan sosial. Semakin luas pergaulan
seseorang dan semakin luas jaringan hubungan sosial (social networking) semakin tinggi nilai
seseorang. Kapital sosial dimanifestasikan pula dalam kemampuan untuk bisa hidup dalam
perbedaan dan menghargai perbedaan (diversity). Pengakuan dan penghargaan atas
perbedaan adalah suatu syarat tumbuhnya kreativitas dan sinergi. Kemampuan bergaul
dengan orang yang berbeda, dan menghargai dan memanfaatkan secara bersama perbedaan
tersebut akan memberikan kebaikan buat semua. Dalam era globalisasi sekarang ini terutama
untuk organisasi bisnis untuk bisa bersaing dalam kancah Internasional harus mempunyai
kemampuan kapital sosial, yaitu bagaimana mampu menjalin kerjasama dengan organisasi
internasional atau negara lain dalam rangka mengembangkan organisasinya. Dalam
mengembangkan kapital sosial tertentu dengan melakukan assesment mengenai strenghts dan
areas for development dari tiap individu (karyawan). Assesment dapat dilakukan dengan
melalui pola assessment center atau juga melalui observasi dan evaluasi dari atasan masing-
masing (cara ini lebih praktis dibanding harus menggunakan assessment center).
Kapital lembut disebut dengan “soft capital” adalah kapital yang diperlukan untuk
menumbuhkan kapital sosial dan kapital intelektual. Hancurnya bangsa ini karena tidak
adanya sifat amanah, sifat jujur, beretika yang baik, bisa dipercaya dan percaya pada orang
lain (trust), mampu menahan emosi, disiplin, pemaaf, penyabar, ikhlas, dan selalu ingin
menyenangkan orang lain. Sifat yang demikian ini sangat diperlukan bagi upaya untuk
membangun masyarakat yang beradab dan berkinerja tinggi. Demikian tadi usaha
pengembangan kualitas sumber daya manusia, yang dapat dilakukan melalui tiga jalur, yaitu
pertama: jalur pendidikan: baik umum maupun kejuruan, pendidikan formal maupun
informal. Organizational Learning dapat masuk dalam jalur pendidikan (baik formal maupun
informal) karena organisasi belajar merupakan pendidikan sepanjang masa, yang dapat
dilakukan setiap individu untuk mengembangkan kemampuannya, menumbuhkan keinginan
belajar dan mengembangkan potensi diri. Ketiga pendekatan yaitu kapital intelektual, kapital
sosial, dan kapital lembut dapat dimasukkan dalam program pendidikan dan pelatihan (baik
secara formal maupun informal).
Sumber Daya Manusia merupakan salah satu faktor kunci dalam reformasiekonomi, yakni
bagaimana menciptakan SDM yang berkualitas dan memiliki keterampilan serta berdaya
saing tinggi dalam persaingan global yang selama ini kita abaikan. Kurang lebih
permasalahan SDM di Indonesia dalam persaingan global adalah :
1) Adanya ketimpangan antara jumlah kesempatan kerja dan angkatan kerja. Jumlah
angkatan kerja nasional pada krisis ekonomi tahun pertama (1998) sekitar 92,73 juta
orang, sementara jumlah kesempatan kerja yang ada hanya sekitar 87,67 juta orang
dan ada sekitar 5,06 juta orang penganggur terbuka (open unemployment). Angka ini
meningkat terus selama krisis ekonomi yang kini berjumlah sekitar 8 juta.
2) Tingkat pendidikan angkatan kerja yang ada masih relatif rendah. Struktur pendidikan
angkatan kerja Indonesia masih didominasi pendidikan dasar yaitu sekitar 63,2 %.
masalah tersebut menunjukkan bahwa ada kelangkaan kesempatan kerja dan
rendahnya kualitas angkatan kerja secara nasional di berbagai sektor ekonomi.
3) Lesunya dunia usaha akibat krisis ekonomi yang berkepanjangan sampai saat ini
mengakibatkan rendahnya kesempatan kerja terutama bagi lulusan perguruan tinggi.
Sementara di sisi lain jumlah angkatan kerja lulusan perguruan tinggi terus
meningkat. Sampai dengan tahun 2000 ada sekitar 2,3 juta angkatan kerja lulusan
perguruan tinggi. Kesempatan kerja yang terbatas bagi lulusan perguruan tinggi ini
menimbulkan dampak semakin banyak angka pengangguran sarjana di Indonesia.
Menurut catatan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (Ditjen Dikti) Depdiknas
angka pengangguran sarjana di Indonesia lebih dari 300.000 orang.
4) Lemahnya perguruan tinggi dalm menciptakan SDM yang handal profesional dan
punya daya saing tinggi. Ini ditandai dengan Fenomena meningkatnya angka
pengangguran sarjana. Hal tersebut merupakan kritik bagi perguruan tinggi, karena
ketidakmampuannya dalam menciptakan iklim pendidikan yang mendukung
kemampuan wirausaha mahasiswa.
5) Belum adanya kesadaran bagi pemerintah bangsa Indonesia untuk memperbaik SDM
Indonesia. Dilihat dari rendahnya alokasi APBN untuk sektor pendidikan tidak lebih
dari 12% pada pemerintahan di era reformasi. Keadaan ini menunjukkan bahwa
belum ada perhatian serius dari pemerintah pusat terhadap perbaikan kualitas SDM.
Padahal sudah saatnya pemerintah baik tingkat pusat maupun daerah secara serius
membangun SDM yang berkualitas. Sekarang bukan saatnya lagi Indonesia
membangun perekonomian dengan kekuatan asing. Tapi sudah seharusnya bangsa
Indonesia secara benar dan tepat memanfaatkan potensi sumberdaya daya yang
dimiliki (resources base) dengan kemampuan SDM yang tinggi sebagai kekuatan
dalam membangun perekonomian nasional
Masalah SDM inilah yang menyebabkan proses pembangunan yang berjalan selama ini
kurang didukung oleh produktivitas tenaga kerja yang memadai. Itu sebabnya keberhasilan
pembangunan yang selama 32 tahun dibanggakan dengan tingkat pertumbuhan rata-rata 7%,
hanya berasal dari pemanfaatan sumberdaya alam intensif (hutan, dan hasil tambang), arus
modal asing berupa pinjaman dan investasi langsung. Dengan demikian, bukan berasal dari
kemampuan manajerial dan produktivitas SDM yang tinggi. Keterpurukan ekonomi nasional
yang berkepanjangan hingga kini merupakan bukti kegagalan pembangunan akibat dari
rendahnya kualitas SDM dalam menghadapi persaingan ekonomi global (Arif, 2018).
Kualitas sumber daya manusia pada dasarnya berkenaan dengan keahlian, kemampuan
dan ketrampilan kerja seseorang melakukan berbagai kegiatan untuk menghasilkan barang
dan jasa yang ikut serta menentukan kualitas hidupnya. Jadi kalau kita berbicara soal
pengembangan kualitas sumber daya manusia berarti usaha peningkatan keahlian,
kemampuan dan ketrampilan kerja seseorang. Secara garis besarnya, bagi tenaga yang berada
pada tingkat bawah/operasional menyangkut masalah kualitas teknis-operasionalnya, yang
tingkat menengah menyangkut kualitas teknis operasional, supervisory dan manajerialnya,
dan yang bekerja pada tingkat yang tinggi menyangkut kualitas manajerial dan
komunikasinya.
Untuk keperluan peningkatan kualitas, pada dasarnya dapat dilakukan melalui 3 jalur
utama, yaitu jalur pendidikan formal, jalur latihan kerja dan jalur pengembangan/
pengalaman di tempat kerja :
♦ Jalur pendidian formal. Terdiri dari pendidikan umum dan kejuruan mulai dari tingkat
sekolah dasar, sekolah menengah tingkat pertama dan atas, dan perguruan tinggi. Jalur
pendidikan formal ini bertujuan untuk membekali seseorang dengan dasar-dasar pengetahuan,
teori dan logika, pengetahuan umum, kemampuan analisis, serta pengembangan watak dan
kepribadian.
♦ Jalur latihan kerja. Jalur ini merupakan proses pengembangan keahlian dan ketrampilan
kerja. Tujuan latihan kerja ini adalah meningkatkan kemampuan profesional dan
mengutamakan praktek daripada teori. Sistem latihan kerja dapat dipandang sebagai
suplemen atau kelengkapan sistem pendidikan formal. Tegasnya nilai-nilai masyarakat yang
menyangkut sikap mental, moral dan dedikasi seseorang dikembangkan melalui sistem
pendidikan formal. Sementara sikap mental, moral dan dedikasi terhadap pelaksanaan tugas
dapat dikembangkan melalui sistem latihan kerja. Pada dasarnya nilai pengembangan bakat,
kreativitas, inovasi, ketrampilan dan motivasi kerja ditumbuhkan di lingkungan pendidikan
formal dan dikembangkan dalam proses latihan kerja.
♦ Jalur pengalaman kerja. Yaitu wahana di mana seseorang dapat meningkatkan pengetahuan
tehnis maupun ketrampilan kerjanya dengan mengamati orang lain, menirukan, dan
melakukan sendiri tugas-tugas pekerjaan yang ditekuninya. Dengan melakukan pekerjaan
secara berulang-ulang, seseorang akan semakin mahir dalam melakukan pekerjaannya,
disamping itu akan dapat menemukan cara-cara yang lebih praktis, efisien dan lebih baik
dalam melaksanakan pekerjaannya.
Pendekatan latihan kerja dan pengalaman dapat dilakukan secara bersama-sama dalam
bentuk magang (apprenticeship) dan latihan di tempat kerja dapat dilakukan melalui jalur
pendidikan, khususnya program pelatihan. Beberapa tahun terakhir ini makin banyak
pembicaraan tentang pentingnya peranan inteligensi emosional (emotional intelligence) di
dalam menunjang kesuksesan hidup manusia. Upaya untuk menumbuhkan kapital sosial
banyak ditempuh melalui paket pelatihan inteligensi emosional, paket pelatihan Seven Habits
of Highly Effective People.Selain itu pelatihan team building melalui pendekatan pelatihan
outdoor/ outbound management training. Pelatihan dengan pengalaman langsung
(experiential learning) di alam terbuka menjadi semakin diperlukan. Pelatihan model ini akan
memudahkan untuk memahami betapa pentingnya kehadiran orang lain bagi kesuksesan
bersama sebagai bangsa.
Terdapat pula usaha pengembangan sumber daya manusia dengan cara pengembangan
sumber daya manusia berbasis kompetensi. Pengembangan sumber daya manusia berbasis
kompetensi tersebut dilakukan agar dapat memberikan hasil sesuai dengan sasaran dan tujuan
yang ditentukan organisasidengan standar yang telah ditentukan. Kompetensi merupakan
karakteristik yang mendasari seseorang dan berkaitan dengan efektivitas individu dalam
melaksanakan pekerjaannya. Kompetensi merupakan sesuatu yang melekat dalam diri
individu dan dapat digunakan untuk mengetahui / memprediksi tingkat kinerja individu.
Istilah globalisasi sebenarnya sudah sering dipergunakan sejak beberapa tahun terakhir ini.
Bahkan tidak sedikit pelaku bisnis di dunia dan juga di Indonesia yang sudah memahaminya.
Namun, implikasi globalisasi pada manajemen sumber daya manusia tampaknya masih
kurang diperhatikan secara proporsional karena tolok ukur keefektifannya kurang memiliki
keterkaitan langsung dengan strategi bisnis.
Namun yang perlu dipertanyakan adalah "Tepatkah program tersebut dilaksanakan?" kalau
jawabannya "ya" pertanyaan lain yang muncul adalah dasar dan keefektifan program, serta
keterpaduan program tersebut secara holistik dengan misi, visi, strategi serta budaya
perusahaan. Jawaban pertanyaan ini penting sebagai dasar mengevaluasi keefektifan program
pengembangan secara keseluruhan. Alat ukur keefektifan organisasi dan aktivitas sumber
daya manusia perlu dirancang secara profesional. Capital intellectual dan pengukurannya
akhirakhir ini sering dipertimbangkan sebagai alternatif yang menjanjikan kendati peng-
implemantasiannya tidak semudah yang diperkirakan.
Pada abad 21 ini pelaku bisnis harus pula mampu mengintegrasikan semua dimensi
lingkungan hidup sebab masyarakat akan "menuntut" tanggung jawab perusahaan akan faktor
lingkungan tersebut. Capra (1997) mengemukakan bahwa penggeseran paradigma mekanistik
ke paradigma holistik akan terus berjalan dengan sendirinya. Stakeholders akan jauh beragam
yang antara lain terdiri dari pemegang saham, karyawan, keluarga, pemasok, pelanggan,
komunitas, pemerintah, ekosistem. Optimalisasi keuntungan bukan merupakan penekanan
utama karena banyak faktor lain seperti misalnya SDM dan ikut menentu¬kan kelangsungan
hidup perusahaan.
Berbagai isu antara lain hak paten, royalti, ecolabelling, etika berbisnis, upah minimum
pekerja, tuntutan pelanggan, lingkungan bebas polusi, dsb ikut mewarnai dunia usaha diabad
ini. Dengan perkataan lain, pelaku bisnis harus tanggap menghadapi berbagai isu tersebut
dengan bijaksana. Selain itu, flexibility dan continuous learning merupakan karakteristik
yang sangat penting dan yang sudah perlu dipertimbangkan oleh pelaku bisnis untuk
menjawab tantangan perdagangan bebas yang semakin kompetitif.
Globalisasi adalah suatu kenyataan dan akan mempunyai dampak langsung maupun tidak
langsung pada kebanyakan aspek bisnis di Indonesia. Untuk memenangkan persaingan di
pasar global, perusahaan harus berupaya antara lain dalam layanan yang luar biasa pada
pelanggan, pengembangkan kemampuan-kemampuan baru, produk baru yang inovatif,
komitmen karyawan/wati, penge¬lolaan perubahaan melalui kerja sama kelompok.
Perusahaan ditun¬tut berpikir global (think globally dan act locally) serta mempunyai visi
dan misi yang jauh berwawasan ke depan.
Mendapatkan calon karyawan yang berkualitas dan professional di Indonesia tidak selalu
mudah. Kenyataan menunjukkan bahwa lebih dari seratus ribu lowongan pekerjaan di
Indonesia tidak terisi. Hal tersebut disebabkan antara lain karena ketidaksesuaian antara job
requirements dengan kompetensi calon. Bajak-membajak tenaga profesional dan headhunting
masih sering terjadi hingga saat ini. Tenaga profesional asing masih banyak dipekerjakan
untuk menduduki posisi-posisi tertentu terutama di perusahaan besar yang berorientasi
internasional. Bahkan tidak tertutup kemungkinan bahwa akan lebih banyak lagi expatriate
yang akan bekerja di Indonesia di mendatang.
Berdasarkan kenyataan ini, sedini mungkin SDM handal dan berkompetensi tinggi harus
disiapkan. SDM di negara kita tampaknya masih kurang menunjukkan kompetensi yang
diharapkan. Menurut BPS (2000), pada tahun 1999 dari 1.2 juta pencari kerja yang memenuhi
persyaratan untuk 0.5 juta lowongan kerja hanya 0.4 juta orang. Hal ini jelas memberi
indikasi terjadi suatu mismatch antara kompetensi calon karyawan dengan kompetensi yang
dibutuhkan. Mengacu pada kenyataan ini, SDM kita harus ditingkatkan sefektif mungkin.
Dunia bisnis akan semakin berorientasi global terlebih lagi jika implementasi perdagangan
bebas menjadi kenyataan. Kompetisi akan menjadi semakin ketat dan tuntutan dunia akan
meningkat. Hamel dan Prahalad mengatakan bahwa kompetisi pada masa depan tidak hanya
dapat dilakukan dengan redefinisi strategi namun perlu juga redefinisi peranan manajemen
atas dalam mencip¬takan strategi sebab itu peranan para pelaku bisnis dalam
mengidentifikasi bisnis masa depan, menganalisis, merencanakan, menentukan/merumuskan
serta mengimplementasi strategi yang tepat sangat esensial dan menentukan misalnya melalui
transformasi organisasi.
Taylor (1994) mengemukakan beberapa tindakan yang harus dilakukan dalam melakukan
transformasi organisasi agar berhasil dan siap menghadapi masalahan-masalah di masa depan
yaitu:
a) strectch goals yang mensyaratkan bahwa sasaran harus spe-sifik dan dapat diukur,
b) visi masa depan,
c) struktur yang ramp¬ing,
d) budaya baru yang mengacu pada profesionalisme, keterbukaan dan kerjasama
kelompok,
e) berorientasi pada mutu atau layanan berkelas dunia,
f) manajemen prestasi; mensyaratkan setiap individu memberikan produk
berkua¬litas dan layanan yang memuaskan,
g) Inovasi menyeluruh,
h) kemitraan dan jaringan kerja.
b) Penyesuaian Strategi, Struktur budaya dunia bisnis dan Sumber Daya Manusia. Tantangan
bagi manajemen global adalah mengubah konteks yang dalam pengembangan manajemen
tersebut harus dipikirkan tanggung jawab pengembangan sumber daya manusiamaupun
pekerja. Untuk itu perlu meninggalkan model ataupun pandangan tradisional, dan harus bisa
mulai berpikir kearah paradigma global dan bukan lagi domestik. Dalam proses ini tantangan
berat menuntut perubahan pandangan mengenai perekrutankaryawan, pelatihan, seleksi
pengendalian, pengawasan dan penilaian terhadap kualitas manajemen atau manajer yang
dimiliki, serta perubahan struktur organisasi seperti perampingan organisasi. Penyesuaian
organisasi dan manejemen kearah strategi, struktur budaya dan sumber daya manusia menjadi
global, difokuskan kepada lima factor pokok yaitu: 1) Nilai-nilai dan kualitas organisasi, 2)
Komunikasi dan organisasi belajar (learning organization), 3) Pengelolaan system keuangan,
4) Sistem informasi yang baik dan benar, 5) Sistem sumber daya manusia yang bermutu.
c) Pengakuan dan Penghargaan kepada manajer dan karyawan yang berprestasi. Persaingan
sehat harus diciptakan bagi manajer maupun karyawan, agar tercipta peningkatan kualitas dan
kemampuan teknis dan professional terhadap profesinya, agar dapat membantu pencapaian
tujuan organisasi yang telah ditetapkan. Pengakuan dan penghargaan kepada manajer dan
karyawan baik secara individu dan kelompok kerja (team work), merupakan suatu daya
dorong positif untuk mengelola organisasi bisnis yang sukses. Untuk itu perlu ketentuan atau
norma yang bisa dijadikan dasar penilaian dan penghargaan kepada organisasi bisnis, yang
meliputi input, proses dan output yang terukur, konsisten dan layak atas dasar prestasi yang
dicapai di masing-masing unit.
Salah satu indikasi dari globalisasi adalah perdagangan bebas antar negara. Dengan
terbukanya perdagangan bebas ini membawa peluang baru yang tidak terikat akan batas
negara dan juga berakibat akan terjadinya relokasi bagi sebagian atau seluruh proses produksi
barang dan jasa tertentu yang berasal dari negara lain ke wilayah negara tertentu atau
sebaliknya. Dengan demikian arus barang tersebut termasuk jasa tenaga kerja bebas tanpa
hambatan antar negara. Oleh karena itu untuk dapat berkembang pada globalisasi yang
ditandai perdagangan bebas tersebut dibutuhkan sumberdaya manusia yang professional dan
tenaga kerja yang memiliki skill serta wawasan global.
Menurut Rhinesmith dalam Muins (2007) menyatakan terdapat beberapa cara untuk
mengembangkan manajer berwawasan global yaitu:
1) Pencarian sumber daya global
Perusahaan atau dunia bisnis global tidak dapat dibatasi secara geografis dalam
kebijaksanaan pengelolaan sumber daya manusia mereka. Dunia bisnis global
harus mampu merekrut, melatih dan menempatkan tenaga kerja ahli mereka yang
terbaik serta menempatkan manajer mereka yang paling efektif dilokasi geografis,
memenuhi permintaan pasar. Kualifikasi demikian membutuhkan ketrampilan
yang terbaik tanpa memperdulikan kebangsaan dan hal ini merupakan suatu proses
pencarian sumber daya global.
2) Penilaian dan seleksi
Untuk menetapkan metode penilaian dan seleksi yang tepat guna memperoleh
sumber daya manusia yang profesioanl, berwawasan global dan mandiri dapat
menerapkan pendekatan SMILE yaitu: Speciality /memiliki keahlian khusus ,
Management Ability/ kemampuan manajemen, Internatioanal flexibility/kesediaan
untuk belajar dan menyesuaikan diri, Language facility/kemahiran dalam
berbahasa internasional, Endeavor/ketekunan dan ketabahan dalam menghadapi
resiko ketidakpastian/kegagalan dan sulit diramalkan.
3) Perencanaan karier internasional
Setiap manajer yang telah dikirim keluar negeri perlu dievaluasi sumbangannya
pada organisasi dalm bentuk ide, gagasan, terobosan baru yang disampaikan dan
bermanfaat bagi kemajuan dan peningkatan kinerja organisasi.Beberapa faktor
yang harus diperhatikan dalm merencanakan karier internasional yaitu para
manajer puncak harus pernah bekerja diluar negeri, pengalaman internasional
harus pernah diberikan pada awal karier, pekerjaan berskala internasional
merupakan pengembangan pekerjaan yang harus dilakukan dan dijadikan peluang
untuk mengembangkan diri.
4) Penggunaan penasihat berskala internasional
Untuk memiliki kader manajer berwawasan global yang berkualitas, profesioanal
dan kompeten, penggunaan penasihat perusahaan merupakan sebuah pilihan yang
harus dilakukan. Penasihat internasional bertindak sebagai konsultan baik terhadap
operasioanl manajemen maupun memberikan transfer pengalaman pada para
manajer sehingga memiliki tingkat kemampuan kepemimpinan yang memiliki
keunggulan kompetitif.
5) Pelatihan bisnis global
Pendidikan dan pelatihan untuk pengembangan sumber daya manusia guna
meningkatkan daya saing, kompetensi dan penguasaan pasar global sangat
diperlukan. Dalam pelatihan akan dikembangkan wawasan global seperti
pengetahuan tentang strategi, analisis struktur pasar dan produk, pengetahuan
tentang keuangan internasional, pengetahuan tentang valuta asing, pengetahuan
tentang perbankan dan moneter, pengetahuan tentang hukum internasional.
Demikian cara yang dapat dijadikan alternatif pendekatan untuk memberikan cara
pandang dan wawasan serta bekal bagi sumber daya manusia yang ingin meniti karier
memasuki pasar global.
Apabila telah mengaplikasikan cara-cara tersebut, untuk dapat sukses menjadi sumber
daya manusia dalam skala global, maka kualifikasinya masih harus ditambah dengan
penguasaan beberapa kompetensi. Selanjutnya menurut Muins (2007) menyebutkan ada 9
kompetensi yang harus dimiliki sumber daya manusia untuk dapat bersaing di pasar global
yaitu :
Sejalan dengan adanya arus perdagangan bebas, maka membawa konsekuensi munculnya
peluang untuk terjadinya sumber mobilitas tenaga kerja yang semakin luas dan tidak terikat
pada asal dan batas negara. Dengan demikian terbuka peluang pula kesempatan bagi tenaga
kerja suatu negara untuk memasuki dan bekerja di negara lain dan untuk mecapai
keberhasilan dapat ditunjang dengan memperhatikan penguasaan kompetensi seperti
dikemukakan diatas.
Arif Laksono. 2018. Permasalahan SDM di Indonesia Dalam Persaingan Global. Jakarta
Choiriyah, S., & Riyanto, S. (2020). Desain Pelatihan Pada Masa Pendemi Covid-19 (Studi
Kasus Penerapan Metode Constructive Learning Pada Penyampaian Pembelajaran Virtual
Learning). Syntax Idea, 2(8)
Ratna Djuwita Wahab, Staf Ahli Mentri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional Bidang
Perencanaan Ketenagakerjaan Nasional, —Kebijakan Nasional Pembinaan, Kompetensi
dan Standar Kualifikasi Tenaga Kerja Profesional Menyongsong Tata Perekonomian
Global Masyarakat“, Jakarta 1996.
Silalahi, E. (2020). New Normal, Babak Baru Peningkatan Kompetensi SDM yang
Berkeadilan Sosial. Refleksi, 54– 56. https://doi.org/10.1080/0449010 x.2015.1051708
Suwatno dan Donni Juni Priansa,2011,Manejemen sumber Daya Manusia,Alfabeta, Bandung.
Taylor, B. (1994), Successful Change Strategies, Simon & Schuster International, Co, GB
Willy Susilo, —Audit Sumber Daya Manusia“, Panduan Komprehensif Auditor dan
Praktisi Manajemen SDM serta Pimpinan Organisasi/Perusahaan, Depok, Agustustus 2002.