Anda di halaman 1dari 16

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian Siklus Hidup Produk


Siklus hidup produk adalah suatu konsep penting yang memberikan
pemahaman tentang dinamika kompetitif suatu produk. Seperti halnya
dengan manusia, suatu produk juga memiliki siklus atau daur hidup. Siklus
Hidup Produk (Product Life Cycle) ini yaitu suatu grafik yang
menggambarkan riwayat produk sejak diperkenalkan ke pasar sampai
dengan ditarik dari pasar . Siklus Hidup Produk (Product Life Cycle) ini
merupakan konsep yang penting dalam pemasaran karena memberikan
pemahaman yang mendalam mengenai dinamika bersaing suatu produk.
Konsep ini dipopulerkan oleh levitt (1978) yang kemudian penggunaannya
dikembangkan dan diperluas oleh para ahli lainnya. Menurut Kotler
(1997:306), yang menyatakan bahwa siklus hidup produk adalah suatu
konsep penting yang memberikan pemahaman tentang dinamika kompetitif
suatu produk. Tahap Siklus Hidup Produk (Product Life Cycle) suatu
produk dapat ditentukan dengan mengidentifikasikan statusnya dalam
market volume, rate of change of market volume.

2.2. Tahapan- Tahapan dalam Siklus Hidup Produk


Menurut Kotler (2000:304) daur hidup produk terdiri dari empat
tahap, yaitu:
1. Tahap Perkenalan (Introduction)
Tahap ini baru dimulai saat produk baru diluncurkan, karena
diperlukan waktu untuk meluncurkan produk ke beberapa pasar dan
memenuhi saluran penyalur, pertumbuhan penjualan mungkin lambat.
Laba negatif atau rendah dan biaya distribusi dan promosi yang berat.
Banyak dana di perlukan untuk menarik distributor. Penyalur promosi
berada pada rasio yang tinggi terhadap penjualan karena diperlukan
usaha promosi yang gencar untuk :
a. Menginformasikan pembeli potensial tentang produk baru dan belum
dikenal
b. Membujuk orang agar membeli produk tersebut
c. Mengamankan distribusi di toko – toko eceran

Perusahaan memusatkan penjualan pada pembeli yang paling siap


untuk membeli,biasanya kelompok berpendapatan tinggi. Selain itu harga
cenderung tinggi karena :
a. Biaya tinggi karena tingkat keluaran ( output ) relatif rendah.
b. Masalah teknologi dalam produksi mungkin belum dikuasi sepenuhnya
c. Diperlukan margin yang tinggi untuk menoppang pengeluaran promosi
besar – besaran yang diperlukan untuk mencapai pertumbuhan .
2. Tahap Pertumbuhan (Growth)
Tahap pertumbuhan ditandai dengan peningkatan pesat dalam
penjualan. Penerima awal menyukai produk tersebut, dan konsumen
tambahan mulai membeli produk tersebut. Para pesaing baru memasuki
pasar, tertarik dengan kesempatan produksi dan laba berskala besar.
Mereka memperkenalkan keistimewaan produk baru dan memperluas
jaringan distribusi.
Harga tetap bertahan atau turun sedikit, bergantung pada beberapa
cepat permintaan meningkat. Berbagai perusahaan mempertahankan
pengeluaran promosi mereka pada tingkat yang sama atau sedikit lebih
untuk mengimbangi persaingan dan untuk terus mendidik pasar.
Penjualan meningkat lebih cepat dari pada pengeluaran promosi,
menyebabkan penurunan rasio promosi penjualan.laba meningkat selama
tahap pertumbuhan, karena :
a. Biaya promosi dibagi pada volume besar.
b. Biaya produksi per unit turun lebih cepat dari pada penurunan harga
karena pengaruh kemahiran produsen.
Tingkat pertumbuhan akhirnya berubah dari tingkat percepatan ke
tingkat pelambatan. Perusahaan harus memperhatikan saat dimulainya
tingkat perlambatan untuk menyiapkan strategi baru.
3. Tahap Kedewasaan (Maturity)
Pada suatu titik, pertumbuhan penjualan produk akan melambat dan
produk akan memasuki tahap kedewasaan relatif. Tahap ini biasanya
lebih lama dari pada tahap – tahap sebelumnya, dan merupakan tantangan
berat bagi manajemen pemasaran. Sebagian besar produk berada dalam
tahap kedewasaan dari siklus hidup karenanya kebanyakan manajem,en
pemasaran berhubungan dengan produk yang dewasa. Tahap ini dapat di
bagi menjadi tiga fase, yaitu :
a. Kedewasaan Tumbuh ( Growth Maturity )
Tingkat penjualan perusahaan semakin menurun, tidak ada saluran
distribusi baru dapat diisi, walaupun beberapa pembeli yang terlambat
masih memasuki pasar.
b. Kedewasaan Stabil ( Stable Maturity )
Penjualan menjadi datar dalam basis per kapita karena kejenuhan
pasar. Sebagian besar konsumen potensial telah mencoba produk itu,
dan penjualan masa depan ditentukan oleh pertumbuhan populasi dan
permintaan pengganti.
c. Kedewasaan Menurun ( Decaying Maturity )
Tingkat penjualan absolut mulai menurun, dan pelanggan mulai
beralih ke produk lain dan substitusi.
4. Tahap Penurunan (Decline)
Penjualan sebagian besar bentuk dan merek produk pada akhirnya
menurun. Penurunan penjualan bisa lambat dan jatuh sampai titik nol,
atau bertahan pada titik terendah. Penjualan menurun karena faktor –
faktor seperti :
a. Perkembangan Teknologi.
b. Pergeseran dan konsumen.
c. Meningkatkan pesaing dalam dan luar negeri
Hal ini semua mengakibatkan kelebihan kapasitas, meningkatkan
perang harga, dan erosi laba. Saat penjualan menurun, beberapa
perusahaan mengundurkan diri dari pasar. Perusahaan yang bertahan
mungkin mengurangi jumlah penawaran produk. Mereka mungkin
mengundurkan dari segmen pasar yang lebih kecil dari jalur perdagangan
yang lebih lemah, dari mereka mungkin memotong anggaran promosi
dan menurunkan harga lagi. Suatu produk memiliki siklus hidup adalah
untuk menegaskan empat hal, yaitu :
a. Produk memiliki umur yang terbatas
b. Penjualan produk melewati tahap – tahap yang berbeda, dengan
tantangan yang berbeda bagi penjual
c. Laba naik dan turun pada tahap yang berbeda dalam siklus hidup
produk

Sedangkan Menurut Basu Swastha (1984:127-132), daur hidup produk


itu di bagi menjadi empat tahap, yaitu :
1. Tahap perkenalan (Introduction)
Barang mulai dipasarkan dalam jumlah yang besar walaupun
volume penjualannya belum tinggi. Barang yang di jual umumnya barang
baru (betul-betul baru) Karena masih berada pada tahap permulaan,
biasanya ongkos yang dikeluarkan tinggi terutama biaya periklanan.
Promosi yang dilakukan memang harus agfesif dan menitikberatkan pada
merek penjual. Di samping itu distribusi barang tersebut masih terbatas
dan laba yang diperoleh masih rendah.
2. Tahap pertumbuhan (growth)
Dalam tahap pertumbuhan ini, penjualan dan laba akan meningkat
dengan cepat. Karena permintaan sudah sangat meningkat dan
masyarakat sudah mengenal barang bersangkutan, maka usaha promosi
yang dilakukan oleh perusahaan tidak seagresif tahap sebelumnya. Di
sini pesaing sudah mulai memasuki pasar sehingga persaingan menjadi
lebih ketat. Cara lain yang dapat dilakukan untuk memperluas dan
meningkatkan distribusinya adalah dengan menurunkan harga jualnya.
3. Tahap kedewasaan (maturity)
Pada tahap kedewasaan ini kita dapat melihat bahwa penjualan
masih meningkat dan pada tahap berikutnya tetap. Dalam tahap ini, laba
produsen maupun laba pengecer mulai turun. Persaingan harga menjadi
sangat tajam sehingga perusahaan perlu memperkenalkan produknya
dengan model yang baru. Pada tahap kedewasaan ini, usaha periklanan
biasanya mulai ditingkatkan lagi untuk menghadapi persaingan.
4. Tahap kemunduran (decline)
Hampir semua jenis barang yang dihasilkan oleh perusahaan selalu
mengalami kekunoan atau keusangan dan harus di ganti dengan barang
yang baru. Dalam tahap ini, barang baru harus sudah dipasarkan untuk
menggantikan barang lama yang sudah kuno. Meskipun jumlah pesaing
sudah berkurang tetapi pengawasan biaya menjadi sangat penting karena
permintaan sudah jauh menurun.Apabila barang yang lama tidak segera
ditinggalkan tanpa mengganti dengan barang baru, maka perusahaan
hanya dapat beroperasi pada pasar tertentu yang sangat terbatas.
Altematif-alternatif yang dapat dilakukan oleh manajemen pada
saat penjualan menurun antara lain:
a. Memperbarui barang (dalam arti fungsinya).
b. Meninjau kembali dan memperbaiki progrcm pemasaran serta
program produksinya agar lebih efisien.
c. Menghilangkan ukuran, warna, dan model yang kurang baik.
d. Menghilangkan sebagian jenis barang untuk mencapai laba optimum
pada barang yang sudah ada.
e. Meninggalkan sama sekali barang tersebut.

2.3. Karakteristik Tahap- Tahap dalam Siklus Hidup Produk


1. Perkenalan
Apabila produk sudah siap dibeli konsumen di pasar maka saat itu
sebenarnya tahap perkenalan sudah dimulai. Pengisian kembali produk
pada penyalur memerlukan waktu yang cukup lama karena konsumen
baru mengenalnya sehingga penjualan produk pada tahap ini berjalan
lambat. Alasan yang menjadikan laju pertumbuhan produk pada tahap ini
rendah antara lain:
a. Tertundanya perluasan kapasitas produksi
b. Masalah-masalah teknis
c. Terlambatnya distribusi produk di tingkat pengecer akhir
d. Konsumen enggan merubah kebiasaan yang sudah mapan
e. Sedikitnya konsumen yang mampu membeli (jika harga produk
mahal)
Jumlah keuntungan yang diperoleh perusahaan dalam tahap ini sangat
sedikit bahkan banyak diantaranya yang menderita kerugian karena hasil
penjualan masih rendah sedangkan biaya distribusi dan promosi
cenderung tinggi. Dana yang besar ini diperlukan untuk menarik
distributor dan mengisi saluran pipa distribusi. Pengeluaran untuk
promosi adalah yang tertinggi dalam persentase terhadap penjualan,
dengan sasaran:
a. Memberi tahu konsumen potensial atas hadirnya produk baru yang
sama sekali belum dikenal
b. Membujuk konsumen untuk mencoba
2. Pertumbuhan
Tanda lahirnya tahapan ini yaitu terjadinya pelonjakan hasil
penjualan. Para pengadopsi dini (early adopter) yang merupakan
konsumen pelopor merasa terpuaskan dengan produk perusahaan yang
selanjutnya akan diikuti oleh konsumen mayoritas. Bagi perusahaan
perintis, fase ini merupakan fase memperoleh keuntungan yang sangat
tinggi karena penjualan sangat besar sehingga biaya promosi per unitnya
menjadi kecil dan adanya penurunan biaya produksi per unit yang lebih
besar jika dibandingkan dengan penurunan harga jual.
3. Kedewasaan
Tahapan kedewasaan biasanya berlangsung lebih lama
dibandingkan tahap-tahap sebelumnya dan manajemen pemasaran lebih
banyak menghadapi tantangan. Pada tahapan ini ditandai dengan
penurunan pertumbuhan penjualan produk. Dalam tahap ini pula akan
muncul tiga taraf kedewasan, yaitu:
a. Kedewasaan pertumbuhan
Tingkat pertumbuhan penjualan mulai berkurang yang disebabkan
oleh dewasanya distribusi. Saluran distribusi baru sudah tidak dapat
ditambah lagi meskipun konsumen baru (pengekor) masuk ke pasar.
b. Kedewasaan mantap
Penjualan per kapita menjadi datar karena pasar sudah merasa jenuh.
Sebagian besar konsumen potensial telah mencoba produk dan
penjualan yang akan datang tergantung pada pertambahan penduduk
dan permintaan penggantian baru.
c. Kedewasaan mengusang
Nilai penjualan mulai jatuh dan konsumen mulai bergerak ke produk
lain.
4. Kemunduran
Hasil penjualan dari hampir semua produk dan merk pada akhirnya
akan mengalami penurunan. Laju penurunan ini bisa lambat maupun
cepat. Kadang-kadang penjualan jatuh sampai pada suatu titik yang
cukup rendah dan pada titik itulah penjualan tetap tertahan sampai
beberapa tahun. Kemunduran ini bisa disebabkan beberapa hal misalnya
karena adanya perkembangan teknologi, perubahan selera konsumen atau
meningkatnya persaingan baik di dalam maupun di luar negeri.
Pada saat penjualan dan keuntungan yang dicapai jatuh maka
beberapa perusahaan mengundurkan diri dari pasar. Bagi perusahaan
yang mencoba bertahan tentu akan mengurangi penawaran produknya.
Anggaran promosi dikurangi dan akhirnya harga jual mulai diturunkan.

2.4. Strategi yang Dilakukan Perusahaan Menghadapi Siklus Hidup Produk


Dalam keempat tahap dari analisa Siklus Hidup Produk (Product Life
Cycle) ini memiliki beberapa strategi (Kotler 1997) yaitu :
1. Tahap Perkenalan (Introduction)
a. Strategi peluncuran cepat (rapid skimming strategy)
Peluncuran produk baru pada harga tinggi dengan tingkat promosi
yang tinggi. Perusahaan berusaha menetapkan harga tinggi untuk
memperoleh keuntungan yang mana akan digunakan untuk menutup
biaya pengeluaran dari pemasaran.
b. Strategi peluncuran lambat (slow skimming strategy)
Merupakan peluncuran produk baru dengan harga tinggi dan
sedikit promosi. Harga tinggi untuk memperoleh keuntungan
sedangkan sedikit promosi untuk menekan biaya pemasaran.
c. Strategi penetrasi cepat (rapid penetration strategy)
Merupakan peluncuran produk pada harga yang rendah dengan
biaya promosi yang besar. Strategi ini menjanjikan penetrasi pasar
yang paling cepat dan pangsa pasar yang paling besar.
d. Strategi penetrasi lambat (slow penetration strategy)
Merupakan peluncuran produk baru dengan tingkat promosi rendah
dan harga rendah. Harga rendah ini dapat mendorong penerimaan
produk yang cepat dan biaya promosi yang rendah.
2. Tahap Pertumbuhan (Growth)
Selama tahap pertumbuhan perusahaan menggunakan beberapa
strategi untuk mempertahankan pertumbuhan pasar yang pesat selama
mungkin dengan cara:
a. Meningkatkan kualitas produk serta menambahkan keistimewaan
produk baru dan gaya yang lebih baik.
b. Perusahaan menambahkan model – model baru dan produk – produk
penyerta (yaitu, produk dengan berbagai ukuran, rasa, dan sebagainya
yang melindungi produk utama)
c. Perusahaan memasuki segmen pasar baru.
d. Perusahaan meningkatkan cakupan distribusinya dan memasuki
saluran distribusi yang baru.
e. Perusahaan beralih dari iklan yang membuat orang menyadari produk
(product awareness advertising) ke iklan yang membuat orang
memilih produk (product preference advertising)
f. Perusahaan menurunkan harga untuk menarik pembeli yang sensitif
terhadap harga dilapisan berikutnya.
3. Tahap Kedewasaan (Maturity)
a. Perusahaan meninggalkan produk mereka yang kurang kuat dan lebih
berkonsentrasi sumber daya pada produk yang lebih menguntungkan
dan pada produk baru.
b. Memodifikasi pasar dimana perusahaan berusaha untuk memperluas
pasar untuk merek yang mapan.
c. Perusahaan mencoba menarik konsumen yang merupakan pemakai
produknya.
d. Menggunakan strategi peningkatan keistimewaan (feature
improvement) yaitu bertujuan menambah keistimewaan baru yang
memperluas keanekagunaan, keamanan atau kenyaman produk.
e. Strategi defensif dimana perusahaan untuk mempertahankan pasar
yang mana hasil dari strategi ini akan memodifikasi bauran
pemasaran.
f. Strategi peningkatkan mutu yang bertujuan meningkatkan kemampuan
produk, misalnya daya tahan, kecepetan, dan kinerja produk.
g. Strategi perbaikan model yang bertujuan untuk menambah daya tarik
estetika produk seperti model, warna, kemasan dan lain – lain.
h. Menggunakan take-off strategy yang mana marupakan salah satu
strategi yang digunakan untuk mencapai fase penerimaan konsumen
baru, strategi ini dapat memperbaharui pertumbuhan pada saat produk
masuk dalam kematangan.
4. Tahap Penurunan (Decline)
a. Menambah investasi agar dapat mendominasi atau menempati posisi
persaingan yang baik.
b. Mengubah produk atau mencari penggunaan/manfaat baru pada
produk
c. Mencari pasar baru
d. Tetap pada tingkat investasi perusahaan saat ini sampai ketidakpastian
dalam industri dapat diatasi
e. Mengurangi investasi perusahaan secara selesktif dengan cara
meninggalkan konsumen yang kurang menguntungkan.
f. Harvesting strategy untuk mewujudkan pengembalian uang tunai
secara cepat
g. Meninggalkan bisnis tersebut dan menjual aset perusahaan.
BAB III
STUDI KASUS

3.1. Sejarah Awal Teh Botol Sosro


Keluarga Sosrodjojo memulai bisnisnya pada tahun 1940 di kota
Slawi, Jawa Tengah dengan memproduksi dan memasarkan teh seduh
merek “Teh Cap Botol”. Tahun 1965, Keluarga Sosrodjojo mulai
memperluas bisnisnya dengan merambah ke Jakarta dengan melakukan
strategi CICIP RASA (product sampling) ke beberapa pasar di Jakarta.
Awalnya, datang ke pasar-pasar dengan cara memasak dan menyeduh teh
langsung di tempat. Setelah siap, seduhan teh tersebut langsung dibagikan
kepada orang-orang yang ada di pasar. Namun cara ini kurang berhasil
karena teh yang telah diseduh terlalu panas dan proses penyajiannya
terlampau lama sehingga pengunjung di pasar yang ingin mencicipinya
tidak sabar menunggu.
Cara kedua, teh tidak lagi diseduh langsung di pasar, tetapi
dimasukkan kedalam panci-panci besar untuk selanjutnya dibawa kepasar
dengan menggunakan mobil bak terbuka. Lagi-lagi cara ini kurang berhasil
karena teh yang dibawa tumpah selama perjalanan dari kantor ke pasar
karena pada saat tersebut jalanan di Jakarta masih berlubang dan belum
sebagus sekarang. Akhirnya muncul ide untuk membawa teh yang telah
diseduh dan dikemas kedalam botol yang sudah dibersihkan. Ternyata cara
ini cukup menarik minat pengunjung karena selain praktis juga bisa
langsung dikonsumsi tanpa perlu menunggu tehnya dimasak seperti cara
sebelumnya.
Tahun 1969, diputuskan untukmenjual minuman tehdalam kemasan
botol secara massal dengan nama Tehbotol Sosro. Nama “Tehbotol” diambil
dari tehseduh merek ”TehCap Botol”, yang saat itu sudah mulai terkenal di
Jakarta dan ”Sosro” dari nama keluarga pendirinya yakni ”Sosrodjojo”.
Teh botol sosro merupakan minuman teh siap minum dalam
kemasan botol pertama kali di indonesia bahkan di dunia. Produk teh botol
sosro di ini diproduksi oleh PT. Sinar Sosro. Dengan produk unggulannya
yaitu The Botol Sosro kemasan beling atau sering disebut returnable glass
bottle (RGB) yang dilucurkan sejak tahun 1974. Kini mempunyai cabang-
cabang di seluruh Indonesia, Jl Mayjen Sungkono 99, Buring,
Kedungkandang, Malang.

3.2. Penerapan Manajemen Pemasaran Terhadap Siklus Hidup Produk


1. Tahap Perkenalan
Dari awal produk ini ditargetkan untuk konsumen yang sering
melakukan perjalanan seperti supir dan pejalan kaki. Sosro menyadari
bahwa segmen konsumen ini memiliki keinginan hadirnya minuman yang
dapat menghilangkan dahaga di tengah kelelahan dan kondisi panas
selama perjalanan. Atribut kepuasan ini dicoba untuk dipenuhi dengan
menghadirkan minuman teh dalam kemasan botol yang praktis dan
tersedia di kios-kios sepanjang jalan. Untuk menambah nilai kepuasan teh
botol ini disajikan dingin dengan menyediakan boks-boks es pada titik-
titik penjualannya.
Pada masa-masa awal peluncurannya, teh botol Sosro tidak banyak
dilirik oleh konsumen. Mereka justru menganggap aneh produk ini karena
kemasan botol dan penyajian dinginnya. Namun sosro tidak patah arang.
Perusahaan ini terus mengedukasi pasarnya melalui iklan-iklan di berbagai
media dan promosi-promosi on the spot. Perlahan tapi pasti produk teh
botol Sosro mulai mendapatkan tempat di hati konsumen Indonesia.
Terlebih ketika slogan “Apapun makannya, minumnya Tehbotol Sosro”
dimunculkan. Slogan ini tidak saja mengguncang sesama produk teh
namun juga produk minuman secara keseluruhan.
Pada waktu itu, strategi promosi yang dilakukan juga baik dengan
menetapkan harga tidak lebih dari biaya parkir pada waktu itu (mengingat
target adalah orang yang sedang melakukan perjalanan). Pada waktu
pengenalan produk, Sosro juga memiliki keunggulan kompetitif karena
merupakan teh siap minum dalam kemasan botol yang dipasarkan pertama
kali di Indonesia.
Sosro melakukan positioning dengan mengedukasi masyarakat agar tidak
merasa aneh untuk meminum teh dalam kemasan botol dan dengan
diasajikan dingin. Karena pada awal kemunculan produk, masyarakat
Indonesia masih terbiasa untuk minum teh yang disajikan panas. Ternyata
proses diferensiasi yang dilakukan Sosro membuahkan hasil baik, sehingga
Sosro dikenal sebagai minuman teh dalam kemasan botol yang dapat
memberikan kesegaran. Dalam perkembangannya, untuk bersaing dengan
kompetitor Sosro mulai melakukan kampanye bahwa dengan
mengkonsumsi teh akan membuat tubuh menjadi sehat, karena teh
mengandung anti oksidan. Hal ini menambah keunggulan kompetitif dari
Sosro.
2. Tahap Pertumbuhan
Dengan itu banyak sekali konsumennya, dengan meningkatnya pangsa
pasar yg didapatnya, bnyak sekali perusahaan yang tergiur untuk
meluncurkan produk teh, dengan semakin bermunculan produk teh-teh
lainnya serta semakin banyaknya pesaing PT. Sinar Sosro melakukan
berbagai macam inovasi dengan meluncurkan less sugar yang rendah kalori,
dan dimaksudkan untuk para penderita diabetes,dsb. Serta berbagai macam
bentuk kemasan yaitu:
 Kemasan botol beling, volume 220 ml
 Kemasan kotak (Tetra Pak), volume 200 ml, 250 ml, 330 ml dan 1 Liter
 Kemasan botol plastic PET 450 ml, 500 ml
 Kemasan pouch 150 ml
Langkah yang dilakukan Tehbotol Sosro diantaranya adalah dengan
mengubah tag line menjadi: “Apapun makanannya, minumnya Teh Botol
Sosro.” Kampaye baru yang dibuat tahun 2002, terlihat berbeda dan
menggeser objek target pasar, bukan lagi remaja, tapi keluarga. Selain
memperkenalkan tema baru Apapun makannya, minumannya Teh Botol
Sosro, Teh Botol Sosro juga menggencarkan program promosi. Salah
satunya yang terkenal dengan program promosi Struk Rejeki Teh Botol.
Kegiatan yang dilangsungkan September 2004 ini, merupakan bentuk lain
strategi kampanye dengan target audiens konsumen Teh Botol Sosro.
Program ini bertujuan mengapresiasi konsumen dengan undian berhadiah.
3. Tahap Kedewasaan
Teh Botol Sosro merupakan sebuah contoh merek yang telah
dikembangkan dan dipertahankan selama puluhan tahun. Bermula sebagai
adopsi dari merek teh melati produksi keluarga Sosrodjojo, yang kemudian
dikembangkan sehingga menjadi sebuah merek yang sangat dekat dengan
pelanggan melalui strategi-strategi yang dilakukan. Hasil dari usaha itu
adalah hingga kini Sosro menjadi pemimpin dalam kategori teh dalam botol,
bahkan dapat bersaing dengan perusahaan multinasional yang ikut bermain
dalam kategori ini.
Brand Equity dari Sosro telah terbentuk melalui proses yang panjang.
Sosro telah berhasil mengembangkan merek Teh Botol Sosro menjadi
merek dengan brand equity yang kuat. Beberapa hal yang dapat dicermati
dalam pembentukanbrand equity ini adalah :
 Brand Awareness yang dimiliki Teh Botol Sosro dapat dikatakan telah
memasuki tingkatan top of mind. Hal ini dapat dilihat dari Teh Botol
Sosro dapat menjadi pemimpin pasar dalam kategori teh siap minum
dalam kemasan botol.
 Perceived Quality dari Teh Botol Sosro telah terbukti selama puluhan
tahun. PT. Sinar Sosro telah berhasil menjaga kualitas produk ini
sehingga mendapat anggapan baik dari konsumen.
 Brand Association dari Teh Botol Sosro kuat, dapat dilihat bahwa ketika
orang menyebut teh botol kemudian yang menjadi maksud dari teh botol
itu sendiri adalah Teh Botol Sosro.
 Brand Loyalty dari Teh Botol Sosro juga kuat. Ini merupakan hasil dari
pengembangan saluran distribusi, menjaga kualitas, dan strategi promosi
yang dilakukan dengan jargon “Apapun makanannya, minumannya
Tehbotol Sosro”.
Hasil dari brand equity yang kuat ini telah dirasakan oleh Sosro yaitu
memudahkan PT. Sinar Sosro untuk melakukan pengembangan pasar,
seperti misalnya dengan mengenalkan produk Fruit Tea untuk kalangan
muda dan Tebs untuk pengkonsumsi minuman berkarbonasi. Selain itu PT.
Sinar Sosro juga menikmati profit margin yang lebih besar, yang terlihat
dari profit margin antara agen dan distributornya.
DAFTAR PUSTAKA

Kotler, Philip. 2000. Marketing Management: Analysis, Planning,


Implementation and Control. Prentice Hall Int, Inc., Millenium Edition,
Englewood Cliffs, New Jersey
Kotler, Philip. 1997. Marketing Management: Analysis, Planning,
Implementation, and Control. 9th Ed., Englewood Cliffs, NJ: Prentice
Hall, Inc.
Swastha, Basu. 1984. Azas-azas Marketing, Edisi ke-3. Liberty; Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai