Siklus hidup produk adalah suatu konsep penting yang memberikan pemahaman tentang dinamika kompetitif suatu produk. Seperti halnya dengan manusia, suatu produk juga memiliki siklus atau daur hidup. Siklus Hidup Produk (Product Life Cycle) ini yaitu suatu grafik yang menggambarkan riwayat produk sejak diperkenalkan ke pasar sampai dengan ditarik dari pasar . Siklus Hidup Produk (Product Life Cycle) ini merupakan konsep yang penting dalam pemasaran karena memberikan pemahaman yang mendalam mengenai dinamika bersaing suatu produk. Konsep ini dipopulerkan oleh levitt (1978) yang kemudian penggunaannya dikembangkan dan diperluas oleh para ahli lainnya. Menurut Kotler (1997:306), yang menyatakan bahwa siklus hidup produk adalah suatu konsep penting yang memberikan pemahaman tentang dinamika kompetitif suatu produk. Tahap Siklus Hidup Produk (Product Life Cycle) suatu produk dapat ditentukan dengan mengidentifikasikan statusnya dalam market volume, rate of change of market volume.
2.2. Tahapan- Tahapan dalam Siklus Hidup Produk
Menurut Kotler (2000:304) daur hidup produk terdiri dari empat tahap, yaitu: 1. Tahap Perkenalan (Introduction) Tahap ini baru dimulai saat produk baru diluncurkan, karena diperlukan waktu untuk meluncurkan produk ke beberapa pasar dan memenuhi saluran penyalur, pertumbuhan penjualan mungkin lambat. Laba negatif atau rendah dan biaya distribusi dan promosi yang berat. Banyak dana di perlukan untuk menarik distributor. Penyalur promosi berada pada rasio yang tinggi terhadap penjualan karena diperlukan usaha promosi yang gencar untuk : a. Menginformasikan pembeli potensial tentang produk baru dan belum dikenal b. Membujuk orang agar membeli produk tersebut c. Mengamankan distribusi di toko – toko eceran
Perusahaan memusatkan penjualan pada pembeli yang paling siap
untuk membeli,biasanya kelompok berpendapatan tinggi. Selain itu harga cenderung tinggi karena : a. Biaya tinggi karena tingkat keluaran ( output ) relatif rendah. b. Masalah teknologi dalam produksi mungkin belum dikuasi sepenuhnya c. Diperlukan margin yang tinggi untuk menoppang pengeluaran promosi besar – besaran yang diperlukan untuk mencapai pertumbuhan . 2. Tahap Pertumbuhan (Growth) Tahap pertumbuhan ditandai dengan peningkatan pesat dalam penjualan. Penerima awal menyukai produk tersebut, dan konsumen tambahan mulai membeli produk tersebut. Para pesaing baru memasuki pasar, tertarik dengan kesempatan produksi dan laba berskala besar. Mereka memperkenalkan keistimewaan produk baru dan memperluas jaringan distribusi. Harga tetap bertahan atau turun sedikit, bergantung pada beberapa cepat permintaan meningkat. Berbagai perusahaan mempertahankan pengeluaran promosi mereka pada tingkat yang sama atau sedikit lebih untuk mengimbangi persaingan dan untuk terus mendidik pasar. Penjualan meningkat lebih cepat dari pada pengeluaran promosi, menyebabkan penurunan rasio promosi penjualan.laba meningkat selama tahap pertumbuhan, karena : a. Biaya promosi dibagi pada volume besar. b. Biaya produksi per unit turun lebih cepat dari pada penurunan harga karena pengaruh kemahiran produsen. Tingkat pertumbuhan akhirnya berubah dari tingkat percepatan ke tingkat pelambatan. Perusahaan harus memperhatikan saat dimulainya tingkat perlambatan untuk menyiapkan strategi baru. 3. Tahap Kedewasaan (Maturity) Pada suatu titik, pertumbuhan penjualan produk akan melambat dan produk akan memasuki tahap kedewasaan relatif. Tahap ini biasanya lebih lama dari pada tahap – tahap sebelumnya, dan merupakan tantangan berat bagi manajemen pemasaran. Sebagian besar produk berada dalam tahap kedewasaan dari siklus hidup karenanya kebanyakan manajem,en pemasaran berhubungan dengan produk yang dewasa. Tahap ini dapat di bagi menjadi tiga fase, yaitu : a. Kedewasaan Tumbuh ( Growth Maturity ) Tingkat penjualan perusahaan semakin menurun, tidak ada saluran distribusi baru dapat diisi, walaupun beberapa pembeli yang terlambat masih memasuki pasar. b. Kedewasaan Stabil ( Stable Maturity ) Penjualan menjadi datar dalam basis per kapita karena kejenuhan pasar. Sebagian besar konsumen potensial telah mencoba produk itu, dan penjualan masa depan ditentukan oleh pertumbuhan populasi dan permintaan pengganti. c. Kedewasaan Menurun ( Decaying Maturity ) Tingkat penjualan absolut mulai menurun, dan pelanggan mulai beralih ke produk lain dan substitusi. 4. Tahap Penurunan (Decline) Penjualan sebagian besar bentuk dan merek produk pada akhirnya menurun. Penurunan penjualan bisa lambat dan jatuh sampai titik nol, atau bertahan pada titik terendah. Penjualan menurun karena faktor – faktor seperti : a. Perkembangan Teknologi. b. Pergeseran dan konsumen. c. Meningkatkan pesaing dalam dan luar negeri Hal ini semua mengakibatkan kelebihan kapasitas, meningkatkan perang harga, dan erosi laba. Saat penjualan menurun, beberapa perusahaan mengundurkan diri dari pasar. Perusahaan yang bertahan mungkin mengurangi jumlah penawaran produk. Mereka mungkin mengundurkan dari segmen pasar yang lebih kecil dari jalur perdagangan yang lebih lemah, dari mereka mungkin memotong anggaran promosi dan menurunkan harga lagi. Suatu produk memiliki siklus hidup adalah untuk menegaskan empat hal, yaitu : a. Produk memiliki umur yang terbatas b. Penjualan produk melewati tahap – tahap yang berbeda, dengan tantangan yang berbeda bagi penjual c. Laba naik dan turun pada tahap yang berbeda dalam siklus hidup produk
Sedangkan Menurut Basu Swastha (1984:127-132), daur hidup produk
itu di bagi menjadi empat tahap, yaitu : 1. Tahap perkenalan (Introduction) Barang mulai dipasarkan dalam jumlah yang besar walaupun volume penjualannya belum tinggi. Barang yang di jual umumnya barang baru (betul-betul baru) Karena masih berada pada tahap permulaan, biasanya ongkos yang dikeluarkan tinggi terutama biaya periklanan. Promosi yang dilakukan memang harus agfesif dan menitikberatkan pada merek penjual. Di samping itu distribusi barang tersebut masih terbatas dan laba yang diperoleh masih rendah. 2. Tahap pertumbuhan (growth) Dalam tahap pertumbuhan ini, penjualan dan laba akan meningkat dengan cepat. Karena permintaan sudah sangat meningkat dan masyarakat sudah mengenal barang bersangkutan, maka usaha promosi yang dilakukan oleh perusahaan tidak seagresif tahap sebelumnya. Di sini pesaing sudah mulai memasuki pasar sehingga persaingan menjadi lebih ketat. Cara lain yang dapat dilakukan untuk memperluas dan meningkatkan distribusinya adalah dengan menurunkan harga jualnya. 3. Tahap kedewasaan (maturity) Pada tahap kedewasaan ini kita dapat melihat bahwa penjualan masih meningkat dan pada tahap berikutnya tetap. Dalam tahap ini, laba produsen maupun laba pengecer mulai turun. Persaingan harga menjadi sangat tajam sehingga perusahaan perlu memperkenalkan produknya dengan model yang baru. Pada tahap kedewasaan ini, usaha periklanan biasanya mulai ditingkatkan lagi untuk menghadapi persaingan. 4. Tahap kemunduran (decline) Hampir semua jenis barang yang dihasilkan oleh perusahaan selalu mengalami kekunoan atau keusangan dan harus di ganti dengan barang yang baru. Dalam tahap ini, barang baru harus sudah dipasarkan untuk menggantikan barang lama yang sudah kuno. Meskipun jumlah pesaing sudah berkurang tetapi pengawasan biaya menjadi sangat penting karena permintaan sudah jauh menurun.Apabila barang yang lama tidak segera ditinggalkan tanpa mengganti dengan barang baru, maka perusahaan hanya dapat beroperasi pada pasar tertentu yang sangat terbatas. Altematif-alternatif yang dapat dilakukan oleh manajemen pada saat penjualan menurun antara lain: a. Memperbarui barang (dalam arti fungsinya). b. Meninjau kembali dan memperbaiki progrcm pemasaran serta program produksinya agar lebih efisien. c. Menghilangkan ukuran, warna, dan model yang kurang baik. d. Menghilangkan sebagian jenis barang untuk mencapai laba optimum pada barang yang sudah ada. e. Meninggalkan sama sekali barang tersebut.
2.3. Karakteristik Tahap- Tahap dalam Siklus Hidup Produk
1. Perkenalan Apabila produk sudah siap dibeli konsumen di pasar maka saat itu sebenarnya tahap perkenalan sudah dimulai. Pengisian kembali produk pada penyalur memerlukan waktu yang cukup lama karena konsumen baru mengenalnya sehingga penjualan produk pada tahap ini berjalan lambat. Alasan yang menjadikan laju pertumbuhan produk pada tahap ini rendah antara lain: a. Tertundanya perluasan kapasitas produksi b. Masalah-masalah teknis c. Terlambatnya distribusi produk di tingkat pengecer akhir d. Konsumen enggan merubah kebiasaan yang sudah mapan e. Sedikitnya konsumen yang mampu membeli (jika harga produk mahal) Jumlah keuntungan yang diperoleh perusahaan dalam tahap ini sangat sedikit bahkan banyak diantaranya yang menderita kerugian karena hasil penjualan masih rendah sedangkan biaya distribusi dan promosi cenderung tinggi. Dana yang besar ini diperlukan untuk menarik distributor dan mengisi saluran pipa distribusi. Pengeluaran untuk promosi adalah yang tertinggi dalam persentase terhadap penjualan, dengan sasaran: a. Memberi tahu konsumen potensial atas hadirnya produk baru yang sama sekali belum dikenal b. Membujuk konsumen untuk mencoba 2. Pertumbuhan Tanda lahirnya tahapan ini yaitu terjadinya pelonjakan hasil penjualan. Para pengadopsi dini (early adopter) yang merupakan konsumen pelopor merasa terpuaskan dengan produk perusahaan yang selanjutnya akan diikuti oleh konsumen mayoritas. Bagi perusahaan perintis, fase ini merupakan fase memperoleh keuntungan yang sangat tinggi karena penjualan sangat besar sehingga biaya promosi per unitnya menjadi kecil dan adanya penurunan biaya produksi per unit yang lebih besar jika dibandingkan dengan penurunan harga jual. 3. Kedewasaan Tahapan kedewasaan biasanya berlangsung lebih lama dibandingkan tahap-tahap sebelumnya dan manajemen pemasaran lebih banyak menghadapi tantangan. Pada tahapan ini ditandai dengan penurunan pertumbuhan penjualan produk. Dalam tahap ini pula akan muncul tiga taraf kedewasan, yaitu: a. Kedewasaan pertumbuhan Tingkat pertumbuhan penjualan mulai berkurang yang disebabkan oleh dewasanya distribusi. Saluran distribusi baru sudah tidak dapat ditambah lagi meskipun konsumen baru (pengekor) masuk ke pasar. b. Kedewasaan mantap Penjualan per kapita menjadi datar karena pasar sudah merasa jenuh. Sebagian besar konsumen potensial telah mencoba produk dan penjualan yang akan datang tergantung pada pertambahan penduduk dan permintaan penggantian baru. c. Kedewasaan mengusang Nilai penjualan mulai jatuh dan konsumen mulai bergerak ke produk lain. 4. Kemunduran Hasil penjualan dari hampir semua produk dan merk pada akhirnya akan mengalami penurunan. Laju penurunan ini bisa lambat maupun cepat. Kadang-kadang penjualan jatuh sampai pada suatu titik yang cukup rendah dan pada titik itulah penjualan tetap tertahan sampai beberapa tahun. Kemunduran ini bisa disebabkan beberapa hal misalnya karena adanya perkembangan teknologi, perubahan selera konsumen atau meningkatnya persaingan baik di dalam maupun di luar negeri. Pada saat penjualan dan keuntungan yang dicapai jatuh maka beberapa perusahaan mengundurkan diri dari pasar. Bagi perusahaan yang mencoba bertahan tentu akan mengurangi penawaran produknya. Anggaran promosi dikurangi dan akhirnya harga jual mulai diturunkan.
2.4. Strategi yang Dilakukan Perusahaan Menghadapi Siklus Hidup Produk
Dalam keempat tahap dari analisa Siklus Hidup Produk (Product Life Cycle) ini memiliki beberapa strategi (Kotler 1997) yaitu : 1. Tahap Perkenalan (Introduction) a. Strategi peluncuran cepat (rapid skimming strategy) Peluncuran produk baru pada harga tinggi dengan tingkat promosi yang tinggi. Perusahaan berusaha menetapkan harga tinggi untuk memperoleh keuntungan yang mana akan digunakan untuk menutup biaya pengeluaran dari pemasaran. b. Strategi peluncuran lambat (slow skimming strategy) Merupakan peluncuran produk baru dengan harga tinggi dan sedikit promosi. Harga tinggi untuk memperoleh keuntungan sedangkan sedikit promosi untuk menekan biaya pemasaran. c. Strategi penetrasi cepat (rapid penetration strategy) Merupakan peluncuran produk pada harga yang rendah dengan biaya promosi yang besar. Strategi ini menjanjikan penetrasi pasar yang paling cepat dan pangsa pasar yang paling besar. d. Strategi penetrasi lambat (slow penetration strategy) Merupakan peluncuran produk baru dengan tingkat promosi rendah dan harga rendah. Harga rendah ini dapat mendorong penerimaan produk yang cepat dan biaya promosi yang rendah. 2. Tahap Pertumbuhan (Growth) Selama tahap pertumbuhan perusahaan menggunakan beberapa strategi untuk mempertahankan pertumbuhan pasar yang pesat selama mungkin dengan cara: a. Meningkatkan kualitas produk serta menambahkan keistimewaan produk baru dan gaya yang lebih baik. b. Perusahaan menambahkan model – model baru dan produk – produk penyerta (yaitu, produk dengan berbagai ukuran, rasa, dan sebagainya yang melindungi produk utama) c. Perusahaan memasuki segmen pasar baru. d. Perusahaan meningkatkan cakupan distribusinya dan memasuki saluran distribusi yang baru. e. Perusahaan beralih dari iklan yang membuat orang menyadari produk (product awareness advertising) ke iklan yang membuat orang memilih produk (product preference advertising) f. Perusahaan menurunkan harga untuk menarik pembeli yang sensitif terhadap harga dilapisan berikutnya. 3. Tahap Kedewasaan (Maturity) a. Perusahaan meninggalkan produk mereka yang kurang kuat dan lebih berkonsentrasi sumber daya pada produk yang lebih menguntungkan dan pada produk baru. b. Memodifikasi pasar dimana perusahaan berusaha untuk memperluas pasar untuk merek yang mapan. c. Perusahaan mencoba menarik konsumen yang merupakan pemakai produknya. d. Menggunakan strategi peningkatan keistimewaan (feature improvement) yaitu bertujuan menambah keistimewaan baru yang memperluas keanekagunaan, keamanan atau kenyaman produk. e. Strategi defensif dimana perusahaan untuk mempertahankan pasar yang mana hasil dari strategi ini akan memodifikasi bauran pemasaran. f. Strategi peningkatkan mutu yang bertujuan meningkatkan kemampuan produk, misalnya daya tahan, kecepetan, dan kinerja produk. g. Strategi perbaikan model yang bertujuan untuk menambah daya tarik estetika produk seperti model, warna, kemasan dan lain – lain. h. Menggunakan take-off strategy yang mana marupakan salah satu strategi yang digunakan untuk mencapai fase penerimaan konsumen baru, strategi ini dapat memperbaharui pertumbuhan pada saat produk masuk dalam kematangan. 4. Tahap Penurunan (Decline) a. Menambah investasi agar dapat mendominasi atau menempati posisi persaingan yang baik. b. Mengubah produk atau mencari penggunaan/manfaat baru pada produk c. Mencari pasar baru d. Tetap pada tingkat investasi perusahaan saat ini sampai ketidakpastian dalam industri dapat diatasi e. Mengurangi investasi perusahaan secara selesktif dengan cara meninggalkan konsumen yang kurang menguntungkan. f. Harvesting strategy untuk mewujudkan pengembalian uang tunai secara cepat g. Meninggalkan bisnis tersebut dan menjual aset perusahaan. BAB III STUDI KASUS
3.1. Sejarah Awal Teh Botol Sosro
Keluarga Sosrodjojo memulai bisnisnya pada tahun 1940 di kota Slawi, Jawa Tengah dengan memproduksi dan memasarkan teh seduh merek “Teh Cap Botol”. Tahun 1965, Keluarga Sosrodjojo mulai memperluas bisnisnya dengan merambah ke Jakarta dengan melakukan strategi CICIP RASA (product sampling) ke beberapa pasar di Jakarta. Awalnya, datang ke pasar-pasar dengan cara memasak dan menyeduh teh langsung di tempat. Setelah siap, seduhan teh tersebut langsung dibagikan kepada orang-orang yang ada di pasar. Namun cara ini kurang berhasil karena teh yang telah diseduh terlalu panas dan proses penyajiannya terlampau lama sehingga pengunjung di pasar yang ingin mencicipinya tidak sabar menunggu. Cara kedua, teh tidak lagi diseduh langsung di pasar, tetapi dimasukkan kedalam panci-panci besar untuk selanjutnya dibawa kepasar dengan menggunakan mobil bak terbuka. Lagi-lagi cara ini kurang berhasil karena teh yang dibawa tumpah selama perjalanan dari kantor ke pasar karena pada saat tersebut jalanan di Jakarta masih berlubang dan belum sebagus sekarang. Akhirnya muncul ide untuk membawa teh yang telah diseduh dan dikemas kedalam botol yang sudah dibersihkan. Ternyata cara ini cukup menarik minat pengunjung karena selain praktis juga bisa langsung dikonsumsi tanpa perlu menunggu tehnya dimasak seperti cara sebelumnya. Tahun 1969, diputuskan untukmenjual minuman tehdalam kemasan botol secara massal dengan nama Tehbotol Sosro. Nama “Tehbotol” diambil dari tehseduh merek ”TehCap Botol”, yang saat itu sudah mulai terkenal di Jakarta dan ”Sosro” dari nama keluarga pendirinya yakni ”Sosrodjojo”. Teh botol sosro merupakan minuman teh siap minum dalam kemasan botol pertama kali di indonesia bahkan di dunia. Produk teh botol sosro di ini diproduksi oleh PT. Sinar Sosro. Dengan produk unggulannya yaitu The Botol Sosro kemasan beling atau sering disebut returnable glass bottle (RGB) yang dilucurkan sejak tahun 1974. Kini mempunyai cabang- cabang di seluruh Indonesia, Jl Mayjen Sungkono 99, Buring, Kedungkandang, Malang.
3.2. Penerapan Manajemen Pemasaran Terhadap Siklus Hidup Produk
1. Tahap Perkenalan Dari awal produk ini ditargetkan untuk konsumen yang sering melakukan perjalanan seperti supir dan pejalan kaki. Sosro menyadari bahwa segmen konsumen ini memiliki keinginan hadirnya minuman yang dapat menghilangkan dahaga di tengah kelelahan dan kondisi panas selama perjalanan. Atribut kepuasan ini dicoba untuk dipenuhi dengan menghadirkan minuman teh dalam kemasan botol yang praktis dan tersedia di kios-kios sepanjang jalan. Untuk menambah nilai kepuasan teh botol ini disajikan dingin dengan menyediakan boks-boks es pada titik- titik penjualannya. Pada masa-masa awal peluncurannya, teh botol Sosro tidak banyak dilirik oleh konsumen. Mereka justru menganggap aneh produk ini karena kemasan botol dan penyajian dinginnya. Namun sosro tidak patah arang. Perusahaan ini terus mengedukasi pasarnya melalui iklan-iklan di berbagai media dan promosi-promosi on the spot. Perlahan tapi pasti produk teh botol Sosro mulai mendapatkan tempat di hati konsumen Indonesia. Terlebih ketika slogan “Apapun makannya, minumnya Tehbotol Sosro” dimunculkan. Slogan ini tidak saja mengguncang sesama produk teh namun juga produk minuman secara keseluruhan. Pada waktu itu, strategi promosi yang dilakukan juga baik dengan menetapkan harga tidak lebih dari biaya parkir pada waktu itu (mengingat target adalah orang yang sedang melakukan perjalanan). Pada waktu pengenalan produk, Sosro juga memiliki keunggulan kompetitif karena merupakan teh siap minum dalam kemasan botol yang dipasarkan pertama kali di Indonesia. Sosro melakukan positioning dengan mengedukasi masyarakat agar tidak merasa aneh untuk meminum teh dalam kemasan botol dan dengan diasajikan dingin. Karena pada awal kemunculan produk, masyarakat Indonesia masih terbiasa untuk minum teh yang disajikan panas. Ternyata proses diferensiasi yang dilakukan Sosro membuahkan hasil baik, sehingga Sosro dikenal sebagai minuman teh dalam kemasan botol yang dapat memberikan kesegaran. Dalam perkembangannya, untuk bersaing dengan kompetitor Sosro mulai melakukan kampanye bahwa dengan mengkonsumsi teh akan membuat tubuh menjadi sehat, karena teh mengandung anti oksidan. Hal ini menambah keunggulan kompetitif dari Sosro. 2. Tahap Pertumbuhan Dengan itu banyak sekali konsumennya, dengan meningkatnya pangsa pasar yg didapatnya, bnyak sekali perusahaan yang tergiur untuk meluncurkan produk teh, dengan semakin bermunculan produk teh-teh lainnya serta semakin banyaknya pesaing PT. Sinar Sosro melakukan berbagai macam inovasi dengan meluncurkan less sugar yang rendah kalori, dan dimaksudkan untuk para penderita diabetes,dsb. Serta berbagai macam bentuk kemasan yaitu: Kemasan botol beling, volume 220 ml Kemasan kotak (Tetra Pak), volume 200 ml, 250 ml, 330 ml dan 1 Liter Kemasan botol plastic PET 450 ml, 500 ml Kemasan pouch 150 ml Langkah yang dilakukan Tehbotol Sosro diantaranya adalah dengan mengubah tag line menjadi: “Apapun makanannya, minumnya Teh Botol Sosro.” Kampaye baru yang dibuat tahun 2002, terlihat berbeda dan menggeser objek target pasar, bukan lagi remaja, tapi keluarga. Selain memperkenalkan tema baru Apapun makannya, minumannya Teh Botol Sosro, Teh Botol Sosro juga menggencarkan program promosi. Salah satunya yang terkenal dengan program promosi Struk Rejeki Teh Botol. Kegiatan yang dilangsungkan September 2004 ini, merupakan bentuk lain strategi kampanye dengan target audiens konsumen Teh Botol Sosro. Program ini bertujuan mengapresiasi konsumen dengan undian berhadiah. 3. Tahap Kedewasaan Teh Botol Sosro merupakan sebuah contoh merek yang telah dikembangkan dan dipertahankan selama puluhan tahun. Bermula sebagai adopsi dari merek teh melati produksi keluarga Sosrodjojo, yang kemudian dikembangkan sehingga menjadi sebuah merek yang sangat dekat dengan pelanggan melalui strategi-strategi yang dilakukan. Hasil dari usaha itu adalah hingga kini Sosro menjadi pemimpin dalam kategori teh dalam botol, bahkan dapat bersaing dengan perusahaan multinasional yang ikut bermain dalam kategori ini. Brand Equity dari Sosro telah terbentuk melalui proses yang panjang. Sosro telah berhasil mengembangkan merek Teh Botol Sosro menjadi merek dengan brand equity yang kuat. Beberapa hal yang dapat dicermati dalam pembentukanbrand equity ini adalah : Brand Awareness yang dimiliki Teh Botol Sosro dapat dikatakan telah memasuki tingkatan top of mind. Hal ini dapat dilihat dari Teh Botol Sosro dapat menjadi pemimpin pasar dalam kategori teh siap minum dalam kemasan botol. Perceived Quality dari Teh Botol Sosro telah terbukti selama puluhan tahun. PT. Sinar Sosro telah berhasil menjaga kualitas produk ini sehingga mendapat anggapan baik dari konsumen. Brand Association dari Teh Botol Sosro kuat, dapat dilihat bahwa ketika orang menyebut teh botol kemudian yang menjadi maksud dari teh botol itu sendiri adalah Teh Botol Sosro. Brand Loyalty dari Teh Botol Sosro juga kuat. Ini merupakan hasil dari pengembangan saluran distribusi, menjaga kualitas, dan strategi promosi yang dilakukan dengan jargon “Apapun makanannya, minumannya Tehbotol Sosro”. Hasil dari brand equity yang kuat ini telah dirasakan oleh Sosro yaitu memudahkan PT. Sinar Sosro untuk melakukan pengembangan pasar, seperti misalnya dengan mengenalkan produk Fruit Tea untuk kalangan muda dan Tebs untuk pengkonsumsi minuman berkarbonasi. Selain itu PT. Sinar Sosro juga menikmati profit margin yang lebih besar, yang terlihat dari profit margin antara agen dan distributornya. DAFTAR PUSTAKA
Pendekatan sederhana untuk marketing: Panduan praktis untuk dasar-dasar marketing profesional dan strategi terbaik untuk menargetkan bisnis Anda ke pasar