BAB I
PENDAHULUAN
Sumber Daya Manusia (SDM) merupakan salah satu faktor kunci dalam reformasi
ekonomi, yakni bagaimana menciptakan SDM yang berkualitas dan memiliki keterampilan
serta berdaya saing tinggi dalam persaingan global yang selama ini kita abaikan. Dalam
kaitan tersebut setidaknya kita harus tahu kondisi sumber daya manusia indonesia sekarang
ini dan permasalahan apa yang dialami indonesia mengenai SDM-nya. Kurang lebih
permasalahan SDM indonesia adalah:
1. Adanya ketimpangan antara jumlah kesempatan kerja dan angkatan kerja. Jumlah angkatan
kerja nasional pada krisis ekonomi tahun pertama (1998) sekitar 92,73 juta orang, sementara
jumlah kesempatan kerja yang ada hanya sekitar 87,67 juta orang dan ada sekitar 5,06 juta
orang penganggur terbuka (open unemployment). Angka ini meningkat terus selama krisis
ekonomi yang kini berjumlah sekitar 8 juta.
2. Tingkat pendidikan angkatan kerja yang ada masih relatif rendah. Struktur pendidikan
angkatan kerja Indonesia masih didominasi pendidikan dasar yaitu sekitar 63,2 %. masalah
tersebut menunjukkan bahwa ada kelangkaan kesempatan kerja dan rendahnya kualitas
angkatan kerja secara nasional di berbagai sektor ekonomi.
3. Lesunya dunia usaha akibat krisis ekonomi yang berkepanjangan sampai saat ini
mengakibatkan rendahnya kesempatan kerja terutama bagi lulusan perguruan tinggi.
Sementara di sisi lain jumlah angkatan kerja lulusan perguruan tinggi terus meningkat.
Sampai dengan tahun 2000 ada sekitar 2,3 juta angkatan kerja lulusan perguruan tinggi.
Kesempatan kerja yang terbatas bagi lulusan perguruan tinggi ini menimbulkan dampak
semakin banyak angka pengangguran sarjana di Indonesia. Menurut catatan Direktorat
Jenderal Pendidikan Tinggi (Ditjen Dikti) Depdiknas angka pengangguran sarjana di
Indonesia lebih dari 300.000 orang.
4. Lemahnya perguruan tinggi dalm menciptakan SDM yang handal profesional dan punya daya
saing tinggi. Ini ditandai dengan Fenomena meningkatnya angka pengangguran sarjana. Hal
tersebut merupakan kritik bagi perguruan tinggi, karena ketidakmampuannya dalam
menciptakan iklim pendidikan yang mendukung kemampuan wirausaha mahasiswa.
Masalah SDM inilah yang menyebabkan proses pembangunan yang berjalan selama
ini kurang didukung oleh produktivitas tenaga kerja yang memadai. Itu sebabnya
keberhasilan pembangunan yang selama 32 tahun dibanggakan dengan tingkat pertumbuhan
rata-rata 7%, hanya berasal dari pemanfaatan sumberdaya alam intensif (hutan, dan hasil
tambang), arus modal asing berupa pinjaman dan investasi langsung. Dengan demikian,
bukan berasal dari kemampuan manajerial dan produktivitas SDM yang tinggi. Keterpurukan
ekonomi nasional yang berkepanjangan hingga kini merupakan bukti kegagalan
pembangunan akibat dari rendahnya kualitas SDM dalam menghadapi persaingan ekonomi
global.
1. Kebijakan pasar kerja yang lebih luwes terus diupayakan melalui penyempurnaan dan
perbaikan peraturan ketenagakerjaan, peningkatan fungsi lembaga bipartit dalam pelaksanaan
negosiasi hubungan industrial agar suasana yang seimbang dalam perundingan antara pekerja
dan pemberi kerja dapat tercipta.
2. Dalam rangka mempersiapkan tenaga kerja memasuki pasar kerja, kualitas dan produktivitas
tenaga kerja ditingkatkan antara lain dengan mengembangkan standar kompetensi kerja dan
sistem sertifikasi kompetensi tenaga kerja, menyelenggarakan pelatihan kerja berbasis
kompetensi, dan meningkatkan keterampilan para penganggur.
3. Dalam rangka memberikan akses pekerjaan kepada para penganggur, program pemerintah
yang dapat menciptakan kesempatan kerja harus disempurnakan, serta didukung oleh
pengembangan pusat-pusat pelayanan informasi ketenagakerjaan melalui bursa kerja on-line
(BKOL). Bagi tenaga kerja yang ingin bekerja ke luar negeri, pemerintah terus
menyempurnakan sistem dan mekanisme penempatan dan perlindungan TKI.
2.3 Langkah-Langkah Kebijakan dan Hasil-Hasil yang Dicapai
Langkah kebijakan yang ditempuh dilaksanakan melalui program ketenagakerjaan,
yaitu, sebagai berikut:
1. Program Perluasan dan Pengembangan Kesempatan Kerja, adalah dengan:
a. menyempurnakan peraturan ketenagakerjaan
b. mengkonsolidasikan program penciptaan kesempatan kerja
c. mengembangkan pusat pelayanan informasi ketenagakerjaan
d. meningkatkan pelayanan TKI ke luar negeri dengan murah, mudah, dan cepat
e. melakukan kerja sama pembangunan sistem informasi terpadu pasar kerja luar negeri
f. meningkatkan fungsi perwakilan RI dalam perlindungan TKI ke luar negeri
2. Program Peningkatan Kualitas dan Produktivitas Tenaga Kerja, adalah dengan
a. meningkatkan program pelatihan berbasis kompetensi
b. meningkatkan fungsi dan revitalisasi Balai Latihan Kerja (BLK) menjadi lembaga pelatihan
berbasis kompetensi
c. meningkatkan profesionalisme tenaga kepelatihan dan instruktur BLK
d. meningkatkan dan memperbaiki sarana dan prasarana BLK
e. menyelenggarakan program pelatihan pemagangan dalam negeri dan luar negeri
f. memfasilitasi lembaga pendidikan dan pelatihan kerja
g. menyusun dan mengembangkan standar kompetensi kerja nasional
h. mengharmonisasikan regulasi standardisasi dan sertifikasi kompetensi
i. mempercepat pengakuan/rekognisi sertifikat kompetensi tenaga kerja
j. menguatkan kelembagaan BNSP
k. mengembangka kelembagaan produktivitas dan pelatihan kewirausahaan
3. Program Perlindungan dan Pengembangan Lembaga Tenaga Kerja dilakukan dengan:
a. mendorong pelaksanaan negosiasi bipartit antara serikat pekerja dan pemberi kerja
b. meningkatkan kuantitas dan kualitas tenaga pengawas hubungan industrial;
c. menyeberluaskan pemahaman dan penyamaan persepsi tentang peraturan dan kebijakan
ketenagakerjaan
d. meningkatkan pengawasan, perlindungan dan penegakan hukum serta keselamatan dan
kesehatan kerja
e. membina syarat kerja dan kesejahteraan pekerja
f. mengembangkan jaminan sosial tenaga kerja
g. mengurangi pekerja anak dalam rangka menunjang program keluarga harapan (PKH).
2.3.1 Program Perluasan dan Pengembangan Kesempatan Kerja
1. Penyederhanaan prosedur pemberian visa dan izin tinggal bagi investor atau tenaga kerja
asing dalam upaya mempercepat proses pemberian izin mempekerjakan tenaga kerja asing
(IMTA) dari sebelumnya 4 hari kerja menjadi 3 hari kerja dan pemberian kewenangan
perpanjangan IMTA kepada daerah.
2. Pemberdayaan masyarakat, khususnya penganggur dan setengah penganggur melalui
pemberian peluang pekerjaan kepada lebih dari 1,0 juta orang penganggur/setengah
penganggur. Kegiatan yang dilakukan antara lain:
a. pembangunan infrastruktur skala kecil di beberapa kabupaten/kota, daerah tertinggal, dan
lokasi musibah bencana alam serta kantong-kantong pengangguran dan kemiskinan melalui
kegiatan padat karya produktif
b. penerapan teknologi tepat guna untuk membantu usaha skala mikro/kecil/perorangan
c. pembinaan wirausaha baru
d. pendampingan usaha mandiri
3. Penyelenggaraan job fair dengan menempatkan tenaga kerja lebih dari 100.000 orang dan
penyelenggaraan bursa kerja di daerah dengan menempatkan pekerja di perusahaan dan
penempatan ke beberapa daerah yang membutuhkan lebih dari 1,0 juta orang, serta
penempatan tenaga kerja penyandang cacat lebih dari 3.000 orang.
Untuk memfasilitasi TKI ke luar negeri, langkah-langkah yang telah dilakukan adalah
sebagai berikut:
1. Penempatan TKI ke luar negeri untuk pekerja lebih dari 2,0 juta orang. Penempatan di
kawasan Asia Pasifik sekitar 1,0 juta orang, kawasan Timur Tengah dan Afrika lebih dari
900.000, dan kawasan Eropa dan Amerika sekitar 200.000
2. Fasilitasi penyelesaian permasalahan TKI melalui advokasi dan pembinaan. Kasus yang sudah
diselesaikan sekitar 80 persen
3. Pelayanan penempatan melalui job fair di 12 lokasi serta membangun bursa kerja online di 25
lokasi provinsi/kabupaten/kota untuk mengakses peluang kerja ke luar negeri
4. Pendaftaran ulang perusahaan pelaksana penempatan TKI swasta sebanyak 447 perusahaan,
penerbitan kembali surat izin penempatan bagi 370 perusahaan, dan mencabut izin
perusahaan penempatan TKI yang tidak memenuhi syarat sebanyak 104 perusahaan
5. Pembentukan atase ketenagakerjaan untuk 6 atase ketenagakerjaan yaitu di Malaysia,
Hongkong, Riyadh, Jeddah, Abu Dhabi, dan Kuwait; dan penandatanganan nota
kesepahaman (MoU) dengan negara Yordania, Kuwait, Qatar, dan Syria.
2.3.2 Program Peningkatan Kualitas dan Produktivitas Tenaga Kerja
1. Pelatihan kerja bagi 184.548 orang, meliputi pelatihan berbasis kompetensi 25.130 orang,
berbasis lokal 71.289 orang, subsidi program 69.129 orang, pemagangan dalam negeri 6.949
orang, pemagangan luar negeri 7.130 orang, dan kewirausahaan 4.615 orang. Sekitar 147.393
orang atau 80 persen dari peserta pelatihan dapat terserap di berbagai sektor/dunia usaha
2. Revitalisasi BLK menjadi lembaga pelatihan berbasis kompetensi secara bertahap dilakukan
dengan mengembangkan sarana dan prasarana pelatihan, peremajaan peralatan pelatihan,
pendidikan dan pelatihan instruktur, pengembangan standar kompetensi kerja nasional, dan
peningkatan kualitas manajemen BLK. Salah satu hasil terpenting revitalisasi BLK adalah
fasilitasi peralatan tempat uji kompetensi (TUK) untuk 7 kejuruan di 6 BLK
3. Pendidikan dan pelatihan untuk peningkatan profesionalisme instruktur sebanyak 3.064 orang
4. Rehabilitasi sarana fisik 5 BLK unit pelaksana teknis daerah, dan pembangunan BLK baru di
beberapa provinsi, yaitu Provinsi Jawa Tengah, Provinsi Jawa Timur, Provinsi Nanggroe
Aceh Darussalam, Provinsi Sumatera Utara, dan Provinsi Sulawesi Tengah
5. Penetapan 80 Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI) mencakup sektor
pertanian dan perikanan (11 SKKNI), minyak dan gas (migas) dan listrik (16 SKKNI),
industri manufaktur (10 SKKNI), pariwisata (4 SKKNI), keuangan perbankan (9 SKKNI),
perhubungan dan telekomunikasi (7 SKKNI), kesehatan (3 SKKNI), konstruksi (1 SKKNI),
dan jasa lainnya (19 SKKNI)
6. Kelembagaan BNSP, antara lain dengan pelatihan asesor lisensi, asesor kompetensi, dan
master assesor masing-masing sebanyak 177 orang, 2.973 orang dan 124 orang, serta
pembentukan 27 lembaga sertifikasi profesi (LSP) berlisensi
7. Pengembangan kelembagaan produktivitas melalui kegiatan pengembangan kelembagaan
produktivitas bagi 123 perusahaan, serta pembinaan dan pemberian penghargaan
Paramakarya Produktivitas bagi 4 perusahaan kecil dan 5 perusahaan menengah yang
berkinerja terbaik.
1. http://kumpulanilmuekonomi.blogspot.com/2010/12/makalah-esdm.html
2. http://emperordeva.wordpress.com/about/sdm-indonesia-dalam-persaingan-global/
3. http://wartawarga.gunadarma.ac.id/2009/11/peranan-sumber-daya-manusia-di-indonesia/