Anda di halaman 1dari 6

Nomor 1

Kecerdasan kinestetik merupakan kapasitas untuk memanipulasi objek dan melakukan berbagai
macam keterampilan fisik. Hal yang menonjol dari kecerdasan ini meliputi keseimbangan,
kelenturan, kecepatan, dan koordinasi dalam keterampilan fisik. Anak-anak dengan kecerdasan ini
menjelajahi dunia dengan otot-ototnya, senang bergerak, serta dapat menggunakan objek dengan
tangkas. Mereka memiliki keterampilan motorik kasar dan halus yang baik. Mereka juga
mengekspresikan diri atau belajar melalui aktivitas fisik.

Menurut Howard Gardner, seorang pakar psikologi, kecerdasan kinestetik merupakan hadiah
tersembunyi bagi banyak anak karena membantu mereka belajar dalam arti praktis. Dengan
kecerdasan ini, anak dapat belajar sesuai tingkat kenyamanan, tingkat kepercayaan diri, dan potensi
kreatif mereka. Mereka terlibat dalam interaksi sosial yang positif, menjadi terampil memecahkan
masalah, dan dapat mengasah kreativitasnya dengan cara mengekspresikan diri.

Selain hal-hal di atas, kecerdasan kinestetik juga memiliki manfaat lain, yaitu;

 Meningkatkan pemahaman berbagai macam konsep dan bahasa. Bagi anak-anak


dengan kecerdasan kinestetik, sebuah konsep akan lebih dimengerti melalui aktivitas fisik.
Misalnya, konsep ‘besar dan kecil’ dicirikan melalui gerakan yang berbeda. Hal lain seperti
meniru aksi atau suara binatang juga mempermudah mereka memiliki asosiasi antara kata-
kata, suara, dan artinya.
 Mendorong perkembangan keterampilan kognitif seperti mengurutkan kejadian/proses
dan mengikuti petunjuk.
 Meningkatkan kemampuan berinteraksi sosial melalui aktivitas berkelompok yang
membutuhkan komunikasi dan kerja sama. Mereka juga belajar nilai-nilai kepercayaan, disiplin,
dan ketekunan.
 Mengembangkan pola pikir kreatif dan keterampilan dalam memecahkan masalah yang
dapat digunakan dalam situasi kehidupan nyata.
 Membangun rasa percaya diri. Ketika anak dapat mengenali kelebihannya, itu akan
menjadi kekuatan yang menghantar mereka menjadi seorang ahli di bidang tertentu.
 Meningkatkan sportivitas. Olahraga dan aktivitas fisik lain yang bersifat kompetitif
membantu anak mengenali konsep ‘menang dan kalah’ dan bagaimana menyikapinya. 
 Menjaga kesehatan tubuh. Banyaknya aktivitas gerak tubuh pada anak-anak dengan
kecerdasan kinestetik membuat mereka lebih sehat dan tidak mudah sakit. Anak-anak ini juga
terlihat lebih kuat dan lebih bergairah dalam menjalani kehidupan.

Contoh :

Permainan temukan bunyi pada anak tunanetra

Nomor 2

Beberapa metode dan media tersebut sangat efektif untuk mendukung


pembelajaran anak tunanetra.

1. Prinsip Individual
Metode pembelajaran yang perlu diterapkan oleh orangtua dalam mendidik
anak tunanetra menurut Smart (2010) perlu memperhatikan beberapa prinsip.
Salah satu metodenya adalah prinsip individual. 
Prinsip individual berarti dalam mendidik anak tunanetra, tenaga pendidik
maupun orangtua perlu memperhatikan hal-hal yang berhubungan dengan
individu anak. 
Hal-hal seperti; perbedaan umum, mental, fisik, kesehatan dan tingkat
ketunanetraan setiap anak perlu diperhatikan dengan baik. 

2. Prinsip pengalaman pengindraan


Beralih dari prinsip individual, prinsip berikutnya yang perlu diperhatikan
ketika mendidik anak tunanetra ialah prinsip pengindraan. Pengindraan yang
dimaksudkan di sini ialah pengalaman anak akan hal-hal yang ia pelajari. 
Pengalamaan pengindraan ini mendorong anak agar lebih mudah memahami
apa yang mereka pelajari. 
Guru atau orangtua perlu membangun strategi pembelajaran yang
memungkinkan anak-anak menerima pengalaman secara nyata terkait apa
yang mereka pelajari. 
Ini dapat dilakukan dengan menggunakan alat bantu seperti suara atau
sentuhan agar pembelajaran yang diterima memberi pengalaman nyata. 
Dengan demikian strategi pembelajaran guru harus memungkinkan adanya
pengalaman langsung siswa tunanetra terkait materi yang mereka pelajari. 

3. Prinsip totalitas
Totalitas yang dimaksud di sini bukanlah berarti pembelajaran yang diberikan
harus menyangkut banyak mata pelajaran. Tetapi maksudnya ialah
menggunakan seluruh fungsi indra yang masih berfungsi pada anak tunanetra
dengan baik dalam pembelajaran. 
Semisal ketika anak belajar mengenai objek buah-buahan, orangtua atau
guru dapat mengajak anak untuk mengenal objek tersebut secara
keseluruhan. 
Mulai dari bentuk buah, sifat permukaannya, ukuran, rasa dan ciri khasnya
masing-masing. Ini membantu anak mengenali objek dengan sempurna. 

4. Prinsip Aktivitas Mandiri (Selfactivity)


Prinsip terakhir yang perlu diperhatikan dalam meningkatkan metode
pendidikan bagi anak tunanetra ialah, prinsip aktivitas mandiri. Ini berarti
bahwa dalam melakukan kegiatan belajar mengajar, anak-anak tunanetra
haruslah aktif dan mandiri.
Dalam proses pendidikan, guru hanyalah akan bertindak sebagai fasilitator
dan motivator yang mendorong anak untuk mencari informasi dan belajar
secara aktif dan mandiri. 
Prinsip ini juga menyatakan bahwa proses belajar yang sebaiknya dilakukan
tidaklah sebatas mendengarkan dan mencatat.
Lebih dari itu, sebaiknya proses pembelajaran dibentuk dan dilakukan agar
anak terlibat dan mengalami secara langsung. 

5. Huruf brailleafb.org
Beralih dari metode dan prinsip yang perlu diperhatikan selagi mendidik anak
tunanetra, sekarang kita akan membahas beberapa alat atau media yang juga
dapat mendukung kegiatan belajarnya.
Huruf braille seolah menjadi kebutuhan utama bagi para penderita tunanetra.
Melalui huruf yang ditemukan oleh Louis Braille inilah mereka dapat membaca
dan memahami tulisan. 
Huruf braille merupakan kumpulan titik-titik timbul yang disusun untuk
menggantikan huruf biasa. Huruf ini tersusun atas enam buah titik, dua dalam
posisi vertikal, sedangkan tiga lainnya berada dalam posisi horizontal. 
Semua titik yang timbul ini dapat ditutup menggunakan satu jari sehingga
memudahkan anak dalam membaca ataupun menulis braille. 

6. Kamera touch sightnewatlas.com


Masih berhubungan dengan tulisan braille. Kali ini ada alat bernama kamera
touch sight yang berfungsi membantu tunanetra melalui penggunaannya. 
Kamera ini mempunyai layar braille fleksibel yang menampilkan gambar tiga
dimensi dengan gambar timbul pada bagian permukaan.
Alat ini digunakan dengan meletakan kamera diletakkan pada kening
pengguna untuk merekam suara selama tiga detik. Ini yang menjadi petunjuk
pengguna untuk mengatur foto. 

6. Reglet dan stylustheinterpretersfriend.org


Reglet merupakan alat untuk menulis braille khusus yang dapat digunakan
oleh anak-anak tunanetra. Alat tulis khusus ini digunakan untuk
membuat tulisan dalam huruf braille. Reglet sendiri biasanya dilengkapi
dengan stylus atau pen.
Reglet memiliki bentuk seperti penggaris dengan 2 plat terhubung oleh
engsel.
Plat bawah memiliki lubang-lubang tak tembus sebagai cetakan titik,
sedangkan plat atas berbentuk lubang-lubang tembus sebagai pengarah. 
Sedangkan stylus atau pen berbentuk seperti paku kecil yang dengan ujung
tajam untuk menusuk kertas pada reglet. Terdapat juga ujung tumpul yang
berfungsi untuk menghapus huruf timbul braille jika salah menulis.

8. Optaconwikipedia.org
Optacon merupakan istilah dari Optical-to-Tactile converter. Optacon ini
merupakan alat yang memungkinkan pembaca tunanetra untuk membaca
tulisan lawas.
Alat ini dapat mengubah tulisan atau gambar menjadi getaran yang dapat
dirasakan dan dibaca oleh penggunanya. 
Sebuah kamera dengan elemen photosensitive dalam Optacon membuatnya
dapat mendeteksi tulisan tertentu. Kamera ini dihubungkan ke susunan sandi
raba yang sesuai dengan huruf tertentu.
Ketika salah satu huruf yang terdeteksi oleh kamera, maka akan dihasilkan
pola getaran tertentu yang bisa dirasakan dengan meraba.

9. Papan hitung dan sempoaforbes.com


Pelajaran menghitung tergolong sebagai salah satu pelajaran sulit yang perlu
dihadapi anak-anak. Maka dibuatlah beragam alat bantu hitung yang
membantu anak-anak meningkatkan kemampuan berhitungnya. 
Anak tunanetra juga tentunya dapat menggunakan bantuan alat hitung
melalui papan hitung dan sempoa. Bulir-bulir yang terdapat pada sempoa
memudahkan anak untuk mengikuti pelajaran matematika. 

10. Alat perekam suara


Anak-anak tunanetra lebih mengandalkan kemampuan pendengaran mereka
untuk berinteraksi dan beraktivitas sehari-harinya. Itulah mengapa alat-alat
yang berkaitan dengan suara memiliki peran penting bagi anak tunanetra. 
Alat perekam suara merupakan salah satu memiliki kemampuan untuk
menyimpan suara.
Kini perekam suara dapat digunakan dengan mudah melalui ponsel pintar.
Melalui alat tersebut, anak dapat belajar banyak hal. Dengan menyimpan
informasi dalam bentuk suara, anak dapat dengan mudah mengulang atau
menangkap informasi yang mereka terima. 

Nomor 3

Menurut Soewito dalam buku Ortho paedagogik Tunarungu adalah : “Seseorang yang mengalami
ketulian berat sampai total, yang tidak dapat menangkap tuturkata tanpa membaca bibir lawan
bicaranya”. Anak tunarungu adalah anak yang mengalami kehilangan kemampuan mendengar baik itu
sebagian atau seluruhnya yang diakibatkan kerusakan fungsi pendengaran baik sebagian atau
seluruhnya sehingga membawa dampak kompleks terhadap kehidupannya.

Anak tunarungu merupakan anak yang mempunyai gangguan pada pendengarannya sehingga tidak
dapat mendengar bunyi dengan sempurna atau bahkan tidak dapat mendengar sama sekali, tetapi
dipercayai bahwa tidak ada satupun manusia yang tidak bisa mendengar sama sekali. Walaupun sangat
sedikit, masih ada sisa-sisa pendengaran yang masih bisa dioptimalkan pada anak tunarungu tersebut.
Berkenaan dengan tunarungu, terutama tentang pengertian tunarungu terdapat beberapa pengertian
sesuai dengan pandangan masing-masing. Menurut Andreas Dwidjosumarto mengemukakan bahwa
seseorang yang tidak atau kurang mampu mendengar suara dikatakan tunarungu. Ketunarunguan
dibedakan menjadi dua kategori, yaitu tuli (deaf) atau kurang dengar (hard of hearing) (Laila, 2013: 10).

Anak tunarungu memiliki hambatan dalam pendengaran akibatnya individu tunarungu memiliki
hambatan dalam berbicara sehingga mereka biasa disebut tunawicara. Cara berkomunikasi seseorang
yang menyandang tuna rungu dengan individu lain yaitu menggunakan bahasa isyarat, untuk abjad jari
telah dipatenkan secara internasional sedangkan untuk isyarat bahasa berbeda-beda di setiap negara.

Intelegensi anak tunarungu tidak berbeda dengan anak normal yaitu tinggi, rata-rata dan rendah. Pada
umumnya anak tunarungu memiliki entelegensi normal dan rata-rata. Prestasi anak tunarungu seringkali
lebih rendah daripada prestasi anak normal karena dipengaruhi oleh kemampuan anak tunarungu dalam
mengerti pelajaran yang diverbalkan. Namun untuk pelajaran yang tidak diverbalkan, anak tunarungu
memiliki perkembangan yang sama cepatnya dengan anak normal. Prestasi anak tunarungu yang rendah
bukan disebabkan karena intelegensinya rendah namun karena anak tunarungu tidak dapat
memaksimalkan intelegensi yang dimiliki. Aspek intelegensi yang bersumber pada verbal seringkali
rendah, namun aspek intelegensi yang bersumber pada penglihatan dan motorik akan berkembang
dengan cepat.

Contoh :

Sering merasa curiga dan berprasangka. Sikap seperti ini terjadi akibat adanya kelainan fungsi
pendengarannya. Mereka tidak dapat memahami apa yang dibicarakan orang lain sehingga anak-anak
tunarungu menjadi mudah merasa curiga.

Nomor 4

Anda mungkin juga menyukai