Anda di halaman 1dari 7

1 | A r ti k e l H a d i s t E k o n o m i

HADIST-HADIST BEKERJA DAN MENCARI NAFKAH

Emelia Putri Mulyani


Mahasiswi Perbankan Syariah IAIN Bengkulu
E-mail: emeliaptr00@gmail.com

Abstrak : Bekerja dan mencari nafkah merupakan sendi utama dalam berproduksi dan
memenuhi kebutuhan hidup . Islam adalah agama yang menjunjung tunggi nilai-nilai kerja.
Islam menganjurkan muslim untuk bekerja keras sesuai dengan syariah. Dengan bekerja
seseorang akan mampu menghasilkan barang dan jasa, dan dengan jalan seperti itu pula
para pekerja akan mendapatkan penghasilan sehingga dapat memenuhi kebutuhan
hidupnya serta keluarganya. Selain itu dengan bekerja seseorang akan terhindar dari
tindakan meminta-minta.

Kata kunci : hadist, bekerja, mencari nafkah

Abstract : work and earn a living is the main pillar in production and make ends meet.
Islam is a religion that upholds the values of work. Islam encourages muslims to work
hard in accordance with Shari’a. By working person will be able to produce goods and
services, and by the way as it did the workers will earn money so that they can meet their
needs and their families. In addition, the work someone will be spared of action beg.

Keywords : hadith, work, earn a living

A. Pendahuluan

Islam memandang kerja sebagai kodrat hidup manusia untuk meraih kebahagiaan dunia
dan akhirat.1 Di tengah kehidupan yang serba materealistik-kapitalistik ini, rasa-rasanya
sangatlah sulit bagi seorang muslim un tuk mendapatkan penghasilan dan nafkah yang
baik. Kerja tidak lagi dipandang sebagai ibadah yang mesti mengikuti ketentuan halal dan
haram. Akan tetapi, kerja hanya dipandang sebagai cara untuk memperoleh penghasilan
dan harta sebanyak-banyaknya. 2Bekerja adalah fitrah sekaligus identitas manusia yang
didasarkan pada prinsip-prinsip iman (tauhid) bukan saja menunjukkan fitrah seorang
muslim melainkan juga meniungkatkan derajat.3

1
Indriyani Novi,”Jurnal perspektif ekonomi Darussalam”,Vol 1.No 2,2015,Hal.1
2
Hamdani,dadan,”Jurnal ilmiah manajemen”,Vol 5.No 6,2014,Hal.83
3
Indriyani Novi,”Jurnal perspektif ekonomi Darussalam”,Vol 1.No 2,2015,Hal.1
2 | A r ti k e l H a d i s t E k o n o m i

Islam menjadikan amal atau bekerja sebagai kewajiban yang harus dilakukan oleh setiap
orang sesuai dengan kapasitas dan kemampuan dirinya. Islam juga menyerukan pada
semua orang yang memiliki kemampuan fisik untuk bekerja dalam usaha memenuhi
kebutuhan dirinya. Bahkan dalam kondisi normal seseorang tidak diperbolehkan untuk
meminta-minta atau menjadi beban berat.4.

B. Hadist-hadist bekerja dan mencari nafkah

 Hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari

“Telah menceritakan kepada kami [Ibrahim bin Musa] telah mengabarkan kepada kami
['Isa bin Yunus] dari [Tsaur] dari [Khalid bin Ma'dan] dari [Al Miqdam radliallahu
'anhu] dari Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Tidak ada seorang yang
memakan satu makananpun yang lebih baik dari makanan hasil usaha tangannya sendiri.
Dan sesungguhnya Nabi Allah Daud AS memakan makanan dari hasil usahanya sendiri".5

 Hadits riwayat Ath-Thabrani

ُ‫َم ْن اَ ْم َسى َكااًّل ِم ْن َع َم ِل يَ َد ْي ِه اَ ْم َسى َم ْغفُ ْورًا لَه‬


“Barangsiapa yang di waktu sore merasa capek (lelah) lantaran pekerjaan kedua
tangannya (mencari nafkah) maka di saat itu diampuni dosa baginya.” (HR. Thabrani)

Ini sesuai seperti dalam hadits riwayat tabrani juga yang berbunyi:

“Sesungguhnya di antara dosa yang tidak bisa ditebus dengan pahala shalat, sedekah atau
haji, maka bisa ditebus dengan kesusah-payahan dalam mencari nafkah.”

Hadist ini mendorong kaum muslim untuk bekerja dengan sungguh-sunggh, memenuhi
ketentuan-ketentuan syariat dan sebab akibatnya (kausalitas). Sebab, keseriusan dalam
beerja merupakan wasilah untuk menutupi dosa yang tidak bisa ditutupi oleh ibadah-
ibadah yang lain.ini menunjukkan, bahwa bekerja dengan serius memiliki keutamaan di
sisi Allah swt.
4
Fachrudin,Fachri.”jurnal hukum dan pranata social islam”,Vol.1,No.1,2014,hal.59
5
Alhadarah,”Jurnal ilmu dakwah”,Vol.15.No.30,2016,hal.30
3 | A r ti k e l H a d i s t E k o n o m i

 Hadits riwayat Bukhari

َّ ِ‫ط َخ ْيرًا ِم ْن أَ ْن يَأْ ُك َل ِم ْن َع َم ِل يَ ِد ِه َوإِ َّن نَب‬


‫ي هللاِ َدا ُو َد َعلَ ْي ِه‬ ُّ َ‫ط َعا ًما ق‬َ ‫َما أَ َكلَ أَ َح ٌد‬
‫ان يَأْ ُك ُل ِم ْن َع َم ِل يَ ِد ِه‬
َ ‫ال َّساَل ُم َك‬
“Tidak ada seseorang yang memakan satu makanan pun yang lebih baik dari makanan
hasil usaha tangannya (bekerja) sendiri. Dan sesungguhnya Nabi Allah Daud as.
memakan makanan dari hasil usahanya sendiri.” (HR. Bukhari)

 Hadits riwayat Ibnu Majah

‫ق ال َّر ُج ُل َعلَى نَ ْف ِس ِه َوأَ ْهلِ ِه‬


َ َ‫ب ِم ْن َع َم ِل يَ ِد ِه َو َما أَ ْنف‬ ْ َ‫ب ال َّر ُج ُل َك ْسبًا أ‬
َ َ ‫طي‬ َ ‫َما َك َس‬
ٌ‫ص َدقَة‬
َ ‫َو َولَ ِد ِه َو َخا ِد ِم ِه فَه َُو‬
“Tidak ada yang lebih baik dari usaha seorang laki-laki kecuali dari hasil tangannya
(bekerja) sendiri. Dan apa saja yang dinafkahkan oleh seorang laki-laki kepada diri, istri,
anak dan pembantunya adalah sedekah.” (HR. Ibnu Majah)6

 Hadist riwayat Ibnu majah

‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم آ َج َر نَ ْف َسهُ ثَ َمانِ َي ِسنِي َْن أَ ْو َع ْشرًا َعلَى ِعفَّ ِة فَرْ ِج ِه‬
َ ‫إِ َّن ُم ْو َسى‬
ْ َ‫َوطَ َع ِام ب‬
‫طنِ ِه‬
“Sesungguhnya Nabi Musa as. mempekerjakan dirinya sebagai buruh selama delapan
tahun atau sepuluh tahun untuk menjaga kehormatan dirinya dan untuk mendapatkan
makanan (halal) bagi perutnya.” [HR. Ibnu Majah]

‫ق ال َّر ُج ُل َعلَى نَ ْف ِس ِه َوأَ ْهلِ ِه‬


َ َ‫ب ِم ْن َع َم ِل يَ ِد ِه َو َما أَ ْنف‬ ْ َ‫ب ال َّر ُج ُل َك ْسبًا أ‬
َ َ ‫طي‬ َ ‫َما َك َس‬
ٌ‫ص َدقَة‬
َ ‫َو َولَ ِد ِه َو َخا ِد ِم ِه فَه َُو‬
“Tidak ada yang lebih baik dari usaha seorang laki-laki kecuali dari hasil tangannya
(bekerja) sendiri. Dan apa saja yang dinafkahkan oleh seorang laki-laki kepada diri, istri,
anak dan pembantunya adalah sedekah.” [HR. Ibnu Majah]

6
https://pkh.or.id/bekerja-dalam-pandangan-islam/ diakses tanggal 23 maret 2021,Pukul 12:45
4 | A r ti k e l H a d i s t E k o n o m i

ُ‫صلَّى هللا‬ َ َ‫ ق‬: ‫ال‬


َ ِ‫ال َرسُو ُل هللا‬ َ َ‫ض َي هللاُ َع ْنهُ ق‬
ِ ‫بن الع َّو ِام َر‬ ِ ‫الزبَي ِْر‬ ُّ ‫َع ْن أَبِ ْي َع ْب ِد هللا‬
‫ فَيَأْتِ َي بح ُْز َم ٍة ِمن َحطَب َعلَى‬،‫الجبَ َل‬
َ ‫ألَ ْن يَأْ ُخ َذ أَ َح ُد ُكم أَحبُلَهُ ثُ َّم يَأْتِ َي‬: ‫َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم‬
‫ظَ ِه ِر ِه فَيَبِ ْي َعهَا‬،

َ ُ‫ أَ ْعطَ ْوهُ أَ ْو َمنَعُوه‬،‫اس‬


(ُ‫(ر َواه‬. َ َّ‫ َخ ْي ٌر لَهُ ِم ْن أَ ْن يَسْأ َ َل الن‬،ُ‫ف هللاُ بِهَا َوجْ هَه‬
َّ ‫فَيَ ُك‬
ِ ‫الب َُخ‬
ّ ‫ار‬
‫ي‬
Dari Abu Abdillah, yaitu al-Zubair ibn al-Awwam ra. berkata: Rasulullah saw. bersabda:
Sekiranya seseorang di antara kalian mengambil tambang lalu pergi ke gunung, kemudian
ia datang kembali dengan membawa seikat kayu bakar di punggungnya, lalu menjualnya,
kemudian dengan cara sedemikian itu Allah mencukupkannya, itu lebih baik daripada
meminta-minta   kepada orang, bisa jadi ia diberi, dan bisa jadi ia tidak diberi. (HR al-
Bukhari  no. 1378, Ibn Majah no. 1826  dan Ahmad no. 1333)7

C. Pembahasan

1. Pengertian Bekerja

Bekerja adalah segala usaha maksimal yang dilakukan manusia, baik lewat gerak anggota
tubuh atau pun akal untuk menambah dan memenuhi kebutuhan, baik dilakukan secara
perorangan ataupun secara kolektif, baik untuk pribadi ataupun untuk orang lain (dengan
menerima imbalan). Di dalam bahasa keseharian bekerja sering pula disebut sebagai bisnis,
artinya seseorang yang sedang melakukan aktifitas bisnis disebut juga dengan bekerja

2. Bekerja dalam Perspektif Ekonomi Islam

Ilmu tidak bermanfaat kalau tidak dipraktekkan dengan bekerja. Bekerja dibutuhkan bukan
hanya sekali waktu, tapi terus-menerus. Bekerja dibutuhkan untuk menghasilkan
(memproduksi) sesuatu yang terbaik dan untuk mencapai karunia Allah SWT. Bekerja
sebagai faktor produksi mempunyai arti yang besar. Karena semua kekayaan alam tidak
berguna bila tidak dieksploitasi oleh manusia dan diolah oleh buruh (pekerja). Alam telah
memberikan kekayaan yang tidak terhitung, tetapi tanpa usaha manusia semua akan tetap
tersimpan. Oleh karena itu, disamping adanya sumber daya alam, juga harus ada rakyat
yang mau bekerja sungguhsungguh, tekun dan bijaksana agar mampu menggali sumber
alam untuk kepentingannya. Kitab suci Al-Qur’an memandang betapa pentingnya produksi
kekayaan negara, dengan memberi penekanan yang lebih terhadap tenaga manusia.

7
“bekerja dalam pandangan islam”, https://pkh.or.id/ diakses pada tanggal 23 maret 2021,Pukul
13:35
5 | A r ti k e l H a d i s t E k o n o m i

Ekonomi Islam sangat menganjurkan dilaksanakannya aktivitas produksi dan


mengembangkannya, baik dari segi kuantitas maupun kualitas. Ekonomi Islam tidak rela
jika tenaga manusia atau komoditi telantar begitu saja. Islam menghendaki semua tenaga
dikerahkan untuk meningkatkan produktivitas lewat itqan (ketekunan) yang diridhai Allah
SWT atau ihsan yang diwajbkan Allah atas segala sesuatu.13 Oleh sebab itu Islam
menganjurkan umatnya bekerja untuk memproduksi dan berperan dalam berbagai bentuk
aktivitas ekonomi seperti pertanian, perkebunan, perikanan, perindustrian, dan
perdagangan. Disamping itu, tujuan diwajibkannya bekerja adalah untuk :
1) Untuk mencukupi kebutuhan hidup
2) Untuk kemaslahatan keluarga
3) Untuk kemaslahatan masyarakat
4) Mengatasi pengangguran
5) Bekerja untuk memakmurkan bumi, dan berbagai tujuan lainnya8

3. Keutamaan bekerja

Bekerja merupakan salah satu ibadah yang telah ditetapkan oleh Allah swt. Disamping
untuk memperoleh nafkah yanghalal dan baik, bekerja juga merupakan perwujudan
hubungan ta'awuniyyah (tolong menolong) diantara sesama Muslim. Sebab, ketika
seseorang bekerja, tentunya ia akan bersinggungan dengan kepentingan orang lain. Tatkala
seorang penjahit menjahit baju untuk pelanggannya, ia telah membantu orang lain yang
sedang membutuhkan baju, atau pakaian. Demikian juga tukang jahit; ia membutuhkan
orang yang hendak menjahitkan kain kepadanya, agar ia memperoleh nafkah yang halal
dan baik. Begitu seterusnya. Rasulullah saw telah menjelaskan beberapa keutamaan
bekerja. Diantara keutamaan-keutamaan itu adalah sebagai berikut:

1. Bekerja untuk Menjaga Kehormatan Dan Kemulyaan Diri

Bekerja adalah refleksi kehormatan dan kemulyaan seseorang. Jika seseorang memiliki
profesi halal dan baik; misalnya tukang becak, tukang ojek, guru, petani, dan buruh pabrik,
dan lain sebagainya, tentunya ia akan terpandang di sisi Allah dan masyarakat. Sebaliknya,
alangkah hinanya di sisi Allah swt, jika seseorang memiliki profesi haram, misalnya
pelacur, dukun, eksekutor di bank ribawi dan bea cukai, serta pekerjaan-pekerjaan haram
lainnya. Harta yang didapatkannya tidak berkah, dan kelak ia akan mendapatkan siksa di
hari akhir.

8
Anafarhanah,Sri.”keutamaan bekerja dalam islam”,Hal.36-37
6 | A r ti k e l H a d i s t E k o n o m i

2. Bekerja Untuk Menutupi Dosa

Dalam sebuah riwayat dituturkan, bahwa bekerja keras akan menutupi dosa-dosa yang
tidak bisa ditutupi oleh sholat dan puasa.

3. Bertemu Allah dengan Wajah Berseri-seri

Di dalam riwayat lain dlsebutkan, bahwa orang yang memlliki profesl halal dan baik, akan
bertemu dengan Allah swt dengan wajah berseri-seri bagalkan bulan punama.

4. Memudahkan terkabulnya Doa

Pada dasarnya, nafkah terbaik adalah nafkah yang didapatkan dari hasil usahanya sendiri.
Nafkah yang halal dan balk, baik berupa makanan, pakaian, ataupun tempat tinggal,
merupakan sarana agar doa diterima Allah swt.9

D. Kesimpulan

Bekerja merupakan kewajiban setiap muslim karena bekerja itu identitas manusia yang
berdasarkan prinsip imam (tauhid) yang dapat meninggikan derajatnya. Setiap pekerjaan
yang dilakukan karena Allah sama halnya dengan melakukan Jihad Fi Sabilillah.

Motivasi kerja dalam islam bukanlah mengejar hidup hedonis, bukan juga untuk status,
apalagi untuk mengejar kekayaan dengan segala cara melainkan untuk beribadah.

Bekerja bukan hanya sekedar memenuhi kebutuhan perut tetapi juga untuk memelihara
harga diri dan menjunjung martabat kemanusiaan. Islam menghargai orang orang yang
bekerja, baik untuk kebutuhannya maupun kebutuhan keluarganya. Islam memberikan
apresiasi yang sangat tinggi bagi mereka yang berusaha dengan sekuat tenaga mencari
nafkah.

Hadist yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari menjelaskan mengenai betapa pentingnya
bekerja, karena dengan bekerja kita mampu menghasilkan sesuatu yang bermanfaat bagi
kehidupan dan lingkungan sekitar kita serta dapat mengurangi tingkat pengangguran dan
kemiskinan. Oleh sebab itu sudah seharusnya kita berhenti untuk bermalas-malasan dengan
mengharap sesuatu yang datang dari orang lain (meminta-minta) karena hal itu tidak akan
membawa kebaikan bagi diri kita dan lingkungan.

Daftar Pustaka

9
Hamdani,dadan,”Jurnal ilmiah manajemen”,Vol 5.No 6,2014,Hal.85-87
7 | A r ti k e l H a d i s t E k o n o m i

Indriyani Novi.2015.”etos kerja ditinjau dari segi perspektif alquran dan hadist ”. Jurnal perspektif ekonomi
Darussalam,Volume 1 Nomor 2,Hal 1.

Hamdani,dadan.2014.”bekerja dan keutamaanya ”.Jurnal ilmiah manajemen ,Volume 5 Nomor 6,Hal 83.

Hamdani,dadan.2014.”bekerja dan keutamaanya ”.Jurnal ilmiah manajemen ,Volume 5 Nomor 6,Hal 85-87.

Fachrudin,Fachri.2014.”Fikih bekerja”.jurnal hukum dan pranata social dalam islam,Volume 1 Nomor 1,Hal
59.

Anafarhanah,Sri.2016.”keutamaan bekerja dalam islam”. Jurnal ilmu dakwah,Volume 15 nomor 30, Hal 30.

Anafarhanah,Sri.2016.”keutamaan bekerja dalam islam”. Jurnal ilmu dakwah,Volume 15 nomor 30, Hal 36-
37.

https://pkh.or.id/bekerja-dalam-pandangan-islam/ diakses tanggal 23 maret 2021,Pukul 12:45

“Bekerja dalam pandangan islam”, https://pkh.or.id/ diakses pada tanggal 23 maret 2021,Pukul 13:35

Anda mungkin juga menyukai