Anda di halaman 1dari 33

LAPORAN PENDAHULUAN

“EFUSI PLEURA”

Oleh :
FUJI ASTUTI
2020910066

PROGRAM STUDI NERS SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN


BAITURAHIM JAMBI

TAHUN 2021

5
6

A. Tinjauan Teoritis
1. Anatomi dan Fisiologi Sistem Pernafasan
Pernapasan atau respirasi adalah suatu peristiwa tubuh kekurangan
oksigen, kemudian oksigen yang berada diluar tubuh dihirup (inspirasi)
melalui organ-organ pernapasan, dan pada keadaan tertentu bila tubuh
kelebihan karbondioksida (CO2) maka tubuh berusaha untuk
mengeluarkannya dari dalam tubuh dengan cara menghembuskan napas
(ekspirasi) sehingga terjadi suatu keseimbangan antara oksigen dan
karbondioksida dalam tubuh (Syaifuddin, 2011). Adapun anatomi sistem
pernafasan dapat dilihat pada gambar 2.1 sebagai berikut:

Gambar 2.1 AnatomiSistem Pernafasan

Sumber: Syaifuddin, 2018


7

Menurut Syaifuddin (2011),Anatomi sistem pernafasan terdiri dari :


a. Hidung
Hidung merupakan organ tubuh yang berfungsi sebagai alat pernafasan
dan indra penciuman. Bentuk dan struktur hidung menyerupai piramid
atau kerucut dengan alasnya pada prosesus platinus os maksilaris dan
pars horizontal os palatum. Dalam keadaan normal udara yang masuk
dalam sistem pernafasan berhubungan dengan rongga hidung.
Vestibulum rongga hidung yang berisi serabut-serabut halus epitel
berfungsi untuk mencegah masuknya benda-benda asing yang
mengganggu proses pernapasan.
b. Faring
Terdiri atas nasofaring, orofaring dan laringo faring.
1) Nasofaring
Bagian faring yang terdapat di dorsal cavum nasi dan berhubungan
dengan cavum nasi melalui konka dinding lateral, dibentuk oleh: a)
Muscle tensor palatini, b) Muscle levator vili palatine membentuk
palatum mole, c) Musclekonstruktor faringitis superior.
2) Orofaring
Orofaring mempunyai dua hubungan yang terdiri dari: a) Ventral
dengancavum oris, batas isthmus faucium terdiri atas palatum molle
arcus glosopalatinus dekstra dan sinistra dorsum lingua, diantara
kedua arkus ini terdapat jaringan limpoid disebut tonsil palatina
(mandel) yang terdapat dalam lekukan yang disebut fossa tonsilaris.
Fossa ini seluruhnya ditempati oleh tonsil untuk mencegah
masuknya kuman melalui rongga mulut ke faring, b) Kaudal pada
radiks lingua, memiliki lubang merupakan batas antara laring dan
faring, selain itu juga terdapat lipatan antara faring disebut epiglotis
yang merupakan batas antara oral dan laring.
3) Laringo Faring
Bagian ini berhubungan dengan laring melalui mulut yaitu auditus
laringeus. Dinding depan laringo faring memiliki plika laringisi
8

epiglotika. Lekuk ini mempunyai dinding medial dan lateral, kedua


dinding tersebut bersatu di daerah ventral yang dapat dilihat sebagai
tonjolan yang disebut plika nervus laringici.
c. Laring (Pangkal Tenggorokan)
Laring atau pangkal tengggorokan merupakan jalinan tulang rawan
yang dilengkapi dengan otot, membrane jaringan ikat, dan ligamentum.
Bagian atas laring membentuk tepi epiglotis.
d. Trakea (Batang Tenggorokan)
Trakea atau batang tenggorokan adalah tabung berbentuk pipa seperti
huruf C yang dibentuk oleh tulang rawan disempurnakan oleh selaput.
Trakea terletak di antara vertebra cervicalis VI sampai ke tepi bawah
kartilago krikoid vertebra torakalis V, panjang sekitar 13 cm dan
diameternya 2,5 cm, selain itu juga dilapisi otot polos. Trakea
mempunyai dinding fibroelastis yang tertanam dalam balok-balok hialin
yang berfungsi untuk mempertahankan trakea tetap terbuka.
e. Bronkus (Cabang Tenggorokan)
Merupakan lanjutan dari trakea terletak pada ketinggian vertebra
torakalis IV dan V. Bronkus mempunyai struktur yang sama dengan
trakea dan terletak mengarah ke paru-paru.
f. Paru-paru
Paru-paru adalah salah satu organ sistem pernafasan yang berada di
dalam kantong yang dibentuk oleh pleura parietalis dan pleura viseralis.
Kedua paru-paru sangat lunak, elastis, sifatnya ringan terapung di
dalam air, dan berada dalam ronggga torak.
g. Pleura
Pleura adalah suatu membran serosa yang halus membentuk suatu
kantong tempat paru berada, pleura mempunyai dua lapisan yaitu:
1) Lapisan parietalis disebut lapisan permukaan: lapisan pleura yang
langsung berhubungan dengan paru dan memasuki fisura paru,
memisahkan lobus-lobus dari paru.Sesuai dengan letaknya, pleura
parietalis ada empat bagian yaitu: a).Pleura kostalis: menghadap ke
9

permukaan lengkung kosta dan otot-otot yang terdapat diantaranya,


sebelah depan mencapai sternum, bagian belakang melewati iga di
samping vertebra. b).Pars servikalis: bagian pleura yang melewati
apertura torasis superior memasuki dasar lebar dan membentuk
seperti kubah, diperkuat oleh membran suprapleura.c). Pleura
diafragmatika: bagian pleura yang berada diatas diafragma. d).
Pleura mediastinalis: bagian pleura yang menutup permukaan lateral
mediastinum serta susunan yang terletak di dalamnya.
2) Lapisan viseralis atau disebut lapisan dalam: pleura yang
berhubungan dengan fasia endotorasika, merupakan permukaan
dalam dari dinding toraks.

2. Definisi
Menurut Lemone dan Burke (2016), Efusi pleura adalah
pengumpulan cairan yang berlebihan di ruang pleura. Efusi pleura hasil
dari penyakit sistemik atau lokal, gangguan sistemik yang dapat
menyebabkan efusi pleura antara lain gagal jantung, penyakit hati atau
ginjal, dan gangguan jaringan ikat, seperti artritis reumatoid dan lupus
eritematosis sistemik. Pneumonia, atelektasis, TB, kanker paru, dan
trauma dada adalah kondisi lokal yang dapat menyebabkan efusi plura.
Adapun menurut Nurarif dan Kusuma (2015), efusi pleura adalah
pengumpulan cairan dalam ruang pleura yang terletak diantara permukaan
visceral dan parietal. Merupakan proses penyakit primer yang jarang
terjadi tetapi biasanya merupakan penyakit sekunder terhadap penyakit
lain. Secara normal, ruang pleural mengandung sejumlah kecil cairan (5
sampai 15ml) berfungsi sebagai pelumas yang memungkinkan permukaan
pleural bergerak tanpa adanya fiksi.
Definisi diatas dapat disimpulkan bahwa efusi pleura adalah
penumpukan cairan didalam rongga pleura yang biasanya merupakan
penyakit lokal terhadap penyakit lain dan merupakan penyakit sistemik
yang jarang terjadi.
10

3. Etiologi
Etiologi efusi pleura yaitu a). Infeksi: tuberculosis, pneumonitis,
abses paru, perforasi esophagus, abses subfrenik, b). Non infeksi:
karsinoma paru, karsinoma pleura (primer dan sekunder), karsinoma
mediastinum, tumor ovarium, gagal hati, gagal ginjal, hipotiroidisme,
kilotoraks, emboli paru, bendungan jantung (gagal jantung dan perikarditis
konstriktiva) (Nurarif dan Kusuma, 2015).

4. Klasifikasi
Menurut Jainurakhma (2018), Efusi pleura dibagi menjadi dua
yaitu: a). Efusi pleura transudat merupakan gangguan hidrostatik dan
gangguan osmotic akibat inflamasi dan neoplasma, b). Efusi pleura
eksudat merupakan kelainan cairan yang disebabkan oleh peradangan yang
mengandung protein yang berat jenisnya meningkat dari plasma biasany.

5. Patofisiologi
Menurut Padila (2012), cairan di rongga pleura jumlahnya tetap
karena adanya keseimbangan antara produksi oleh pleura parietalis dan
absorbsi oleh pleura viseralis. Keadaan ini dapat dipertahankan karena
adanya keseimbangan antara tekanan hidrostatis pleura parietalis. Didalam
rongga pleura terdapat ± 5 ml cairan yang cukup untuk membasahi seluruh
permukaan pleura parietalis dan pleura viseralis. Cairan ini dihasilkan oleh
kapiler pleura parietalis karena adanya tekanan hidrostatik, tekanan koloid
dan daya tarik elastis. Sebagian cairan ini diserap kembali oleh kapiler
paru-paru dan pleura viseralis, sebagian kecil lainnya (10-20%) mengalir
kedalam pembuluh limfe sehingga pasase cairan disini mencapai 1 liter
seharinya.
Terkumpulnya cairan di rongga pleura disebut efusi pleura, ini
terjadi bila keseimbangan antara produksi dan absorbsi terganggu
misalnya pada hiperemia akibat inflamasi, perubahan tekanan osmotic
(hipoalbuminemia), peningkatan tekanan vena (gagal jantung). Atas dasar
11

kejadiannya efusi dapat dibedakan atas transudat dan eksudat pleura.


Transudat terjadi pada peningkatan tekanan vena pulmonalis, misalnya
terjadi pada gagal jantung karena bendungan vena disertai peningkatan
tekanan hidrostatik, dan sirosis hepatis karena tekanan osmotik koloid
yang menurun. Transudasi juga dapat terjadi pada hipoproteinemia, seperti
pada penyakit hati dan ginjal, atau penekanan tumor pada vena cava.
Penimbunan transudat dalam rongga pleura disebut hidrotoraks. Eksudat
dapat disebabkan oleh keganasan dan infeksi. Penimbunan eksudat
disebabkan oleh peradangan atau keganasan pleura, dan akibat
peningkatan permeabilitas kapiler atau gangguan absorbsi getah bening.
Cairan keluar langsung dari kapiler sehingga kaya akan protein dan berat
jenisnya tinggi. Cairan ini juga mengandung banyak sel darah putih.
Sebaliknya transudat kadar proteinnya rendah sekali atau nihil sehingga
berat jenisnya rendah (padila, 2012).
12

Web Of Caution/ WOC Efusi Pleura menurut Nurarif dan Kusuma (2015),
dapat dilihat pada Skema 2.1 berikut ini:
Skema 2.1 WOC Efusi Pleura

Peradangan pleura
Cairan protein dari getah
Gagal jantung kiri, bening masuk rongga
Obstruksi vena cava Permeabel membran
pleura
superior, asites pada kapiler meningkat
sirosis hati, dialisis
peritonial, obstruksi Konsentrasi protein cairan
fraktus urinarius Peningkatan tekanan kapiler
sistemik/ pulmonal, pleura meningkat
penurunan tekanan koloid
osmotik dan pleura, eksudat
Terdapat jaringan
penurunan tekanan intra
nekrotik pada septa
pleura
Kongesti pada
pembuluh limfe Gangguan tekanan kapiler
hidrostatik dan koloid
Reabsorbsi cairan osmotik intra plerura
terganggu
transudat

Penumpukan cairan pada


Gangguan pertukaran rongga pleura
gas

Ekspansi paru Penekanan pada drainase


abdomen
Sesak nafas anoreksia Resiko tinggi terhadap
tindakan drainase dada
Ketidak seimbangan nutrisi
Nyeri resiko infeksi
kurang dari kebutuhan tubuh

Ketidakefektifan pola Insufiensi oksigenasi


nafas

Gangguan metabolisme Suplai 02

Energi berkurang Gangguan rasa nyaman

Intoleransi aktivitas Defisit perawatan diri

Sumber: Nurarif dan Kusuma, 2015


13

6. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis efusi pleura yaitu: a). Adanya timbunan cairan
mengakibatkan perasaan sakit karena pergesekan, setelah cairan cukup
banyak rasa sakit hilang, bila cairan banyak, penderita akan sesak nafas,
b). Adanya gejala-gejala penyebab penyakit seperti demam, menggigil dan
nyeri dada pleuritis, batuk, pneunomia, panas tinggi, kokus, subfebris,
tuberkulosis, banyak keringat, dan nyeri perut, c). Deviasi trakea menjauhi
tempat yang sakit dapat terjadi penumpukan cairan pleural yang
signifikan, c). Pemeriksaan fisik dalam keadaan berbaring dan duduk akan
berlainan, karena cairan akan berpindah tempat. Bagian yang sakit akan
kurang bergerak dalam pernapasan, fremitus melemah (raba dan vocal),
pada perkusi didapati daerah pekak, dalam keadaan duduk permukaan
cairan membentuk garis melengkung, d). Terdapat segitiga Garland, yaitu
daerah yang pada perkusi redup timpani dibagian atas garis Ellis domiseu.
Segitiga groccoo-Rochfusz, daerah pekak karena cairan mendorong
mediastinum kesisi lain, pada auskultasi daerah ini didapati vesikuler
melemah dengan ronkhi, e). Pada permulaan dan akhir penyakit terdengar
krepitasi pleura (Nurarif dan Kusuma, 2015).

7. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang untuk efusi pleura menurut (Nurarif dan
Kusuma, 2015; Tabrani, 2010) antara lain :
a. Pemeriksaan radiologik (Rontgen dada), pada permulaan didapati
menghilangnya sudut kostofrenik. Bila cairan lebih 300ml akan tampak
cairan dengan permukaan melengkung, mungkin terdapat pergeseran di
mediastinum.
b. Ultrasonografi (USG) dada bisa membantu menentukan lokasi dari
pengumpulan cairan yang jumlah nya sedikit, sehingga bisa dilakukan
pengeluaran cairan.
c. CT-Scan dada dengan jelas menggambarkan paru-paru dan cairan, dan
dapat menunjukkan adanya pneumonia, abses paru dan tumor.
14

d. Torakosentesis (aspirasi cairan pleura) untuk mengetahui kejernihan,


warna, biakan tampilan, sitologi, berat jenis. Fungsi pleura diantara
linea aksilaris anterior dan posterior pada sela iga ke-8. Didapati cairan
yang mungkin serosa (serotorak), berdarah (hemotoraks), pus
(piotoraks), atau kilus (kilotoraks). Bila cairan serosa mungkin berupa
transudat (hasil bendungan) atau eksudat (hasil radang).
e. Cairan pleural dianalisis dengan kultur bakteri, pewarnaan gram, basil
tahan asam (untuk TBC), hitung sel darah merah dan putih,
pemeriksaan kimiawi (glukosa, amylase, laktat dehidrogenase (LDH),
protein), analisis sitologi untuk sel-sel malignan, dan Ph.
f. Biopsi pleura, untuk mengetahui adanya sel-sel ganas atau kuman-
kuman penyakit (biasanya kasus pleurisy tuberculosa dan tumor
pleura).
g. Bronskopi kadang dilakukan untuk membantu menemukan
sumbercairan yang terkumpul.

8. Penatalaksanaan
a. Penatalaksanaan Medis
Menurut Nurarif dan Kusuma (2015), penatalaksanaan pada
efusi pleura antara lain: 1). Thorakosentesis, drainase cairan jika efusi
pleura menimbulkan gejala subjektif seperti nyeri, dispneu, dan lain-
lain. Cairan efusi sebanyak 1-1,5 liter perlu dikeluarkan segera untuk
mencegah meningkatnya edema paru. Jika jumlah cairan efusi lebih
banyak maka pengeluaran cairan berikutnya baru dapat dilakukan 1 jam
kemudian, 2). Pleurodesis, pada efusi karena keganasan dan efusi
rekuren lain, diberikan obat (tetrasiklina, kalsium karbonat, dan
neomisin) melalui selang interkostalis untuk melekatkan kedua lapisan
pleura dan mencegah cairan terakumulasi kembali.
b. Penatalaksanaan Keperawatan
Klien di istirahatkan, klien dianjurkan tirah baring bertujuan
untuk menurunkan kebutuhan oksigen karena peningkatan aktivitas
15

akan meningkatkan kebutuhan oksigen sehingga dispneu akan semakin


meningkat pula, klien diajarkan nafas dalam, monitor tanda-tanda vital,
monitor respirasi dan O2, pertahankan posisi klien yang nyaman
(Nurarif dan Kusuma, 2015).

B. Tinjauan Kasus Secara Teoritis


Proses keperawatan adalah suatu metode sistematik untuk mengkaji
respon manusi terhadap masalah-masalah dan membuat rencana keperawatan
yang bertujuan untuk mengatasi masalah-masalah tersebut. Masalah-masalah
kesehatan dapat berhubungan dengan klien, kluarga juga orang terdekat atau
masyarakat. Proses keperawatan mendokumentasikan kontribusi perawat
dalam mengurangi/mengatasi masalah-masalah kesehatan (Bararah, 2013).
1. Pengkajian
Pengkajian keperawatan adalah pondasi dari proses keperawatan,
pengumpulan data yang akurat mengarah pada identifikasi status
kesehatan, kekuatan, dan masalah klien guna menegakkan diagnosis
keperawatan, yang memberikan arahan untuk implementasi keperawatan
dan mengurangi masalah-masalah klien (Christensen, 2009).
Adapunmenurut Nurarif dan Kusuma (2015), adalah ketika dilakukan
wawancara ditemukan pasien adanya timbunan cairan mengakibatkan
perasaan sakit karena pergesekan, setelah cairan cukup banyak rasa sakit
hilang, bila cairan banyak, penderita akan sesak nafas, adanya gejala-
gejala penyakit penyebab seperti demam, menggigil dan nyeri dada
pleuritis (pneunomia), panas tinggi, subfebris, kokus,tuberkulosis, banyak
keringat, batuk, nyeri perut, deviasi trakea menjauhi tempat yang sakit
dapat terjadi penumpukan cairan pleural yang signifikan, pemeriksaan
fisik dalam keadaan berbaring dan duduk akan berlainan, karena cairan
akan berpindah tempat.
Bagian yang sakit akan kurang bergerak dalam pernapasan,
fremitus melemah (raba dan vocal), pada perkusi didapati daerah pekak,
terdapat segitiga Garland, yaitu daerah yang pada perkusi redup timpani
16

dibagian atas garis Ellis domiseu. Segitiga groccoo-Rochfusz, daerah


pekak karena cairan mendorong mediastinum kesisi lain, pada auskultasi
daerah ini didapati vesikuler melemah dengan ronkhi, dan pada permulaan
dan akhir penyakit terdengar krepitasi pleura. Dada sakit karena adanya
inflamasi pleura di dalam area; tidak selalu ada. Kesulitan bernapas
(dyspneu) karena berkurangnya pembesaran dada di area. Denyut jantung
dan respirasi bertambah; tekanan darah turun karena kehilangan darah
pada hemothorax (Nurarif dan Kusuma, 2015).
Pemeriksaan penunjang efusi pleura ditemukan keadaan abnormal
diantaranya pemeriksaan radiologik (Rontgen dada), pada permulaan
didapati menghilangnya sudut kostofrenik. Bila cairan lebih 300ml akan
tampak cairan dengan permukaan melengkung, mungkin terdapat
pergeseran di mediatinum, ultrasonografi (USG), CT-Scan dada,
torakosentesis/fungsi pleura untuk mengetahui kejernihan, warna, biakan
tampilan, sitologi, berat jenis. Fungsi pleura diantara linea aksilaris
anterior dan posterior pada sela iga ke-8. Didapati cairan yang mungkin
serosa (serotorak), berdarah (hemotoraks), pus (piotoraks), atau kilus
(kilotoraks). Bila cairan serosa mungkin berupa transudat (hasil
bendungan) atau eksudat (hasil radang), cairan pleural dianalisis dengan
kultur bakteri, pewarnaan gram, basil tahan asam (untuk TBC), hitung sel
darah merah dan putih, pemeriksaan kimiawi (glukosa, amylase, laktat
dehidrogenase (LDH), protein), analisis sitologi untuk sel-sel malignan,
Ph, dan pemeriksaan biopsi pleura mungkin jika diperlukan (Nurarif dan
Kusuma, 2015).

2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah penilaian klinis tentang respons
individu, keluarga atau komunitas terhadap proses kehidupan/masalah
kesehatan. Aktual atau potensial dan kemungkinan dan membutuhkan
tindakan keperawatan untuk memecahkan masalah tersebut (Bararah,
2013).
17

Menurut Nurarif dan Kusuma (2015), diagnosa keperawatan efusi


pleurasecara teoritis adalahsebagai berikut :
a. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan
menurunnya ekspansi paru sekunder terhadap penumpukan cairan
dalam rongga pleura
b. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan penurunan
kemampuan ekspansi paru, kerusakan membrane alveolar-kapiler
c. Ketiakefektifan pola nafas berhubungan dengan penurunan ekspansi
paru sekunder terhadap penumpukan cairan dalam rongga pleura
d. Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan peningkatan metabolisme tubuh, penurunan nafsu makan
akibat sesak nafas sekunder terhadap penekanan struktur abdomen
e. Nyeri akut berhubungan dengan proses tindakan drainase
f. Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan batuk yang menetap dan
sesak nafas serta perubahan suasana lingkungan
g. Resiko infeksi berhubungan dengan tindakan drainase (luka
pemasangan WSD)
h. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidak seimbangan antara
suplai oksigen dengan kebutuhan, dyspneu setelah beraktivitas
i. Defisit perawatan diri berpakaian berhubungan dengan kelemahan
fisik
j. Defisit perawatan diri eliminasiberhubungan dengan kelemahan fisik
k. Defisit perawatan diri makanberhubungan dengan kelemahan fisik
l. Defisit perawatan diri mandiberhubungan dengan kelemahan fisik
18

3. Perencanaan
Intervesi adalah rencana aktivitas keperawatan yang perlu ditetapkan untuk mengurangi, menghilangkan, dan mencegah
masalah keperawatan penderita. Tahapan ini merupakan perencanaan keperawatan yang meliputi penentuan prioritas, diagnosa
keperawatan, menetapkan sasaran dan tujuan, menetapkan kriteria evaluasi dan merumuskan intervensi dan aktivitas
keperawatan (Bararah, 2013).Adapun menurut Rohmah dan Walid (2012), Perencanaan adalah pengembangan strategi desain
untuk mencegah, mengurangi, dan mengatasi masalah-masalah yang telah diidentifikasi dalam diagnosis keperawatan. Desain
perencanaan menggambarkan sejauh mana perawat mampu menetapkan cara menyelesaikan masalah dengan efektif dan
efisien. Menurut Nurarif dan Kusuma (2015), rencana asuhan keperawatan efusi pleura secara teoritis adalah :

Tabel 2.1
Rencana Asuhan Keperawatan
No Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
1. Ketidakefektifan bersihan jalan NOC NIC
nafas - Respiratory status : Ventilation Airway Suction
Definisi: Ketidakmampuan untuk - Respiratory status : Airway - Pastikan kebutuhan oral/
membersihkan sekresi atau patency - Auskultasi suara nafas sebelum dan
obstruksi dari saluran pernafasan Kriteria Hasil : sesudah suctioniting
untuk mempertahankan kebersihan - Mendemonstrasikan batuk - Informasikan pada klien dan keluarga
jalan nafas. efektif dan suara nafas yang tentang suctioning
Batasan karakteristik : bersih, tidak ada sianosis dan - Minta klien nafas dalam sebelum
Tidak ada batuk, suara nafas dyspnea (mampu suvtion dilakukan
tambahan, perubahan frekuensi mengeluarkan sputum, mampu - Berikan O2 dengan menggunakan nasal
nafas, sianosis, kesulitan berbicara
Sumber: Nurarif dan Kusuma, 2015
bernafas dengan mudah, tidak untuk memfasilitasi suction nasotrakeal
19

atau mengeluarkan suara, penurunan ada pursed lips). - Gunakan alat yang steril setiap
bunyi nafas, dipsneu, sputum dalam - Menunjukkan jalan nafas yang melakukan tindakan
jumlah yang berlebihan, batuk yang paten (klien tidak merasa - Anjurkan pasien untuk istirahat dan
tidak efektif, orthopneu, gelisah, tercekik, irama nafas, frekuensi nafas dalam setelah kateter dikeluarkan
mata terbuka lebar pernafasan dalam rentang dari nasotrakeal
Faktor yang berhubungan: normal, tidak ada suara nafas - Monitor status oksigen pasien
- Lingkungan: perokok pasif, abnormal). - Ajarkan keluarga bagaimana cara
mengisap asap, merokok - Mampu mengidentifikasikan melakukan suction
- Obstruksi jalan nafas: dan mencegah faktor yang - Hentikan suction dan berikan oksigen
spasme jalan nafas, mokus dapat menghambat jalan nafas apabila pasien menunjukan bradikardi,
dalam jumlah berlebihan, peningkatan saturasi O2, dll
eksudat dalam jalan alveoli, Airway Management
materi asing dalam jalan - Buka jalan nafas, gunakan teknik chin
nafas, adanya jalan nafas lift atau jaw thrust bila perlu
buatan, sekresi bertahan/sisa - Posisikan klien untuk memaksimalkan
sekresi, sekresi dalam bronki ventilasi
- Fisiologis: jalan nafas - Identifikasi klien perlunya pemasangan
alergik, asma, hiperplasi alat jalan nafas buatan
dinding bronkial, infeksi, - Pasang mayo bila perlu
disfungsi neuromuskular - Lakukan fisioterapi dada bila perlu
- Keluarkan secret dengan batuk atau
suction
- Auskultasi suara nafas, catat adanya
suara tambahan
- Berikan bronkodilator bila perlu
- Berikan pelembab udara kassa basah
NaCl lembab
Sumber: Nurarif dan Kusuma, 2015
- Atur intake untuk cairan
20

mengoptimalkan keseimbangan
- Monitor respirasi dan status O2

2. Gangguan pertukaran gas NOC NIC


Definisi: Kelebihan atau defisit Airway Management
pada oksigenasi dan/atau eliminasi - Respiratory Status: Gas - Buka jalan nafas, gunakan teknik chin
karbondioksida pada membran Exchange lift atau jaw thrust bila perlu
aveolar-kapiler. - Respiratory Status: Ventilation - Posisikan klien untuk memaksimalkan
Batasan Karakteristik: - Vital Sign Status ventilasi
Ph darah arteri abnormal, Ph arteri Kriteria Hasil : - Identifikasi klien perlunya pemasangan
abnormal, pernafasan abnormal - Mendemonstrasikan alat jalan nafas buatan
(mis, kecepatan, irama, kedalaman), peningkatan ventilasi dan - Pasang mayo bila perlu
warna kulit abnormal (mis, pucat, oksigen yang adekuat - Lakukan fisioterapi dada bila perlu
kehitaman), konfusi, sianosis, - Memelihara kebersihan paru- - Keluarkan secret dengan batuk atau
penurunankarbondioksida, paru dan bebas dari tanda- suction
diaforesis, dipsnea, sakit kepala saat tanda distress pernafasan - Auskultasi suara nafas, catat adanya
bangun, hiperkepnia, hipoksemia, - Mendemonstrasikan batuk suara tambahan
hipoksia, iritabilitas, nafas cuping efektif dan suara nafas yang - Berikan bronkodilator bila perlu
hidung, gelisah, samnolen, bersih, tidak ada sianosis dan - Berikan pelembab udara kassa basah
takikardi, gangguan penglihatan dipsnea (mampu mengeluarkan NaCl lembab
Faktor yang berhubungan: sputum, mampu bernafas - Atur intake untuk cairan
Perubahan membran alveolar- dengan mudah, tidak ada mengoptimalkan keseimbangan
kapiler, ventilasi perfusi pursed lips) - Monitor respirasi dan status O2
- Tanda vital dalam rentang
normal Respiratory Monitoring
- Monitor rata-rata, kedalaman, irama,
dan usaha respirasi
- Catat pergerakan dada, amati
kesimetrisan, pengguna otot tambahan,
Sumber: Nurarif dan Kusuma, 2015
21

retraksi otot supraclavicular dan


intracostal
- Monitor suara nafas, seperti dengkur
- Monitor pola nafas
- Catat lokasi trakea
- Monitor kelelahan otot diafragma
(gerakan paradoksis)
- Auskulatasi suara nafas, catat area
penurunan/tidak adanya ventilasi dan
suara tambahan
- Tentukan kebutuhan suction dengan
mengauskultasi crakles dan ronchi pada
jalan nafas utama
- Auskultasi suara paru setelah tindakan
untuk mengetahui hasilnya
3. Ketidakefektifan pola napas NOC NIC
Definisi: Inspirasi dan/atau - Respiratory status : ventilation Airway Manajement
ekspirasi yang tidak memberi - Respiratory status : Airway - Buka jalan nafas, gunakan teknik chin
ventilasi. patency lift atau jaw thrust bila perlu
Batasan karakteristik : - Vital sign status - Posisikan klien untuk memaksimalkan
Perubahan kedalaman pernpasan, Kriteria Hasil : ventilasi
perubahan ekskursi dada, - Mendemonstrasikan batuk - Identifikasi klien perlunya pemasangan
mengambil posisi tiga titik, efektif dan suara nafas yang alat jalan nafas buatan
bradipneu, penurunan tekanan bersih, tidak ada sianosis dan - Pasang mayo bila perlu
ekspirasi, penurunan ventilasi dyspneu (mampu - Lakukan fisioterapi dada bila perlu
semenit, penurunan kapasitas vital, mengeluarkan sputum, mampu - Keluarkan secret dengan batuk atau
dipneu, peningkatan diameter bernafas dengan mudah, tidak suction
anterior posterior, pernapasan ada pursed lips). - Auskultasi suara nafas, catat adanya
Sumber: Nurarif dan Kusuma, 2015
22

cuping hidung, ortopneu, fase - Menunjukkan jalan nafas yang suara tambahan
ekspirasi memenjang, pernafasan paten (klien tidak merasa - Berikan bronkodilator bila perlu
bibir, takipneu, penggunaan otot tercekik, irama nafas, frekuensi - Berikan pelembab udara kassa basah
aksesoris untuk bernafas. pernafasan dalam rentang NaCl lembab
Faktor yang berhubungan: normal, tidak ada suara nafas - Atur intake untuk cairan
Ansietas, posisi tubuh, deformitas abnormal). mengoptimalkan keseimbangan
tulang, deformitas dinding dada, - Tanda-tanda vital sign dalam - Monitor respirasi dan status O2
keletihan, hiperventilasi, sindrom rentang normal (tekanan darah,
hipoventilasi, gangguan nadi, pernafasan). Oxygen Therapy
muskuloskeletal, kerusakan - Pertahankan jalan nafas yang paten
neurologis, imaturitas neurologis, - Atur peralatan oksigenasi
disfungsi neuromuskular, obesitas, - Monitor aliran oksigen
nyeri, keletihan otot pernapasan - Pertahankan posisi klien
cedera medula spinalis. - Observasi adanya tanda-tanda
hipoventilasi
- Monitor adanya kecemasan klien
terhadap oksigenasi
Vital sign Monitoring
- Monitor TD, nadi, suhu dan RR
- Catat adanya fluktuasi tekanan darah
- Monitor vital sign saat klien berbaring,
duduk, atau berdiri
- Monitor suara paru
- Monitor pola pernafasan abnormal
- Monitor sianosis perifer.
- Identifikasi penyebab dari perubahan
vital sign

Sumber: Nurarif dan Kusuma, 2015


23

4. Ketidakseimbangan nutrisi NOC NIC


kurang dari kebutuhan tubuh Nutrition Management
Definisi: Asupan nutrisi tidak - Nutritional Status: Food and
cukup untuk memenuhi kebutuhan Fluid intake - Kaji adanya alergi makanan
metabolik. - Nutritional Status: nutrient - Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
Batasan karakteristik: intake menentukan jumlah kalori dan nutrisi
Kram abdomen, nyeri abdomen, - Weight control yang dibutuhkan pasien
menghindari makanan, BB 20% Kriteria Hasil : - Anjurkan pasien untuk meningkatkan
atau lebih dibawah BB ideal, - Adanya peningkatan bb sesuai intake Fe
kerapuhan kapiler, diare, kehilangan dengan tujuan - Anjurkan pasien untuk meningkatkan
rambut berlebihan, bising usus - Bb ideal sesuai dengan tinggi protein
hiperaktif, kurang makanan, kurang badan - Berikan substansi gula
informasi, kurang minat pada - Mampu mengidentifikasi - Yakinkan diet yang diamankan
makanan, penurunan bb dengan kebutuhan nutrisi mengandung tinggi serat untuk
asupan makanan adekuat, kesalahan - Tidak ada tanda malnutrisi mencegah konstipasi
konsepsi, kesalahan informasi, - Menunjukkan peningkatan - Berikan makanan yang terpilih (sudah
membran mukosa pucat, fungsi pengecapan dari dikonsultasikan dengan ahli gizi)
ketidakmampuan memakan menelan - Ajarkan pasien bagaimana cara
makanan, tonus otot menurun, - Tidak terjadi penurunan bb membuat catatan makanan harian
mengeluh gangguan sensasi rasa, yang berarti - Monitor jumlah nutrisi dan kandungan
mengeluh asupan makanan kurang kalori
dari RDA (recommended daily - Berikan informasi tentang kebutuhan
allowance), cepat kenyang setelah nutrisi
makan, sariawan rongga mulut, - Kaji kemampuan pasien untuk
kelemahan otot pengunyah, mendapatkan nutrisi yang dibutuhkan
Nutrition Monitoring

Sumber: Nurarif dan Kusuma, 2015


24

kelemahan otot untuk menelan - Bb pasien dalam batas normal


Faktor yang berhubungan: - Monitor adanya penurunan bb
Faktor biologis, ekonomi, - Monitor tipe dan jumlah aktivitas yang
psikologis, ketidakmampuan untuk biasa dilakukan
mengabsorbsi nutrien, - Monitor interaksi anak atau orang tua
ketidakmampuan untuk mencerna selama makan
makanan, ketidakmampuan menelan - Monitor lingkungan selama makan
makanan - Jadwalkan pengobatan dan tindakan
tidak selama jam makan
- Monitor kulit kering dan perubahan
pigmentasi
- Monitor turgor kulit
- Monitor kekeringan, rambut kusam dan
mudah patah
- Monitor mual dan muntah
- Monitor kadar albumin, total protein,
Hb, dan kadar Ht
- Monitor pertumbuhan dan
perkembangan
- Monitor pucat, kemerahan, dan
kekeringan jaringan konjungtiva
- Monitor kalori dan intake nutrisi
- Catat adanya edema, hiperemik,
hipertonik papila lidah, dan capitas oral
5. Nyeri akut NOC NIC
Definisi : Pengalaman sensori dan - Pain level Paint Management
emosional yang tidak - Pain control - Lakukan pengkajian nyeri secara
menyenangkan yang muncul akibat - Comfort level komprehensif termasuk lokasi,

Sumber: Nurarif dan Kusuma, 2015


25

kerusakan jaringan yang aktual atau Kriteria Hasil : karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas
potensialatau digambarkan dalam - Mampu mengontrol nyeri (tahu dan faktor presipitasi
hal kerusakan sedemikian rupa. penyebab nyeri, mampu - Observasi reaksi nonverbal dari
Batasan karakteristik : menggunakan tehnik ketidaknyamanan
Perubahan selera makan, perubahan nonfarmakologi untuk - Gunakan teknik komunikasi terapeutik
tekanan darah, perubahan frekwensi mengurangi nyeri, mencari untuk mengetahui pengalaman nyeri
jantung, perubahan frekwensi bantuan) klien
pernapasan, diaforesis, - Melaporkan bahwa nyeri - Kaji kultur yang mempengaruhi respon
mengekpresikan perilaku (misalnya berkurang dengan nyeri
gelisah, merengek, menangis), menggunakan manajemen - Evaluasi pengalaman nyeri masa
meringis, sikap melindungi area nyeri lampau
nyei, sikap tubuh melindungi, - Mampu mengenali nyeri - Kontrol lingkungan yang dapat
dilatasi pupil, perubahan posisi (skala, intensitas, frekuensi dan mempengaruhi nyeri seperti suhu
untuk menghindari nyeri, tanda nyeri) ruangan, pencahayaan dan kebisingan.
melaporkan nyeri secara verbal, dan - Menyatakan rasa nyaman - Ajarkan tentang teknik non
gangguan tidur. setelah nyeri berkurang farmakologi.
Faktor yang berhubungan : - Berikan analgetik untuk mengurangi
Agen cedera (misalnya bilogis, zat nyeri
kimia, fisik , psikologis). - Tingkatkan istirahat
Analgesic Administration
- Tentukan lokasi, karakteristik, kualitas,
dan derajat nyeri sebelum pemberian
obat
- Cek instruksi dokter tentang jenis obat,
dosis dan frekuensi
- Cek riwayat alergi
- Tentukan pilihan analgesik tergantung

Sumber: Nurarif dan Kusuma, 2015


26

tipe dan beratnya nyeri


- Monitor vital sign
Evaluasi efektivitas analgesik, tanda
dan gejala

6. Gangguan rasa nyaman NOC NIC


Definisi: Merasa kurang senang, Anxiety Reduction (Penurunan Kecemasan)
lega, dan sempurna dalam dimensi - Ansiety
fisik, psikospiritual, lingkungan dan - Fear Leavel - Gunakan pendekatan yanag
sosial. - Sleep Deprivation menenangkan
Batasan karakteristik: - Comfort, readines for - Nyatakan dengan jelas harapan terhadap
Ansietas, menangis, gangguan pola Enchanced pelaku pasien
tidur, takut, ketidakmampuan untuk Kriteria Hasil: - Jelaskan semua prosedur dan apa yang
rileks, iritabilitas, merintih, - Mampu mengontrol kecemasan dirasakan selamama prosedur
melaporkan rasa panas, dingin, - Status lingkungan yang - Pahami perspektif pasien terhadap
perasaan tidak nyaman, gejala nyaman sitausi stress
distress, lapar, gatal, kurang puas - Mengontrol nyeri - Temani pasien untuk memberikan
dengan keadaan dan kurang puas - Kualitas tidur dan istirahat keamanan dan mengurangi takut
dengan situasi tersebut, gelisah, adekuat - Dorong keluarga untuk menemani anak
berkeluh kesah - Agresi pengendalian diri - Dengarkan dengan penuh perhatian
Faktor yang berhubungan: - Respon terhadap pengobatan identifikasi tingkat kecemasan
Gejala terkait penyakit, sumber - Kontrol gejala - Bantu pasien mengenal situasi yang
yang tidak adekuat, kurang - Status kenyamanan meningkat menimbulkan kecemasan
pengendalian lingkungan, kurang - Dapat mengontrol ketakutan - Dorong pasien untuk mengungkapkan
privasi, kurang kontrol situasional, - Support social perasaan, ketakutan, persepsi
stimulasi lingkungan yang - Keinginan untuk hidup - Instruksikan pasien menggunakan
mengganggu, efek samping terkait teknik relaksasi
terapi (mis, medikasi, radiasi) - Berikan obat untuk mengurangi
kecemasan
27

7. Resiko infeksi NOC NIC


Definisi:Mengalami peningkatan Infection Control
resiko terserang organisme - Immune Status
patogenik. - Knowledge: infection control - Bersihkan lingkungan setelah dipakai
- Risk control pasien lain
Faktor-faktor resiko: - Pertahankan teknik isolasi
Sumber: Nurarif dan Kusuma, 2015
- Penyakit kronis: Diabetes Kriteria Hasil: - Batasi pengunjung bila perlu
Mellitus, obesitas - Klien bebas dari tanda dan - Instruksikan pada pengunjung untuk
- Pengetahuan yang tidak gejala infeksi mencuci tangan saat berkunjung dan
cukup untuk menghindari - Mendeskripsikan proses setelah berkunjung meninggalkan
pemanjaan patogen penularan serta pasien
- Pertahanan tubuh primer penatalaksanaanya - Gunakan sabun antimikroba untuk cuci
yang tidak adekuat: - Menunjukkan kemampuan tangan
Gangguan peristalsis, untuk mencegah timbulnya - Cuci tangan setiap sebelum dan sesudah
kerusakan integritas kulit infeksi tindakan keperawatan
(pemasangan intravena, - Jumlah leukosit dalam batas - Gunakan baju, sarung tangan sebagai
prosedur invasif), perubahan normal alat pelindung
sekresi Ph, penurunan kerja - Menunjukkan perilaku hidup - Pertahankan lingkungan aseptik selama
siliaris, pecah ketuban dini, sehat pemasangan alat
pecah ketuban lama, - Gunakan kateter intermiten untuk
merokok, stasis cairan menurunkan infeksi kandung kencing
tubuh, trauma jaringan (mis, - Tingkatkan intake nutrisi
trauma destruksi jaringan) - Berikan terapi antibiotik bila perlu
- Ketidakadekuatan Infection Protection
pertahanan sekunder:
- Monitor tanda dan gejala infeksi
Penurunan Hb, imunosupresi
sistemik dan lokal
(mis, imunitas didapat tidak
- Monitor hitung granulosit, WBC
adekuat, agen farmaseutikal
- Monitor kerentanan terhadap infeksi

Sumber: Nurarif dan Kusuma, 2015


28

termasuk imunosepran, - Batasi pengunjung


steroid, antibodi - Pertahankan teknik aspesis pada pasien
monoklonal, yang beresiko
imunomodulator), supresi - Pertahankan teknik isolasi
respon inflamasi - Berikan perawatan kulit pada area
- Vaksinasi tidak adekuat epidema
- Pemajanan terhadap patogen - Inspeksi kulit dan membran mukosa
lingkungan meningkat : terhadap kemerahan, panas, drainase
wabah - Inspeksi kondisi luka
- Prosedur invasif - Dorong masukkan cairan dan nutrisi
- Malnutrisi yang cukup
- Dorong istirahat
- Instruksikan pasien untuk minum
antibiotik sesuai resep
- Ajarkan pasien dan keluarga tanda dan
gejala infeksi
- Ajarkan cara menghindari infeksi
8. Intoleransi aktivitas NOC NIC
Definisi: Ketidakcukupan energi - Energy conservation Activity Therapy
psikologis atau fisiologis untuk - Activity tolerance - Bantu klien untuk mengidentifikasi
melanjutkan atau menyelesaikan - Self care: ADLs aktivitas yang mampu dilakukan
aktifitas kehidupan sehari-hari yang Kriteria Hasil : - Batu untuk memilih aktivitas konsisten
harus atau yang inggin dilakukan. - Berpartisipasi dalam aktivitas yang sesuai dengan kemampuan fisik,
Batasan karakteristik : fisik tanpa disertai peningkatan psikologi dan social
Respon tekanan darah abnormal tekanan darah, nadi dan RR - Bantu untuk mengidentifikasi dan
terhadap aktivitas, respon frekuensi - Mampu melakukan aktivitas medapatkan sumber yang diperlukan
jantung abnormal terhadap aktivitas, sehari hari (ADLs) secara untuk aktivitas yang diinginkan
ketidaknyamanan setelah mandiri - Bantu untuk mendapatkan alat bantuan

Sumber: Nurarif dan Kusuma, 2015


29

beraktivitas, dispneu setelah - Tanda-tanda vital normal aktivitas seperti kursi roda
beraktivitas, menyatakan letih, dan - Level kelemahan - Bantu untuk mengidentifikasi aktivitas
menyatakan merasa lemah. - Mampu berpindah dengan atau yang di sukai
Faktor yang berhubungan: tanpa batuan alat - Bantu klien/keluarga untuk
Tirah baring atau imobilisasi, - Sirkulasi status baik mengidentifikasi kekurangan dalam
kelemahan umum, - Status respirasi, pertukaran gas beraktivitas
ketidakseimbagan antara suplei dan dan ventilasi adekuat - Monitor respon fisik, emosi, social dan
kebutuhan oksigen, imobilitas dan spiritual
gaya hidup monoton.
9. Defisit perawatan diri berpakaian NOC NIC
Definisi:Hambatan kemampuan Self Care Assistance : Dressing / Grooming
untuk melakukan atau - Self Care Status
menyelesaikan aktivitas berpakaian - Self Care : Dressing - Pantau tingkat kekuatan dan toleransi
dan bebas untuk diri sendiri - Activity Tolerance aktivitas
Batasan karakteristik: - Fatigue Level - Pantau peningkatan dan penurunan
Ketidakmampuan mengancingkan Kriteria Hasil : kemampuan untuk berpakaian dan
pakaian, mendapatkan pakaian, - Mampu melakukan tugas fisik melakukan perawatan rambut
mendapatkan atribut pakaian, yang paling mendasar dan - Pertimbangkan budaya pasien ketika
melepaskan atribut sekolah, aktivitas perawatan pribadi mempromosikan aktivitas perawatan
mengenakan sepatu, mengenakan secara mandiri dengan atau diri
kaos kaki, melepas sepatu, melepas tanpa alat bantu - Pertimbangkan usia pasien ketika
kaos kaki, hambatan memilih - Mampu untuk mengenakan mempromosikan aktivitas perawatan
pakaian, mengambil makanan, pakaian dan berhias sendiri drii
mengenakan pakaian pada bagian secara mandiri atau tanpa alat - Bantu pasien memilih pakaian yang
tubuh atas, menggunakan alat bantu, bantu mudah dipakai dan dilepas
hambatan mempertahankan - Mampu mempertahankan - Sediakan pakaian pasien pada tempat
penampilan yang memuaskan kebersihan pribadi dan yang mudah dipakai dan dilepas
Faktor yang berhubungan: penampilan yang rapi secara - Sediakan pakaian pasien pada tempat

Sumber: Nurarif dan Kusuma, 2015


30

Gangguan kognitif, penurunan mandiri atau tanpa alat bantu yang mudah dijangkau (disamping
motivasi, ketidaknyamanan, kendala - Mengungkapkan kepuasan tempat tidur)
lingkungan, keletihan dan dalam berpakaian dan menata - Fasilitasi pasien untuk menyisir rambut,
kelemahan, gangguan rambut bila memungkinkan
muskuloskeletal, gangguan - Menggunakan alat bantu - Dukung kemandirian dalam berpakaian,
neuromuskular, gangguan persepsi, umtuk memudahkan brerhias pasien jika diperlukan
nyeri, ansietas berat berpakaian - Pertahankan privasi pasien saat
- Dapat memilih pakaian dan berpakaian
mengambilnya dari lemari atau - Bantu pasien untuk menaikkan,
laci baju mengancingkan, dan meresleting
- Mampu meresleting dan pakaian, jika diperlukan
mengancingkan pakaian - Gunakan alat bantu tambahan (mis,
- Menggunakan pakaian secara sendok, pengait kancin) untuk menarik
rapi dan bersih pakaian jika diperlukan
- Mampu melepas pakaian, kaos - Beri pujian atas usaha untuk berpakaian
kaki dan sepatu sendiri
- Menggunakan tata rias - Gunakan terapi fisik sebagai sumber
dalam perencanaan tindakan pasien
dalam perawatan pasien dengan alat
bantu
10 Defisit perawatan diri eliminasi NOC NIC
. Definisi: Hambatan kemampuan Self Care Assistance : Toileting
untuk melakukan atau - Activity Intolerance
menyelesaikan aktivitas eliminasi - Mobility: physical impaired - Pertimbangkan budaya pasien ketika
sendiri - Fatique level mempromosikan aktivitas perawatan
Batasan karakteristik: - Anxiety self control diri
Ketidakmampuan melakukan - Ambulation - Pertimbangkan usia pasien ketika
hygiene eliminasi yang tepat, - Self Care Deficit Toileting mempromosikan perawatan diri

Sumber: Nurarif dan Kusuma, 2015


31

menyiram buang air (commode), - Self Care Deficit Hygiene - Lepaskan pakaian yang penting untuk
naik ketoilet atau commode, berdiri - Urinary Incontinence: memungkinkan penghapusan
dari toilet atau commode, duduk fungsional - Membantu pasien ke toilet/ commode/
ditoilet atau commode Kriteria Hasil : bedpan/ fraktur pan/ urti inoir pada
Faktor yang berhubungan: - Pengetahuan perawatan selang waktu tertentu
Gangguan kognitif, penurunan ostomy: tingkat pemahaman - Pertimbangkan respon pasien terhadap
motivasi, kendala lingkungan, yang ditunjukkan tentang kurangnya privasi
keletihan/kelemahan, hambatan pemeliharaan ostomi untuk - Menyediakan privasi selama eliminasi
mobilitas, hambatan kemampuan eliminasi - Memfasilitasi kebersihan toilet setelah
berpindah, gangguan - Perawatan diri: ostomi: selesai eliminasi
muskuloskeletal, gangguan tindakan pribadi untuk - Ganti pakaian pasien setelah eliminasi
neuromuskular, nyeri, gangguan mempertahankan ostomi untuk - Menyiram toilet/ membersihkan
persepsi, ansietas berat, eliminasi penghapusan alat (commode, pispot)
- Perawatan diri: aktivitas - Memulai jadwal ke toilet sesuai
kehidupan sehari-hari (ADL) - Memulai pasien/ tempat lain dalam
mampu untuk melakukan toilet rutin
aktivitas perawatan fisik dan - Memulai mengelilingi kamar mandi,
pribadi secara mandiri atau sesuai dan dibutuhkan
dengan alat bantu - Menyediakan alat bantu (mis, kateter
- Perawatan diri hygiene: eksternal atau urinal), sesuai memantau
mampu untuk mepertahankan integritas kulit pasien
kebersihan dan penampilan
yang rapi secara mandiri
dengan atau tanpa alat bantu
- Mampu duduk dan turun dari
kloset
- Membersihkan diri setelah
eliminasi

Sumber: Nurarif dan Kusuma, 2015


32

- Mengenali dan mengetahui


kebutuhan bantuan untuk
eliminasi
11 Defisit perawatan diri mandi NOC NIC
. Definisi: Hambatan kemampuan Self Care Assistance: Bathing/Hygiene
untuk melakukan atau - Activity Intolerance
menyelesaikan mandi/aktivitas - Mobility: physical impaired - Pertimbangkan budaya pasien ketika
perawatan diri untuk diri sendiri. - Self Care Deficit Hygiene mempromosikan aktivitas perawatan
Batasan karakteristik: - Sensory Perception, Auditory diri
Ketidakmampuan untuk mengakses Distrube - Pertimbangkan usia pasien ketika
kamar mandi, mengeringkan tubuh, Kriteria Hasil : mempromosikan aktivitas perawatan
mengambil perlengkapan mandi, - Perawatan diri ostomi: diri
menjangkau sumber air, mengatur tindakan pribadi - Menentukan jumlah dan jenis bantuan
air mandi, membasuh tubuh. mempertahankan ostomi untuk yang dibutuhkan
Faktor yang berhubungan: eliminasi - Tempat handuk, sabun, deodorant, alat
Gangguan kognitif, penurunan - Perawatan diri: aktivias pencukur dan aksesoris lainnya yang
motivasi, kendala lingkungan, kehidupan sehari-hari (ADL) dibutuhkan di samping tempat tidur atau
ketidakmampuan merasakan mampu untuk melakukan di kamar mandi
hubungan spesial, gangguan aktivitas perawatan fisik dan - Menyediakan artikel pribadi yang di
muskuloskeletal, gangguan pribadi secara mandiri atau inginkan (mis, deodorant, sikat gigi,
neuromuskular, nyeri, gangguan dengan alat bantu sabun mandi, shampoo)
persepsi, ansietas berat - Perawatan diri mandi: mampu - Menyediakan lingkungan yang
untuk membersihkan tubuh terapeutik dengan memastikan hangat,
sendiri secara mandiri dengan santai, pengalaman pribadi, dan
atau tanpa alat bantu personal
- Perawatan diri hygiene: - Memfasilitasi gigi pasien menyikat,
mampu untuk sesuai
mempertahankan kebersihan - Memfasilitasi diri mandi pasien, sesuai
33

dan penampilan yang rapi - Memantau pembersihan kuku, menurut


secara mandiri dengan atau kemampuan perawatan diri pasien
tanpa alat bantu - Memantau integritas kulit pasien
- Perawatan diri hygiene oral: - Menjaga kebersihan ritual
mampu untuk merawat mulut - Memfasilitasi pemeliharaan rutin yang
dan gigi secara mandiri dengan biasa pasien tidur, isyarat sebelum tidur/
atau tanpa alat bantu alat peraga , dan benda-benda asing
- Mampu memepertahankan - Mendorong orang tua / keluarga
mobilitas yang diperlukan partisipasi dalam kebiasaan tidur biasa
untuk kekamar mandi dan - Memberikan bantuan sampai pasien
menyediakan perlengkapan sepenuhnya dapat mengasumsikan
mandi
- Membersihkan dan
mengeringkan tubuh
- Mengungkapkan secara verbal
kepuasan tentang kebersihan
tubuh dan hygiene oral
12 Defisit perawatan diri makan NOC NIC
. Definisi: Hambatan kemampuan Self Care Assistance: Feeding
untuk melakukan atau - Activity Intolerance
menyelesaikan aktivitas makan - Mobility: Physical Impaired - Memonitor kemampuan pasien untuk
sendiri. - Self Care Deficit Hygiene menelan
Batasan Karakteristik: - Self Care Deficit Feeding - Identifikasi diet yang diresepkan
Ketidakmampuan mengambil Kriteria Hasil : - Ciptakan lingkungan yang
makanan dan memasukkan kemulut, - Status nutrisi: ketersediaan zat menyenangkan selama makan
ketidakmampuan mengunyah gizi untuk memenuhi - Pastikan posisi pasien yang tepat untuk
makanan, ketidakmampuan kebutuhan metabolik memfasilitasi mengunyah dan menelan
menghabiskan makanan, - Status nutrisi: asupan makanan - Memberikan bantuan fisik sesuai
34

ketidakmampuan menempatkan - Cairan: kuantitas makanan dan kebutuhan


makanan keperlengkapan makanan, cairan yang diasup kedalam - Menyediakan kesehatan mulut sebelum
ketidakmampuan menggunakan tubuh selama periode 24 jam makan
perlengkapan makanan, - Perawatan diri: Aktivitas - Perbaiki makanan di nampan yang
ketidakmampuan memakan kehidupan sehari-hari (ADL) diperlukan, seperti memotong daging
makanan dalam cara yang dapat mampu untuk melakukan atau mengupas telur
diterima secara sosial, aktivitas perawatan fisik dan - Buka makanan kemasan
ketidakmampuan memakan pribadi secara mandiri atau - Hindari menempatkan makanan di sisi
makanan dengan aman, dengan alat bantu seseorang yang buta
ketidakmampuan makan makanan - Perawatan diri: Makan: - Tempatkan pasien dalam posisi nyaman
dalam jumlah memadai, kemampuan untuk menyiapkan makan
ketidakmampuan memanipulasi dan memakan makanan dan - Menyediakan sedotan, sesuai kebutuhan
makanan dalam mulut, cairan secara mandiri dengan atau yang diinginkan
ketidakmampuan membuka wadah atau tanpa alat bantu - Menyediakan makanan atau minuman
makanan, ketidakmampuan - Status menelan: perjalanan yang disukai, sesuai
mengambil gelas atau cangkir, makanan padat atau cairan - Memantau berat badan pasien
ketidakmampuan menyiapkan secara aman dari mulut ke - Monitor status hidrasi pasien, sesuai
makanan untuk dimakan, lambung - Dorong pasien untuk makan diruang
ketidakmampuan menelan makanan, - Mampu makan secara mandiri makan, jika tersedia
ketidakmampuan menggunakan alat - Mengungkapkan kepuasan - Menyediakan interaksi sosial yang
bantu makan dan terhadap sesuai
Faktor yang kemampuan untuk makan - Menggunakan cangkir dengan pegangan
berhubungan:Gangguan kognitif, sendiri yang besar, jika perlu
penurunan motivasi, - Menerima suapan dari pemberi - Memberikan isyarat sering dan
ketidaknyamanan, kendala asuhan pengawasan yang ketat
lingkungan, keletihan, gangguan
muskuloskeletal, gangguan
neuromuskular, nyeri, gangguan
35

persepsi, ansietas berat, kelemahan


Sumber: Nurarif dan Kusuma, 2015
36

4. Implemetasi
Implementasi adalah tahap pelaksanaan terhadap rencana tindakan
keperawatan yang telah ditetapkan untuk perawat bersama pasien.
implementasi dilaksanakan sesuai dengan rencana setelah dilakukan
validasi, disamping itu juga dibutuhkan keterampilan interpersonal,
intelektual, teknik yang dilakukan dengan cermat dan efisien pada situasi
yang tepat dengan selalu memperhatikan keamanan fisik dan psikologis.
Setelah selesai implementasi, dilakukan dokumentasi yang meliputi
intervensi yang sudah dilakukan dan bagaimana respon pasien (Bararah,
2013).Adapun menurut Rohmah dan Walid (2012), pelaksanaan adalah
realisasi rencana tindakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Kegiatan dalam pelaksanaan juga meliputi pengumpulan data
berkelanjutan, mengobservasi respon klien selama dan sesudah
pelaksanaan tindakan serta menilai data yang baru.

5. Evaluasi
Evaluasi adalah suatu proses yang terencana dan sistematis dalam
mengumpulkan, mengorganisasi, menganalisis, dan membandingkan
status kesehatan klien dengan kriteria hasil yang diinginkan, serta menilai
derajat pencapaian hasil klien (Christensen, 2009). Adapun menurut
Bararah (2013), Evaluasi merupakan tahap terakhir dari proses
keperawatan, kegiatan evaluasi ini adalah membandingkan hasil yang telah
dicapai setelah implementasi keperawatan dengan tujuan yang diharapkan
dalam perencanaan.
37

DAFTAR PUSTAKA

Bararah, T dan Jauhar, M. (2013). Asuhan Keperawatan Panduan Lengkap


Menjadi Perawat Profesional. Jilid 2. Prestasi Pustakarya :Jakarta

Berta,G dan Puspita, I. (2015). Causes Of Pleural Effusion in Metro City. J


Agromed Unila, 4: 2-32.

Christensen,P,J dan Kenney,J,W. (2009). Proses Keperawatan Aplikasi Model


Konseptual. Jakarta: EGC

Dwianggita, P. (2016). Etiologi Of Pleural Effusion Among Hospitalized Patients


in Sanglah Public Hospital. Jurnal Of DOAJ, 7: 57-66.

Jainurakhma, J. (2018). Asuhan Keperawatan Sistem Respiratory dengan


Pendekatan Klinis. Yogyakarta: CV Budi Utama

Lemone, P dan Burke, K. M. (2016). Buku Ajar Medikal Bedah. Jakarta: EGC

Medical Record Ruang Paru RSUD Raden Mattaher Jambi (2019). Jambi.

Nurarif, A. H., dan Kusuma, H. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan


Berdasarkan Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC. Jogjakarta:
Mediaction.

Padila. (2012). Keperawatan Medical Bedah. Jogjakarta: Nuha Medika

Rohmah, N., danWalid, S. (2012). Proses Keperawatan Teori & Aplikasi


(dilengkapi dengan NIC-NOC & Aplikasi pada Berbagai Kasus). Jakarta:
Ar-Ruzz Media.

Syaifuddin. (2011). Anatomi Tubuh Manusia untuk Mahasiswa Keperawtan.


Jakarta: Salemba Medika

Tabrani, R. (2010). Penyakit Pleura. Jakarta: CV. Trans Info Media.

Anda mungkin juga menyukai