“EFUSI PLEURA”
Oleh :
FUJI ASTUTI
2020910066
TAHUN 2021
5
6
A. Tinjauan Teoritis
1. Anatomi dan Fisiologi Sistem Pernafasan
Pernapasan atau respirasi adalah suatu peristiwa tubuh kekurangan
oksigen, kemudian oksigen yang berada diluar tubuh dihirup (inspirasi)
melalui organ-organ pernapasan, dan pada keadaan tertentu bila tubuh
kelebihan karbondioksida (CO2) maka tubuh berusaha untuk
mengeluarkannya dari dalam tubuh dengan cara menghembuskan napas
(ekspirasi) sehingga terjadi suatu keseimbangan antara oksigen dan
karbondioksida dalam tubuh (Syaifuddin, 2011). Adapun anatomi sistem
pernafasan dapat dilihat pada gambar 2.1 sebagai berikut:
2. Definisi
Menurut Lemone dan Burke (2016), Efusi pleura adalah
pengumpulan cairan yang berlebihan di ruang pleura. Efusi pleura hasil
dari penyakit sistemik atau lokal, gangguan sistemik yang dapat
menyebabkan efusi pleura antara lain gagal jantung, penyakit hati atau
ginjal, dan gangguan jaringan ikat, seperti artritis reumatoid dan lupus
eritematosis sistemik. Pneumonia, atelektasis, TB, kanker paru, dan
trauma dada adalah kondisi lokal yang dapat menyebabkan efusi plura.
Adapun menurut Nurarif dan Kusuma (2015), efusi pleura adalah
pengumpulan cairan dalam ruang pleura yang terletak diantara permukaan
visceral dan parietal. Merupakan proses penyakit primer yang jarang
terjadi tetapi biasanya merupakan penyakit sekunder terhadap penyakit
lain. Secara normal, ruang pleural mengandung sejumlah kecil cairan (5
sampai 15ml) berfungsi sebagai pelumas yang memungkinkan permukaan
pleural bergerak tanpa adanya fiksi.
Definisi diatas dapat disimpulkan bahwa efusi pleura adalah
penumpukan cairan didalam rongga pleura yang biasanya merupakan
penyakit lokal terhadap penyakit lain dan merupakan penyakit sistemik
yang jarang terjadi.
10
3. Etiologi
Etiologi efusi pleura yaitu a). Infeksi: tuberculosis, pneumonitis,
abses paru, perforasi esophagus, abses subfrenik, b). Non infeksi:
karsinoma paru, karsinoma pleura (primer dan sekunder), karsinoma
mediastinum, tumor ovarium, gagal hati, gagal ginjal, hipotiroidisme,
kilotoraks, emboli paru, bendungan jantung (gagal jantung dan perikarditis
konstriktiva) (Nurarif dan Kusuma, 2015).
4. Klasifikasi
Menurut Jainurakhma (2018), Efusi pleura dibagi menjadi dua
yaitu: a). Efusi pleura transudat merupakan gangguan hidrostatik dan
gangguan osmotic akibat inflamasi dan neoplasma, b). Efusi pleura
eksudat merupakan kelainan cairan yang disebabkan oleh peradangan yang
mengandung protein yang berat jenisnya meningkat dari plasma biasany.
5. Patofisiologi
Menurut Padila (2012), cairan di rongga pleura jumlahnya tetap
karena adanya keseimbangan antara produksi oleh pleura parietalis dan
absorbsi oleh pleura viseralis. Keadaan ini dapat dipertahankan karena
adanya keseimbangan antara tekanan hidrostatis pleura parietalis. Didalam
rongga pleura terdapat ± 5 ml cairan yang cukup untuk membasahi seluruh
permukaan pleura parietalis dan pleura viseralis. Cairan ini dihasilkan oleh
kapiler pleura parietalis karena adanya tekanan hidrostatik, tekanan koloid
dan daya tarik elastis. Sebagian cairan ini diserap kembali oleh kapiler
paru-paru dan pleura viseralis, sebagian kecil lainnya (10-20%) mengalir
kedalam pembuluh limfe sehingga pasase cairan disini mencapai 1 liter
seharinya.
Terkumpulnya cairan di rongga pleura disebut efusi pleura, ini
terjadi bila keseimbangan antara produksi dan absorbsi terganggu
misalnya pada hiperemia akibat inflamasi, perubahan tekanan osmotic
(hipoalbuminemia), peningkatan tekanan vena (gagal jantung). Atas dasar
11
Web Of Caution/ WOC Efusi Pleura menurut Nurarif dan Kusuma (2015),
dapat dilihat pada Skema 2.1 berikut ini:
Skema 2.1 WOC Efusi Pleura
Peradangan pleura
Cairan protein dari getah
Gagal jantung kiri, bening masuk rongga
Obstruksi vena cava Permeabel membran
pleura
superior, asites pada kapiler meningkat
sirosis hati, dialisis
peritonial, obstruksi Konsentrasi protein cairan
fraktus urinarius Peningkatan tekanan kapiler
sistemik/ pulmonal, pleura meningkat
penurunan tekanan koloid
osmotik dan pleura, eksudat
Terdapat jaringan
penurunan tekanan intra
nekrotik pada septa
pleura
Kongesti pada
pembuluh limfe Gangguan tekanan kapiler
hidrostatik dan koloid
Reabsorbsi cairan osmotik intra plerura
terganggu
transudat
6. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis efusi pleura yaitu: a). Adanya timbunan cairan
mengakibatkan perasaan sakit karena pergesekan, setelah cairan cukup
banyak rasa sakit hilang, bila cairan banyak, penderita akan sesak nafas,
b). Adanya gejala-gejala penyebab penyakit seperti demam, menggigil dan
nyeri dada pleuritis, batuk, pneunomia, panas tinggi, kokus, subfebris,
tuberkulosis, banyak keringat, dan nyeri perut, c). Deviasi trakea menjauhi
tempat yang sakit dapat terjadi penumpukan cairan pleural yang
signifikan, c). Pemeriksaan fisik dalam keadaan berbaring dan duduk akan
berlainan, karena cairan akan berpindah tempat. Bagian yang sakit akan
kurang bergerak dalam pernapasan, fremitus melemah (raba dan vocal),
pada perkusi didapati daerah pekak, dalam keadaan duduk permukaan
cairan membentuk garis melengkung, d). Terdapat segitiga Garland, yaitu
daerah yang pada perkusi redup timpani dibagian atas garis Ellis domiseu.
Segitiga groccoo-Rochfusz, daerah pekak karena cairan mendorong
mediastinum kesisi lain, pada auskultasi daerah ini didapati vesikuler
melemah dengan ronkhi, e). Pada permulaan dan akhir penyakit terdengar
krepitasi pleura (Nurarif dan Kusuma, 2015).
7. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang untuk efusi pleura menurut (Nurarif dan
Kusuma, 2015; Tabrani, 2010) antara lain :
a. Pemeriksaan radiologik (Rontgen dada), pada permulaan didapati
menghilangnya sudut kostofrenik. Bila cairan lebih 300ml akan tampak
cairan dengan permukaan melengkung, mungkin terdapat pergeseran di
mediastinum.
b. Ultrasonografi (USG) dada bisa membantu menentukan lokasi dari
pengumpulan cairan yang jumlah nya sedikit, sehingga bisa dilakukan
pengeluaran cairan.
c. CT-Scan dada dengan jelas menggambarkan paru-paru dan cairan, dan
dapat menunjukkan adanya pneumonia, abses paru dan tumor.
14
8. Penatalaksanaan
a. Penatalaksanaan Medis
Menurut Nurarif dan Kusuma (2015), penatalaksanaan pada
efusi pleura antara lain: 1). Thorakosentesis, drainase cairan jika efusi
pleura menimbulkan gejala subjektif seperti nyeri, dispneu, dan lain-
lain. Cairan efusi sebanyak 1-1,5 liter perlu dikeluarkan segera untuk
mencegah meningkatnya edema paru. Jika jumlah cairan efusi lebih
banyak maka pengeluaran cairan berikutnya baru dapat dilakukan 1 jam
kemudian, 2). Pleurodesis, pada efusi karena keganasan dan efusi
rekuren lain, diberikan obat (tetrasiklina, kalsium karbonat, dan
neomisin) melalui selang interkostalis untuk melekatkan kedua lapisan
pleura dan mencegah cairan terakumulasi kembali.
b. Penatalaksanaan Keperawatan
Klien di istirahatkan, klien dianjurkan tirah baring bertujuan
untuk menurunkan kebutuhan oksigen karena peningkatan aktivitas
15
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah penilaian klinis tentang respons
individu, keluarga atau komunitas terhadap proses kehidupan/masalah
kesehatan. Aktual atau potensial dan kemungkinan dan membutuhkan
tindakan keperawatan untuk memecahkan masalah tersebut (Bararah,
2013).
17
3. Perencanaan
Intervesi adalah rencana aktivitas keperawatan yang perlu ditetapkan untuk mengurangi, menghilangkan, dan mencegah
masalah keperawatan penderita. Tahapan ini merupakan perencanaan keperawatan yang meliputi penentuan prioritas, diagnosa
keperawatan, menetapkan sasaran dan tujuan, menetapkan kriteria evaluasi dan merumuskan intervensi dan aktivitas
keperawatan (Bararah, 2013).Adapun menurut Rohmah dan Walid (2012), Perencanaan adalah pengembangan strategi desain
untuk mencegah, mengurangi, dan mengatasi masalah-masalah yang telah diidentifikasi dalam diagnosis keperawatan. Desain
perencanaan menggambarkan sejauh mana perawat mampu menetapkan cara menyelesaikan masalah dengan efektif dan
efisien. Menurut Nurarif dan Kusuma (2015), rencana asuhan keperawatan efusi pleura secara teoritis adalah :
Tabel 2.1
Rencana Asuhan Keperawatan
No Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
1. Ketidakefektifan bersihan jalan NOC NIC
nafas - Respiratory status : Ventilation Airway Suction
Definisi: Ketidakmampuan untuk - Respiratory status : Airway - Pastikan kebutuhan oral/
membersihkan sekresi atau patency - Auskultasi suara nafas sebelum dan
obstruksi dari saluran pernafasan Kriteria Hasil : sesudah suctioniting
untuk mempertahankan kebersihan - Mendemonstrasikan batuk - Informasikan pada klien dan keluarga
jalan nafas. efektif dan suara nafas yang tentang suctioning
Batasan karakteristik : bersih, tidak ada sianosis dan - Minta klien nafas dalam sebelum
Tidak ada batuk, suara nafas dyspnea (mampu suvtion dilakukan
tambahan, perubahan frekuensi mengeluarkan sputum, mampu - Berikan O2 dengan menggunakan nasal
nafas, sianosis, kesulitan berbicara
Sumber: Nurarif dan Kusuma, 2015
bernafas dengan mudah, tidak untuk memfasilitasi suction nasotrakeal
19
atau mengeluarkan suara, penurunan ada pursed lips). - Gunakan alat yang steril setiap
bunyi nafas, dipsneu, sputum dalam - Menunjukkan jalan nafas yang melakukan tindakan
jumlah yang berlebihan, batuk yang paten (klien tidak merasa - Anjurkan pasien untuk istirahat dan
tidak efektif, orthopneu, gelisah, tercekik, irama nafas, frekuensi nafas dalam setelah kateter dikeluarkan
mata terbuka lebar pernafasan dalam rentang dari nasotrakeal
Faktor yang berhubungan: normal, tidak ada suara nafas - Monitor status oksigen pasien
- Lingkungan: perokok pasif, abnormal). - Ajarkan keluarga bagaimana cara
mengisap asap, merokok - Mampu mengidentifikasikan melakukan suction
- Obstruksi jalan nafas: dan mencegah faktor yang - Hentikan suction dan berikan oksigen
spasme jalan nafas, mokus dapat menghambat jalan nafas apabila pasien menunjukan bradikardi,
dalam jumlah berlebihan, peningkatan saturasi O2, dll
eksudat dalam jalan alveoli, Airway Management
materi asing dalam jalan - Buka jalan nafas, gunakan teknik chin
nafas, adanya jalan nafas lift atau jaw thrust bila perlu
buatan, sekresi bertahan/sisa - Posisikan klien untuk memaksimalkan
sekresi, sekresi dalam bronki ventilasi
- Fisiologis: jalan nafas - Identifikasi klien perlunya pemasangan
alergik, asma, hiperplasi alat jalan nafas buatan
dinding bronkial, infeksi, - Pasang mayo bila perlu
disfungsi neuromuskular - Lakukan fisioterapi dada bila perlu
- Keluarkan secret dengan batuk atau
suction
- Auskultasi suara nafas, catat adanya
suara tambahan
- Berikan bronkodilator bila perlu
- Berikan pelembab udara kassa basah
NaCl lembab
Sumber: Nurarif dan Kusuma, 2015
- Atur intake untuk cairan
20
mengoptimalkan keseimbangan
- Monitor respirasi dan status O2
cuping hidung, ortopneu, fase - Menunjukkan jalan nafas yang suara tambahan
ekspirasi memenjang, pernafasan paten (klien tidak merasa - Berikan bronkodilator bila perlu
bibir, takipneu, penggunaan otot tercekik, irama nafas, frekuensi - Berikan pelembab udara kassa basah
aksesoris untuk bernafas. pernafasan dalam rentang NaCl lembab
Faktor yang berhubungan: normal, tidak ada suara nafas - Atur intake untuk cairan
Ansietas, posisi tubuh, deformitas abnormal). mengoptimalkan keseimbangan
tulang, deformitas dinding dada, - Tanda-tanda vital sign dalam - Monitor respirasi dan status O2
keletihan, hiperventilasi, sindrom rentang normal (tekanan darah,
hipoventilasi, gangguan nadi, pernafasan). Oxygen Therapy
muskuloskeletal, kerusakan - Pertahankan jalan nafas yang paten
neurologis, imaturitas neurologis, - Atur peralatan oksigenasi
disfungsi neuromuskular, obesitas, - Monitor aliran oksigen
nyeri, keletihan otot pernapasan - Pertahankan posisi klien
cedera medula spinalis. - Observasi adanya tanda-tanda
hipoventilasi
- Monitor adanya kecemasan klien
terhadap oksigenasi
Vital sign Monitoring
- Monitor TD, nadi, suhu dan RR
- Catat adanya fluktuasi tekanan darah
- Monitor vital sign saat klien berbaring,
duduk, atau berdiri
- Monitor suara paru
- Monitor pola pernafasan abnormal
- Monitor sianosis perifer.
- Identifikasi penyebab dari perubahan
vital sign
kerusakan jaringan yang aktual atau Kriteria Hasil : karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas
potensialatau digambarkan dalam - Mampu mengontrol nyeri (tahu dan faktor presipitasi
hal kerusakan sedemikian rupa. penyebab nyeri, mampu - Observasi reaksi nonverbal dari
Batasan karakteristik : menggunakan tehnik ketidaknyamanan
Perubahan selera makan, perubahan nonfarmakologi untuk - Gunakan teknik komunikasi terapeutik
tekanan darah, perubahan frekwensi mengurangi nyeri, mencari untuk mengetahui pengalaman nyeri
jantung, perubahan frekwensi bantuan) klien
pernapasan, diaforesis, - Melaporkan bahwa nyeri - Kaji kultur yang mempengaruhi respon
mengekpresikan perilaku (misalnya berkurang dengan nyeri
gelisah, merengek, menangis), menggunakan manajemen - Evaluasi pengalaman nyeri masa
meringis, sikap melindungi area nyeri lampau
nyei, sikap tubuh melindungi, - Mampu mengenali nyeri - Kontrol lingkungan yang dapat
dilatasi pupil, perubahan posisi (skala, intensitas, frekuensi dan mempengaruhi nyeri seperti suhu
untuk menghindari nyeri, tanda nyeri) ruangan, pencahayaan dan kebisingan.
melaporkan nyeri secara verbal, dan - Menyatakan rasa nyaman - Ajarkan tentang teknik non
gangguan tidur. setelah nyeri berkurang farmakologi.
Faktor yang berhubungan : - Berikan analgetik untuk mengurangi
Agen cedera (misalnya bilogis, zat nyeri
kimia, fisik , psikologis). - Tingkatkan istirahat
Analgesic Administration
- Tentukan lokasi, karakteristik, kualitas,
dan derajat nyeri sebelum pemberian
obat
- Cek instruksi dokter tentang jenis obat,
dosis dan frekuensi
- Cek riwayat alergi
- Tentukan pilihan analgesik tergantung
beraktivitas, dispneu setelah - Tanda-tanda vital normal aktivitas seperti kursi roda
beraktivitas, menyatakan letih, dan - Level kelemahan - Bantu untuk mengidentifikasi aktivitas
menyatakan merasa lemah. - Mampu berpindah dengan atau yang di sukai
Faktor yang berhubungan: tanpa batuan alat - Bantu klien/keluarga untuk
Tirah baring atau imobilisasi, - Sirkulasi status baik mengidentifikasi kekurangan dalam
kelemahan umum, - Status respirasi, pertukaran gas beraktivitas
ketidakseimbagan antara suplei dan dan ventilasi adekuat - Monitor respon fisik, emosi, social dan
kebutuhan oksigen, imobilitas dan spiritual
gaya hidup monoton.
9. Defisit perawatan diri berpakaian NOC NIC
Definisi:Hambatan kemampuan Self Care Assistance : Dressing / Grooming
untuk melakukan atau - Self Care Status
menyelesaikan aktivitas berpakaian - Self Care : Dressing - Pantau tingkat kekuatan dan toleransi
dan bebas untuk diri sendiri - Activity Tolerance aktivitas
Batasan karakteristik: - Fatigue Level - Pantau peningkatan dan penurunan
Ketidakmampuan mengancingkan Kriteria Hasil : kemampuan untuk berpakaian dan
pakaian, mendapatkan pakaian, - Mampu melakukan tugas fisik melakukan perawatan rambut
mendapatkan atribut pakaian, yang paling mendasar dan - Pertimbangkan budaya pasien ketika
melepaskan atribut sekolah, aktivitas perawatan pribadi mempromosikan aktivitas perawatan
mengenakan sepatu, mengenakan secara mandiri dengan atau diri
kaos kaki, melepas sepatu, melepas tanpa alat bantu - Pertimbangkan usia pasien ketika
kaos kaki, hambatan memilih - Mampu untuk mengenakan mempromosikan aktivitas perawatan
pakaian, mengambil makanan, pakaian dan berhias sendiri drii
mengenakan pakaian pada bagian secara mandiri atau tanpa alat - Bantu pasien memilih pakaian yang
tubuh atas, menggunakan alat bantu, bantu mudah dipakai dan dilepas
hambatan mempertahankan - Mampu mempertahankan - Sediakan pakaian pasien pada tempat
penampilan yang memuaskan kebersihan pribadi dan yang mudah dipakai dan dilepas
Faktor yang berhubungan: penampilan yang rapi secara - Sediakan pakaian pasien pada tempat
Gangguan kognitif, penurunan mandiri atau tanpa alat bantu yang mudah dijangkau (disamping
motivasi, ketidaknyamanan, kendala - Mengungkapkan kepuasan tempat tidur)
lingkungan, keletihan dan dalam berpakaian dan menata - Fasilitasi pasien untuk menyisir rambut,
kelemahan, gangguan rambut bila memungkinkan
muskuloskeletal, gangguan - Menggunakan alat bantu - Dukung kemandirian dalam berpakaian,
neuromuskular, gangguan persepsi, umtuk memudahkan brerhias pasien jika diperlukan
nyeri, ansietas berat berpakaian - Pertahankan privasi pasien saat
- Dapat memilih pakaian dan berpakaian
mengambilnya dari lemari atau - Bantu pasien untuk menaikkan,
laci baju mengancingkan, dan meresleting
- Mampu meresleting dan pakaian, jika diperlukan
mengancingkan pakaian - Gunakan alat bantu tambahan (mis,
- Menggunakan pakaian secara sendok, pengait kancin) untuk menarik
rapi dan bersih pakaian jika diperlukan
- Mampu melepas pakaian, kaos - Beri pujian atas usaha untuk berpakaian
kaki dan sepatu sendiri
- Menggunakan tata rias - Gunakan terapi fisik sebagai sumber
dalam perencanaan tindakan pasien
dalam perawatan pasien dengan alat
bantu
10 Defisit perawatan diri eliminasi NOC NIC
. Definisi: Hambatan kemampuan Self Care Assistance : Toileting
untuk melakukan atau - Activity Intolerance
menyelesaikan aktivitas eliminasi - Mobility: physical impaired - Pertimbangkan budaya pasien ketika
sendiri - Fatique level mempromosikan aktivitas perawatan
Batasan karakteristik: - Anxiety self control diri
Ketidakmampuan melakukan - Ambulation - Pertimbangkan usia pasien ketika
hygiene eliminasi yang tepat, - Self Care Deficit Toileting mempromosikan perawatan diri
menyiram buang air (commode), - Self Care Deficit Hygiene - Lepaskan pakaian yang penting untuk
naik ketoilet atau commode, berdiri - Urinary Incontinence: memungkinkan penghapusan
dari toilet atau commode, duduk fungsional - Membantu pasien ke toilet/ commode/
ditoilet atau commode Kriteria Hasil : bedpan/ fraktur pan/ urti inoir pada
Faktor yang berhubungan: - Pengetahuan perawatan selang waktu tertentu
Gangguan kognitif, penurunan ostomy: tingkat pemahaman - Pertimbangkan respon pasien terhadap
motivasi, kendala lingkungan, yang ditunjukkan tentang kurangnya privasi
keletihan/kelemahan, hambatan pemeliharaan ostomi untuk - Menyediakan privasi selama eliminasi
mobilitas, hambatan kemampuan eliminasi - Memfasilitasi kebersihan toilet setelah
berpindah, gangguan - Perawatan diri: ostomi: selesai eliminasi
muskuloskeletal, gangguan tindakan pribadi untuk - Ganti pakaian pasien setelah eliminasi
neuromuskular, nyeri, gangguan mempertahankan ostomi untuk - Menyiram toilet/ membersihkan
persepsi, ansietas berat, eliminasi penghapusan alat (commode, pispot)
- Perawatan diri: aktivitas - Memulai jadwal ke toilet sesuai
kehidupan sehari-hari (ADL) - Memulai pasien/ tempat lain dalam
mampu untuk melakukan toilet rutin
aktivitas perawatan fisik dan - Memulai mengelilingi kamar mandi,
pribadi secara mandiri atau sesuai dan dibutuhkan
dengan alat bantu - Menyediakan alat bantu (mis, kateter
- Perawatan diri hygiene: eksternal atau urinal), sesuai memantau
mampu untuk mepertahankan integritas kulit pasien
kebersihan dan penampilan
yang rapi secara mandiri
dengan atau tanpa alat bantu
- Mampu duduk dan turun dari
kloset
- Membersihkan diri setelah
eliminasi
4. Implemetasi
Implementasi adalah tahap pelaksanaan terhadap rencana tindakan
keperawatan yang telah ditetapkan untuk perawat bersama pasien.
implementasi dilaksanakan sesuai dengan rencana setelah dilakukan
validasi, disamping itu juga dibutuhkan keterampilan interpersonal,
intelektual, teknik yang dilakukan dengan cermat dan efisien pada situasi
yang tepat dengan selalu memperhatikan keamanan fisik dan psikologis.
Setelah selesai implementasi, dilakukan dokumentasi yang meliputi
intervensi yang sudah dilakukan dan bagaimana respon pasien (Bararah,
2013).Adapun menurut Rohmah dan Walid (2012), pelaksanaan adalah
realisasi rencana tindakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Kegiatan dalam pelaksanaan juga meliputi pengumpulan data
berkelanjutan, mengobservasi respon klien selama dan sesudah
pelaksanaan tindakan serta menilai data yang baru.
5. Evaluasi
Evaluasi adalah suatu proses yang terencana dan sistematis dalam
mengumpulkan, mengorganisasi, menganalisis, dan membandingkan
status kesehatan klien dengan kriteria hasil yang diinginkan, serta menilai
derajat pencapaian hasil klien (Christensen, 2009). Adapun menurut
Bararah (2013), Evaluasi merupakan tahap terakhir dari proses
keperawatan, kegiatan evaluasi ini adalah membandingkan hasil yang telah
dicapai setelah implementasi keperawatan dengan tujuan yang diharapkan
dalam perencanaan.
37
DAFTAR PUSTAKA
Lemone, P dan Burke, K. M. (2016). Buku Ajar Medikal Bedah. Jakarta: EGC
Medical Record Ruang Paru RSUD Raden Mattaher Jambi (2019). Jambi.