Anda di halaman 1dari 9

RESUME EVIDENCE BASED MIDWIFERY DAN EVIDENCE BASED

PRACTICE DALAM ANTENATAL CARE

Dosen Pembimbing:

Sinar Pertiwi, SST, M. PH

Disusun Oleh:

Widya Apriliani Utami

P2.06.24.5.17.040

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES TASIKMALAYA
JURUSAN KEBIDANAN
2020
A. Antenatal Treatment Berdasarkan Evidence Based Midwifery
1. Terapi komplementer
PERMENKES No.28 Tahun 2017 tentang penyelenggaraan
praktik Bidan yang dijelaskan pada pasal 18 tentang memberikan
pelayanan Ibu, Anak, Kesehatan Reproduksi dan KB terdapat
Pelayanan holistic care dalam kebidanan diantaranya yaitu Massase
Therapy, Herbal Medicine, Aromatherapy, Relaksasi, Diet Therapy,
Yoga, Akupunture/Akupresure, Hypno Therapy yang akan dikaji
dari segi Biologi, Psikologi, Sosial dan Spiritual.
a. Masalah pada Ibu Hamil
Dapat diatasi dengan cara asuhan komplementer seperti mual
muntah, cemas dan stress. Cemas dan stress akibat dari
Kekhawatiran (masa pandemic).
b. Proses Terjadinya Stres dan Cemas dalam Otak
Jadi ketika ibu hamil memgalami stres maka berbagai fungsi
fisiologis tubuh akan berubah, termasuk perubahan kadar
hormon yang dapat memengaruhi kesejahteraan janin.Dampak
stres pada ibu hamil adalah kelahiran prematur, perkembangan
dan pertumbuhan janin terhambat, BBLR.
2. Evidence Based Of Midwifery
1. Relaksasi
Bertujuan mengendalikan rasa nyeri, pemicu rasa senang dan
bahagia, penurunan stress dan kecemasan, meningkatkan system
kekebalan tubuh
2. Akupressure
Mengurangi mual dan muntah pada ibu hamil, mengaktifkan
sel-sel syaraf tubuh
3. Massage
Penurunan tekanan darah atau hipertensi pada kehamilan,
meningkatkan persalinan spontan.
4. Aromaterapi
Menjngkatkan dampak dari pijat mengurangi kecemasan,
stres, mengurangi mual muntah
5. Hydroterapy
Mengurangi rasa takut dan kecemasan dalam menghadapi
persalinan
6. Yoga
Penurunan kecemasan pada ibu hamil, mengurangi keluhan
pada ibu hamil, siap fisik dan psikologis menghadapi persalinan.

B. Evidence Based Practice


1. Evidence Based
EVIDENCE : bukti, bukti ilmiah. PRACTICE : segala bentuk
pelayanan/asuhan yang kita berikan kepada klien dalam kebidanan.
2. Good Practice “Pelayanan Berkualitas”
Pelayanan berkualitas yakni pelayanan yang dilakukan
memberikan hasil yang baik hasil yang positif dapat dilakukan
dengan baik. Good practice yang dilakukan dengan baik dan
menghasilkan sesuatu yang baik sesuai SOP maka SOP ini bisa
diterapkan untuk daerah-daerah lain.
Semakin kompeten penelitinya akan semakin baik dalam
metode yang digunakan, semakin baik metode penelitiannya
kebenearan hasil penelitian itu semakin bisa dipercaya.
3. Manfaat Evidence Based Practice
1. Menjadi jembatan antara peneliti dan praktik
Dalam memilih penyelesaian yaitu mencari Penelitian yang
hasilya bisa menjawab permasalahan kita.
2. Mengeliminasi penelitian dengan kualitas penelitian yang buruk
Jurnal yang akan kita cari di Google pada saat kita mengetik
suatu judul penelitian mungkin terdapat ratusan judul penelitian
jurnal yang kita cari, yang akhirnya menghasilkan hasil
penelitian yang berbeda-beda sehingga kita harus memilih
kualitas riset yang terbaik.
3. Mencegah terjadinya informasi yang overload terkait hasil-hasil
penelitian
4. Mengeliminasi budaya “practice which is not evidence based”
Melakukan sesuai SOP dengan tanpa sepengetahuan bahwa
apakah yang dilakukan itu benar, efektif, atau sesuai dengan
dasar ilmiah/EBP.

Kenapa pelayan harus mengadopsi EBP?

1. Patient Outcome (Hasil untuk klien)


2. Cost Efficiencies (Efisiensi biaya)
3. Clinician’s Expertise (Keahlian ahli klinis)
4. Patient’s Values & Preferences (Nilai dan Preferensi dari klien)
5. Best Available Evidence (Menyediakan bukti yang terbaik), hal
ini merupakan kebutuhan untuk mengimplementasikan dalam
EBP untuk pelayan.
6. Clinician Experience (pengalaman di bidang klinis)
4. Syarat Penggunaan Evidence Based Practice
1. Kompeten dalam pengetahuan dan keterampilan
2. Menganalisa dan menilai tetap harus selalu dilakukan
3. Termasuk pengkajian dengan baik dalam penanganan psikologis
yang harus dengan pendekatan
4. Komunikasi efektif, untuk mampu mendayagunakan wanita
dalam perawatannya
5. Mampu melakukan refleksi terhadap asuhan yang diberikan
6. Mampu mengembangkan asuhan
7. Bertanya dan terbuka untuk menjawab pertanyaan
8. Mempunyai keinginan untuk mencari informasi, prinsip belajar
seumur hidup dan prinsip mencari informasi seumur hidup karena
kita memberikan pelayanan juga seumur hidup
9. Tanamkan bahwa itu sebagai nikmat dan tanggung jawab kita
kepada klien dalam melakukan asuhan
10. Sadar terhadap pentingnya penelitian
5. 7 Langkah Evidence Based Practice
1. Bangkitkan semangat EBP, kaji kembali apakah asuhan yang
dilakukan sudah sesuai standar minimal
2. EBP question, aspek pelayanan yang kurang baik dicari jawaban
tentang faktor apa yang menyebabkan timbulnya masalah
3. Search and collect relevant evidence (sumber bukti ilmiah untuk
menjawab EBP question)
4. Kritisi hasil bukti-bukti ilmiah
5. Mengintegrasikan dengan kondisi klien (apakah klien bisa
menerima intervensi baru atau intervensi yang akan diberikan)
6. Evaluasi outcome (bagaimana pelayan yang diberikan diterima
atau tidak oleh klien, jika tidak apa penyebab nya, jika diterima
bagaimana outcomenya)
7. Sebarkan (Disseminate) hasil dari penelitian

Langkah ke-0: Menumbuhkan semangat untuk memberdayakan


EBP

1. Dalam visi misi maupun program promosi faskes harus


memasukan EBP
2. Harus ada mentor yang mengajari EBP sehingga dapat menilai
hasil penelitian
3. Nakes yang mampu dalam EBP (kemampuan dalam bahas
inggris, IT, menyusun media)
4. Harus ada infrastruktur untuk pengembangan EBP
5. Dukungan administrasi dalam pencatatan hasil penelitian agar
ada bukti jika SOP berubah
6. Leadership, pemimpin yang dapat mendorong semangat EBP
7. Mengidentifikasi individu/kelompok yang konsisten melakukan
EBP
Siapa yang mampu dan siapa yang mau dilihat dari berbagai
macam aspek mampu dalam keterampilan dan mampu dalam
waktu.

Langkah ke-1 : Ask (Memformulasikan pertanyaan tepat


dengan format PICO/PICOT

 P (Patient/s) : Pasien/masalah
 I (Interventions) : Intervensi (perawatan/pemeriksaan/tes
diagnostik/faktor-faktor yang mempengaruhi prognosis)
 C (Comparison) : Membandingkan dua perlakuan/ antara
perlakuan dan tanpa perlakuan
 O (Outcomes) : Hasil yang diharapkan
 T (Time Frame) : Batas waktu

Langkah ke-2 : Mencari dan mengumpulkan Bukti-bukti

 Key word jurnal = kata-kata dalam PICO/PICOT atau kata lain


yang mempunyai makna sama.
Contoh database :
1. Pubmed
2. Ovid-medline
3. National Guideline Clearing House
4. Chochrane Databases
5. www.unicef.org/publications
6. dll...

Contoh: Mecari dan mengumpulkan bukti-bukti. Hal ini bisa kita


lakukan dengan mecari kata kunci, kata-kata alternatif, dan batasan
pada evidance based minimal 10tahun terakhir, apabila diatas 10
tahun terakhir kemungkinan ada perubahan di masyarakat

Evidence Pyramid
Dalam penelitian ada berbagai macam tipe yang berbentuk
piramid artinya semakin ke atas maka penelitiannya semakin karena
ke atas semakin mengecil metode penelitiannya semakin bagus maka
hasil penelitiannya semakin bagus dan bisa dipercaya.

1. Systematic Reviews
2. Criticcally-Appraised
3. Criticcally-Appraised Individual
4. Randomized Controlled Trials (RCT)
5. Cohort Studies
6. Case Controlled Studies
7. Expert Opinion

Langkah ke-3 : Melakukan Critical Appraisal/ Berfikir Kritis


Terhadap Bukti-Bukti

 Kualifikasi peneliti
Semakin tinggi tingkat pendidikan tentu dasar ilmu akan
semakin bagus baik dasar ilmu dalam tema reset yang diambil
atau dasar ilmu yang digunakan dalam metode ilmu dan
biostatistik sehingga dia akan mengolahnya secara lebih baik.
 Apakah hasil penelitian tersebut valid?
Valid atau tidaknya tentu harus dilihat dari hasil penelitiannya
dan metode penelitiannya. Apakah skala penelitiannya sudah
dipilih dengan baik antara nominal, ordinal, interval atau
numerik. Apakah sampel nya baik sedikit atau banyak, reset
semakin baik hasil semakin terpercaya jika sempel/responden
semakin banyak.
 Apakah hasil dari penelitian tersebut reliable?
Jika terdapat intervensi, apakah dari riset tersebut dapat
dibuktikan dan baik pada responden. Jika berhasil baik maka
intervensi tersebut layak diintervensi kembali pada klien kita .
 Apakah hasil penelitian tersebut akan membantu dalam
melakukan perawatan untuk klien kita? (apakah sample mirip
dengan klien kita, keuntungan>resiko,mudah
diimplementasikan?)
Jika semua dapat terjawab dengan baik dan sesuai dengan SOP
maka dapat dicoba untuk diaplikasikan.

Contoh : Sacred Cows and Evidance Eagles

1. Penggunaan hydrogen peroksida dianggap efektif sebagai


antibakteria ketika di aplikasikan pada luka. Presepsi
penggunaan hydrogen peroksida diberikan pada luka maka
luka akan mengeluarkan busa, dengan itu penggunnaan
hydrogn peroksida busa itu ada bakteri sehingga apabila ada
busanya ada bakterinya kemudian menghilang dengan
busanya. Tapi ternyata dengan hasil teori bahwa konsentrasi
hydrogen peroksida adalah iskautsik yaitu merusak jaringan
justru bisa menyembunyikan sehingga tidak tubuh jaringan
yang baru. Busa muncul karena hydrogen peroksida
terekspos bertemu dengan udara dan bakteri sehingga ini
merupakan presepsi yang salah.
2. Wanita dimasa persalinan secara tradisional diarahkan untuk
didorong pembukaan serviks untuk memperpendek lama kala
II. Kemudian penrunan pasif yang membuat ibunya
mendorong ketika ada kontraksi meningkatkan potensi
bahwa ibu akan mengalami persalinan pervaginam. Hal ini
bisa menyebabkan rupture uteri, inversio uteri, dan fetal
distres.

Langkah ke-4: mengintegrasikan bukti-bukti

Mengintegrasikan bukti-bukti dengan cara diskusi. Cara diskusi ini


untuk membuktikan hasil yaitu dengan para kolega.
Langkah ke 5 : implemetasi kemudian melakukan evaluasi
outcome.

Dengan semi ekstensi lebih cepat menangis, risiko sesak


nafas semakin menurun karena tidak ada epiglotis yang menutupi
trakea.

Menurut teori agar terjadi pelunakan perineum, mengurangi


regangan, mengurangi rupture saat mengejan apa bisa melakukan
dengan rendam air hangat. Kemudian di komparisankan dengan
analgetik. Contoh kasus pada ibu bersalin diberikan rendaman air
hangat dan tidak diberikan air hangat ketika persalinan dengan
tujuan perineum menjadi lunak. Outcome dengan tidak adanya
penggunaan analgetika untuk memperlunak perineum sehingga tidak
terjadi laserasi.

Anda mungkin juga menyukai